Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ORAL BIOLOGI

Komposisi, Biokimia dan Fisiologi Saliva

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 21

ANGGOTA:
KHAIRUNNISA (04111004063)
EKA WAHYUNI (04111004065)
PUTRI AJRI MAWADDARA (04111004066)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011/2012

DAFTAR ISI

Daftar Isi...2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...3
1.2 Rumusan Masalah......3
1.3 Tujuan.3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Komposisi Saliva 6
2.2 Biokimia Saliva.11
2.3 Fisiologi Saliva..13
DAFTAR PUSTAKA.18

BAB I
PENDAHULUAN
2

1.1 LATAR BELAKANG


Mulut adalah jalan utama masuknya segala macam penyakit. Keadaan rongga
mulut yang tidak sehat dapat menyebabkan kelainan pada organ lain. Infeksi masuk
lewat gigi dan mulut dan kemudian menjalar ke organ-organ lain.Di dalam rongga
mulut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan rongga mulut, salah
satunya saliva.
Saliva merupakan cairan mulut yang disekresikan oleh kelenjar saliva dan
dikeluarkan di dalam rongga mulut dan disebarkan dari peredaran darah melalui
sulkus gingivalis. Saliva terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar saliva mayor dan
saliva minor yang ada pada mukosa rongga mulut.Tiga kelenjar saliva mayor yaitu
parotis , submandibularis dan sublingualis.Sementara yang termasuk kelenjar saliva
minor adalah kelenjar ludah kecil yang terdapat dalam mukosa pipi,bibir,palatum dan
glosopalatal.
Saliva memegang peranan penting berkaitan dengan proses biologis yang
terjadi di dalam rongga mulut.Oleh karena itu,kita perlu memahami fungsi serta apa
saja komposisi dan biokimia dari saliva sehingga saliva dapat memerankan fungsinya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa komposisi Saliva?
1.2.2 Apa biokimia saliva ?
1.2.3 Apa fisiologi Saliva ?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui komposisi Saliva.
1.3.2 Untuk mengetahui Biokimia Saliva
1.3.3 Untuk mengetahui Fisiologi Saliva

BAB II
PEMBAHASAN

Saliva adalah suatu cairan kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar
saliva mayor dan minor yang ada pada mukosa rongga mulut. Tiga kelenjar mukosa mayor
yaitu parotis, submandibularis, dan sublingualis. Sementara yang termasuk kelenjar saliva
minor adalah kelenjar ludah kecil yang terdapat dalam mukosa pipi, bibir, palatum dan
glosopalatal. Saliva adalah bagian dari rongga mulut yang sangat perlu untuk diketahui
beberapa sifat yang ada di dalamnya termasuk juga fungsi yang ada di dalamnya. Proses
pengeluaran dari saliva ini dapat sedikit ataupun banyak melebihi nomal. Pengeluaran ini
dapat dirangsang oleh adanya pengaruh bahan kimia ataupun secara mekanis.

Mengutip Guyton & Hall dalam Textbook of Medical Physiology, air liur atau saliva
mengandung dua tipe pengeluaran atau sekresi cairan yang utama yakni :
a.

sekresi serus yang mengandung ptyalin (suatu alfa amylase) yang merupakan
enzim untuk mencernakan karbohidrat dimana karbohidrat atau tepung mulai
dipecah, dengan bantuan enzim ini mengubah amilum (zat tepung ) menjadi
glukosa.

b. sekresi mucus yang mengandung musin sebuah glikoprotein yang melubrikasi


makanan untuk tujuan pelumasan dan memproteksi mukosa oral yang sebagian
besar dihasilkan oleh kelenjar parotis. Air liur tipe mucus ini di sekresikan dan
dikeluarkan setiap detik sepanjang waktu dan berkurang pada saat tidur. Musin
juga amengandung IgA, sistem imun yang pertama menghadang bakteri dan virus;
lisozim, berfungsi menghacurkan dinding bakteri; laktoferin, mengikat zat besi;
dan protein kaya akan prolin, memproteksi gigi. Oleh karena itu pada keadaan
defisit saliva (xerostomia) ronga mulut menjadi berulserasi, terinfeksi, dan karies
gigi akan meluas.

