OB, Kelompok 20 (Kelenjar Salivaa)
OB, Kelompok 20 (Kelenjar Salivaa)
Disusun oleh:
Amalia Virgita
(04111004061)
(04111004062)
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN......................................................................................3
Daftar Pustaka.......................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Rongga mulut merupakan salah satu bagian terkecil dari seluruh tubuh
manusia, tetapi merupakan bagian tubuh yang penting. Rongga mulut mempunyai
beberapa fungsi, yaitu sebagai mastikasi, fonetik, dan juga estetik. Untuk fungsi
mastikasi, di dalam rongga mulut dilengkapi dengan lidah, gigi, dan kelenjar air
liur (glandula saliva).
Setiap harinya, sekitar 1000 - 1500 ml saliva membasahi rongga mulut.
Saliva terdiri atas 99% air dan sisanya sekitar 1% berupa molekul-molekul
organik seperti protein (glikoprotein) maupun elektrolit-elektrolit. Saliva
mempunyai berbagai fungsi penting dalam menjaga kesehatan mulut dan
menciptakan keseimbangan ekologis, seperti fungsi digesti, fungsi antibakteri,
lubrikasi, proteksi, menjaga keseimbangan pH rongga mulut, serta menjaga
kelembapan lapisan mukosa mulut.
Saliva ini disekresikan oleh kelenjar saliva (glandula saliva) dimana kelenjar
saliva ini dibedakan menjadi beberapa macam. Kelenjar saliva ini pun tersusun
dari berbagai tipe sel yang berpengaruh terhadap sifat saliva yang akan
disekresikan. Volume saliva yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar saliva
tersebut juga berbeda-beda. Makalah ini akan membahas mengenai anatomi,
histologi dan fisiologi dari kelenjar saliva.
1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kelenjar saliva?
2. Bagaimana anatomi dari kelenjar saliva?
3. Bagaimana histologi dari kelenjar saliva?
4. Bagaimana fisiologi dari kelenjar saliva?
1. 3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva terbesar yang terletak agak
ke bawah dan di depan telinga serta mengelilingi batas posterior ramus
mandibula. Panjang kelenjar ini kira-kira 5 cm.
Saluran kelenjar ini disebut duktus Stensen, berjalan ke arah depan
melintasi otot masseter dan menembus otot buccinator. Duktus ini
kemudian bermuara pada mukosa bukal berseberangan dengan gigi
molar kedua rahang atas.
Sekresi kelenjar parotis bersifat serus (serous). Persarafannya disuplai
oleh nervus fasialis dan perdarahannya disuplai oleh arteri fasialis dan
arteri karotis eksterna.
Kelenjar Submandibularis
Kelenjar ini besarnya sekitar separuh daripada ukuran kelenjar parotis
dan terletak di permukaan dalam pada mandibula di bawah garis
milohioid di regio angulus mandibula.
Saluran (duktus) kelenjar submandibularis ini disebut duktus Wharton
(dimana panjang duktus ini kurang lebih 6 cm), yang berjalan ke depan
dan ke atas, serta bermuara di dasar mulut di bawah lidah pada papila di
puncak lipatan membran mukosa (pada kedua sisi frenulum lingualis).
Sifat sekresinya adalah sero-mukus.
Persarafannya disuplai oleh nervus lingualis dan perdarahannya disuplai
oleh arteri fasialis dan arteri lingualis.
Kelenjar Sublingualis
Kelenjar ini merupakan kelenjar saliva mayor yang paling kecil yang
terletak di dasar mulut di dekat permukaan paling dalam mandibula di
atas garis milohioid dan dekat dengan garis median.
Duktus dari kelenjar sublingualis disebut duktus Rivinus. Duktus ini
bermuara di puncak lipatan sublingual membran mukosa di bawah
lidah.
Suplai darah untuk kelenjar sublingualis diperoleh dari arteri
submentalis dan sublingualis; sedangkan persarafannya dari nervus
lingualis.
Sifat sekresi dari kelenjar ini adalah mukus (mucous).
saliva yang encer, sedangkan kelenjar saliva yang tersusun atas sel-sel asinus
bertipe mukus akan menghasilkan saliva yang pekat. Pada beberapa kelenjar
saliva campuran, seperti kelenjar submandibularis, terdapat sel mukus yang
dikelilingi sel asinus demiluna (semilunar) serus, karena itulah saliva yang
disekresikan oleh kelenjar submandibularis bersifat seromukus.
a. Sel Mukus
Sel mukus berisi sel-sel yang berbentuk padat berwarna basofilik oval
dengan inti rata. Sel ini terletak berdekatan dengan selaput basal sel
sitoplasma, bersifat sedikit eosinofilik dan terbungkus rapat oleh droplet dari
mucinogen.
