Fix Saliva Kelompok 21
Fix Saliva Kelompok 21
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 21
ANGGOTA:
KHAIRUNNISA (04111004063)
EKA WAHYUNI (04111004065)
PUTRI AJRI MAWADDARA (04111004066)
DAFTAR ISI
Daftar Isi...2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...3
1.2 Rumusan Masalah......3
1.3 Tujuan.3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Komposisi Saliva 6
2.2 Biokimia Saliva.11
2.3 Fisiologi Saliva..13
DAFTAR PUSTAKA.18
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Saliva adalah suatu cairan kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar
saliva mayor dan minor yang ada pada mukosa rongga mulut. Tiga kelenjar mukosa mayor
yaitu parotis, submandibularis, dan sublingualis. Sementara yang termasuk kelenjar saliva
minor adalah kelenjar ludah kecil yang terdapat dalam mukosa pipi, bibir, palatum dan
glosopalatal. Saliva adalah bagian dari rongga mulut yang sangat perlu untuk diketahui
beberapa sifat yang ada di dalamnya termasuk juga fungsi yang ada di dalamnya. Proses
pengeluaran dari saliva ini dapat sedikit ataupun banyak melebihi nomal. Pengeluaran ini
dapat dirangsang oleh adanya pengaruh bahan kimia ataupun secara mekanis.
Mengutip Guyton & Hall dalam Textbook of Medical Physiology, air liur atau saliva
mengandung dua tipe pengeluaran atau sekresi cairan yang utama yakni :
a.
sekresi serus yang mengandung ptyalin (suatu alfa amylase) yang merupakan
enzim untuk mencernakan karbohidrat dimana karbohidrat atau tepung mulai
dipecah, dengan bantuan enzim ini mengubah amilum (zat tepung ) menjadi
glukosa.
Sekresi saliva normal sehari-hari berkisar antara 800-1500 mililiter dengan pH sekitar
6 sampai 7. Saliva terutama mengandung sejumlah besar ion kalium dan ion bikarbonat,
kebalikan dari plasma dimana lebih banyak mengandung ion natrium dan klorida.
Saliva diangkut dari lumen melalui duktus yang melibatkan kontraksi sel
mioepitel.Selama pengangkutan ke rongga mulut, susunan saliva diubah dari cairan
isotonik dengan konsentrasi ion yang hampir sama dengan plasma menjadi hipotonik
dengan konsentrasi ion natrium dan klorida yang rendah. Perubahan ini terjadi karena di
dalam duktus, air dan elektrolit disekresi dan atau diabsorbsi oleh sel epitel, terutama
pada duktus striata.
Peroksida: Peroksida berperan sebagai sistem antibakteri yang banyak hadir pada
kelenjar parotis, terdiri dari hidrogen peroksida, tiosanat dan laktoproksidase . Sistem
ini menghambat produksi asam dan pertumbuhan bakteri streptokokus dan
laktobasilus yang ikut menjaga pH rongga mulut sekaligus mengurangi terjadinya
karies akibat asam yang dihasilkan oleh bakteri .
Kalikerein: mengubah serum beta globulin menjadi bradikmin yang gunanya untuk
vasodilatasi untuk meningkatkan sekresi kelenjar Amilase.
b. Immunoglobulin
Immunoglobulin terlibat pada sistem penolakan fisik dan agen antibakteri.
Immunoglobulin terdiri dari sebagian besar IgA sekretorik (SIgA) dan sebagian kecil IgM
dan IgG. Aktivitas antibakteri SIgA yang terdapat dalam mukosa mulut bersifat mukus
dan bersifat melekat dengan kuat, sehingga antigen dalam bentuk bakteri dan virus akan
melekat erat dalam mukosa mulut yang kemudian dilumpuhkan oleh SIgA. Bakteri mulut
yang diselubungi oleh SIgA lebih mudah difagositosis oleh leukosit (Amerongen,1991;
Rensburg, 1995). SIgA terbanyak dihasilkan kelenjar parotis. 85% saliva mayor dan 30%35% saliva minor. Fungsi immunoglobulin adalah penetralisir virus, antibodi terhadap
antigen bakteri dan makanan, dan pertahanan rongga mulut dan saluran cerna.