Sekresi saliva normal sehari-hari berkisar antara 800-1500 mililiter dengan pH sekitar
6 sampai 7. Saliva terutama mengandung sejumlah besar ion kalium dan ion bikarbonat,
kebalikan dari plasma dimana lebih banyak mengandung ion natrium dan klorida.

Sekresi saliva berada dibawah kontrol saraf. Rangsangan pada :


1) saraf parasimpatis dari nukleus salivatorius superior(bagian dari nervus fasialis dan
berlokasi di pontine tegmentum) menyebabkan sekresi liur cair dalam jumlah besar
dengan kandungan bahan organik yang rendah. Sekresi ini disertai oleh vasodilatasi
mencolok pada kelenjar, yang disebabkan oleh pelepasan VIP (vasoactive intestine
polipeptide). Polipeptida ini adalah co-transmitter dengan asetilkolin pada sebagian
neuron parasimpatis pascaganglion.
2) saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi sedikit saliva yang akan bahan
organik dari kelenjar submandibularis.
Makanan dalam mulut menyebabkan refleks sekresi saliva, juga rangsangan
serat-serat vagus eferen di ujung esofagus yang dekat dengan gaster. Faktor-faktor
yang menyebabkan rangsang sekresi saliva adalah: melihat, mencium dan
mengkonsumsi makanan yang meningkatkan nafsu makan. Daerah nafsu makan pada
otak, terletak di daerah pusat parasimpatis hipotalamus anterior, dan berfungsi sebagai
respon terhadap sinyal dari daerah pengecapan dan penciuman dari korteks serebral
dan amigdala.
Mekanisme Sekresi Saliva
Sekresi saliva sebagian besar merupakan proses aktif yang menunjukan bahwa proses
tersebut memerlukan energi. Proses ini dibedakan menjadi dua fase (Lavelle, 1988;
Amerongen, 1991):
1. Sintesis dan sekresi cairan asinar oleh sel sekretori.
Sifat rangsang yang menstimulasi kelenjar saliva dapat berupa rangsang
adrenergik dan maupun kolinergik, karena sel diinervasi baik simpatis maupun
parasimpatis. Rangsang adrenergik menghasilkan saliva yang pekat, kaya protein, kaya
kandungan musin dan berbuih. Pada rangsang kolinergik, neurotransmitter asetilkolin
menghasilkan sekresi cairan yang kuat dengan kadar protein yang rendah.Akibat
rangsangan, melalui eksositosis sel menghasilkan cairan sekresinya kepada lumen.
Rangsang tersebut menyebabkan aliran darah ke asinus meningkat sehingga
mempermudah pembentukan cairan asinar. Cairan asinar ini disebut juga saliva primer.
2. Perubahan yang terjadi pada duktus striata.
5

Saliva diangkut dari lumen melalui duktus yang melibatkan kontraksi sel
mioepitel.Selama pengangkutan ke rongga mulut, susunan saliva diubah dari cairan
isotonik dengan konsentrasi ion yang hampir sama dengan plasma menjadi hipotonik
dengan konsentrasi ion natrium dan klorida yang rendah. Perubahan ini terjadi karena di
dalam duktus, air dan elektrolit disekresi dan atau diabsorbsi oleh sel epitel, terutama
pada duktus striata.

2.1 Komposisi Saliva


Komposisi saliva bervariasi tergantung pada waktu siang dan malam hari, sifat dan
besar stimulus, keadaan psikis orang yang diteliti, diet, kadar hormon, gerak badan dan obat.
Komponen saliva yang dalam keadaan larut disekresikan oleh kelenjar saliva, dapat
dibedakan dalam komponen anorganik dan (bio) organik (Amerongen, 1991).
Komposisi yang terkandung dalam saliva adalah :
1) Komponen organik saliva
Komponen organik di saliva memiliki fungsi berbeda seperti reaksi enzimatis,
pelapisan permukaan jaringan, perlindungan terhadap jaringan gigi dan kontrol pertumbuhan
jaringan (Bradley,1995). Komponen saliva yang paling utama adalah protein, komponen
lainnya yaitu seperti asam lemak, lipid, glukosa, asam amino, ureum, dan amoniak. Protein
yang secara kuantitatif penting adalah amilase, protein kaya prolin, musin dan imunoglobulin
(Amerongen, 1991).
a. Enzim Saliva
Amilase: Amilase merupakan protein saliva konsentrasi tinggi. Amilase adalah enzim
pencernaan yang terutama diproduksi oleh kelenjar parotis dan submandibular.
Amilase mengubah tepung kanji dari glikogen menjadi kesatuan karbohidrat yang
lebih kecil dan akibat pengaruh amilase, polisakarida dapat dicerna dengan mudah.
Lisozim: Lisozim mempunyai fungsi proteksi terhadap bakteri yaitu berperan aktif
menghancurkan dinding sel bakteri Gram positif dan sangat efektif dalam melisiskan
bakteri. Pada saliva, lisozim berasal dari kelenjar parotis, kelenjar submandibular dan
kelenjar sublingual .
Asam fosfatase: buffer saliva dan anti pelarutan saliva.
Lipase: sekresi kelenjar lingual untuk pencernaan lemak
6

