Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

BAB I
PENDAHULUAN
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek yang sering
digambarkan dengan rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddines, unsteadyness)
atau rasa pusing (dizzines).(1)
Vertigo berasal dari kata latin Vetere yang berarti memutar. Vertigo didalam
kamus bahasa diterjemahkan dengan pusing. Diantara keluhan keluhan penderita
yang dikemukakan kepada dokter, pusing yang merupakan keluhan yang umum
setelah nyeri kepala dan batuk. Penulis lain menunjukkan 15 % diantara penderita
yang dikonsultasikan ke ahli saraf atau ahli THT, mengemukakan keluhan vertigo.(2)
Vertigo adalah perasaan berputar-putar. Dalam bahasa indonesia istilah
pusing sangat membingungkan, sebab terlalu luas pemakaiannya, ada istilah daerah
yang lebih tepat. Misalnya pusing tujuh keliling, oyong dan ileur dapat dipakai
sebagai pengganti vertigo. Istilah pusing yang tidak berputar dipakai kata pening,
sedangkan untuk vertigo (pening berputar) dapat dipakai kata pusing. (3)

BAB II
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017

LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama

: Nurida

Umur

: 43 Tahun

Jelis kelamin

: Perempuan

Alamat

: Alur Dua

Agama

: Islam

Status Perkawinan

: Menikah

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Tanggal masuk RS

: 23 Januari 2016

ANAMNESIS
Diperoleh dari autoanamnesa

Keluhan Utama
Pusing Berputar

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD Langsa dengan keluhan pusing berputar, hal ini
dirasakan sejak kemarin. Pasien juga mengeluhkan telinga berdenging sebelah kiri,
Pasien juga mengeluhkan sakit diseluruh lapangan perut, Mual (+), Muntah (+), nyeri
kepala (-).

Riwayat Penyakit Terdahulu:


BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017

LAPORAN KASUS

Pasien pernah mengalami hal serupa sebelumnya

Hipertensi (-)

Trauma (-)

DM (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Disangkal

Riwayat Penggunaan Obat-obatan:


-

Paramex

Procold

ANAMNESA SISTEM
Sistem serebrospinal

: Dalam Batas Normal

Sistem kardiovaskular

: Dalam Batas Normal

Sistem respirasi

: Dalam Batas Normal

Sistem gastrointestinal

: Mual, muntah,

Sistem muskuloskletal

: Dalam Batas Normal

Sistem integumentum

: Dalam Batas Normal

Sistem urogenital

: Dalam Batas Normal

RESUME ANAMNESIS

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

LAPORAN KASUS
Telah diperiksa pasien atas nama Nurida , Usia 43 tahun keluhan pusing berputar, hal
ini dirasakan sejak kemarin. Pasien juga mengeluhkan telinga berdenging sebelah kiri
dan berkeringat dingin , Pasien juga mengeluhkan sakit diseluruh lapangan perut,
Mual (+), Muntah (+), nyeri kepala (-).

DIAGNOSA SEMENTARA
Diagnosis klinis

: Pusing Berputar + Tinitus + Nausea

Diagnosis topis

: Sistem Vestibular

Diagnosis etiologis

: Vertigo perifer, dd Vertigo Central

PEMERIKSAAN FISIK
I.

Status Generalis
BB

: 55 kg

TB

: 150 kg

Pernapasan

: 22x/menit

Suhu

: 36,8 C

Tekanan darah

Denyut nadi

Kanan

: 110 /80 mmHg

Kiri

: 110/80 mmHg

Kanan

: 82x/menit

Kiri

Keadaan umum

Tampak lemas

Status gizi

Baik

Paru-paru
Inspeksi

82x/menit

:
: simetris, retraksi (-)

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

LAPORAN KASUS

II.

Palpasi

: Nyeri tekan (-), stemfremitus kanan=kiri

Perkusi

: Sonor

Auskultasi

: Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)

Jantung

Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis teraba di ICS IV sinistra

Perkusi

: Batas atas

: Dalam Batas Normal

Batas kanan

: Dalam Batas Normal

Batas kiri

: Dalam Batas Normal

Auskultasi

: gallop S3 (-)

Abdomen

Inspeksi

: Simetris, tidak terdapat penonjolan, venektasi (-)

Palpasi

: Soepel (+), Nyeri tekan epigastrium (-)

Perkusi

: Tympani seluruh regio abdomen

Auskultasi

: Peristaltik (+) normal

Hepar

: Tidak teraba

Lien / Splen

: Tidak teraba

Status Neurologis
Kesadaran kualitatif

: Compos Mentis

Kesadaran kuantitatif

: GCS : ( E4 V5 M6 )

Tingkah laku

: Baik

Perasaan hati

: Baik

Orientasi

: Tempat (baik), Waktu (baik), Orang (baik)

Jalan pikiran

: Bagus

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

LAPORAN KASUS
Kecerdasan

: Baik

Daya ingat kejadian

: Baru ( baik ), lama (baik)

Kemampuan bicara

: Baik

Sikap tubuh

: Normal

Cara berjalan

: Tidak dapat dinilai

Gerakan abnormal

: Tidak ada

Kepala

: Bentuk (normochepali), Ukuran (normal), Pulsasi (-),


Nyeri tekan (-), Bising (-)

Leher

: Normal, Kaku kuduk (-), Bentuk vertebra(normal),


Nyeri tekan vertebra (-), pulsasi (-), