Anda di halaman 1dari 9

Pengertian PT

Perseroan Terbatas (PT) adalah perusahaan yang dimana modalnya terdiri dari
saham-saham dan tanggung jawab dari sekutu pemegang saham terbatas, yang
sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya. PT merupakan persekutuan yang
berbentuk badan hukum dimana badan hukum ini disebut dengan "perseroan".
Istilah perseroan pada perseroan terbatas menunjuk pada cara penentuan modal
pada badan hukum itu yang terdiri dari sero-sero atau saham-saham dan istilah
terbatas menunjukkan pada batas tanggung jawab para persero (pemegang saham)
yang dimiliki, yaitu hanya terbatas pada jumlah nilai nominal dari semua sahamsaham yang dimiliki.
Bentuk badan hukum ini, sebagaimana ditetapkan dalam KUH Dagang bernama
"Naamloze Vennootschap" atau disingkat NV. Sesungguhnya tidak ada UU yang
secara khusus dan resmi memerintahkan untuk mengubah sebutan "naamloze
Vennootschap" hingga harus disebut dengan PT (Perseroan Terbatas). Namun
sebutan PT (Perseroan Terbatas) itu telah menjadi baku dalam masyarakat. PT
berdiri berdasarkan perjanjian dan modalnya terbagi dalam saham peraturan
perlaksanaannya ditetapkan dalam Undang-undang. Organ perseroan terbagi
menjadi Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang tugasnya memegang
kekuasaan, Direksi yang tugasnya bertanggung jawab penuh atas kepengurusan
dan Komisaris yang tugasnya melakukan pengawasan dan memberi nasehat
kepada Direksi dalam menjalankan perseroan berdasarkan pasal 7 ayat 1 sampai
dengan ayat 7 Undang-undang No.1 tahun 1995.
Tetapi tidak dimungkinkan pemegang saham tunggal dalam PT (Perseroan
Terbatas) menurut UU PT terdapat pengecualian terhadap ketentuan tidak
dimungkinkannya pemegang saham tunggal yaitu terhadap perseroan yang
merupakan BUMN (Badan Usaha Milik Negara), dimana saham-sahamnya berada
pada satu tangan yaitu berada pada tangan pemerintah melalui Menteri Keuangan
sebagai satu-satunya pemegang saham. Hal ini ditegaskan dalam pasal 7 angka (7)
UU PT.
Ciri-ciri PT
Dalam KUH Dagang menjelaskan bahwa badan usaha yang dapat dikatakan
sebagai PT (perseroan Terbatas) harus memiliki unsur atau ciri ciri PT. Ciri ciri PT
(Perseroan Terbatas), sebagai berikut :
(1) Badan usaha dapat disebut sebagai PT (Perseroan Terbatas) jika kekayaan
badan usaha yang dimiliki terpisah dari kekayaan pribadi masing-masing pesero
(pemegang saham), yang bertujuan untuk membentuk sejumlah dana sebagai
jaminan bagi semua perikatan perseroan.
(2) Dapat usaha dapat disebut sebagai PT (Perseroan Terbatas) jika adanya persero
yang tanggung jawabnya terbatas pada jumlah nominal saham yang dimilikinya.

Sedangkan mereka semua dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)