Peroksida: Peroksida berperan sebagai sistem antibakteri yang banyak hadir pada
kelenjar parotis, terdiri dari hidrogen peroksida, tiosanat dan laktoproksidase . Sistem
ini menghambat produksi asam dan pertumbuhan bakteri streptokokus dan
laktobasilus yang ikut menjaga pH rongga mulut sekaligus mengurangi terjadinya
karies akibat asam yang dihasilkan oleh bakteri .
Kalikerein: mengubah serum beta globulin menjadi bradikmin yang gunanya untuk
vasodilatasi untuk meningkatkan sekresi kelenjar Amilase.
b. Immunoglobulin
Immunoglobulin terlibat pada sistem penolakan fisik dan agen antibakteri.
Immunoglobulin terdiri dari sebagian besar IgA sekretorik (SIgA) dan sebagian kecil IgM
dan IgG. Aktivitas antibakteri SIgA yang terdapat dalam mukosa mulut bersifat mukus
dan bersifat melekat dengan kuat, sehingga antigen dalam bentuk bakteri dan virus akan
melekat erat dalam mukosa mulut yang kemudian dilumpuhkan oleh SIgA. Bakteri mulut
yang diselubungi oleh SIgA lebih mudah difagositosis oleh leukosit (Amerongen,1991;
Rensburg, 1995). SIgA terbanyak dihasilkan kelenjar parotis. 85% saliva mayor dan 30%35% saliva minor. Fungsi immunoglobulin adalah penetralisir virus, antibodi terhadap
antigen bakteri dan makanan, dan pertahanan rongga mulut dan saluran cerna.
c. Protein Kaya Prolin
Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai fungsi penting
yaitu mempertahankan konsentrasi kalsium di dalam saliva agar tetap konstan yang
menghambat demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi (Amerongen, 1991).
d. Mukus Glikoprotein
Mukus glikoprotein merupakan lapisan pada rongga mulut yang berfungsi dalam
lubrikasi jaringan rongga mulut, pengatur interaksi antara epitel permukaan dengan
lingkungan luar dan perangkap bakteri.
e. Lisozim
Lisozim

mempunyai

fungsi

proteksi

terhadap

bakteri

yaitu

berperan

aktif menghancurkan dinding sel bakteri gram positif dan sangat efektif dalam melisiskan
bakteri. Pada saliva, lisozim berasal dari kelenjar parotis, kelenjar submandibular dan
kelenjar sublingual (Bradley.1995).
7