c. Protein Kaya Prolin
Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai fungsi penting
yaitu mempertahankan konsentrasi kalsium di dalam saliva agar tetap konstan yang
menghambat demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi (Amerongen, 1991).
d. Mukus Glikoprotein
Mukus glikoprotein merupakan lapisan pada rongga mulut yang berfungsi dalam
lubrikasi jaringan rongga mulut, pengatur interaksi antara epitel permukaan dengan
lingkungan luar dan perangkap bakteri.
e. Lisozim
Lisozim
mempunyai
fungsi
proteksi
terhadap
bakteri
yaitu
berperan
aktif menghancurkan dinding sel bakteri gram positif dan sangat efektif dalam melisiskan
bakteri. Pada saliva, lisozim berasal dari kelenjar parotis, kelenjar submandibular dan
kelenjar sublingual (Bradley.1995).
7
f. Sistem Peroksidase
Sistem ini menghambat produksi asam dan pertumbuhan bakteri streptokokus dan
laktobasilus yang ikut menjaga pH rongga mulut sekaligus mengurangi terjadinya karies
akibat asam yang dihasilkan oleh bakteri (Grant, et al., 1988).
g. Laktoferin
Laktoferin merupakan hasil produksi sel epitel kelenjar dan leukosit PMN yang
mempunyai efek bakteriosid yang merupakan salah satu fungsi proteksi terhadap infeksi
mikroorganisme ke dalam tubuh manusia. Laktoferin juga mengikat ion-ion Fe+, yang
diperlukan bagi pertumbuhann bakteri.
h. Laktoperoksidase
Laktoperoksidase mengkatalisis oksidasi tiosanat menjadi hipotiosianat yang mampu
menghambat pertumbuhan dan pertukaran zat bakteri .
i. Gustin
Gustin berfungsi dalam proses kesadaran pegecap.
j. Mucin
Jika fungsi utama saliva adalah lubrikasi, kandungan organic yang paling penting
mucin atau mukoprotein. Biasanya merupakan glycoprotein yang mengandung lebih dari
40% karbohidrat, bertindak sebagai lubrikan pada permukaan epitel seluruh traktus
digestive. Mereka memiliki protein core dengan oligosakarida pada rantainya, dilekatkan
oleh O-glycosidic linkage. Dua prinsip mucin dari kelenjar saliva submandibular adalah
terisolasi dan memiliki kareakteristik. Mereka dikenal dengan MG1 dan MG2. MG2 lebih
kecil, memiliki ukuran molekul 200-250 kDa sedangkan MG1 lebih besar memiliki
ukuran diatas 1000kDa. Protein core MG2 adalah rantai peptide tunggal dengan threonin,
proline, serine dan alanin sebagai asam amino mayor. Rantai peptide ini account sekitar
30% molekul dan karbohidrat dengan beberapa 170 rantai pendek oligosakarida melekat
seperti bristle of bottlebrush. Mucin yang besar memiliki protein core yang dengan
komposisi dasar yang sama dengan MG2, tapi account ini hanya unutk 15% dari berat
total. Rantai oligisakarida lebih besar dari MG2, bervariasi antara 4 dan 16 residu gula.
Dalam mukoprotein residu karbohidrat termasuk fucose dan N-acetiglukosamin serta Nasetilgalaktosamin dalam jumlah besar. Molekul panjang MG1 berkontribusi dalam sifat
lubrikasi dari saliva.
8
2.Komponen Anorganik
Komponen anorganik yang terdapat di dalam saliva berupa ion kalsium,magnesium,
fluorida, HCO3, kalium, natrium, klorida, NH4. Selain itu terdapat gas seperti karbondioksida,
nitrogen dan oksigen (Rensburg, 1995). Dari kation yang terdapat di dalam saliva, natrium
dan kalium memiliki konsentrasi tertinggi.
