Anda di halaman 1dari 37

BAB I

SKENARIO IV
Pasien laik-laki usia 35 tahun datang ingin mencabutkan gigi 16, 13, 21,
24, 37, 42 dengana keadaan klinisnya tinggal sisa akar, gusi bengkak, pipi
bengkak dan kemerahan, pasien mengeluh sakit. Bagaimana macam rencana
perawatan yang harus dilakukan.
a.
b.
c.
d.
e.

Mengidentifikasi istilah sulit


Identifikasi permasalahan
Menjawab permasalahan
Konseptual mapping
Learning objektif

Step I
1

Identifikasi istilah sulit

Step 2

Identifikasi Permasalahan
1. Bagaimana macam rencana perawatan yang harus dilakukan.

Step 3
Menjawab Permasalahan
3

Step 4
KONSEPTUAL MAPPING
4

RENCANA
PERAWATAN
BEDAH MULUT
BEDAH

NON BEDAH

RELIEVE OF
PAIN

MEDIKAMEN
T

EKSTRA
KSI

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rencana Perawatan


5

INSISI

OPERKUL
EKTOMI

ODONTEKTO
MI

Rencana perawatan adalah bagaimana perawat merencanakan suatu


tindakan keperawatan agar dalam melakukan perawatan terhadap pasien efektif
dan efisien.
2.2 Relieve Of Pain
Relieve Of Pain merupakan sensasi yang menyebabkan seseorang mencari
pertolongan medis,atau mencari obat-obatan tertentu. Ada sejumlah obat-obat
yang digunakan untuk meredakan rasa nyeri. Nyeri dapat digambarkan sebagai
sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila kita mengalami cedera atau
kerusakan pada tubuh kita. Nyeri dapat terasa sakit, panas, gemetar, kesemutan
seperti terbakar, tertusuk, atau ditikam (France,2012).
2.2.1

Medicamentosa

Medikamentosa adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan obat-obatan


dalam pengobatan atau perawatan penyakit.
Medicamentosa merupakan bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi
yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. (UU No.36
Tahun 2009 tentang Kesehatan).

2.2.1.1 Antibiotik
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai

efek

menekan

atau

menghentikan

suatu

proses biokimia di

dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri(Yulia,2013).


Antibiotik terdiri dari;
1. Amoksilin
Pegunaan obat

antibiotik yang bersifat bakterisida (membunuh bakteri) dengan


mekanisme menghambat sintesa dinding sel bakteri.
Indikasi
1. Infeksi yang disebabkan oleh strain bakteri yang peka infeksi kulit
dan jaringan lunak.
2. Streptolococcus bukan penghasil pelinisilinase, streptolocuccos,
S.pnemoniae, E.Coli, infeksi saluran pernafasan.
3. Infeksi saluran pernafasan atas,saluran cerna,saluran kemih,kulit
dan jaringan lunak dan gonoroe disebabkan bakteri gram positif da
n negatif,bronkitis,pnemonia,otitis media.
Kontra Indikasi
1. Hipersensitivitas,pasien dengan riwayat alergi terhadap penesilin.
2. Hipersensitif terhadap beta laktam.
Efek Samping
1. Reaksi kepekaan sterythematosus maculopapular,urtikaria,dan
serum sicknes.
2. Gangguang terhadap saluran pencernaan seperti mual,muntah dan
diare.
Dosis Dewasa
1. 3 gram satu jam sebelum prosedur perawatan,dilanjutkan 1 gram 6
jam kemudian pemberian pertama.
2. Dewasa dan anak-anak dengan BB>20 kg 250-500 mg tiap 8 jam.
Dosis Kanak-Kanak

1. Dengan BB < 20 kg sehari dengan 20-40 mg/kg/BB dalam dosis


tiap 8 jam
2. Ampisilin
Penggunaan obat
Untuk infeksi.
Indikasi
1. Infeksi saluran pencernaan dan pernafasan,dan kemih.
Kontra Indikasi
1. Hipersensitifitas,pasien dengan riwayat alergi terhadap penesiline
Efek Samping
1. Reaksi kepekaan seperti erythematosus
macolupapular,glositis,stomasitis,mual,muntah,diare.
Dosis Dewasa
Ampisilin 2 gr IM/IV 30 menit sebelum,dilanjutkan 1 gr IM/IV 6 jam
kemudian.
Klindamisin 300 mg IV 30 menit sebelum,dilanjutkan 150 mg IV 6
jam kemudian,
Dosis anak; ampisilin 50 mg/kg,klindamisin 10mg/kg,gentamisin 2
mg/kg,dosis lanjutnya dosis pertama.

3. Gentamisin

Indikasi;
Infeksi mikroba peka gentamisin,infeksi mikroba gram negatif dengan
komplikasi,infeksi parah pada terapi awal kombinasi dengan penisilin atau
sefalosporin,sepsis neonatal bakteri,saluran nafas,cerna,kulit,dan tulang
dan infeksi jaringan lunak.
Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap insubsiensi ginjal.
Efek Samping
Sakit,Gangguang pencernaan,dan diare
Dosis dewasa
Suntikan IM/IV dewasa 40 mg/ml dapat dencerkan dalam 50-200 ml
larutan salin(NaCl) isotonik atau larutan dekstran 5 % diberikan secara
IV infuskan selama periode 15-20 jam.Dosis IM dewasa 3 mg/kg
BB/hari untuk infeksi parah dalam dosis pagiekivalen tiap 8 jam.