f. Sistem Peroksidase
Sistem ini menghambat produksi asam dan pertumbuhan bakteri streptokokus dan
laktobasilus yang ikut menjaga pH rongga mulut sekaligus mengurangi terjadinya karies
akibat asam yang dihasilkan oleh bakteri (Grant, et al., 1988).
g. Laktoferin
Laktoferin merupakan hasil produksi sel epitel kelenjar dan leukosit PMN yang
mempunyai efek bakteriosid yang merupakan salah satu fungsi proteksi terhadap infeksi
mikroorganisme ke dalam tubuh manusia. Laktoferin juga mengikat ion-ion Fe+, yang
diperlukan bagi pertumbuhann bakteri.
h. Laktoperoksidase
Laktoperoksidase mengkatalisis oksidasi tiosanat menjadi hipotiosianat yang mampu
menghambat pertumbuhan dan pertukaran zat bakteri .
i. Gustin
Gustin berfungsi dalam proses kesadaran pegecap.
j. Mucin
Jika fungsi utama saliva adalah lubrikasi, kandungan organic yang paling penting
mucin atau mukoprotein. Biasanya merupakan glycoprotein yang mengandung lebih dari
40% karbohidrat, bertindak sebagai lubrikan pada permukaan epitel seluruh traktus
digestive. Mereka memiliki protein core dengan oligosakarida pada rantainya, dilekatkan
oleh O-glycosidic linkage. Dua prinsip mucin dari kelenjar saliva submandibular adalah
terisolasi dan memiliki kareakteristik. Mereka dikenal dengan MG1 dan MG2. MG2 lebih
kecil, memiliki ukuran molekul 200-250 kDa sedangkan MG1 lebih besar memiliki
ukuran diatas 1000kDa. Protein core MG2 adalah rantai peptide tunggal dengan threonin,
proline, serine dan alanin sebagai asam amino mayor. Rantai peptide ini account sekitar
30% molekul dan karbohidrat dengan beberapa 170 rantai pendek oligosakarida melekat
seperti bristle of bottlebrush. Mucin yang besar memiliki protein core yang dengan
komposisi dasar yang sama dengan MG2, tapi account ini hanya unutk 15% dari berat
total. Rantai oligisakarida lebih besar dari MG2, bervariasi antara 4 dan 16 residu gula.
Dalam mukoprotein residu karbohidrat termasuk fucose dan N-acetiglukosamin serta Nasetilgalaktosamin dalam jumlah besar. Molekul panjang MG1 berkontribusi dalam sifat
lubrikasi dari saliva.
8

2.Komponen Anorganik
Komponen anorganik yang terdapat di dalam saliva berupa ion kalsium,magnesium,
fluorida, HCO3, kalium, natrium, klorida, NH4. Selain itu terdapat gas seperti karbondioksida,
nitrogen dan oksigen (Rensburg, 1995). Dari kation yang terdapat di dalam saliva, natrium
dan kalium memiliki konsentrasi tertinggi.
Klorida sangat penting untuk aktivitas enzimatik amilase. Kalium dan fosfat
yangterkandung dalam saliva sangat penting untuk remineralisasi email. Kadar fluorida di
dalam saliva dipengaruhi oleh konsentrasi fluorida di dalam air minum dan makanan.
Tiosianat

merupakan

suatu

gen

antibakteri

yang

bekerja

sama

dengan

sistem

laktoperoksidase.Bikarbonat adalah ion bufer terpenting dalamsaliva.Dalam saliva yang


dirangsang, ion ini menghasilkan 85% dari kapasitas buffer dalam sistem fosfat 14%.
Konsentrasi bikarbonat pada kelenjar parotis dan kelenjar submandibular meningkat dengan
meningkatnya aliran saliva (Amerongen, 1991)
a. Kalsium,fosfat dan hidrogen karbonat
Pada komposisi ion, tiga ion yang paling penting dalam saliva adalah kalsium,fosfat
dan hidrogen karbonat. Kalsium dan fosfat penting karena membantu mencegah
dissolution dari enamel sedangkan hydrogen karbonat penting karena bersifat buffer.
b. Natrium
Saliva pada saat istirahat menurun,dan meningkat bila sekresi meningkat. Fungsi
natrium untuk menjaga keseimbangan ionik.
c. Klorida
Dihasilkan oleh sekresi sel asinus sama dengan konsentrasi plasma. Fungsi untuk
menjaga keseimbangan elektrokimia.
d. Fluorida
Berfungsi dalam pembentukan plak.
e. Tiosianat

