Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hemostasis

merupakan

suatu

keadaan

tubuh

untuk

m e mp e r t a h a n k a n keseimbangan dalam mempertahankan kondisi yang


dialaminya. Proses hemeostatis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalami
stress yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme
pertahanan diriuntuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat
dikatakan bahwa hemeostatis adala suatu proses perubahan yang terus
menerus untuk memeelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi
lingkungan sekitarnya. hemeostatis terdapat dalam tubuh manusia dapat
dikendalikan oleh suatu sistem endokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses
homeostasis dapat terjadi dalam tubuh manusia

B. Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui mekanisme pembekuan darah
2. Agar mahasiswa mampu memahami factor factor pembekuan darah
3. Agar mahasiswa mampu memahami diagram proses pembekuan darah
4. Agar mahasiswa mampu memahami Tempat produksi dan ciri dari trombosit
5. Agar mahasiswa mampu memahami Kelainan apa saja yang terjadi pada trombosit
6. Kompensasi tubuh pada saat terjadi pendarahan
7. pemeriksaan hemeostatis

C. Terminologi
Hemeostatis

D. Rumusan masalah
1. Mekanisme pembekuan darah
2. Diagram proses pembekuan darah
3. Factor factor pembekuan darah
4. Tempat produksi dan ciri dari trombosit
5. Kelainan apa saja yang terjadi pada trombosit
6. Kompensasi tubuh pada saat terjadi pendarahan
7. pemeriksaan hemeostatis

BAB II
PEMBAHASAN
1. Skenario
KELUAR DARAH
Adi, seorang anak berusia 7 tahun sangat aktif dan senang berlari-lari. Suatu hari,
dia terjatuh dan lututnya berdarah. Kemudian dia berlari menghampiri akaknya dan
menanyakan apaah lututnya akan terrus keluar darah seperti temannya, arik. Arik juga
pernah terjatuh saat berlari dan haris dibawa ke rumah sakit karena darahnya terus keluar.
Sambil membersihkan luka adi, kakanya menjelaskan bahwa tidak semua orang seperti
arik, dia mempunyai kelainan pembekuan darah, sedangkan luka adi akan sembuh karena
dalam tubuh orang normal terdapat hemeostatis. Adi senang mendengarkan penjelasan
kakanya yang baru setahun menjadi mahasiswa kedokteran.
2. Terminologi
hemostasis :
- penghentian perdarahan, oleh sifat fisiologis vasokontriksi dan koagulasi atau secara
bedah.3
-

hambatan aliran darah melalui pembuluh darah atau menuju suatu bagian.3

3. Rumusan masalah
3.1 MEKANISME PEMBEKUAN DARAH
Teori dasar. lebih dari 50 macam zat penting yang menyebabkan atau memengaruhi
pembekuan darah telah ditemukan dalam darah dan jaringan beberapa diantaranya
mempermudah terjadinya pembekuan, disebut prokoagulan, dan yang lain
menghambat pembekuan, disebut antikoagulan. Apakah pembekuan akan terjadi atau
tidak, bergantung pada keseimbangan antar kedua golongan zat ini. Pada aliran darah,
dalam keadan normal, antikoagulan lebih dominan sehingga darah tidak membeku
saat bersirkulasi didalam pembuluh darah. Tetapi bila pembuluh darah mengalami
rupture, prokoagulan dari daerah yang rusak menjadi teraktivasi dan melebihi
aktivitas antikoagulan, dan bekuanpun terbentuk.1
Mekanisme secara umum. Semua peneliti-peneliti dalam bidang pembekuan darah
setuju bahwa pembekuan terjadi melalui tiga langkah utama: (1) sebagai responns
3

terhadap rupturnya pembuluh darah atau kerusakan darah itu sendiri, rangkaian reaksi
kimiawi yang kompleks terjadi dalam darah yang melibatkan lebih dari selusin faktor
pembekuan darah. Hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu kompleks subtansi
teraktivasi yang secara kolektif disebut activator protrombin. (2) activator protrombin
mengatalisis pengubahan protrombin menjadi thrombin. (3) thrombin bekerja sebagai
enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi benang fibrin untuk merangsai trombosit,
sel darah, dan plasma untuk membentuk bekuan.1
Marilah kita mula-mula membahas mekanisme terbentuknya bekuan darah itu
sendiri, mulai dari perubahan protrombin menjadi thrombin; kemudian kita kembali
kelangkah

proses awal pembekuan untuk membahas mengenai pembentukan

activator protrombin.1
Perubahan protrombin menjadi thrombin
Pertama, activator protrombin terbentuk sebagai akibat rupturnya pembuluh
darah atau sebagai akibat kerusakan pada zat-zat khusus dalam darah. Kedua,
activator protrombin, dengan adanya ion Ca++ dalam jumlah yang mencukupi, akan
menyebabkan

perubahan

protrombin

menjadi

thrombin.

Ketiga,

trombin

menyebabkan polimerisasi molekul-molekul fibrinogen menjadi benang-benang fibrin


dalam waktu 10 sampai15 detik berikutnya. Jadi, faktor yang membatasi kecepatan
pembekuan darah biasanya adalah pembentukan activator protrombin dan bukan
reaksi-reaksi berikutnya, karna langkah akhir biasanya terjadi sangat cepat untuk
membentuk bekuan itu sendiri.1
Trombosit juga berperan penting dalam mengubah protrombin menjadi
thrombin, karna banyak protrombin mula-mula melekat pada reseptor protrombin
pada trombosit yang telah berikatan dengan jaringan yang rusak.1
Protrombin dan thrombin. Protrombin adalah suatu protein plasma, yaitu alfa2globulin, yang mempunyai berat molekul 68.700. protrombin terdapat dalam plasma
normal dengan konsentrasi kira-kira 15 mg/dl. Protrombin merupakan protein tidak
stabil yang dengan mudah dapat dipecah menjadi senyawa-senyawa yang lebih kecil,
satu diantaranya ialah thrombin, yang mempunyai berat molekul 33.700, hampir tepat
separuh dari berat molekul molekul protrombin.1