2.2.1.2 Analgesik
Analgesik atau Analgetik atau obat-obat penghilang nyeri adalah zat-zat
yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Analgesik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang
digunakan sebagai penahan sakit(Fauzi,2013).
Analgesik obat terdiri dari;
1. Analgesik Opioid/analgesik narkotika
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memilikisifat-sifat seperti
opium atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan atau
menghilangkan rasa nyeriseperti pada fractura dan kanker.
Macam-macam obat Analgesik Opioid:
9

1. Metadon
Indikasi
Detoksifikas ketergantungan morfin, Nyeri hebat pada pasien yang
di rumah sakit.
Kontra Indikasi
Efek Samping
a. Depresi pernapasan
b. Konstipasi
c. Gangguan SSP
d. Hipotensi ortostatik
e. Mual dam muntah pada dosis awal

Gambar.Methadon

2. Kodein
Penggunaan obat
sebuah prodrug 10% dosis diubah menjadi morfin. Kerjanya
disebabkan oleh morfin. Juga merupakan antitusif (menekan batuk)
Indikasi
Penghilang rasa nyeri minor,meredahkan rasa nyeri yang hebat.
Kontra Indikasi
Asma akut,peningkatan penekanan intrakranial,pembedahan sel
empedu dan gangguang fungsi hati.

Efek Samping
10

Serupa dengan morfin, tetapi kurang hebat pada dosis yang


menghilangkan nyeri sedang. Pada dosis tinggi, toksisitas seberat
morfin,depresi jantung dan syok.

Gambar.Kodein

3. Fentanil
Penggunaan obat
Lebih poten dari pada morfin. Depresi pernapasan lebih kecil
kemungkinannya.
Indikasi
a. Medikasi praoperasi yang digunakan dalan anastesi.
b. Menangani nyeri kronis pada pasien yang memerlukan
analgetikopioid.
c. Suplemen analgesik narkotik pada anestesi regional atau
geneal.
Kontra Indikasi
Depresi pernafasan,cedera kepala,serangan asma akut,
Efek Samping
Hiperventilasi,mual,muntah,sembelit/susah buang air besar somnol
en(ketagihan tidur,mengantuk terus).
Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya. Rigiditas otot,
bradikardi ringan.

11

Gambar.Fentanil
Dosis
Pramedikasi: 100 mcg secara IM 30-60 sebelum op.tambahan pada
anestesi regional: 50-100 mcg secara IV/IM lambat selama 1-2
menit bila tambahan anestesis diperlukan.
2. Obat Analgetik Non-narkotik
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan
istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik),
yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral
(Yulia,2013).

Macam-macam obat Analgesik Non-Narkotik:


1. Ibuprofen
Penggunaan obat
Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu
kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui
tidak di anjurkan meminim obat ini.
Indikasi
Menurunkan deman, meringangka nyeri ringan sampai sedang.sakit
gigi,sakit kepala,nyeri otot, dan nyeri pinggang.
12

Kontra indikasi
Penderita dengan tukak peptik,penderita dengan riwayat hipersensitif,polip
hidung,meringangkan
Efek samping
Mual,nyeri epigastrium,rasa terbakar pada ulu hati,pusing gelisah,sakit
kepala,gatal tinitus dan edema.
Dosis
Dosis yang dianjurkan sehari 3-4x; deawasa 200-400 mg total kurang dari
2400 mg /hari.Anak 8-12 thn 200 mg.

Gambar.Ibuprofen
2. Paracetamol/acetaminophen
Penggunaan obat
parasetamol
menggantikan

sebagai

analgesik

penggunaan

dan

salisilat.

antipiretik,
Sebagai

telah

analgesik,

parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena


dapat menimbulkan nefropati analgesik.
Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih
besar

tidak

menolong.

Dalam

sediaannya

sering

dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi meningkatkan


efektinitasnya

tanpa

perlu

meningkatkan

dosisnya

(Fauzi,2013).
Indikasi
Meringankan sakit kepala dan sakit gigi.
Kontra indikasi
Penderita hipersensitif,penderita dengan fungsi hati yang berat.
13

Efek samping
Dosis besar dan penggunaan jangka lama menyebabkan kerusakan
fungsi hati.
Dosis
Dewasa dan anak > 12 thn sehari 3-4x 1 tablet;anak sehari 3-4x
-1.