Thiosianat adalah komponen sistem antibakteri dalam saliva yang berfungsi sebagai
sistem bakteriostatik laktoperoksidae.Tiosianat dalam saliva ditemukan berasosiasi
dengan insiden kecil dari dental karies. Mekanismenya adalah oksidasi dari thiosianat
menjadi hipotiosianat dengan oksigen aktif yang dihasilkan oleh bakteri peroksida akan
dipecahkan oleh salivary lactoperoksida. Konsentrasi tiosianat dalam saliva tinggi pada
perokok dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi anak-anak yang merokok, walaupun
orang-orang perokok kelas tinggi juga memiliki konsentrasi ion yang tinggi dalam
salivanya.
f. Iodin
Konsentrasi saliva lebih tinggi dari konsentrasi plasma. Iodin terus-menerus
di sekresikan ke dalam saliva
Faktor yang mempengaruhi Komposisi Saliva :
1. Kecepatan sekresi
Makin meningkat kecepatan ekskresi, makin meningkat pula konsentrasi protein, natrium,
klorida, dan bikarbonat, sedangkan konsentrasi magnesium dan fosfat menurun.
2. Lamanya stimulasi
Pada kecepatan sekresi yang konstan,komposisi saliva dapat bervariasi tergantung
lamanya stimulasi.
3. Sifat stimulus
Garam menstimulasi protein di dalam saliva menjadi lebih banyak. Gula meningkatkan
konsentrasi amilase pada saliva.
4. Tipe Kelenjar
Tanpa stimulasi kelenjar parotis menyumbang 10% dari jumlah saliva, dengan stimulasi
saliva kelenjar parotis menjadi predominan.
5. Diet
Diet menyebabkan perubahan konsentrasi fosfat plasma dan urea.
6. Usia
Konsentrasi kalsium, magnesium, dan klorida pada anak-anak lebih tinggi dalam saliva
dewasa. Konsentrasi natrium, kalsium, dan klorida rendah pada saliva parotis tanpa
stimulasi dari subjek berusia lebih dari 70 thn.
2.2 Biokimia Saliva
10

1. Amilase
Amilase dalam saliva berupa amilase yang disekresikan oleh kelenjar parotis.
Fungsi utama dari enzim ini adalah untuk memecah karbohidrat, dalam hal ini pati sehingga
dapat diolah oleh tubuh. Amilase adalah enzim hidrolisis yang mengkatalisis hidrolisis rantai
-1,4 glucosidic pada polisakarida untuk menghasilkan dekstrin, oligosakarida, maltosa dan
D-glukosa.
Amilase dibedakan menjadi menurut substrat yang dipecah adalah sebagai berikut:
A. Alfa-amilase
Enzym -amilase murni dapat diperoleh dari malt (barley), ludah manusia, pankreas,
dan diisolasi dari Aspergillus oryzae dan Bacillus subtilis (pada suhu 70C-90C dan
pH 6 selama 15 menit).Enzim -amilase adalah endo-enzim yang bekerjanya
memutus ikatan -1,4 secara acak di bagian dalam molekul baik pada amilosa
maupun amilopektin. Pengaruh aktivitasnya, pati terputus-putus menjadi dekstrin
dengan rantai sepanjang 6-10 unit glukosa.Golongan enzim -amilase yang tahan
pada temperature tinggi digunakan pada proses liquifikasi
B. Eksoamilase
Terdiri dari beta-amilase dan glukoamilase (gama-amilase,amiloglukosida) hasil dari
beta-amilase adalah beta-limit dekstrin dan maltosa. Sedangkan hasil dari gamaamilase adalah glukosa.
Hidrolisis rantai lurus polyglukosa seperti amilosa maupun rantai bercabang dari
poliglukosa seperti amilopektin dan glikogen dilakukan dalam tingkatan yang berbeda. Untuk
amilosa, enzim ini memecah rantai -1,4 hemiacetal (-C-O-C-), menghasilkan maltosa dan
sedikit sisa glukosa. Hasil yang didapat ketika rantai cabang yang dihidrolisis adalah maltosa,
glukosa dan dekstrin-dekstrin. Akan tetapi, rantai -1, 6 pada rantai cabang, tidak terpengaruh
oleh enzim. -amilase pada hewan dan manusia disebut endoamylase karena menyerang
rantai -1, 4 secara acak di sembarang tempatsepanjang rantai polyglukosa. Polisakarida
besar tersebut akan segera pecah menjadi unit-unit kecil.
Amilase bekerja pada pH optimum antara 6,9 sampai 7,0. Enzim ini biasanya bekerja
pada suhu 37oC, meskipun masih tetapaktif pada 50o C dan bahkan sebagian prosedur
menggunakan temperatur yang lebih tinggi. lfa-amilase adalah kalsium metaloenzim.
Meskipun begitu,aktivitas penuh ditunjukkan dengan adanya anion seperti klorid, brom,
nitrat,klorat atau fosfat monohidrogen. Aktivatifasi yang paling efektif adalah klorid dan
brom. Pada kelenjar saliva disekresikan amilase (S-type) sebagai penghidrolisis awal dari
kanji ketika makanan masih dalam mulut dan esofagus .
11

Amilum adalah polimer lurus dari glukosa yang diikat dengan (14). Amilum dapat
dibentuk dari beribu-ribu unit glukosa. Pada pencernaan, amilosa belum terlalu siap untuk
dicerna dari pada amilopektin.Pada pencernaan, enzim amilase bekerja pada ikatan terakhir
yang dipecah menjadi gula.