Klorida sangat penting untuk aktivitas enzimatik amilase. Kalium dan fosfat
yangterkandung dalam saliva sangat penting untuk remineralisasi email. Kadar fluorida di
dalam saliva dipengaruhi oleh konsentrasi fluorida di dalam air minum dan makanan.
Tiosianat
merupakan
suatu
gen
antibakteri
yang
bekerja
sama
dengan
sistem
Thiosianat adalah komponen sistem antibakteri dalam saliva yang berfungsi sebagai
sistem bakteriostatik laktoperoksidae.Tiosianat dalam saliva ditemukan berasosiasi
dengan insiden kecil dari dental karies. Mekanismenya adalah oksidasi dari thiosianat
menjadi hipotiosianat dengan oksigen aktif yang dihasilkan oleh bakteri peroksida akan
dipecahkan oleh salivary lactoperoksida. Konsentrasi tiosianat dalam saliva tinggi pada
perokok dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi anak-anak yang merokok, walaupun
orang-orang perokok kelas tinggi juga memiliki konsentrasi ion yang tinggi dalam
salivanya.
f. Iodin
Konsentrasi saliva lebih tinggi dari konsentrasi plasma. Iodin terus-menerus
di sekresikan ke dalam saliva
Faktor yang mempengaruhi Komposisi Saliva :
1. Kecepatan sekresi
Makin meningkat kecepatan ekskresi, makin meningkat pula konsentrasi protein, natrium,
klorida, dan bikarbonat, sedangkan konsentrasi magnesium dan fosfat menurun.
2. Lamanya stimulasi
Pada kecepatan sekresi yang konstan,komposisi saliva dapat bervariasi tergantung
lamanya stimulasi.
3. Sifat stimulus
Garam menstimulasi protein di dalam saliva menjadi lebih banyak. Gula meningkatkan
konsentrasi amilase pada saliva.
4. Tipe Kelenjar
Tanpa stimulasi kelenjar parotis menyumbang 10% dari jumlah saliva, dengan stimulasi
saliva kelenjar parotis menjadi predominan.
5. Diet
Diet menyebabkan perubahan konsentrasi fosfat plasma dan urea.
6. Usia
Konsentrasi kalsium, magnesium, dan klorida pada anak-anak lebih tinggi dalam saliva
dewasa. Konsentrasi natrium, kalsium, dan klorida rendah pada saliva parotis tanpa
stimulasi dari subjek berusia lebih dari 70 thn.
2.2 Biokimia Saliva
10
1. Amilase
Amilase dalam saliva berupa amilase yang disekresikan oleh kelenjar parotis.
Fungsi utama dari enzim ini adalah untuk memecah karbohidrat, dalam hal ini pati sehingga
dapat diolah oleh tubuh. Amilase adalah enzim hidrolisis yang mengkatalisis hidrolisis rantai
-1,4 glucosidic pada polisakarida untuk menghasilkan dekstrin, oligosakarida, maltosa dan
D-glukosa.
Amilase dibedakan menjadi menurut substrat yang dipecah adalah sebagai berikut:
A. Alfa-amilase
Enzym -amilase murni dapat diperoleh dari malt (barley), ludah manusia, pankreas,
dan diisolasi dari Aspergillus oryzae dan Bacillus subtilis (pada suhu 70C-90C dan
pH 6 selama 15 menit).Enzim -amilase adalah endo-enzim yang bekerjanya
memutus ikatan -1,4 secara acak di bagian dalam molekul baik pada amilosa
maupun amilopektin. Pengaruh aktivitasnya, pati terputus-putus menjadi dekstrin
dengan rantai sepanjang 6-10 unit glukosa.Golongan enzim -amilase yang tahan
pada temperature tinggi digunakan pada proses liquifikasi
B. Eksoamilase
Terdiri dari beta-amilase dan glukoamilase (gama-amilase,amiloglukosida) hasil dari
beta-amilase adalah beta-limit dekstrin dan maltosa. Sedangkan hasil dari gamaamilase adalah glukosa.
