SKENARIO IV
Pasien laik-laki usia 35 tahun datang ingin mencabutkan gigi 16, 13, 21,
24, 37, 42 dengana keadaan klinisnya tinggal sisa akar, gusi bengkak, pipi
bengkak dan kemerahan, pasien mengeluh sakit. Bagaimana macam rencana
perawatan yang harus dilakukan.
a.
b.
c.
d.
e.
Step I
1
Step 2
Identifikasi Permasalahan
1. Bagaimana macam rencana perawatan yang harus dilakukan.
Step 3
Menjawab Permasalahan
3
Step 4
KONSEPTUAL MAPPING
4
RENCANA
PERAWATAN
BEDAH MULUT
BEDAH
NON BEDAH
RELIEVE OF
PAIN
MEDIKAMEN
T
EKSTRA
KSI
BAB II
PEMBAHASAN
INSISI
OPERKUL
EKTOMI
ODONTEKTO
MI
Medicamentosa
2.2.1.1 Antibiotik
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai
efek
menekan
atau
menghentikan
suatu
proses biokimia di
3. Gentamisin
Indikasi;
Infeksi mikroba peka gentamisin,infeksi mikroba gram negatif dengan
komplikasi,infeksi parah pada terapi awal kombinasi dengan penisilin atau
sefalosporin,sepsis neonatal bakteri,saluran nafas,cerna,kulit,dan tulang
dan infeksi jaringan lunak.
Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap insubsiensi ginjal.
Efek Samping
Sakit,Gangguang pencernaan,dan diare
Dosis dewasa
Suntikan IM/IV dewasa 40 mg/ml dapat dencerkan dalam 50-200 ml
larutan salin(NaCl) isotonik atau larutan dekstran 5 % diberikan secara
IV infuskan selama periode 15-20 jam.Dosis IM dewasa 3 mg/kg
BB/hari untuk infeksi parah dalam dosis pagiekivalen tiap 8 jam.
2.2.1.2 Analgesik
Analgesik atau Analgetik atau obat-obat penghilang nyeri adalah zat-zat
yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Analgesik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang
digunakan sebagai penahan sakit(Fauzi,2013).
Analgesik obat terdiri dari;
1. Analgesik Opioid/analgesik narkotika
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memilikisifat-sifat seperti
opium atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan atau
menghilangkan rasa nyeriseperti pada fractura dan kanker.
Macam-macam obat Analgesik Opioid:
9
1. Metadon
Indikasi
Detoksifikas ketergantungan morfin, Nyeri hebat pada pasien yang
di rumah sakit.
Kontra Indikasi
Efek Samping
a. Depresi pernapasan
b. Konstipasi
c. Gangguan SSP
d. Hipotensi ortostatik
e. Mual dam muntah pada dosis awal
Gambar.Methadon
2. Kodein
Penggunaan obat
sebuah prodrug 10% dosis diubah menjadi morfin. Kerjanya
disebabkan oleh morfin. Juga merupakan antitusif (menekan batuk)
Indikasi
Penghilang rasa nyeri minor,meredahkan rasa nyeri yang hebat.
Kontra Indikasi
Asma akut,peningkatan penekanan intrakranial,pembedahan sel
empedu dan gangguang fungsi hati.
Efek Samping
10
Gambar.Kodein
3. Fentanil
Penggunaan obat
Lebih poten dari pada morfin. Depresi pernapasan lebih kecil
kemungkinannya.
Indikasi
a. Medikasi praoperasi yang digunakan dalan anastesi.
b. Menangani nyeri kronis pada pasien yang memerlukan
analgetikopioid.
c. Suplemen analgesik narkotik pada anestesi regional atau
geneal.
Kontra Indikasi
Depresi pernafasan,cedera kepala,serangan asma akut,
Efek Samping
Hiperventilasi,mual,muntah,sembelit/susah buang air besar somnol
en(ketagihan tidur,mengantuk terus).
Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya. Rigiditas otot,
bradikardi ringan.
11
Gambar.Fentanil
Dosis
Pramedikasi: 100 mcg secara IM 30-60 sebelum op.tambahan pada
anestesi regional: 50-100 mcg secara IV/IM lambat selama 1-2
menit bila tambahan anestesis diperlukan.
2. Obat Analgetik Non-narkotik
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan
istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik),
yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral
(Yulia,2013).
Kontra indikasi
Penderita dengan tukak peptik,penderita dengan riwayat hipersensitif,polip
hidung,meringangkan
Efek samping
Mual,nyeri epigastrium,rasa terbakar pada ulu hati,pusing gelisah,sakit
kepala,gatal tinitus dan edema.
Dosis
Dosis yang dianjurkan sehari 3-4x; deawasa 200-400 mg total kurang dari
2400 mg /hari.Anak 8-12 thn 200 mg.
Gambar.Ibuprofen
2. Paracetamol/acetaminophen
Penggunaan obat
parasetamol
menggantikan
sebagai
analgesik
penggunaan
dan
salisilat.
antipiretik,
Sebagai
telah
analgesik,
tidak
menolong.
Dalam
sediaannya
sering
tanpa
perlu
meningkatkan
dosisnya
(Fauzi,2013).