Gambar. Acetaminophen
2.2.1.3 Anti Inflamasi
Anti-Inflamasi adalah Pengobatan yang meringankan rasa nyeri yang
sering kali merupakan gejala awal yang terlihat dan keluhan utama yang terus
menerus dari pasien dan kedua memperlambat atau membatasi perusakan jaringan
(Katzung, 2002).
Anti-inflamasi terdiri dari
1. Steroid Anti-Inflamation Drugs(Obat Antiiflamasi Steroid Drug)
Adapun mekanisme kerja obat dari golongan steroid adalah menghambat enzim
fospolifase

sehingga

menghambat

pembentukan

prostaglandin

maupun

leukotrien(Fauzi,2013).
Obat Anti-inflamasi Steroid Drug terdiri dari:
1) Hidrokortison
Indikasi
Dermatitis atopik,kontak alergi,neurodermatitis,gatal non spesifik pada
dubur,vulva dan skrotum. Menekan reaksi pada kulit yang disebabkan oleh
infeksi.infeksi kulit seperti dermatitis (Fauzi,2013).
14

Kontra Indikasi
Akne,rosasea,dermatitis perioral.
Efek Samping
Tidak da efek samping
Dosis
Oleskan sehari 2-3 x.
2) Metil prednisolon
Indikasi
eksim endogen (dermatitis atopik,neurodermatitis),eksim

kontak,eksim

degeratif,dan eksim vulgar.


Kontra Indikasi
tuberkolosis atau sifilis pada kulit yang akan diobati,penyakit virus
misalnya varisela,herpes zoster.
Efek Samping
Tidak ada efek samping
Dosis
oleskan tipis sehari 1x kali pada daerah kulit yang sakit lama
pemakaiannya tidak boleh melebihi 12 minggu bagi orang dewasa dan 4 minggu
pada anak.
2. Non Steroid Anti-Inflamation Drugs(Obat Anti-iflamasi Non Steroid
Drug)
Obat Antiiflamasi Non Steroid Drug adalah suatu golongan obat yang
memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan
15

antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan


jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. NSAID
bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika.
Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara kimia
heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase, menyebabkan penurunan
sintesis prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam arakidonat (Dorland,
2002).
Obat NSAID terdiri dari
1) Asam Mefenamat
Indikasi
Asam mefenamat 250 mg/kapsul.menghilangkan rasa nyeri sedang atau
ringan,kondisi akut atau kronis termasuk nyeri persendihan, nyeri otot,
sakit kapala dan sakit gigi (Fauzi,2013).
Kontra Indikasi
Tukak lambung/usus,asma dan ginjal
Efek Samping
Mual, muntah,agranulositosis,
Dosis
Dewasa dosis awal 500 mg lalu 250 mg tiap 6 jam,dismenore:sehari 3 x
500 mg,diberikan saat mulai menstruasi atau sakit dilanjutkan selama 2-3
hari.
2.3 Non Bedah
Non bedah merupakan tindakan seorang medis yang dilakukan untuk
mencegah, memberikan edukasi terhadap pasien.

16

2.3.1 Ekstraksi
Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang
alveolar.Dalam tahap ekstraksi atau biasa disebut eksodontia, terlebih dahulu
harus dilakukan anasthesi pada permukaan mukosa gingiva dan pada syaraf yg
terdapat pada gigi. metode yang dilakukan adalah infiltrasi anasthesi yaitu
anasthesi dengan mendepositkan obat langsung ke syaraf di daerah operasi gigi
atau gigi yang akan dicabut.
Setelah beberapa menit obat anasthesi akan bekerja ditandai dengan rasa
tebal pada permukaan gingiva.
Anestesi atau pembiusan adalah pengurangan atau penghilangan sensasi
untuk sementara, sehingga operasi atau prosedur lain yang menyakitkan dapat
dilakukan.
Tujuan anastesi adalah untuk menyediakan, atau menghilangkan rasa sakit.
Memblokir impuls saraf dari bagian bawah segmen tulang belakang yang mengaki
batkan penurunan sensasi di bagian bawah tubuh.
2.3.1.1 Macam Anastesi Lokal
a) Anastesi Topikal
Menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan saja karena yang dikenai
hanya ujung-ujung serabut urat syaraf.
b) Anastesi Infiltrasi
Anestesi infiltrasi adalah anestesi yang bertujuan untuk menimbulkan
anestesi ujung saraf melalui injeksi pada sekitar jaringan yang akan dianestesi
sehingga mengakibatkan hilangnya rasa dikulit dan jaringan yang terletak lebih
dalam misalnya daerah kecil dikulit atau gusi (pencabutan gigi).

17

Sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah.
Mudah dikerjakan dan efektif. Daya penetrasi anastesi infiltrasi pada anak-anak
cukup dalam karena komposisi tulang dan jaringan belum begitu kompak.
Prosedur Anastesi Infiltrasi
1) Daerah bukal/labial/RA/RB
Masukan jarum ke dalam mukosa 2 3 mm, ujung jarum berada pada
apeks dari gigi yang dicabut. Sebelum mendeponir anastetikum, lakukan aspirasi
untuk melihat apakah pembuluh darah tertusuk. Bila sewaktu dilakukan aspirasi
dan terlihat darah masuk ke dalam karpul, tarik karpul. Buang darah yang berada
di karpul dan lakukan penyuntikan pada lokasi lain yang berdekatan. Masukkan
obat dengan perlahan dan tidak boleh mendadak sebanyak 0,60 ml (1/3 karpul).
2) Daerah palatal/lingual.
Masukkan jarum sampai menyentuh tulang. Masukkan obat perlahan dan tidak
boleh mendadak sebanyak 0,2 0,3 cc. Akan terlihat mukosa daerah tersebut
putih atau pucat.
3) Daerah Interdental Papil
Masukkan jarum pada daerah papila interdental, masukkan obatnya
sebanyak 0,2 0,3 cc. Akan terlihat mukosa daerah tersebut memucat.
4) Anastesi Intraligamen
Suntikan intraligamen dilakukan ke dalam periodontal ligamen. Suntikan
ini menjadi populer belakangan ini setelah adanya syringe khusus untuk tujuan
tersebut. Suntikan intraligamen dapat dilakukan dengan jarum dan syringe
konvensional tetapi lebih baik dengan syringe khusus karena lebih mudah
memberikan tekanan yang diperlukan untuk menyuntikan ke dalam periodontal
ligamen.
18

c) Anastesi Blok
Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun untuk tujuan
diagnostik dan terapi.
2.3.1.2 Prosedur Pencabutan
Prosedur untuk mencabut gigi ada lima langkah yang perlu diikuti yaitu:
1. Sisihkan gusi (gingival attachment) dari gigi yang akan dicabut dengan
menggunakan bein.
2. Goyangkan gigi dengan menggunakan bein (elevator).
3. Pilih tang cabut gigi yang beaknya sesuai dengan bentuk anatomi akar gigi
yang akan dicabut.
4. Luksasi gigi dengan menggunakan tang yang telah dipilih.
5. Lepaskan gigi dari soket dengan gerakan menarik ke arah oklusal.

Gambar.pencabutan gigi
2.3.1.3 Komplikasi Pencabutan Gigi
Di samping ini juga komplikasi pencabutan gigi dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Fraktur
a) Fraktur dari gigi
19

Fraktur pd mahkota saja


Fraktur dari akar
b) Fraktur dari alveolus
Hipersementose
Sering pd pencabutan gigi caninus dan molar yg letaknya
bukoversi
Pada pencabutan molar maksila bagian distobukal turut
tercabut
Perawatan menghaluskan tulang yg tajam dengan bur atau
knabel tang
c) Fraktur dari tulang rahang
Sering pada pencabutan molar tiga rahang bawah, sering terjadi
fraktur pada angulus atau ramus.
2) Laserasi Mukosa
Laserasi mukosa adalah sobekan pada mukosa, disebabkan karena mukosa
atau gingiva terjepit oleh tang pada waktu manipulasi pencabutan gigi.
3) Lesi Pada Nervus
Nervus dapat terluka pada waktu pencabutan
Nervus terluka pada waktu pemberian anestesi lokal krn terkena
jarum tumpul, dpt menyebabkan Prolonged anesthesis
Waktu penyuntikan ada sisa alkohol masuk ke dalam jaringan
sampai ke nervus dapat menyebabkan nekrose dan parastesi
4) Luksasi TMJ
Luksasi TMJ adalah suatu keadaan dimana prosessus kondiloideus dengan
diskus artikularisnya keluar dari fossa artikularis dan berada di depan tuberkulum
artikularis
Luksasio TMJ ada 2 macam :
a.) Habitual
Dalam keadaan menguap saja dapat terjadi luksasio oleh karena kapsul
artikularisnya kendor.
b.) Non habitual
Membuka mulut terlalu lebar
Luksasi bilateral
dagu menonjol ke depan, pasien tidak dapat menutup mulut

20

Luksasi unilateral
dagu miring ke arah yang sehat, pasien tidak dapat menutup mulut
Perawatan Reposisi.
5) Perdarahan
Perdarahan adalah keluarnya darah yang tidak dapat berhenti sendiri tanpa
sesuatu perawatan.
5.1 Macam-macam perdarahan

:
1. Menurut waktunya
a. Primer

Terjadinya pendarahan sewaktu tindakan pembedahan dilakukan karena


banyaknya pembuluh darah yang terpotong. Misalnya pada operasi kista, reseksi
rahang.
b. Intermedier
Yaitu pendarahan yang terjadi 612 jam sesudah tindakan pembedahan.
Penyebab:
Terlepasnya koagulum darah yg menyumbat pembuluh darah yang
terputus.
Sesudah pembedahan penderita terlalu aktif
c. Sekunder
Yaitu keluarnya darah 12 jam hingga beberapa hari sesudah tindakan
pembedahan.
2. Menurut kausanya
a. Pendarahan karena trauma
Kecelakaan, berkelahi, tindakan pembedahan, pencabutan gigi
b. Pendarahan karena non trauma
Disebabkan karena penyakit sistemik misalnya: anemia, leukemia, hemofilia,
radang pembuluh darah, hipovitaminosis C.
6) Komplikasi pada penyembuhan
Disebut Dolor Post Extractionum yaitu sakitnya makin lama makin
terasa dan tidak mau hilang setelah 23 hari.
Sebab-sebabnya :
1. Trauma yang besar
21

2. Tulang alveolus yang tajam


3. Radang atau inflamasi dapat terjadi pada luka bekas pencabutan karena
perawatan luka yang kurang baik, misalnya :
Pasien memegang luka dengan jari
- Membiarkan kapas atau tampon diatas luka sehari penuh
4. Dry socket
Yaitu alveolus sesudah pencabutan gigi tidak terisi dengan koagulum darah.
Gejala-gejalanya :
- Sakitnya terus menerus dan mendalam
- Sakitnya kadang-kadang memancar
- Biasanya pasien dalam keadaan lemah objektif
- Adanya alveolus yg kosong sesudah pencabutan gigi dan hanya dilapisi selapis
tipis jaringan nekrotis yang berwarna abu abu dangan dikelilingi ginggiva yang
berwarna merah
- Jaringan nekrotis berbau gangren
- Kadang-kadang terdapat pembengkakan dari luar

Indikasi pencabutan gigi


Beberapa keadaan gigi yang merupakan indikasi untuk dilakukan pencabutan :
1)

Gigi rusak karena karies dan sudah tidak mungkin dirawat

2)

Letak salah

3)

Gigi yang tidak dapat dirawat endodonti

4)

Adanya resobsi tulang alvcolaris ( periodontal disease )

5)

Permintaan atas indikasi perawatan orthondonti, pembuatan geligi palsu

6)

Gigi-gigi yang akan terkena terapi radiasi

Kontra Indikasi

22

Beberapa keadaan yang menyebabkan tindakan pencabutan gigi mutlak tidak


dapat dilakukan, untuk menghindari kemungkinan terjadinya komplikasi yang
lanjut ataupun bahkan menyebabkan kematian.
2.4 Perawatan bedah
2.4.1 Insisi (Drainase)
Insisi adalah pembuatan jalan keluar nanah secara bedah (dengan scapel).
Insisi drainase merupakan tindakan membuang materi purulent yang toksik,
sehingga mengurangi tekanan pada jaringan, memudahkan suplai darah yang
mengandung antibiotik dan elemen pertahanan tubuh serta meningkatkan kadar
oksigen di daerah infeksi (Hambali, 2008).
Drainase adalah tindakan eksplorasi pada fascial space yang terlibat
untuk mengeluarkan nanah dari dalam jaringan, biasanya dengan menggunakan
hemostat. untuk mempertahankan drainase dari pus perlu dilakukan pemasangan
drain, misalnya dengan rubber drain atau penrose drain, untuk mencegah
menutupnya luka insisi sebelum drainase pus tuntas (Lopez-Piriz et al., 2007).
2.4.1.1 Tujuan Insisi dan Drainase
Tujuan dari tindakan insisi dan drainase, yaitu mencegah terjadinya
perluasan abses/infeksi ke jaringan lain, mengurangi rasa sakit, menurunkan
jumlah populasi mikroba beserta toksinnya, memperbaiki vaskularisasi jaringan
(karena pada daerah abses vakularisasi jaringan biasanya jelek) sehingga tubuh
lebih mampu menanggulangi infeksi yang ada dan pemberian antibiotik lebih
efektif, dan mencegah terjadinya jaringan parut akibat drainase spontan dari abses.
Selain itu, drainase dapat juga dilakukan dengan melakukan open bur dan
ekstirpasi jarngan pulpa nekrotik, atau dengan pencabutan gigi penyebab
(Topazian et al, 1994).
2.4.1.2 Tehnik Insisi dan Drainase

23

Insisi dan drainase biasanya merupakan prosedur bedah yang sederhana.


Pengetahuan tentang anatomi wajah dan leher diperlukan untuk melakukan
drainase yang tepat pada abses yang lebih dalam. Abses seharusnya dikeluarkan
bila ada fluktuasi, sebelum pecah dan pusnya keluar. Insisi dan drainase adalah
perawatan yang terbaik pada abses (Topazian et al, 1994).
Insisi tajam yang cepat pada mukosa oral yang berdekatan dengan tulang
alveolar biasanya cukup untuk menghasilkan pengeluaran pus yang banyak,
sebuah ungkapan abad ke-18 dan 19 yang berupa deskriptif dan seruan. Ahli
bedah yang dapat membuat relief instan dan dapat sembuh dengan pengeluaran
pus dari abses patut dipuji dan oleh sebab itu lebih dikenal daripada teman sejawat
yang kurang terampil yang menginsisi sebelum waktunya atau pada tempat yang
salah (Peterson, 2003).
Prinsip berikut ini harus digunakan bila memungkinkan pada saat
melakukan insisi dan drainase adalah sebagai berikut (Topazian et al., 1994;
Peterson, 2003; Odell, 2004).
Melakukan insisi pada kulit dan mukosa yang sehat. Insisi yang
ditempatkan pada sisi fluktuasi maksimum di mana jaringannya nekrotik atau
mulai perforasi dapat menyebabkan kerutan, jaringan parut yang tidak estetis.

`
Gambar.

24

Penempatan insisi untuk drainase ekstraoral infeksi kepala leher. Insisi


pada titik-titik berikut ini digunakan untuk drainase infeksi pada spasium yang
terindikasi: superficial dan deep temporal, submasseteric, submandibular,
submental, sublingual, pterygomandibular, retropharyngeal, lateral pharyngeal,
retropharyngeal (Peterson, 2003)
Tempatkan insisi pada daerah yang dapat diterima secara estetis, seperti di
bawah bayangan rahang atau pada lipatan kulit alami.
(Gambar 2).

Garis Langer wajah. Laserasi yang menyilang garis Langer dari kulit
bersifat tidak menguntungkan dan mengakibatkan penyembuhan yang secara
kosmetik jelek. Insisi bagian fasia ditempatkan sejajar dengan ketegangan kulit.
(Pedersen, 1996).
Apabila memungkinkan tempatkan insisi pada posisi yang bebas agar
drainase sesuai dengan gravitasi Lakukan pemotongan tumpul, dengan clamp
bedah rapat atau jari, sampai ke jaringan paling bawah dan jalajahi seluruh bagian
kavitas abses dengan perlahan-lahan sehingga daerah kompartemen pus terganggu
dan dapat diekskavasi. Perluas pemotongan ke akar gigi yang bertanggung jawab
terhadap infeksi.
Tempatkan drain (lateks steril atau catheter) dan stabilkan dengan jahitan.
Pertimbangkan penggunaan drain tembus bilateral, infeksi ruang submandibula.
Jangan tinggalkan drain pada tempatnya lebih dari waktu yang ditentukan;
lepaskan drain apabila drainase sudah minimal. Adanya drain dapat mengeluarkan
25

eksudat dan dapat menjadi pintu gerbang masuknya bakteri penyerbu


sekunder.Bersihkan

tepi

luka

setiap

hari

dalam

keadaan

steril

untuk

membersihkan bekuan darah dan debris.


Pengetahuan yang seksama mengenai anatomi fascial dan leher sangat
penting untuk drain yang tepat pada abses yang dalam, tetapi abses yang
membatasi daerah dentoalveolar menunjukkan batas anatomi yang tidak jelas bagi
ahli bedah. Hanya mukosa yang tipis dan menonjol yang memisahkan scalpel dari
infeksi. Idealnya, abses harus didrain ketika ada fluktuasi sebelum ada ruptur dan
drainase spontan. Insisi dan drainase paling bagus dilakukan pada saat ada tanda
awal dari pematangan abses ini, meskipun drainase pembedahan juga efektif,
sebelum adanya perkembangan klasik fluktuasi (Peterson, 2003).
Teknik insisi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (Peterson, 2003).
1) Aplikasi larutan antiseptik sebelum insisi.
2) Anestesi dilakukan pada daerah sekitar drainase abses yang akan dilakukan
dengan anestesi infiltrasi.
(3)

Untuk mencegah penyebaran mikroba ke jaringan sekitarnya maka


direncanakan insisi :
Menghindari duktus (Wharton, Stensen) dan pembuluh darah besar.
Drainase yang cukup, maka insisi dilakukan pada bagian superfisial
pada titik terendah akumulasi untuk menghindari sakit dan
pengeluaran pus sesuai gravitasi.
Jika memungkinkan insisi dilakukan pada daerah yang baik secara
estetik, jika memungkinkan dilakukan secara intraoral.
Insisi dan drainase abses harus dilakukan pada saat yang tepat, saat
fluktuasi positif.
26

4) Drainase abses diawali dengan hemostat dimasukkan ke dalam rongga abses


dengan ujung tertutup, lakukan eksplorasi kemudian dikeluarkan dengan
unjung terbuka. Bersamaan dengan eksplorasi, dilakukan pijatan lunak
untuk mempermudah pengeluaran pus.
5) Penembatan drain karet di dalam rongga abses dan distabilasi dengan jahitan
pada salah satu tepi insisi untuk menjaga insisi menutup dan drainase.
6) Pencabutan gigi penyebab secepatnya.
2.4.1.3. Flap
Flap yaitu suatu lembaran jaringan mukosa yang terdiri dari jaringan
gingiva, mukosa alveolar, dan atau jaringan periosteum yang dilepaskan/dissectin
dari permukaan tulang alveolar.
2.4.1.3.1 Klasifikasi Flap Periodontal
1. Partial thickness flap (flap ketebalan sebagian)
Suatu lembaran jaringan mukosa yang terdiri dari mukosa saja atau
mukosa dan submukosa. Flap dilakukan dengan pemotongan

secara tajam,

meninggalkan sebagian jaringan ikat dan periosteum pada permukaan tulang


alveolar.
2. Full thickness flap (flap ketebalan penuh).
Suatu lembaran jaringan yang terdiri dari mukosa, submukosa dan
periosteum. Dibandingkan partial thickness, full thickness lebih mudah. Partial
thickness flap lebih sulit karena harus mempertahankan periosteum pada tulang
alveolaris pada waktu melakukan bedah .

27

Gambar.

Gambar.

28

2.4.1.4 Flap Widman


Mula-mula dikembangkan oleh Leonard Widman tahun l9l8. Flap ini
untuk merawat pyorrhoea alveolaris. Teknik ini dengan cara menghilangkan
seluruh jaringan

inflamasi, sehingga sesudah operasi dapat menimbulkan resesi

gingiva karena berkurangnya keratinisasi gingiva.