Gambar 36-2. Skema perubahan protrombin menjadi thrombin dan polimerisasi


fibrinogen untuk membentuk benang fibrin.
Protrombin dibentuk terus menerus oleh hati, dan secara terus menerus dipakai
diseluruh tubuh untuk pembekuan darah. Bila hati gagal membentuk protrombin, kirakira dalam satu hari kadar protrombin dalam plasma akan teralalu rendah untuk
mendukung terjadinya pembekuan darah yang normal.1
Vitamin K diperlukan oleh hati untuk pembentukan protrombin dan juga untuk
pembentukan protrombin dan juga untuk pembentukan pembentukan beberapa faktor
pembekuan lainya. Oleh karna itu, kurangnya vitamin K atau adanya penyakit hati
yang menghambat pembentukan protrombin normal dapat menurunkan kadar
protrombin

sampai

sedemikian

rendahnya

sehingga

timbul

kecenderungan

perdarahan.1
Perubahan fibrinogen menjadi fibrin-pembentukan bekuan
Fibrinogen adalah protein dengan berat molekul yang besar (BM=340.000)
yang terdapat dalam plasma dengan kadar 100 samapi 700 mg/dl. Fibrinogen dibentuk
dalam hati, dan penyakit hati dapat menurunkan kadar fibrinogen yang bersirkulasi,
juga konsentrasi protrombin, yang pernah diuraikan diatas.1
Karna ukuran molekulnya yang besar, dalam keadaan normal hanya sedikit
5

fibrinogen yang bocor dari pembuluh darah kedalam cairan interstisial; dan karna
fibrinogen merupakan satu faktor yang pokokdalam proses pembekuan, cairan
interstisial biasanya tidak dapat membeku. Namun bila permeabilitas kapiler
meningkat secara patologis, fibrinogen akan bocor ke dalam cairan jaringan dalam
jumlah yang cukup untuk menimbulkan pembekuan cairan ini dengan cara yang
hampir sama seperti plasma dan darah yang dapat membeku.1
Kerja thrombin dalam mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Thrombin adalah
enzim protein dengan kemampuan proteolitik yang lemah. Ia bekerja pada fibrinogen
dengan cara melepaskan empat peptida dengan berat molekul rendah dari setiap
molekul fibrinogen, sehingga membentuk satu molekul fibrin monomer yang
mempunyai kemampuan otamatis untuk berpolimerisasi dengan molekul fibrin
monomer yang lain untuk membentuk benang fibrin. Dengan cara demikian, dalam
beberapa detik banyak molekul fibrin monomer berpolimerisasi menjadi benangbenang fibrin yang panjang, yang merupakan reticulum bekuan darah.1
Pada tingkat awal olimerisasi, molekul fibrin monomer saling berikatan
melalui ikatan hydrogen nonkovalen yang lemah, dan benang-benang yang baru
terbentuk ini tidak berikatan silang yang kuat antara satu dengan lainya;oleh karna itu,
bekuan yang dihasilkan tidaklah kuat dan mudah dicerai beraikan. Teteapi proses lain
terjadi pada beberapa menit berikutnya yang akan sangat memperkuat jalinan fibrin
tersebut. Proses ini melibatkan satu zat yang disebut faktor stabilisasi fibrin, yang
terdapat dalam jumlah kecil dalam bentuk globulin plasma yang normal, tetapi juga
dilepaskan dari trombosit yang terperangkap dalam bekuan. Sebelum faktor stabilisasi
fibrin ini dapat bekerja terhadap benang-benang fibrin, ia sendiri harus diaktifkan
terlebih dahulu. Thrombin yang sama yang menyebabkan pembentukan fibrin juga
mengaktifkan faktor stabilisasi fibrin. Kemudian zat yang telah aktif ini bekerja
sebagai enzim untuk menimbulkan ikatan kovalen anatara molekul fibrin monomer
yang semakin banyak, dan juga ikatan saling antara benang-benang fibrin yang
berdekatan, sehingga sangat menambah kekuatan jaringan fibrin secara tiga dimensi.1

Bekuan darah.Bekuan darah terdiri dari jaringan benang fibrin yang berjalan
kesegala arah dan menjerat sel-sel darah, trombosit, dan plasma. Benang-benang
fibrin juga melekat pada permukaan pembuluh darah yang rusak; oleh karna itu,
bekuan darah menempel pada lubang dipembuluh dan denagan demikian mencegah
kebocoran darah berikutnya.1
Retraksi bekuan-serum. Dalam waktu beberapa menit setelah bekuan terbentuk,
bekuan mulai menciut dan biasanya memeras keluar hampir seluruh cairan dari
bekuan itu dalam waktu 20 sampai 60 menit. Cairan yang terperas keluar disebut
serum, sebab seluruh fibrinogen dan sebagian besar faktor-faktor pembekuan lainya
telah dikeluarkan; dan dengan demikian, serum berbeda dengan plasma. Serum tidak
dapat membeku karna serum tidak mengandung faktor-faktor pembekuan.1
Trombosit diperlukan untuk terjadinya retraksi bekuan. Oleh sebab itu,
kegagalan pada proses retraksi merupakan tanda bahwa jumlah trombosit yang
beredar dalam darah kurang. Mikrofag electron dari trombosit dalam bekuan darah
memperlihatkan bahwa trombosit-trombosit tersebut sebenarnya melekat pada
benang-benang fibrin dengan caramengikat benang-benang itu sehingga menjadi satu.
Selain itu, trombosit yang terperangkap dalam bekuan terus melepaskan zat-zat
prokoagulan , salah satu yang paling penting ialah faktor stabilisasi fibrin, yang
menyebabkan terjadinya ikatan silang yang semakin banyak antara benang-benang
fibrin yang berdekatan. Selain itu, trombosit sendiri memberi dukungan langsung
untuk terjadinya retraksi bekuan dengan cara mengaktifkan molekul aktin myosin,
dan trombostenin trombosit, yang semuanya merupakan protein kontraktil dalam
trombosit dan dapat menimbulkan kontraksi kuat pada tonjolan-tonjolan runcing dari
trombosit yang melekat pada fibrin. Peristiwa ini juga akan menciutkan jaringan fibrin
menjadi massa yang lebih kecil. Kontraksi diaktifkan dan dipercepat oleh thrombin,
dan juga oleh ion kalsium yang dilepaskan oleh gudang kalsium dalam mitokondria,
reticulum endoplasma, dan apparatus golgi pada trombosit.1
Dengan terjadinya retraksi bekuan, ujung-ujung pembuluh darah yang robek
akan ditarik saling mendekat, sehingga memungkinkan berlanjut sampai ketahap akhir
hemostasis.1