Amylose structure

2. Lisozim atau Muramidase


Lisozim merupakan suatu protein kation yang kecil, berada pada sebagian besar
cairan-cairan tubuh diantaranya pada saliva. Lisozim saliva mewakili enzim untuk pertahanan
imun saliva non-spesifik.
Struktur lisozim: lisozim merupakan suatu peptidoglikan N-acetylmuramoylhydrolase
yang sering dihubungkan dengan nama muramidase. Substrat alamnya adalah peptidoglikan,
disebut juga murein merupakan komponen utama dari dinding sel bakteri.
Dinding sel bakteri terdiri atas suatu jaringan makromolekul disebut peptidoglikan
(murein, mukopeptida). Peptidoglikan terdiri dari disakharida yang berulang-ulang melekat
pada polipeptida dan membentuk suatu pola dari molekulmolekul kecil mengelilingi seluruh
sel. Disakharida merupakan monosakharida disebut N-acetylglucosamine (NAG) dan Nacetylmuramic acid (NAM).
Enzim yang menunjukkan aktivitas bakteriosid dengan memecah ikatan antara Nasetil glukosamin dan N-asetil muramik dinding sel bakteri.
Peran lisozim saliva terhadap bakteri rongga mulut Lisozim saliva merupakan suatu
zat pertahanan tubuh secara alamiah yang dapat melisis beberapa spesies bakteri dan
mengagregasi sel-sel bakteri di rongga mulut dengan menghambat kolonisasinya pada
permukaan mukosa mulut dan gigi. Lisozim saliva sangat berperan dalam kontrol karies.

12

3. Peroksidase
Enzim yang labil terhadap panas ditemukan dalam saliva yang dengan adanya ion
thiosianat dan hidrogen peroksida mematikan Laktobasilus asidofilus dengan menghambat
pengambilan lisin dan menginaktifkan beberapa streptokokus dengan menghambat enzim
glikolisis.
4. Laktoferin
Protein yang stabil terhadap panas yang ditemukan dalam saliva dan air susu
Mempunyai efek bakteriostatik pada spektrum jasaad renik yang luas dan akan memberikan
efek dengan cara mengosongkan lingkungan zat besi pada konsentrasi yang akan
menggagalkan pertumbuhan bakteri.
5. Aglutinin saliva
Glikoprotein saliva terikat pada adhesin bakteri oral dan menyebabkan aglutinasi
bakteri yang memudahkan pembuangannya.
Komplemen: protein yang labil terhadap panas ditemukan dalam serum normal dalam
keadaan inaktif dan berisi 9 protein (C1-C9). Aktivasi komplemen menyebabkan bermacammacam fungsi termasuk kemotaksis bakteri,opsonisasi dan lisis.
2.3 Fisiologi Saliva
1. Sensasi Rasa
Aliran Saliva yang terbentuk didalam asinus/acini bersifat isotonik,saliva mengalir
melalui duktus dan mengalami perubahan menjadi hipotonik.Kandungan hipotonik saliva
terdiri dari glukosa,natrium,klorida,urea dan memilki kapasitas untuk memberikan kelarutan
substansi yag memungkinkan tunas gustatory untuk merasakan rasa yang berbeda.
2. Perlindungan dan pelumasan
Saliva membentuk lapisan seromucosal yang berperan sebagai pelumas dan melindungi
jaringan mulut dari agen-agen yang dapat mengirigasi. Mucin (protein dengan karbohidrat
tinggi konten) memiliki peranan sebagai pelumas, perlindungan terhadap dehidrasi, dan
pemeliharaan

viskoelastisitas

saliva.Kandungan

glikoprotein

dalam

saliva

juga

bertanggungjawab dalam proses pengunyahan,pembentukan bolus makanan,penelanan,bicara


dan melindungi permukaan mukosa dari iritasi. Saliva juga secara selektif memodulasi adhesi
13

mikroorganisme pada permukaan jaringan mulut, yang memberikan kontribusi untuk


mengontrol kolonisasi bakteri dan jamur. Selain itu, mereka melindungi jaringan ini terhadap
serangan proteolitik oleh mikroorganisme.