Newman l920 mengembangkan teknik flap secara insisi sulkular atau
insisi krevikular. Tetapi kelemahannya sebagian jaringan inflamasi maupun
nekrose tidak terambil sehingga bisa kambuh kembali.
2.4.1.5 Flap Modifikasi Widman
Kirkland (l931) menemukan modifikasi flap Widman terutama untuk poket
yang disertai supurasi. Bedah ini mengembangkan teknik dengan internal bevel
incision = insisi miring kedalam yang merupakan modifikasi flap Widman.
Caranya: dengan mengambil sebagian jaringan gingiva tepi kurang lebih 1
2 mm dari gingiva bebas sehingga jaringan nekrotik, ulserasi dan inflamasi
dapat terambil. Pada teknik ini disamping mengambil jaringan nekrotik, ulserasi
dan inflamasi juga mempertahankan/ memperlebar gingiva cekat.
Indikasi Flap Modifikasi Widman:
1. Poket supraboni
2. Poket infraboni ringan
Perawatan untuk infraboni yang ringan masih dapat dikerjakan dengan
bedah modifikasi
mengalami

Widman, terutama untuk mengambil dinding poket yang

nekrotik, ulcerasi maupun inflamasi dengan trauma seminimal

mungkin, dengan harapan terbentuk reattachment tanpa terjadi resorpsi tulang


alveolaris dan resesi gingiva.

29

Perawatan poket :
1. Modifikasi Widman flap
2. Undisplaced flap
3. Apically Displaced flap

30

2.4.2 Operkulektomi
1.

Setiap struktur yang menyerupai tutup.

2.

Lapisan jaringan gingiva atau flap yang menutupi mahkota gigi

yang baru erupsi sebagian.


opercula : Bentuk jamak operculum
Pericoronitis
Pericoronitis adalah infeksi yang melibatkan jaringan lunak di sekitar
mohkota gigi yang erupsi sebagian, umumnya terjadi pada gigi M3 bawah. Pada
gigi yang impaksi sebagian, mahkota gigi biasanya diliputi oleh jaringan lunak
baik yang menutupi permukaan oklusal mahkota gigi (operculum) atau
permukaan aksialnya. Antara mahkota gigi yang impaksi dan jaringan lunak yang
menutupinya terdapat suatu ruang potensial, yakni bagian dari dental follicle.
Pericoronitis berawal dari keradangan pada follicle ini.
Pericoronitis dapat juga terjadi akibat trauma gigitan dari M3 RA.
Operculum dari mahkota M3 rahang bawah dapat menjadi bengkak karena tergigit
oleh M3 RA. Dalam hal ini pencabutan gigi M3 RA biasanya akan dapat
menghilangkan gejala klinis dan simptom yang ada. Pericoronitis dapat pula
terjadi akibat terperangkapnya makanan dibawah operculum, sisa makan dapat
menjadi media pertumbuhan bakteri.
Pericoronitis akut
Pericoronitis akut adalah keradangan akut pada jaringan lunak perikorona
yang ditandai dengan rasa sakit cekot-cekot terutama pada waktu mengunyah.
Pada anamnesa pasien mengeluhkan trismus dan rasa tidak enak bila menelan.
Pemeriksaan klinis menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh, frekuensi
denyut nadi dan pernapasan, terdapat pembengkakan EO yang difuse, kelenjar
limfe submandibularis membesar dan sakit pada palpasi. IO tampak mukosa
perikorona membengkak, kemerahan, palpasi sakit dan bila ditekan keluar pus
dari ruang potensial dibawah mukosa.
31

Pericoronitis akut dapat menyebar ke infeksi fascial space di daerah ramus


mandibula(pterygomandibular space atau submasseteric space) atau ke daerah
lateral dari leher (lateralpharyngeal space). Pencabutan merupakan kontraindikasi
mengingat resiko terjadinya penyebaran infeksi.
Debridement melalui irigasi dan pemendekkan tonjol oklusal merupakan
terapi yang sesuai. Sebagian besar pasien dapat dirawat tanpa penggunaan
antibiotika. Pada keadaan tertentu apabila pasien mengalami peningkatan suhu
dan trismus diperlukan antibiotik dan anelgesik untuk mengurangi rasa sakit,
Penisilin adalah salah satu pilihan.
Disamping perawatan umum tersebut, perlu dilakukan perawatan lokal
yaitu :
1.

Irigasi H2O2

2.

Bila terdapat trauma dari gigi M RA dilakukan pemendekkan tonjol oklusal

3.

Bila terbentuk abses, perlu dilakukan insisi pada absesnya.

4. Instruksi pada pasien untuk kumur-kumur larutan air garam hangat dengan
frekuensi yang cukup sering. Tindakan ini cukup efektif untuk meredakan rasa
sakit dan mempercepat resolusi dari keradangan yang terjadi.
Pericoronitis kronis
Pericoronitis kronis ditandai dengan rasa kemeng yang timbulnya berkala.
Tanda yang khas pasien mengeluhkan rasa tidak enak. Tidak ada gejala klinis dan
cukup dilakukan perawatan lokal saja,antibiotik tidak diperlukan.
M3 RB bisa dicabut setelah gejala klinis dari pericoroniti stelah hilang. Bila
pencabutan dilakukan pada saat keradangan akut resiko cukup tinggi untuk terjadi
komplikasi seperti : dry socket atau postoperative infection.
Setelah infeksi dapat diatasi, perawatan definitif yaitu pencabutan dapat segera
dilakukan.