Ketika sel secara aktif mengeluarkan sekret, maka sekretorius
mengurangi jumlahnya, hal ini terjadi ketika nukleus dari sel serus
berbentuk lebih bulat dan berada pada tengah sel. Saliva yang disekresikan
oleh sel mukus bertekstur kental dan padat, kaya akan polisakarida serta
mengandung protein non enzimatik.
Posisi tubuh juga berpengaruh pada tingkat sekresi saliva. Posisi berdiri
mensekresi saliva terbanyak yaitu sekitar 100%, pada posisi duduk sekitar 69%
dan posisi berbaring kurang lebih 25%. Pengaruh pencahayaan juga berperan
dalam sekresi saliva, saat berada di ruangan gelap sekresi saliva menurun
dibandingkan saat berada dalam ruang yang terang.
Tipe kelenjar, usia, jenis kelamin, dan makanan juga merupakan faktor yang
berperan dalam sekresi saliva. Bahkan beberapa jenis obat seperti antikolinergik,
analgesik, antipsikotik, antihistamin, antidepresan, antihipertensi, amfetamin,
antiparkinson, dan atropin dapat menyebabkan berkurangnya kecepatan aliran
saliva.
Selain itu, berkurangnya sekresi saliva juga dipengaruhi berbagai faktor,
antara lain efek radiasi, perubahan hormonal pada wanita menopause dan penyakit
pada kelenjar saliva seperti Sindroma Sjorgen.
Sekresi saliva sebagian besar merupakan proses aktif yang menunjukan bahwa
proses tersebut memerlukan energi. Proses ini dibedakan menjadi dua fase:
1. Sintesis dan sekresi cairan asinar oleh sel sekretori.
Mekanisme ini diawali dengan adanya rangsang yang menstimulasi
kelenjar saliva. Sifat rangsang yang menstimulasi kelenjar saliva ini dapat
berupa rangsang adrenergik maupun kolinergik, karena sel diinervasi baik
simpatis maupun parasimpatis. Rangsang adrenergik menghasilkan saliva
yang pekat, berbuih, serta kaya protein dan musin. Pada rangsang kolinergik,
neurotransmitter asetilkolin menghasilkan sekresi cairan yang kuat dengan
kadar protein yang rendah.
Rangsang tersebut menyebabkan aliran darah ke asinus meningkat
sehingga mempermudah pembentukan cairan asinar. Cairan asinar ini disebut
juga saliva primer. Melalui eksositosis, saliva primer ini disekresikan ke
lumen.
2. Perubahan yang terjadi pada duktus striata.
Di fase kedua ini, saliva diangkut dari lumen melalui duktus yang
melibatkan kontraksi sel mioepitel. Selama pengangkutan ke rongga mulut,
saliva diubah dari cairan isotonik (konsentrasi ion yang hampir sama dengan
plasma) menjadi hipotonik dengan konsentrasi ion natrium dan klorida yang
rendah. Perubahan ini terjadi karena di dalam duktus, air dan elektrolit
disekresi dan atau diabsorbsi oleh sel epitel, terutama pada duktus striata.
Sifat rangsang menentukan kepekatan produk akhir yang bervariasi dari
encer sampai pekat. Kepekatan saliva ditentukan oleh sekresi air dan sekresi
musin yang diatur oleh saraf kolinergik dan adrenergik. Neurotransmitter
asetilkolin dan parasimpatetikomimetika merangsang sekresi air, sedangkan
obat seperti atropine sulfat menghambat sekresi air dan menyebabkan
keringnya mulut.
DAFTAR PUSTAKA
Amerongen, A. Van Nieuw. 1991. Ludah dan Kelenjar Ludah: Arti Bagi
Kesehatan Gigi (Penerjemah: Prof.drg Rafiah Abyono). Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. 141.
Edgar, W. M.; D. M. O Mullane. 1996. Saliva and Oral Health. London: British
Dental Association.
Diterjemahkan
dari:
Preventive
Thandheelkunde.