Sumber: Saliva Compositiion and Function.The Journal of Contemporary Dental Practice


3. Pembersihan.
Adanya aliran saliva dapat mengurangi akumulasi plak, mikroorganisme tidak
mempunyai kesempatan untuk berkolonisasi pada gigi karena tidak ada makanan yang
menempel dan pembasahan elemen gigi akan mengurangi keausan oklusal yang
disebabkan oleh daya pengunyahan. Koloni mikroorganisme dan sisa makanan terlepas
karena aksi pembersihan dari saliva yang kemudian tertelan.
4. Kapasitas penyangga
Buffer adalah suatu substansi yang dapat membantu untuk mempertahankan agar pH
tetap netral.Buffer dapat menetralisasikan asam dan basa.Saliva berperan menekan perubahan
derajat asam (pH) di dalam rongga mulut,baik oleh makanan asam maupun asam yang
dikeluarkan mikroorganisme.Derajat asam dan kapasitas buffer saliva sangat bergantung pada
kandungan bikarbonat dan juga kandungan fosfat anorganik dalam saliva.Pada aliran saliva
yang tinggi , bikarbonat merupakan buffer yang efektif melawan asam dengan membentuk
asam bikarbonat yang lemah yang akan terurai menjadi air dan karbondiosida.
14

5. Integritas enamel gigi


Saliva memiliki peran yang fundamental dalam mempertahankan integritas kimia
fisik dari enamel gigi dengan cara mengatur remineralisasi dan demineralisasi. Faktor-faktor
utama yang mengendalikan stabilitas enamel adalah sebagai konsentrasi aktif yang dapat
membebaskan kalsium, fosfat, dan fluoride di dalam larutan dan pH saliva.

Demineralisasi merupakan proses hilangnya atau terbuangnya garam mineral yaitu


hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2) pada enamel gigi. Faktor yang terbesar penyebabnya
adalah makanan dan minuman yang asam. Suasana yang asam dapat melarutkan
enamel sehingga merusak mineral-mineral pendukung gigi. Tidak hanya asam,
karbohidrat (gula) juga menyebabkan hal ini karena bakteri (streptococcus mutans)
memfermentasikan gula menjadi asam laktat dalam mulut. Proses demineralisasi
terjadi bahwa enamel bereaksi dengan ion asam asam (H +) akan melarutkan
hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2 menjadi ion kalsium (Ca2+), air (H2O) dan ion phospat
(PO4)3+. Proses ini terjadi jika pH saliva dibawah 5,5. Proses ini berlangsung hanya
dalam waktu setengah jam.

Remineralisasi merupakan kebalikan dari demineralisasi dimana penempatan garamgaram mineral kembali ke enamel gigi. Remineralisasi dapat terjadi dengan jika pH
saliva kembali normal dan terdapat ion kalsium (Ca 2+) dan ion phospat (PO4)3+ dalam
rongga mulut. Saliva menaikkan kembali pH asam rongga mulut secara perlahan
sehingga (PO4)3+ dan (Ca2+) dapat membentuk kristal hidroksiapatit dan menutupi
daerah yang terdemineralisasi. Untuk remineralisasi penuh ini dibutuhkan waktu
beberapa jam.

6. Pencernaan
Saliva memiliki tanggungjawab untuk membantu proses pencernaan awal dalam
pembentukan bolus-bolus makanan.Tindakan ini terjadi terutama oleh kehadiran enzim
pencernaan a-amylase (ptyalin) dalam komposisi ludah. Fungsi biologis adalah untuk
membagi pati menjadi maltosa, maltotriose, dan dextrins.
7. Antibacterial properti
Saliva mengandung spektrum kekebalan dan non-kekebalan protein dengan properti
antibakteri. Selain itu, beberapa protein diperlukan untuk menghambat spontan
15

pengendapan kalsium dan fosfat ion dalam kelenjar liur dan sekresi mereka. Film
diperoleh dan biofilm memiliki protein yang berasal dari saliva.

Ig A merupakan bagian komponen

immunologic

terbesar dari saliva. Ig A

menetralisir virus, , bakteri dan enzim racun. Ig A berfungsi sebagai antibodi untuk
antigen bakteri dan dapat mengaggregat bakteri, menghambat erlekatan pada jaringan
mulut. Komponen immunologic yang lain seperti Ig G dan Ig M, munsul dalam

kuantitas yang seidkkit dan mungkin berasal dari cairan gingival.