32

2.4.3 Odontektomi
Odontectomi adalah pengeluaran gigi yang dalam keadaan tidak dapat
bertumbuh atau bertumbuh sebagian (impaksi) dimana gigi tersebut tidak dapat
dikeluarkan dengan cara pencabutan tang biasa melainkan dengan cara
pembukaan jaringan ( keras/lunak) yang menutupi jalan keluar gigi tersebut.
Tujuannya adalah untuk Membawa gigi impaksi keposisinya yg normal
dalam lengkung rahang sehingga dapat erupsi dan akar gigi tersebut dapat
berfungsi sebagai alat kunyah yang baik.
Indikasi :
Adanya keadaan patologis (berpenyakit/odontogenik)
Pencegahan terjadinya erupsi yg lambat dan abnormal (pericoronitis)
Mulai terbentuknya kista
Apabila kemungkinan tumbuh normal sulit terjadi
Sesudah akar gigi terbentuk 1/3 2/3 bagian dan sebelum pasien mencapai
usia 18 thn (periode emas)
Penyimpangan

panjang

lengkung

rahang

dan

untuk

membantu

mempertahankan stabilitas hasil perawatan ortodonsi.


Untuk kepentingan prostetik atau restoratif
Apabila M2 didekatnya dicabut dan kemungkinan erupsi normal atau
berfungsinya M3 impaksi sangat kecil
Kontra Indikasi :
Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut (resiko tanggung
sendiri)

33

Apabila tulang yang menutupinya sangat termineralisasi dan padat, yaitu


pasien berusia lebih dari 26 tahun
Apabila kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan
terganggu oleh kondisi fisik atau mental tertentu
Jika kemungkinan besar akan terjadi kerusakan pada struktur yang penting
disekitarnya atau kerusakan tulang pendukung yang luas misalnya; rasio
resiko/manfaat tidak menguntungkan.
Instruksi Pasien Setelah Pembedahan :
Setelah anda dioperasi, proses penyembuhan tergantung anda. Kondisi
yang biasa terjadi ; rasa sakit, minum analgetik sesudah makan
perdarahan pada 24 jam pertama sesudah operasi, lakukan penekanan
dengan kain kasa
pembengkakan puncaknya 24 jam pertama sesudah operasi sampai dengan
1 minggu, kompres air dingin.
Tindakan Yang Sebaiknya Dilakukan :
Gunakan obat sesuai resep
Tempatkan kasa diatas daerah pencabutan bukan didalam bekas tempat
gigi
Lakukan pengompresan es pada wajah untuk mengurangi pembengkakan
selang 30 menit kompres dan 30 menit kemudian lepas.
Tidurlah dengan kepala agak dinaikkan/ditinggikan sehingga hal ini dapat
mengurangi/mengontrol pembengkakan
Lakukan sikat gigi seperti biasa, gunakan obat kumur 24 jam 1
Makan dan minum yang lunak-lunak
34

Istirahat yang cukup akan menghasilkan waktu penyembuhan yang lebih


cepat
Yang Harus Dihindari :
Hindari makanan yang keras dan kasar
Jangan mengisap-isap daerah bekas operasi
Jangan meludah-ludah
Jangan mengunyah permen karet/merokok
Hindari daerah operasi dari rangsang panas
Jangan kerja berat pada 48 jam 1
Jangan minum alkohol
Jangan mengemudi kendaraan pada waktu menggunakan obat analgetik

35

BAB III
KESIMPULAN

Rencana perawatan adalah bagaimana perawat merencanakan suatu


tindakan keperawatan agar dalam melakukan perawatan terhadap pasien efektif
dan efisien.
Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang
alveolar.Dalam tahap ekstraksi atau biasa disebut eksodontia, terlebih dahulu
harus dilakukan anasthesi pada permukaan mukosa gingiva dan pada syaraf yg
terdapat pada gigi. metode yang dilakukan adalah infiltrasi anasthesi yaitu
anasthesi dengan mendepositkan obat langsung ke syaraf di daerah operasi gigi
atau gigi yang akan dicabut.
Setelah beberapa menit obat anasthesi akan bekerja ditandai dengan rasa
tebal pada permukaan gingiva.
Anestesi atau pembiusan adalah pengurangan atau penghilangan sensasi
untuk sementara, sehingga operasi atau prosedur lain yang menyakitkan dapat
dilakukan.

36

Tujuan anastesi adalah untuk menyediakan, atau menghilangkan rasa sakit.


Memblokir impuls saraf dari bagian bawah segmen tulang belakang yang mengaki
batkan penurunan sensasi di bagian bawah tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Bakar, Abu. 2008. Kedokteran Gigi Klinis edisi ke 2. Yogyakarta: CV.


Kita junior.
Fauzi kasim,2013.Informasi Special Obat (ISO).JL.Wijaya kusama No.17
Tombang Jakarta Barat.
http://potooloodental.blog.com/?p=323
http://www.kesehatangigiku.com/teknik-pencabutan-gigi-molar-fraktur-yang-baik/
http://choybuccuq.blogspot.com/2010/06/pericoronitis.html

37

Anda mungkin juga menyukai