Hidrolisis rantai lurus polyglukosa seperti amilosa maupun rantai bercabang dari
poliglukosa seperti amilopektin dan glikogen dilakukan dalam tingkatan yang berbeda. Untuk
amilosa, enzim ini memecah rantai -1,4 hemiacetal (-C-O-C-), menghasilkan maltosa dan
sedikit sisa glukosa. Hasil yang didapat ketika rantai cabang yang dihidrolisis adalah maltosa,
glukosa dan dekstrin-dekstrin. Akan tetapi, rantai -1, 6 pada rantai cabang, tidak terpengaruh
oleh enzim. -amilase pada hewan dan manusia disebut endoamylase karena menyerang
rantai -1, 4 secara acak di sembarang tempatsepanjang rantai polyglukosa. Polisakarida
besar tersebut akan segera pecah menjadi unit-unit kecil.
Amilase bekerja pada pH optimum antara 6,9 sampai 7,0. Enzim ini biasanya bekerja
pada suhu 37oC, meskipun masih tetapaktif pada 50o C dan bahkan sebagian prosedur
menggunakan temperatur yang lebih tinggi. lfa-amilase adalah kalsium metaloenzim.
Meskipun begitu,aktivitas penuh ditunjukkan dengan adanya anion seperti klorid, brom,
nitrat,klorat atau fosfat monohidrogen. Aktivatifasi yang paling efektif adalah klorid dan
brom. Pada kelenjar saliva disekresikan amilase (S-type) sebagai penghidrolisis awal dari
kanji ketika makanan masih dalam mulut dan esofagus .
11
Amilum adalah polimer lurus dari glukosa yang diikat dengan (14). Amilum dapat
dibentuk dari beribu-ribu unit glukosa. Pada pencernaan, amilosa belum terlalu siap untuk
dicerna dari pada amilopektin.Pada pencernaan, enzim amilase bekerja pada ikatan terakhir
yang dipecah menjadi gula.
Amylose structure
12
3. Peroksidase
Enzim yang labil terhadap panas ditemukan dalam saliva yang dengan adanya ion
thiosianat dan hidrogen peroksida mematikan Laktobasilus asidofilus dengan menghambat
pengambilan lisin dan menginaktifkan beberapa streptokokus dengan menghambat enzim
glikolisis.
4. Laktoferin
Protein yang stabil terhadap panas yang ditemukan dalam saliva dan air susu
Mempunyai efek bakteriostatik pada spektrum jasaad renik yang luas dan akan memberikan
efek dengan cara mengosongkan lingkungan zat besi pada konsentrasi yang akan
menggagalkan pertumbuhan bakteri.
5. Aglutinin saliva
Glikoprotein saliva terikat pada adhesin bakteri oral dan menyebabkan aglutinasi
bakteri yang memudahkan pembuangannya.
Komplemen: protein yang labil terhadap panas ditemukan dalam serum normal dalam
keadaan inaktif dan berisi 9 protein (C1-C9). Aktivasi komplemen menyebabkan bermacammacam fungsi termasuk kemotaksis bakteri,opsonisasi dan lisis.
2.3 Fisiologi Saliva
1. Sensasi Rasa
Aliran Saliva yang terbentuk didalam asinus/acini bersifat isotonik,saliva mengalir
melalui duktus dan mengalami perubahan menjadi hipotonik.Kandungan hipotonik saliva
terdiri dari glukosa,natrium,klorida,urea dan memilki kapasitas untuk memberikan kelarutan
substansi yag memungkinkan tunas gustatory untuk merasakan rasa yang berbeda.