Lysozyme dapat menghidrolisis dinding selular dari beberapa bakteri, dan karena
lysozyme adalah kationik kuat, lysozyme dapat mengaktifkan autolisines bakteri
tersebut yang mampu menghancurkan komponen dinding sel bakteri. Bakteri gramnegatif lebih resisten terhadap enzim ini karena adanya fungsi pelindungan pada

lapisan lipopolysaccharide eksternal.


Lactoferrin membebaskan besi dalam saliva yang menyebabkan efek bactericidal atau
bacteriostatic pada berbagai mikroorganisme yang memerlukan besi untuk
kelangsungan hidup mereka seperti Streptococcus mutans group. Lactoferrin juga

menyediakan fungicidal,antivirus,anti-infalmmatory dan fungsi immunomodulatory


Peroxida atau sialoperoxida berperan sebagai antimikrobial karena hal ini berfungsi
sebagai katalis untuk oksidasi ion salivary thiocyanat oleh hidrogen peroksida ke

hypothiocyanat.
Prolin, kaya protein dan statherins menghambat presipitasi spontan dari garam
kalsium fosfat dan pertumbuhan kristal hydroxyapatite pada permukaan gigi, yang

mencegah pembentukan salivary dan gigi kalkulus.


Cystatins juga berhubungan untuk memperoleh film pembentukan dan keseimbangan
kristal hydroxyapatite.Karena proteinasenya yang menghambat properti, dan

bertindak dalam mengendalikan aktifitas proteolitik.


Histatins, bagian dari histidin yang kaya peptida,memiliki peran

antimikrobial

terhadap beberapa strain Streptococcus mutans dan menghambat hemogglutinasi pada


periopathogen Porphyromonas gingivallis.Histatin menetralisir lipopolisakarida pada
membran eksternal bakteri gram-negatif dan mampu menghambat pertumbuhan dan

perkembangan Candida albicans.


Agglutinin saliva,protein glikosilasi tinggi yang sering diasosiasikan dengan protein
saliva yang lain dan IgA, adalah salah satu komponen saliva utama yang bertanggung

jawab untuk aglutinasi bakteri.


8. Keseimbangan Air

16

Penurunan aliran saliva akan menghasilkan adanya suatu sensasi haus yang
meningkatkan intake cairan tubuh.Setelah minum,cairan tubuhakan kembali normal
dan keseimbangan cairan terjaga kembali sehingga volume saliva kembali seperti
semula.
9. Menghambat karies
a. Aksi mekanis dengan membersihkan permukaan gigi.
b. Aksi immunologi dengan cara mensekresikan IgA.
c. Aksi enzimatik dengan peroksidae dan system lisozim.
d. Komposisi saliva yaitu fluoride,kalsium dan ion fosfa yang dapat meningkatkan
remineralisasi lesi lesi karies.

DAFTAR PUSTAKA
Diana Soesilo. Peranan sorbitol dalam mempertahankan kestabilan PH Saliva pada proses
pencegahan karies.Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga 2005;38;26.
Llena-Puy C. The rle of saliva in maintaining oral health and as an aid to diagnosis. Med
Oral Patol Oral Cir Bucal 2006;11:E449-455.

17

Mary Elizabeth Brosky, DMD. The Role of Saliva in Oral Health: Strategies for Prevention
and Management of Xerostomia. J Support Oncol 2007;5:217.
Nuning Zuni Astuti. Anatomi dan fisiologi untuk pemula.Jakarta:EGC;2004.
Patricia Del Vigna de Almeida,DDS,MSc.Saliva Compositiion and Function.The Journal of
Contemporary Dental Practice 2008;9;2-4.
Pink.R, Simek.J, Vondrakova.J. Saliva As A Diagnostic Medium. Biomed Pap Med Fac Univ
Palacky Olomouc Czech Repub 2009;153(2):105
Puy.C.L. The Role of Saliva in Maintaining Oral health and As Aid to Diagnosis. Med Oral
patol Oral Cir Bucal 2006;11:E450-53.
G.p Talwar.Textbook of biochemistry and human biology third edition.New delhi:Prentice
haal of india private limited ; 2006 .
Robert Murrary.Biokimia Harper Edisi 27.Jakarta : EGC ;2009.

18

Anda mungkin juga menyukai