3.2 DIAGRAM PROSES PEMBEKUAN DARAH


Awal Proses Pembekuan : Pembentukan Aktivator Protrombin
Activator prothrombin biasanya dapat dibentuk melalui dua cara, walaupun,
pada kenyataannya, kedua cara ini saling berinteraksi secara konstan satu sama lain :
(1) melalui jalur ekstrinsik yang dimulai dengan terjadinya trauma dinding pembulu
darah dan jaringan sekitarnya dan (2) melalui jalur intrinsic yang berawal di dalam
darah sendiri.1
Pada kedua jalur itu, ekstrinsik maupun intrinsic, berbagai protein plasma
yang berbeda yang disebut factor-faktor pembekuan darah memegang peranan yang
utama. Sebagian besar factor ini masih dalam bentuk enzim proteolitik yang inaktif.
Bila berubah menjadi aktif, kerja enzimatiknya akan menimbulkan proses pembekuan
berupa reaksi-reaksi yang beruntun dan bertingkat.1
Jalur Ekstrinsik Sebagai Awal Pembekuan
Mekanisme ekstrinsik sebagai awal pembentukan activator prothrombin dimulai
dengan dinding pembuluh darah atau jaringan ekstravaskular yang rusak yang kontak
dengan darah. Kejadian ini menimbulkan langkah-langkah berikutnya.1
1. Pelepasan factor jaringan. Jaringan yang luka melepaskan beberapa factor yang
disebut factor jaringan atau tromboplastin jaringan. Factor ini terutama terdiri
dari fosfolipid dari membrane jaringan ditambah kompleks lipoprotein yang
terutama berfungsi sebagai enzim proteolitik.1
2. Aktivasi factor X-peranan factor VII dan factor jaringan. Kompleks lipoprotein
dari factor jaringan selanjutnya bergabung dengan factor VII dan, bersamaan
dengan hadirnya ion kalsium, factor ini bekerja sebagai enzim terhadap factor X
untuk membentuk Faktor X yang teraktivasi (Xa).1
3. Efek dari factor X yang teraktivasi (Xa) dalam membentuk activator
prothrombin-peranan factor V. Faktor X yang teraktivasi segera berikatan
dengan fosfolipid jaringan yang merupakan bagian dari factor jaringan, atau
dengan fosfolipid tambahan yang dilepaskan dari trombosit, juga dengan factor
V, untuk membentuk suatu senyawa yng disebut aktvator prothrombin. Dalam
beberapa detik, dengan adanya kalsium, senyawa itu memecah prothrombin
menjadi thrombin, dan berlangsung proses pembekuan

seperti yang telah

dijelaskan diatas. Pada tahap permulaan, factor V yang terdapat dalam kompleks
activator prothrombin bersifat inaktiv, tetapi sekali proses pembekuan ini dimuli
8

dan thrombin mulai terbentuk, kerja proteolitik dari thrombin akan


mengaktifkan factor V. factor ini kemudian akan menjadi akselerator tambahan
yang kuat dalam pengaktifan prothrombin. Jadi, dalam kompleks activator
prothrombin akhir, factor X yang teraktivasilah yang merupakan protease
sesunggunya yang menyebabkan pemecahan prothrombin untuk membentuk
thrombin; factor V yang teraktivasi sangat mempercepat kerja protease ini,
sedangkan fosfolipid trombosit bekerja sebagai alat pengangkut yang
mempercepat proses tersebut.1

Gambar 36-3. Jalur ekstrinsik sebagai awal pembekuan darah.1


Jalur Intrinsik Sebagai Awal Pembekuan
Mekanisme kedua untuk awal pembentukan activator prothrombin, dan dengan
demikian juga merupakan awal dari proses pembekuan, dimulai dengan terjadinya
trauma terhadap darah itu sendiri atau darah berkontak dengan kolagen pada dinding
pembukuh darah yang rusak. Kemudian proses berlangsung melalui serangkaian reaksi
kaskade.1
1. (1) pengaktifan factor XII dan (2) pelepasan fosfolipid trombosit oleh darah
yang terkena tauma. Trauma terhadap darah atau berkontaknya darah dengan
9