Indikasi
Meringankan sakit kepala dan sakit gigi.
Kontra indikasi
Penderita hipersensitif,penderita dengan fungsi hati yang berat.
13
Efek samping
Dosis besar dan penggunaan jangka lama menyebabkan kerusakan
fungsi hati.
Dosis
Dewasa dan anak > 12 thn sehari 3-4x 1 tablet;anak sehari 3-4x
-1.
Gambar. Acetaminophen
2.2.1.3 Anti Inflamasi
Anti-Inflamasi adalah Pengobatan yang meringankan rasa nyeri yang
sering kali merupakan gejala awal yang terlihat dan keluhan utama yang terus
menerus dari pasien dan kedua memperlambat atau membatasi perusakan jaringan
(Katzung, 2002).
Anti-inflamasi terdiri dari
1. Steroid Anti-Inflamation Drugs(Obat Antiiflamasi Steroid Drug)
Adapun mekanisme kerja obat dari golongan steroid adalah menghambat enzim
fospolifase
sehingga
menghambat
pembentukan
prostaglandin
maupun
leukotrien(Fauzi,2013).
Obat Anti-inflamasi Steroid Drug terdiri dari:
1) Hidrokortison
Indikasi
Dermatitis atopik,kontak alergi,neurodermatitis,gatal non spesifik pada
dubur,vulva dan skrotum. Menekan reaksi pada kulit yang disebabkan oleh
infeksi.infeksi kulit seperti dermatitis (Fauzi,2013).
14
Kontra Indikasi
Akne,rosasea,dermatitis perioral.
Efek Samping
Tidak da efek samping
Dosis
Oleskan sehari 2-3 x.
2) Metil prednisolon
Indikasi
eksim endogen (dermatitis atopik,neurodermatitis),eksim
kontak,eksim
16
2.3.1 Ekstraksi
Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang
alveolar.Dalam tahap ekstraksi atau biasa disebut eksodontia, terlebih dahulu
harus dilakukan anasthesi pada permukaan mukosa gingiva dan pada syaraf yg
terdapat pada gigi. metode yang dilakukan adalah infiltrasi anasthesi yaitu
anasthesi dengan mendepositkan obat langsung ke syaraf di daerah operasi gigi
atau gigi yang akan dicabut.
Setelah beberapa menit obat anasthesi akan bekerja ditandai dengan rasa
tebal pada permukaan gingiva.
Anestesi atau pembiusan adalah pengurangan atau penghilangan sensasi
untuk sementara, sehingga operasi atau prosedur lain yang menyakitkan dapat
dilakukan.
Tujuan anastesi adalah untuk menyediakan, atau menghilangkan rasa sakit.
Memblokir impuls saraf dari bagian bawah segmen tulang belakang yang mengaki
batkan penurunan sensasi di bagian bawah tubuh.
2.3.1.1 Macam Anastesi Lokal
a) Anastesi Topikal
Menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan saja karena yang dikenai
hanya ujung-ujung serabut urat syaraf.
b) Anastesi Infiltrasi
Anestesi infiltrasi adalah anestesi yang bertujuan untuk menimbulkan
anestesi ujung saraf melalui injeksi pada sekitar jaringan yang akan dianestesi
sehingga mengakibatkan hilangnya rasa dikulit dan jaringan yang terletak lebih
dalam misalnya daerah kecil dikulit atau gusi (pencabutan gigi).
17
Sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah.
Mudah dikerjakan dan efektif. Daya penetrasi anastesi infiltrasi pada anak-anak
cukup dalam karena komposisi tulang dan jaringan belum begitu kompak.
Prosedur Anastesi Infiltrasi
1) Daerah bukal/labial/RA/RB
Masukan jarum ke dalam mukosa 2 3 mm, ujung jarum berada pada
apeks dari gigi yang dicabut. Sebelum mendeponir anastetikum, lakukan aspirasi
untuk melihat apakah pembuluh darah tertusuk. Bila sewaktu dilakukan aspirasi
dan terlihat darah masuk ke dalam karpul, tarik karpul. Buang darah yang berada
di karpul dan lakukan penyuntikan pada lokasi lain yang berdekatan. Masukkan
obat dengan perlahan dan tidak boleh mendadak sebanyak 0,60 ml (1/3 karpul).
2) Daerah palatal/lingual.
Masukkan jarum sampai menyentuh tulang. Masukkan obat perlahan dan tidak
boleh mendadak sebanyak 0,2 0,3 cc. Akan terlihat mukosa daerah tersebut
putih atau pucat.
3) Daerah Interdental Papil
Masukkan jarum pada daerah papila interdental, masukkan obatnya
sebanyak 0,2 0,3 cc. Akan terlihat mukosa daerah tersebut memucat.
4) Anastesi Intraligamen
Suntikan intraligamen dilakukan ke dalam periodontal ligamen. Suntikan
ini menjadi populer belakangan ini setelah adanya syringe khusus untuk tujuan
tersebut. Suntikan intraligamen dapat dilakukan dengan jarum dan syringe
konvensional tetapi lebih baik dengan syringe khusus karena lebih mudah
memberikan tekanan yang diperlukan untuk menyuntikan ke dalam periodontal
ligamen.