merupakan kekuasaan tertinggi dalam organisasi perseroan, yang memiliki
kewenangan mengangkat dan memberhentikan Komisaris dan Direksi, berhak
menetapkan garis-garis besar kebijaksanaan menjalankan perusahaan dan
memiliki kewenangan menetapkan hal-hal yang belum ditetapkan dalam
Anggaran Daasar dan lain-lain.
(3) Badan usaha dapat disebut sebagai PT (Perseroan Terbatas) jika pengurus
(Direksi) dan Komisaris yang merupakan satu kesatuan pengurusan dan
pengawasan terhadap perseroan dan tanggung jawabnya terbatas pada tugasnya,
yang harus sesuai dengan Anggaran Dasar atau pada keputusan RUPS.
Tujuan PT
Tujuan PT (Perseroan Terbatas) didirikan adalah untuk menjalankan suatu
perusahaan dengan modal tertentu yang terbagi atas saham-saham, yang dimana
para pemegang saham (persero) ikut serta mengambil satu saham atau lebih dan
melakukan perbuatan-perbuatan hukum dibuat oleh nama bersama, dengan tidak
bertanggung jawab sendiri untuk persetujuan-persetujuan perseroan itu (dengan
tanggung jawab yang semata-mata terbatas pada modal yang mereka setorkan).
Macam-macam PT
macam macam PT (Perseroan Terbatas), ditinjau dari cara menghimpun modal PT,
maka macam macam PT (Perseroan Terbatas) dapat dibedakan menjadi PT
Terbuka, PT Tertutup dan PT Perseorangan.
1. PT Terbuka
Pengertian PT Terbuka adalah suatu PT (Perseroan Terbatas) di mana masyarakat
luas dapat ikut serta menanamkan modalnya dengan cara membeli saham yang
ditawarkan oleh PT Terbuka melalui bursa dalam rangka memupuk modal untuk
investasi PT atau biasa disebut "PT yang go-public".
Pengertian PT Terbuka tercantum dalam UU No.40 tahun 2007, PT Terbuka
adalah perseroan yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria
tertantu, atau perseroan yang melakukan penawaran umum sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Dari Pengertian PT Terbuka di atas, maka PT terbuka dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu :
(a) PT (Perseroan Terbatas) yang go-public, yang emlakukan penawaran umum
sesuai buti 2;
(b) Perseroan publik. Adapun yang dimaksud perseroan publik ini adalah PT
yangtidak melakukan penawaran umum dalam arti tidak menjual sahamnya
melalui bursa (go-public), namun modalnya sangat besar dan terbagi atas
sejumlah pemegang saham yang banyak sekali.

Selain itu PT terbuka dalam UUPT (Undang-undang Perseroan Terbatas)


mengharuskan pada akhir perseroan ditambah dengan singkatan "Tbk" dan juga
harus didahului dengan perkataan "Perseroan Terbatas" atau disingkat "PT".
Contohnya : PT. Gudang Garam Tbk, berarti "Perseroan Terbatas Gudang Garam
adalah PT terbuka".
2. PT Tertutup
Pengertian PT Tertutup adalah PT (Perseroan Terbatas) yang didirikan dengan
tidak menjual sahamnya kepada masyarakat luas, berarti tidak setiap orang dapat
ikut menanamkan modalnya.
Pengertian PT tertutup tidak dapat ditemukan dalam UU PT, Namun dapat ditafsir
bahwa "PT tertutup bukan merupakan PT terbuka". Dapat ditarik kesimpulan
bahwasannya PT tertutup merupakan yang tidak termasuk pada kriterian yang
termuat dalam UU PT.
3. PT Perseorangan
Pengertian PT Perseorangan adalah saham-saham dalam PT (Perseroan Terbatas)
tersebut dikuasai oleh seorang pemegang saham (Pesero). Hal ini dapat terjadi
setelah melalui proses pendirian PT itu sendiri. Pada waktu pendirian PT, terdapat
lebih dari seorang pemegang saham, yang selanjutnya beralih menjadi berada
pada seorang pemegang saham.
Setelah berlakunya UU PT maka PT Perseorangan tidak mungkin dilakukan lagi,
karena UU PT melarang hal yang demikian. Dalam pasal 7 angka (5) UU PT
menyebutkan dengan tegas : "setelah Perseroan memperoleh status badan hukum
dan pemegang saham menjadi kurang dari 2 (dua) orang, dalam jangka waktu
paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut pemegang saham
yang bersangkutan wajib mengendalikan sebagian sahamnya kepada orang lain".
Undang-undang Pembubaran Persertoan Terbatas
Dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, disebutkan Perseroan Terbatas, yang selanjutnya
disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini
serta peraturan pelaksanaannya. Dalam perjalanannya tidak semua
Perseroan Terbatas tersebut menemukan hasil yang diinginkan, yang
pada akhirnya Perseroan Tersebut menjadi bangkrut dan Akhirnya
dibubarkan.
Dalam hal terjadi pembubaran Perseroan, tidak serta merta perseroan
tersebut hanya diwacanakan saja. terdapat tahapan-tahapan yang
harus dilanjutkan. Pasal 142 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 mengisyaratkan bahwa Pembubaran Perseroan tersebut wajib

diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau kurator; dan
Perseroan tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali diperlukan
untuk membereskan semua urusan Perseroan dalam rangka likuidasi.
Hal ini berarti Pembubaran Perseroan tersebut dilakukan dengan cara
atau proses likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau yang karena
pailit oleh kurator untuk membereskan segala urusan yang tersangkut
dengan Perseroan yang dibubarkan agar tidak menjadi masalah di
kemudian hari.
Sedangkan untuk pembubaran yang terjadi terjadi berdasarkan
keputusan RUPS, jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam
Anggaran Dasar telah berakhir atau dengan dicabutnya kepailitan
berdasarkan keputusan pengadilan niaga dan RUPS tidak menunjuk
likuidator, Direksi bertindak selaku likuidator. Hal ini dikarenakan
bahwa Perseroan Terbatas adalah perjanjian, maka dapat dibubarkan
dengan kesepakatan pula yang diambil dalam RUPS (Rapat Umum
Pemegang Saham). Disini yang bertindak sebagai likuidator adalah
Direksi atas kesepakatan dengan pemegang saham.
Dalam hal pembubaran Perseroan terjadi dengan dicabutnya kepailitan
berada pada ranah pengadilan niaga yang berarti pengadilan niaga
harus memutus kepailitannya dan sekaligus memutuskan
pemberhentian kurator dengan memperhatikan ketentuan dalam
Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang. Dalam proses tersebut Direksi, komisaris dan
pemegang saham tidak boleh melakukan perbuatan hukum apapun,
Kalau umpamanya dilanggar, anggota Direksi, anggota Dewan
Komisaris, dan Perseroan bertanggung jawab secara tanggung renteng.
Pasal 143 (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 menyebutkan
Pembubaran Perseroan tidak mengakibatkan Perseroan kehilangan
status badan hukum sampai dengan selesainya likuidasi dan
pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau pengadilan.
Artinya bahwa pembubaran Perseroan tersebut tidak menghapus
badan hukumnya yang telah didaftarkan sampai dengan likuidasi dan
pertanggungjawaban likuidatornya diterima oleh RUPS atau pengadilan
niaga.
Dalam Ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia Nomor : 36/M-DAG/PER/9/2007 Jo. Peraturan
Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 44/M-DAG/PER/9/2009
Tentang Surat Izin Usaha Perdaganga (SIUP), PT wajib memiliki Surat
Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) yang dibedakan antara SIUP Kecil, SIUP
Menengah dan SIUP besar berdasarkan kewajiban memiliki
perdagangan yang kekayaan bersihnya masing-masing Rp.

50.000.000-Rp.500.000.000,- untuk SIUP Kecil, Rp.500.000.000,sampai Rp.10.000.000.000,- Untuk SIUP Menengah dan lebih dari Rp.
10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunannya Untuk SIUP
besar. SIUP itulah yang kemudian dijadikan dasar usaha dari sebuah PT
yang harus harus didaftarkan dan/atau dihapuskan karena terkait
dengan Pajak didalamnya.
Usulan Pembubaran dilakukan oleh Direksi, Dewan Komisaris atau 1
(satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10
(satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara,
dapat mengajukan usul pembubaran Perseroan kepada RUPS. Dan
keputusan RUPS tersebut menjadi sah apabila diambil sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (1) dan Pasal
89 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, dimana Pembubaran
Perseroan dimulai sejak saat yang ditetapkan dalam keputusan RUPS.
Kemudian Pasal 145 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 mengatur
tentang Pembubaran Perseroan terjadi karena hukum apabila jangka
waktu berdirinya Perseroan yang ditetapkan dalam anggaran dasar
berakhir. Pada Ayat (2)nya menyebutkan Dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari setelah jangka waktu berdirinya Perseroan
berakhir RUPS menetapkan penunjukan likuidator. Setelah itu Direksi
tidak boleh melakukan perbuatan hukum baru atas nama Perseroan
setelah jangka waktu berdirinya Perseroan yang ditetapkan dalam
anggaran dasar berakhir.
Disamping itu sesuai dengan Pasal 146 Ayat (1) Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007, Pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan atas:
1. Permohonan kejaksaan berdasarkan alasan Perseroan
melanggar kepentingan umum atau Perseroan melakukan
perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan;
2. Permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan
adanya cacat hukum dalam akta pendirian;
3. Permohonan pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris
berdasarkan alasan Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan.
Di dalam penetapan pengadilan ditetapkan juga penunjukan likuidator.
Likuidator memiliki Peran yang penting yang diatur dalam Pasal
147 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pembubaran
Perseroan, likuidator wajib memberitahukan:
1. Kepada semua kreditor mengenai pembubaran Perseroan
dengan cara mengumumkan pembubaran Perseroan dalam
Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia; dan

2. Pembubaran Perseroan kepada Menteri untuk dicatat dalam


daftar Perseroan bahwa Perseroan dalam likuidasi.
Pemberitahuan tersebut kepada kreditor dalam Surat Kabar dan Berita
Negara Republik Indonesia memuat pembubaran Perseroan dan dasar
hukumnya, nama dan alamat likuidator; tata cara pengajuan tagihan;
dan jangka waktu pengajuan tagihan dimana Jangka waktu pengajuan
tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d adalah 60 (enam
puluh) hari terhitung sejak tanggal pengumuman
Kemudian Pemberitahuan kepada Menteri sebagaimana dimaksud
wajib dilengkapi dengan bukti:
dasar hukum pembubaran Perseroan dan pemberitahuan kepada
kreditor dalam Surat Kabar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pemberitahuan kepada kreditor dan Menteri oleh Likuidator belum
dilakukan, pembubaran Perseroan tidak berlaku bagi pihak ketiga. Dan
Dalam hal likuidator lalai melakukan pemberitahuan likuidator secara
tanggung renteng dengan Perseroan bertanggung jawab atas kerugian
yang diderita pihak ketiga.
Terdapat Kewajiban likuidator dalam melakukan pemberesan harta
kekayaan Perseroan dalam proses likuidasi meliputi pelaksanaan:
1. Pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroan;
2. Pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik
Indonesia mengenai rencana pembagian kekayaan hasil
likuidasi;
3. Pembayaran kepada para kreditor;
4. Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang
saham; dan
5. Tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan
pemberesan kekayaan.
Disamping itu, likuidator memperkirakan bahwa utang Perseroan lebih
besar daripada kekayaan Perseroan, likuidator wajib mengajukan
permohonan pailit Perseroan, kecuali peraturan perundang-undangan
menentukan lain, dan semua kreditor yang diketahui identitas dan
alamatnya, menyetujui pemberesan dilakukan di luar kepailitan.
Kreditor dapat mengajukan keberatan atas rencana pembagian
kekayaan hasil likuidasi dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam)
puluh hari terhitung sejak tanggal Pengumuman. Dalam hal pengajuan
keberatantersebut ditolak oleh likuidator, kreditor dapat mengajukan
gugatan ke pengadilan negeri dalam jangka waktu paling lambat 60
(enam puluh) hari terhitung sejak tanggal penolakan.