kolagen dinding pembuluh darah akan mengubah dua factor pembekuan penting
dalam darah : factor XII dan trombosit. Bila factor XII terganggu, misalnya
karena berkontak dengan permukaan yang basah seperti gelas, ia akan berubah
menjadi bentuk molekul baru yaitu sebagai enzim pro-teolitik yang disebut
factor XII yang teraktivasi. Pada saat yang bersamaan, trauma terhadap darah
juga akan merusak trombosit akibat bersentuhan dengan kolagen atau dengan
permukaan basah (atau rusak karena cara lain), dan ini akan melepaskan
berbagai fosfolipid trombosit yang mengandung lipoprotein, yang disebut factor
3 trombosit, yang juga memegang peranan penting dalam proses pembekuan
selanjutnya.1
2. Pengaktifan factor XI.Factor XII yang teraktivasi bekerja secara enzimatik
terhadap factor XI dan juga mengaktifkannya. Ia merupakan langkah kedua
dalam jalur intrinsic. Reaksi ini juga memerlukan kininogen HMW (berat
molekul tinggi), dan dipercepat oleh prekalikrein.1
3. Pengaktifan factor IX olef factor XI yang teraktivasi.faktor XI yang teraktivasi
bekerja secara enzimatik terhadap factor IX dan mengaktifkannya.1
4. Pengaktifan factor X-peranan factor VIII. Factor IX yang teraktivasi, yang
bekerja sama dengan factor VIII teraktivasi dan dengan fosfolipid trombosit dan
factor 3 dari trombosit yang rusak, mengaktifkan factor X.1
5. Kerja factor X teraktivasi dalam pembentukan activator prothrombin-peranan
factor V. langkah dalam jalur intrinsic ini pada prinsipya sama dengan langkah
terakhir dalam jalur ekstrinsik. Artinya, factor X yang teraktivasi bergabung
dengan factor V dan trombosit atau fosfolipid jaringan untuk membentuk suatu
kompleks yang disebut activator prothrombin. Activator prothrombin dalan
beberapa detik mengawali pemecahan prothrombin menjadi thrombin, dan
dengan demikian proses pembekuan selanjutnya dapat berlangsung seperti yang
telah diuraikan terdahulu.1

10

Gambar 36-4. Jalur intrinsik sebagai awal pembekuan darah.


Peranan ion Kalsium dalam Jalur intrinsik dan Ekstrinsik
Di luar dua langkah pertama dalam jalur intrinsic, ion kalsium diperlukan
untuk mempermudah atau mempercepat semua reaksi pembekuan-darah. Oleh karena
itu, tanpa ion kalsium, pembekuan darah melalui tiap jalur pembekuan tidak terjadi.1
Kadar ion kalsium dalam tubuh jarang sekali turun sedemikian rendah
sehingga nyata memengaruhi kinetic pembekuan darah. Tetapi, bila darah dikeluarkan
dari tubuh manusia, pembekuan dapat dicegah dengan menurunkan kadar ion kalsium
sampai dibawah ambang pembekuan, dengan cara deionisasi kalsium yaitu
menyebabkannya bereaksi dengan zat-zat lain seperti ion sitrat atau dengan
mengendapkan kalsium dengan ion oksalat.1

11

Interaksi Antara jalur ekstrinsik dan intrinsik-Ringkasan Awal Pembekuan


Darah.
Telah jelas dari skema system intrinsic dan ekstrinsik bahwa setelah pembulu
darah rusak, pembekuan terjadi oleh kedua jalur tersebut secara bersamaan. Factor
jaringan mengawali jalur ekstrinsik, sedangkan berkontraknya factor 12 dan trombosit
dan kolagen di dinding pembuluh mengawali jalur intrinsik.1
Suatu perbedaan yang sangat penting antara jalur ekstrinsik dan intrinsic ialah
bahwa jalur ekstrinsik dapat eksplosif; sekali dimulai, kecepatan menyelesaikan akhir
prosesnya hanya dibatasi oleh jumlah factor jaringan yang dilepaskan oleh jaringan
yang cedera, dan oleh jumlah Faktor 10, 7 dan 5 yang terdapat dalam darah. Pada
cedera jaringan yang hebat, pembekuan dapat terjadi dalam 15 detik. Jalur intrinsic
prosesnya jauh lebih lambat, biasanya memeerlukan waktu 1 sampai 6 menit untuk
menghasilkan pembekuan .1
3.3 FACTOR FACTOR PEMBEKUAN DARAH
Faktor I
Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan
diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan
masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia.4
Faktor II
Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah
menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan
faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian
memotong

ke

bentuk

aktif

fibrin.Kekurangan

faktor

menyebabkan

hypoprothrombinemia.4
Faktor III
Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang
berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting
dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur
koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.4
Faktor IV
Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan
12

darah.4
Faktor V
Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas,
yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik
dan

ekstrinsik

koagulasi

jalur.

Proaccelerin

mengkatalisis

pembelahan

prothrombin trombin yang aktif.Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal,


mengarah

pada

kecenderungan

berdarah

yang

langka

yang

disebut

parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan.Disebut juga akselerator


globulin.4
Faktor VI
Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V, tetapi
tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis.4
Faktor VII
Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas
dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak
dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X.
Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau
diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam
kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor
akselerator dan stabil.4
Faktor VIII
Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil
dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser
dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X.
Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga
antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.4
Faktor IX
Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang
relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan.Setelah aktivasi,
diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan
faktor antihemophilic B.4
Faktor X
13

Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan
mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan,
membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut
prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk
trombin.Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi
sistemik.Disebut juga Prower Stuart-faktor.Bentuk yang diaktifkan disebut juga
thrombokinase.4
Faktor XI
Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam
jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX.Lihat
juga kekurangan faktor XI.Disebut juga faktor antihemophilic C.4
Faktor XII
Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan
kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi
dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan
kecenderungan trombosis.4
Faktor XIII
Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin
monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam
urea,

fibrin

yang

memungkinkan

untuk

membentuk

pembekuan

darah.Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic.


Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga
disebut transglutaminase.4

14

3.4 TEMPAT PRODUKSI DAN CIRI DARI TROMBOSIT


TROMBOPOIESIS

3.4.1 Perkembangan trombosit di sumsum Tulang


Morfologi treombopoiesis sangat berbeda dengan eritropoiesis dan
granulopoiesis karena tidak terjadi sebagai suatu perkembangan sel fungsional
matang dari prekursor yang belum matang dengan perbedaan kriteria morfologis
yang nyata dan melalui pembelahan pematangan yang terjadi selanjutnya. Pada
trombopoiesis, terjadi proses poliploidisasi berulang kali, yang menimbulkan
perkembangan berbagai tipe sel 2N-32N (64N) melalui endoreduplikasi DNA,
yang setara dengan berbagai tahapan fungsi. Terdapat tiga macam bentuk sel
yang dapat dikenali.2
Megakarioblas
Badan sel biasanya lebih besar daripada badan sel proeritroblas.
Perbandingan antara inti dan sitoplasma berubah karena inti menjadi lebih besar.
Kepadatan kromatin inti berbeda-beda. Nukleolus sebagian besar tertutup, tetapi
terdapat dalam jumlah yang besar. Pada penyatuan inti yang mencolok, terdapat

15

sel yang berinti dua sampai empat. Sitoplasma tanpak basofilik kuat, terbebas
dari granulasi, dan di bagian tepikadang-kadang sedikit terjuntai. Sering
terdapat trombosit yang melekat.2
Promegakariosit (Megakariosit yang setengah matang)
Produk poliploidisasi megakarioblas yang berdimensi besar. Inti sel
sangat besar dan sedikit berlobus selain bentuk dengan kecenderungan
segmentasi (berlobus) yang dapat dikenali dengan jelas. Kromatin inti sebagian
besar teranyam rapat, nucleolus yang ada kebanyakan terselubungi. Sitoplasma
tampak basofilik dengan beberapa area azurofilik yang menunjukan permulaan
aktivitas trombopoiesis. Luas sitoplasma bertambah secara nyata. Di tepi sel,
terdapat trombosit yang melekat.2
Megakariosit yang matang
Sel terbesae yang dijumpai pada hemopoiesis di sumsum tulang dalam
kondisi normal. Serangkaian gumpalan (haustra) inti yang khas terbentuk dan
sitoplasma azurofilik ditutupi bintik-bintik halus, sebagai perwujudan teraktik
pembentukan trombosit yang aktif. Perluasan dan penonjolan bagian sitoplasma
azurofilik menandakan suatu persiapan pelepasan trombosit.2
Sebagian kecil megakariosit (dibawah 10%) menunjukkan inti tunggal
atau ganda yang berbentuk bulat-oval dan kecil (yang dikenal sebagai
mikromegakariosit) pada pengecilan diameter sel. Elemen-elemen ini juga
memiliki aktivitas trombopoietik. Suatu fenomena yang istimewa adalah
fenomena yang dikenal sebagai emperipolesis, yaitu pengembaraan granulosit
matang melalui sitoplasma megakariosit tanpa mengganggu integritas sel, yang
juga tidak mengindikasikan suatu proses fagositosis.2

16

Gambar. Trombopoiesis (sumsum tulang). A, B, C) Megakatioblas yang khas D)


perubahan inti yang menyerupai profase di megakarioblas. E) promegakariosit
yang khas. F) promegakariosit, emperipolesis () suatu normoblas oksifilik.2

17

Gambar. Trombopoiesis (sumsum tulang). A, B) Megakariosit matang dengan


granulasi azurofilik sitoplasma dan bentuk inti yang khas C) Emperipolesis =
pengembaraan granulosit di dalam sebuah megakariosit. D) Mikromegakariosit
fisiologis (maksimum hingga 10% dari semua megakariosit di sumsum tulang
normal) E) megakariosit dengan penonjolan sitoplasma di tempat tertentu
sebagai persiapan pelepasan trombosit. K = Inti sel.2

Gambar. Trombosit (darah) a) agregat trombosit dalam sediaan apus darah


tanpa penambahan apapun b) trombosit yang berdiri sendiri sendiri pada sediaan
apus darah dengan EDTA .2

3.4.2 TROMBOSIT
Produksi trombosit
18

Trombosit di hasil kan dalam sumsum tulang melalui fragmentasi


sitoplasma megakariosit.prekursor megakariosit magakarioblast muncul
melalui

proses

mengalami

diferensiasi

pematangan

dari

dengan

sel

induk

replikasi

hemopoietik.megakariosit
inti

endometotik

yang

sinkron,memper besar volume sitoplasma sejalan dengan penambahan lobus


inti menjadi kelipatan duanya. Pada berbagai stadium dalam perkembangannya
(paling banyak pada stadium inti delapan), sitoplasma menjadi glanular dan
trombosit

dipecahkan.

Produksi

trombosit

mengikuti

pembentukan

mikrovesikel dalam sitoplasma sel yang menyatu membentuk membran


pembatas

trombosit.

Tiap

megakariosit

bertanggung

jawab

untuk

menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Interval waktu semenjak diferensiasi sel


induk manusia sampai produksi trombosit berkisar 10 hari.2
Trombopoietin adalah pengaturan utama produksi trombosit yang
dihasilkan oleh hati dan ginjal. Trombosit mempunyai reseptor untuk
trombopoietin (C-MPL) dan mengeluarkannya dari sirkulasi, karena itu kadar
trombopoietintinggi pada trombositopenia akibat aplasia sumsum tulang dan
sebaliknya. Trombopoietin meningkatakan jumlah dan kecepatan maturasi
megakariosit. Penelitian trombopoietin sedang di jalankan. Jumlah trombosit
mulai meningkat 6 hari setelah dimulainya terapi dan tetap tinggi selama 7-10
hari. Interleukin-11 (IL-11) juga dapat meningkatkan trombosit dalam sirkulasi
dan sedang memasuki uji klinis. Kedua obat tersebutbelum tersedia dalam
praktek klinik rutin.2
Jumlah trombosit normal adalah sekitar 250 x
400 x

109 /l (rentang 150-

109 /l) dan lama masa hidup trombosit normal adalah 7-10 hari hari.

Hingga sepertiga dari trombosit keluaran sumsum tulang dapat terperangkap


dalam limpah yang normal, tetapi jumlah ini meningkat menjadi 90% pada
kasus spelnomegali berat.2

Morfologi Trombosit
Dalam keadaan inaktif trombosit bentuknya seperti cakram bikonveks
dengan diameter 2 4 m. Dengan mikroskop elektron, trombosit dapat dibagi
menjadi 4 zone dengan masing-masing zone mempunyai fungsi khusus.
19

Keempat zone adalah zone perifer yang berguna untuk adhesi dan agregasi,
zone sol gel menunjang struktur dan mekanisme kontraksi, zone organel yang
berperan dalam pengeluaran isi trombosit serta zone membran yang keluar dari
isi granola saat pelepasan.2

Gambar. Struktur trombosit (Wirawan R. 2006)


Struktur trombosit
Trombosit memiliki banyak ciri khas fungsional sel lengkap, walaupun
tidak mempunyai inti dan tidak dapat bereproduksi. Di dalam sitoplasma
terdapat faktor-faktor aktif seperti:
1. Molekul aktin dan myosin, yang merupakan kontraktil sama seperti yang
terdapat dalam se-sel otot, dan juga protein kontraktil lainnya, yaitu
trombostenin, yang dapat menyebabkan trombosit berkontraksi.2
2. Sisa-sisa retikulum endoplasma dan apparatus golgi yang mensintesis
berbagai enzim dan tertuma menyimpan sejumlah besar ion kalsium.2
3. Mitokondia dan system enzim yang mampu membentuk adenosin trifosfat
(ATP) dan adenosit difosfat (ADP).2
4. Sistem enzim yang mensintesis prostaglandin, yang merupakan hormon
lokal yang menyebabkan berbagai reaksi pembuluh darah dan reaksi
jaringan local lainnya.2
5. Suatu protein penting yang disebut faktor stabilisasi fibrin.2
6. Faktor pertumbuhan (growth factor) yang menyebabkan penggandaan dan
pertumbuhan sel endotel pembuluh darah, sel otot polos pembuluh darah

20

dan fibroblast, sehingga menimbulkan pertumbuhan selular yang akhirnya


memperbaiki dinding pembuluh yang rusak.2
Glikoprotein permukaan sangat penting dalam reaksi adhesi dan
agregasi trombosit yang merupakan kejadian awal yang mengarah pada
pembentukan sumbat trombosit selama hemostasis. Adhesi pada kolagen
difasilitasi oleh glikoprotein Ia (GPIa). Glikoprotein Ib (tergantung pada
sindrom Bernard-Soulier) dan IIb/IIIa (tergantung pada trombastenia) penting
dalam perlekatan trombosit pada faktor von Willebrand (VWF) dan karenanya
juga perlekatan pada subendotel vaskuler. Tembat pengikatan untuk IIb/IIIa
juga merupakan reseptor untuk fibrinogen yang penting dalam agregasi
trombosit-trombosit.2
Membran plasma berinvaginasi ke bagian dalam trombosit untuk
membentuksuatu sistem membran (kanalikular) terbuka yang menyediakan
permukaan yang relatif luas tempat protein koagulasi plasma diabsorpsi secara
selektif. Fosfolipid membran (yang dulu dikenal sebagai faktor trombosit 3)
sangat penting dalam konversi faktor koagulasi X menjadi Xa dan protrombin
(faktor II) menjadi thrombin (faktor IIa).2
Dibagian dalam trombosit terdapat kalsium, nukleotida (terutama
adenosine difosfat (ADP) dan adenosine trifosfat (ATP), dan serotonin yang
terkandung dalam granula padat electron. Granula spesifik (lebih sering
dijumpai) mengandung antagonis heparin, faktor pertumbuhan yang berasal
dari trombosit (platelet-derived growth factor, PDGF), -tromboglobulin,
fibrinogen, vWF, dan faktor pembekuan lain. Granula padat lebih sedikit

jumlahnya dan mengandung ADP, ATP, 5-hidroksitriptamin (5-HT), kalsium.


Organel spesifik lain meliputi lisosom yang mengandung enzim hidrolitik dan
peroksisom yang mengandung katalase. Selama reaksi pelepasan yang
dijabarkan di bawah ini, isi granula dikeluarkan ke dalam sistem kanalikular.2
3.5 KELAINAN YANG TERJADI PADA TROMBOSIT
Kelainan

pada

trombosit

ada

dua

macam

yaitu

tromositosi

dan

trombositofenia. Trombositosis adalah trombosit yang melekat pada kolagen yang


terpancang pada pembuluh yang cedera, mengerut dan melepaskan ADP serta faktor
21

tiga trobosit, penting untuk mengawali sistem pembekuan. Kelainan jumlah atau
jumlah trombosit atau keduanya dapat mengganggu koalisi darah. Trombosit yang
terlalu banyak atau sedkit mengganggu koalisi darah. Keadaan yang ditandai dengan
trombosit yang berlebihan dinamakan trombositosis atau trombositemia istilah-isttilah
ini sering tertukar. Trombositosis umumnya didefinisikan sebagai peningkatan jumlah
trombosis lebih dari 400.000 m dan dapat primer atau sekunder. Trombositosis primer
timbul dalam bentuk trombositipenia primer, yang terjadi poliperasi abnormal
megakaryosit dengan jumlah trombosit lebih dari satu juta. Trombositosis primer juga
ditemukan dengan gangguan mieloproliperatif lain, seperti polisitemiapera atau
leukimia granulositik kronis.2
Jika jumlah trombosit melebihi satu juta, atau pasien simptomatik, pengobatan
dimulai dan di tujukan untuk mengurangi aktifitas sum-sum tulang melalui
penggunaan agen-agen sitotoksik seperti hidroksiurea yang secara dramatis
menurunkan semua jenis sel. Trombositosis sekunder terjadi sebagai akibat adanya
penyebab-penyebab lain, baik secara sementara setelah setres atau setelah olah raga
pelepasan trombosit dari sumber cadangan atau dapat menyertai keadaan peningkatan
sum-sum tulang seperti pada perdarahan anemia hemolitik atau anemia defisiensi
besi. Peningkatan tajam jumlah trombosit terjadi pada pasien-pasien yang lienya
sudah dibuang secara pembedahan. Kerna lien merupakan primer penyimpanan dan
penghancuran trombosit maka pengangkatan tanpa disertai pengurangan produksi
didalam sum-sum tulang akan mengakibatkan trombosistosis yang sering melebihi
satu juta. Pengobatan trombositosis sekunder atau reaktif umumnya tidak
diindikasikan.2

Gangguan faktor plasma herediter, hemofilia merupakan gangguan koagulasi


herediter atau didapat yang paling sering dijumpai bermanifestasi sebagai episode
perdarahan intermiten. Hemofilia disebabkan oleh mutasi gen faktor 8 atau faktor 9
dikelompokan sebagai hemofilia A.2
3.6 KOMPENSASI TUBUH PADA SAAT TERJADI PENDARAHAN
Peristiwa Hemostasis
Kompensasi tubuh pada saat terjadi perdarahan
Istilah hemostasis berarti pencegahan hilangnya darah, bila pembuluh darah
22

mengalami cedera atau rupture, hemostasis terjadi melalui beberapa cara : (1)
konstriksi pembuluh darah, (2) pembentukan sumbat platelet, (3) pembentukan
bekuan darah sebagai hasil dari pembekuan darah, dan (4) akhirnya terjadi
pertumbuhan jaringan fibrosa kedalam bekuandarah untuk menutup lubang pada
pembuluh secara permanen.1
Konstriksi Pembuluh Darah
Segera setelah pembuluh darah terpotong atau rupture, dinding pembuluh
darah yang rusak itu sendiri menyebabkan otot polos dinding pembuluh berkontraksi,
sehingga dengan segera aliran darah dari pembuluh yang rupture akan berkurang.
Kontraksi terjadi sebagai akibat dari (1) spasmemiogeni klokal, (2) factor autacoid
lokal yang berasal dari jaringan yang terkena trauma dan platelet darah, dan (3)
berbagai reflex saraf. Refleks saraf dicetuskan oleh impuls saraf nyeri atau oleh
impuls impuls sensorik lain dari pembukuh yang rusak atau dari jaringan yang
berdekatan. Namun, vasokonstriksi yang lebih lagi kemungkinan hasil dari kontraksi
miogenik setempat pada pembuluh darah. Kontraksi ini terjadi karena kerusakan pada
dinding pembuluh darah. Untuk pembuluh darah yang lebih kecil, platelet
mengakibatkan sebagian besar vasokonstriksi dengan melepaskan sebuah substansi
vasokonstriktor, tromboksan A2.1
Semakin berat kerusakan yang terjadi, semakin hebat spasmenya. Spasme
pembuluh local ini dapat berlangsung beberapa menit bahkan beberapa jam, dan
selama itu berlangsung proses pembentukan sumbat platelet dan pembekuan darah.1

Pembentukan Sumbat Platelet. Bila luka pada pembuluh darah berukuran sangat
kecil di seluruh tubuh lubang itu biasanya ditutup oleh sumbat platelet, bukan oleh
bekuan darah.1
Mekanisme sumbat Trombosit
Trombosit melakukan perbaikan terhadap pembuluh yang rusak didasarkan
pada beberapa fungsi penting dari trombosit itu sendiri : pada waktu trombosit
bersinggungan dengan permukaan pembuluh yang rusak, terutama dengan serabut
kolagen di dinding pembuluh, sifat sifat trombosit segera berubah secara drastis.
23

Trombosit mulai membengkak: bentuknya menjadi ireguler dengan tonjolan


tonjolan yang mencuat dari permukaannya protein kontraktilnya berkontraksi dengan
kuat dan menyebabkan pelepasan granula yang mengandung berbagai factor aktif :
trombosit itu menjadi lengket sehingga melekat pada kolagen dalam jaringan dan
pada protein yang disebutfactor von willebrand yang bocordari plasma menuju
jaringan yang trauma : trombosit menyekresi sejumlah besar ADP : dan enzim
enzimnya membentuk tromboksan A2. ADP dan tromboksan kemudian mengaktifkan
trombosit yang berdekatan, dan karena sifat lengket dari trombosit tambahan ini maka
akan menyebabkannya melekat pada trombosit semula yang sudah aktif.1
Dengan demikian, pada setiap lokasi dinding pembuluh darah yang luka,
dinding pembuluh darah yang rusak menimbulkan suatu siklus aktivasi trombosit
yang jumlahnya terus meningkat yang menyebabkannya menariklebih banyak lagi
trombosit tambahan, sehingga membentuk sumbat trombosit. Sumbat ini pada
mulanya longgar, namun biasanya berhasil menghalangi hilangnya darah bila luka di
pembuluh ukurannya kecil. Setelah itu, selama proses pembekuan darah selanjutnya,
benang benang fibrin terbentuk. Bentuk fibrin ini melekat erat pada trombosit,
sehingga terbentuklah sumbat yang kuat.1

3.7 PEMERIKSAAN HEMEOSTATIS


Pemeriksaan
Masa

Tujuan
Nilai normal
Menilai fungsi 2-91/2 menit

Makna klinis
Memanjang

perdarahan

trombosit dan

trombositopenia,

vaskular

trombositopati,
von

Willebrand,

pada

penyakit
ingesti

aspirin, terapi antikoagulan,


dan uremia.4
24

Hitung

Menilai

trombosit

150.000-

konsentrasi

400.000/mm

Menurun pada ITP dan


keganasan

trombosit

sum-sum

tulang.4

Obat-obatan, khususnya
agen

kemoterapeutik,

dapat

menyebabkan

masa

perdarahan

memanjang.4

Meningkat

pada

permulaan

gangguan

mieloproliferatif.4

Sesudah

splenektomi,

dapat

merupakan

predisposisi

terjadinya

episode trombotik.4
akan Retraksi bekuan buruk pada

Reaksi

Menilai

Bekuan

pembekuan

kecukupan

beretraksi

trombosit

menjadi

untuk

dari ukuran semula pada fibrinolisis.4

membentuk

dalam

bekuan fibrin

menjadi

sampai trombositopenia
setengah polisitemia,
1

lisis

dan
bekuan

jam,
bekuan

padat dalam 24 jam


jika tidak diganggu
6-12 menit

Waktu

Menilai

pembekuan

mekanisme

Lee

White koagulasi

(koagulasi)

waktu

Tes yang relatif tidak


sensitive.4

yang

Memanjang
defisiensi

pada
faktor-faktor

diperlukan

koagulasi, pada terapi

oleh

antikoagulan

darah

yang

untuk

berlebihan, dan dengan

membentuk

antibiotic tertentu.4

bekuan padat
setelah

Menurun dengan terapi


kortikosteroid.4

terpajan
25

International

dengan gelas
Standardisasi

Pencegahan

Normalized

waktu

pengobatan

Ratio (INR)

protrombin

thrombus vena 2,0- antikoagulan

Waktu

Mengukur

3,0
11-16 detik

protrombin

jalur

factor-faktor VII, X, dan

(PT)

pembekuan

fibrinogen, terapi dikumarol

ekstrinsik dan

yang berlebihan, penyakit

biasa

hati berat dan defisiensi

Waktu

Mengukur

vitamin K.4
Memanjang

tromboplastin

jalur

defisiensi

factor

VIII

parsial

pembekuan

sampai

XII

dan

teraktivasi

intrinsik

fibrinogen, pada terapi

(APTT)

bersama

26-42 detik

dan Digunakan
penuntun

sebagai
untuk

terapi

oral

yang

diresepkan.4
Memanjang pada defisiensi

dan

pada

antikoagulan

didalam

sirkulasi, pada penyakit


hati

dan

DIC,

dan

defisiensi vitamin K.4

Memendek

pada

keganasan
Waktu

Mengukur

10-13 detik

hati).4
Memanjang

(kecuali
pada

kadar

trombin (TT) pembentukka

fibrinogen rendah, DIC, dan

atau

n fibrin dari

penyakit

pembekuan

fibrinogen

antikoagulan,

hati,

terapi
dan

disproteinemia.4
atau Memanjang

pada

trombositopeni,

dengan

thrombin
Tes

Mengukur

12

pembentukka

kemampuan

kurang

membentuk

defisiensi factor VII sampai

tromboplastin

tromboplastin

XII,

Mengukur

didalam sirkulasi.4
Meningkat
pada

(TGT)
Tes D-Dimer

< 500

detik

dan

antikoagulan
DIC,

pemecahan

emboli paru, infark, terapi

produk-

trombolitik,

pembedahan,
26

trauma.4

produk
bekuan fibrin
Tes

plasma
agregasi Tes
fungsi Trombosit

trombosit

trombosit

Agregasi

mengalami

berkurang

atau

tidak ada pada trombastenia,

agregasi

dalam ingesti aspirin, gangguan

waktu tertentu jika mieloproliferatif,

penyakit

terpajan

dengan hati berat, disproteinemia,

zat-zat

seperti penyakit von Willebrand.4

adenine

difosfat

(ADP),

kolagen,

epinefrin

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hemostasis m e r u p a k a n s u a t u k e a d a a n t u b u h u n t u k m e mp e r t a h a n k a n
keseimbangan

dalam

mempertahankan

kondisi

yang

dialaminya.

Dalam

hemeostatis terjadi juga mekanisme pembekuan darah mulai dari perubahan


protrombin menjadi thrombin; kemudian pembentukan activator protrombin melalui Jalur
Ekstrinsik Sebagai Awal Pembekuan dan Jalur Intrinsik Sebagai Awal Pembekuan. Dimana
pembekuan darah memiliki XII factor utama.
Trombosit di hasil kan dalam sumsum tulang melalui fragmentasi sitoplasma
megakariosit. Trombosit ini memiliki bberapa cirri seperti megakarioblas, promegakariosit
27

(megakariosit yang setengah matang), dan megakariosit yang matang. Dalam trombosit
terdapat kelainan yang terjadi seperti hemofillia, trombositosis atau trombositemia.1
Kompensasi tubuh pada saat terjadi perdarahan ada hubungannya dengan hemostasis
dimana hemeostatis ini yang berarti pencegahan hilangnya darah, bila pembuluh darah
mengalami cedera atau rupture, hemostasis terjadi melalui beberapa cara : (1) konstriksi
pembuluh darah, (2) pembentukan sumbat platelet, (3) pembentukan bekuan darah sebagai
hasil dari pembekuan darah, dan (4) akhirnya terjadi pertumbuhan jaringan fibrosa kedalam
bekuandarah untuk menutup lubang pada pembuluh secara permanen.1

DAFTAR PUSTAKA

1. GUYTON AND HALL, 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN.


JAKARTA: EGC
2. HOFFBRAND, PETITT. DKK. (2005). HEMATOLOGI (EDISI KEEMPAT ).
JAKARTA: EGC.
3. KAMUS KEDOKTERAN DORLAND. EDISI 31. JAKARTA ; EGC
4. SYLVIA ANDERSON PRICE, LORRAINE MCCARTY WILSON. 2005.
PATOFISIOLOGI : KONSEP KLINIS PROSES-PROSES PENYAKIT (EDISI
ENAM ). JAKARTA : EGC. (HLM: 299).

28

29

Anda mungkin juga menyukai