18
c) Anastesi Blok
Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun untuk tujuan
diagnostik dan terapi.
2.3.1.2 Prosedur Pencabutan
Prosedur untuk mencabut gigi ada lima langkah yang perlu diikuti yaitu:
1. Sisihkan gusi (gingival attachment) dari gigi yang akan dicabut dengan
menggunakan bein.
2. Goyangkan gigi dengan menggunakan bein (elevator).
3. Pilih tang cabut gigi yang beaknya sesuai dengan bentuk anatomi akar gigi
yang akan dicabut.
4. Luksasi gigi dengan menggunakan tang yang telah dipilih.
5. Lepaskan gigi dari soket dengan gerakan menarik ke arah oklusal.
Gambar.pencabutan gigi
2.3.1.3 Komplikasi Pencabutan Gigi
Di samping ini juga komplikasi pencabutan gigi dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Fraktur
a) Fraktur dari gigi
19
20
Luksasi unilateral
dagu miring ke arah yang sehat, pasien tidak dapat menutup mulut
Perawatan Reposisi.
5) Perdarahan
Perdarahan adalah keluarnya darah yang tidak dapat berhenti sendiri tanpa
sesuatu perawatan.
5.1 Macam-macam perdarahan
:
1. Menurut waktunya
a. Primer
2)
Letak salah
3)
4)
5)
6)
Kontra Indikasi
22
23
`
Gambar.
24
Garis Langer wajah. Laserasi yang menyilang garis Langer dari kulit
bersifat tidak menguntungkan dan mengakibatkan penyembuhan yang secara
kosmetik jelek. Insisi bagian fasia ditempatkan sejajar dengan ketegangan kulit.
(Pedersen, 1996).
Apabila memungkinkan tempatkan insisi pada posisi yang bebas agar
drainase sesuai dengan gravitasi Lakukan pemotongan tumpul, dengan clamp
bedah rapat atau jari, sampai ke jaringan paling bawah dan jalajahi seluruh bagian
kavitas abses dengan perlahan-lahan sehingga daerah kompartemen pus terganggu
dan dapat diekskavasi. Perluas pemotongan ke akar gigi yang bertanggung jawab
terhadap infeksi.
Tempatkan drain (lateks steril atau catheter) dan stabilkan dengan jahitan.
Pertimbangkan penggunaan drain tembus bilateral, infeksi ruang submandibula.
Jangan tinggalkan drain pada tempatnya lebih dari waktu yang ditentukan;
lepaskan drain apabila drainase sudah minimal. Adanya drain dapat mengeluarkan
25
tepi
luka
setiap
hari
dalam
keadaan
steril
untuk
secara tajam,
27
Gambar.
Gambar.
28
29
Perawatan poket :
1. Modifikasi Widman flap
2. Undisplaced flap
3. Apically Displaced flap
30
2.4.2 Operkulektomi
1.
2.
Irigasi H2O2
2.
3.
4. Instruksi pada pasien untuk kumur-kumur larutan air garam hangat dengan
frekuensi yang cukup sering. Tindakan ini cukup efektif untuk meredakan rasa
sakit dan mempercepat resolusi dari keradangan yang terjadi.
Pericoronitis kronis
Pericoronitis kronis ditandai dengan rasa kemeng yang timbulnya berkala.
Tanda yang khas pasien mengeluhkan rasa tidak enak. Tidak ada gejala klinis dan
cukup dilakukan perawatan lokal saja,antibiotik tidak diperlukan.
M3 RB bisa dicabut setelah gejala klinis dari pericoroniti stelah hilang. Bila
pencabutan dilakukan pada saat keradangan akut resiko cukup tinggi untuk terjadi
komplikasi seperti : dry socket atau postoperative infection.
Setelah infeksi dapat diatasi, perawatan definitif yaitu pencabutan dapat segera
dilakukan.
32
2.4.3 Odontektomi
Odontectomi adalah pengeluaran gigi yang dalam keadaan tidak dapat
bertumbuh atau bertumbuh sebagian (impaksi) dimana gigi tersebut tidak dapat
dikeluarkan dengan cara pencabutan tang biasa melainkan dengan cara
pembukaan jaringan ( keras/lunak) yang menutupi jalan keluar gigi tersebut.
Tujuannya adalah untuk Membawa gigi impaksi keposisinya yg normal
dalam lengkung rahang sehingga dapat erupsi dan akar gigi tersebut dapat
berfungsi sebagai alat kunyah yang baik.
Indikasi :
Adanya keadaan patologis (berpenyakit/odontogenik)
Pencegahan terjadinya erupsi yg lambat dan abnormal (pericoronitis)
Mulai terbentuknya kista
Apabila kemungkinan tumbuh normal sulit terjadi
Sesudah akar gigi terbentuk 1/3 2/3 bagian dan sebelum pasien mencapai
usia 18 thn (periode emas)
Penyimpangan
panjang
lengkung
rahang
dan
untuk
membantu
33
35
BAB III
KESIMPULAN
36
DAFTAR PUSTAKA
37