Yang menjadi bahan penting pula tentang hak kreditur. Pasal


150 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, Kreditor yang mengajukan
tagihan sesuai dengan jangka waktu yang ditolak oleh likuidator dapat
mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dalam jangka waktu paling
lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal penolakan.
Kreditor yang belum mengajukan tagihannya dapat mengajukan
melalui pengadilan negeri dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung
sejak pembubaran Perseroan diumumkan tersebut.
Likuidator tersebut dapat diganti apabila tidak melaksanakan tugasnya
dengan baik. Pasal 151 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
menegaskan :
(1) Dalam hal likuidator tidak dapat melaksanakan kewajibannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149, atas permohonan pihak yang
berkepentingan atau atas permohonan kejaksaan, ketua pengadilan
negeri dapat mengangkat likuidator baru dan memberhentikan
likuidator lama.
(2) Pemberhentian likuidator sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan setelah yang bersangkutan dipanggil untuk didengar
keterangannya.
Sebagaimana telah dituangkan dalam Pasal 143 (1) Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 bahwa Pembubaran Perseroan tidak
mengakibatkan Perseroan kehilangan status badan hukum sampai
dengan selesainya likuidasi dan pertanggungjawaban likuidator
diterima oleh RUPS atau pengadilan maka harus dihapuskan Pula
mengenai status badan Hukum PT tersebut.
Kemudian dalam Pasal 152 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 juga
menegaskan
(1) Likuidator bertanggung jawab kepada RUPS atau pengadilan yang
mengangkatnya atas likuidasi Perseroan yang dilakukan.
(2) Kurator bertanggung jawab kepada hakim pengawas atas likuidasi
Perseroan yang dilakukan.
(3) Likuidator wajib memberitahukan kepada Menteri dan
mengumumkan hasil akhir proses likuidasi dalam Surat Kabar setelah
RUPS memberikan pelunasan dan pembebasan kepada likuidator atau
setelah pengadilan menerima pertanggungjawaban likuidator yang
ditunjuknya.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku juga bagi
kurator yang pertanggungjawabannya telah diterima oleh hakim
pengawas.
(5) Menteri mencatat berakhirnya status badan hukum Perseroan dan
menghapus nama Perseroan dari daftar Perseroan, setelah ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dipenuhi.
(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berlaku juga bagi
berakhirnya status badan hukum Perseroan karena Penggabungan,
Peleburan, atau Pemisahan.
(7) Pemberitahuan dan pengumuman sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dan ayat (4) dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pertanggungjawaban likuidator
atau kurator diterima oleh RUPS, pengadilan atau hakim pengawas.
(8) Menteri mengumumkan berakhirnya status badan hukum
Perseroan dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Maka sesuai dengan Pasal tersebut, ujung dari Pembubaran PT adalam
berakhirnya status badan Hukum Perseroan dalam Berita Acara
Republik Indonesia.
Badan hukum perseroan terbatas tersebut terkait dengan pendaftaran
Perusahaan yang telah dilakukan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Perdagangan RI Nomor : 37/M-DAG/PER/9/2007 Tentang
Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan. Dalam Pasal 2 Ayat
(1) Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor : 37/M-DAG/PER/9/2007
diterangkan bahwa setiap Perseroan terbatas (PT), Koperasi,
Persekutuan komanditer (CV), Firma (fa), Perseroan, dan bentuk usaha
lainnya (BUL) termasuk kantor asing dengan status Kator Pusat, kantor
tunggal, kantor Cabang, kantor pembantu, Anak Perusahaan, Agen
Perusahaan, dan Perwakilan Perusahaan yang berkedudukan di Wilayah
kesatuan Republik Indonesia Wajib didaftarkan dalam daftar
perusahaan. Setalah mendaftarkan perusahaannya atau perseroan
maka akan mendapat Tanda Pendaftaran Perusahaan (TDP) yang
berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung mulai tanggal
diterbitkannya dan wajib diperbaharui paling lambat (3) tahun.
Sebuah badan Usaha termasuk PT yang sudah didaftarkan, juga dapat
dihapus dari daftar perusahaan apabila terjadi perubahan bentuk
perusahaan, pembubaran, penghentian segala usaha kegiatannya,
berhenti akibat akta pendiriannya kadaluwarsa atau berakhir auat
bubar berdasarkan putusan pengadilan. Dalam pokok permasalahan
ini, Perseroan dapat dihapusakan dari daftar perusahaan apabila

dibubarkan. Hal ini diatur dalam Pasal 14 ayat (1) Peraturan Menteri
Perdagangan RI Nomor : 37/M-DAG/PER/9/2007.

Anda mungkin juga menyukai