2. Perlindungan dan pelumasan
Saliva membentuk lapisan seromucosal yang berperan sebagai pelumas dan melindungi
jaringan mulut dari agen-agen yang dapat mengirigasi. Mucin (protein dengan karbohidrat
tinggi konten) memiliki peranan sebagai pelumas, perlindungan terhadap dehidrasi, dan
pemeliharaan
viskoelastisitas
saliva.Kandungan
glikoprotein
dalam
saliva
juga
Remineralisasi merupakan kebalikan dari demineralisasi dimana penempatan garamgaram mineral kembali ke enamel gigi. Remineralisasi dapat terjadi dengan jika pH
saliva kembali normal dan terdapat ion kalsium (Ca 2+) dan ion phospat (PO4)3+ dalam
rongga mulut. Saliva menaikkan kembali pH asam rongga mulut secara perlahan
sehingga (PO4)3+ dan (Ca2+) dapat membentuk kristal hidroksiapatit dan menutupi
daerah yang terdemineralisasi. Untuk remineralisasi penuh ini dibutuhkan waktu
beberapa jam.
6. Pencernaan
Saliva memiliki tanggungjawab untuk membantu proses pencernaan awal dalam
pembentukan bolus-bolus makanan.Tindakan ini terjadi terutama oleh kehadiran enzim
pencernaan a-amylase (ptyalin) dalam komposisi ludah. Fungsi biologis adalah untuk
membagi pati menjadi maltosa, maltotriose, dan dextrins.
7. Antibacterial properti
Saliva mengandung spektrum kekebalan dan non-kekebalan protein dengan properti
antibakteri. Selain itu, beberapa protein diperlukan untuk menghambat spontan
15
pengendapan kalsium dan fosfat ion dalam kelenjar liur dan sekresi mereka. Film
diperoleh dan biofilm memiliki protein yang berasal dari saliva.
immunologic
menetralisir virus, , bakteri dan enzim racun. Ig A berfungsi sebagai antibodi untuk
antigen bakteri dan dapat mengaggregat bakteri, menghambat erlekatan pada jaringan
mulut. Komponen immunologic yang lain seperti Ig G dan Ig M, munsul dalam
hypothiocyanat.
Prolin, kaya protein dan statherins menghambat presipitasi spontan dari garam
kalsium fosfat dan pertumbuhan kristal hydroxyapatite pada permukaan gigi, yang
antimikrobial
16
Penurunan aliran saliva akan menghasilkan adanya suatu sensasi haus yang
meningkatkan intake cairan tubuh.Setelah minum,cairan tubuhakan kembali normal
dan keseimbangan cairan terjaga kembali sehingga volume saliva kembali seperti
semula.
9. Menghambat karies
a. Aksi mekanis dengan membersihkan permukaan gigi.
b. Aksi immunologi dengan cara mensekresikan IgA.
c. Aksi enzimatik dengan peroksidae dan system lisozim.
d. Komposisi saliva yaitu fluoride,kalsium dan ion fosfa yang dapat meningkatkan
remineralisasi lesi lesi karies.
DAFTAR PUSTAKA
Diana Soesilo. Peranan sorbitol dalam mempertahankan kestabilan PH Saliva pada proses
pencegahan karies.Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga 2005;38;26.
Llena-Puy C. The rle of saliva in maintaining oral health and as an aid to diagnosis. Med
Oral Patol Oral Cir Bucal 2006;11:E449-455.
17
Mary Elizabeth Brosky, DMD. The Role of Saliva in Oral Health: Strategies for Prevention
and Management of Xerostomia. J Support Oncol 2007;5:217.
Nuning Zuni Astuti. Anatomi dan fisiologi untuk pemula.Jakarta:EGC;2004.
Patricia Del Vigna de Almeida,DDS,MSc.Saliva Compositiion and Function.The Journal of
Contemporary Dental Practice 2008;9;2-4.
Pink.R, Simek.J, Vondrakova.J. Saliva As A Diagnostic Medium. Biomed Pap Med Fac Univ
Palacky Olomouc Czech Repub 2009;153(2):105
Puy.C.L. The Role of Saliva in Maintaining Oral health and As Aid to Diagnosis. Med Oral
patol Oral Cir Bucal 2006;11:E450-53.
G.p Talwar.Textbook of biochemistry and human biology third edition.New delhi:Prentice
haal of india private limited ; 2006 .
Robert Murrary.Biokimia Harper Edisi 27.Jakarta : EGC ;2009.
18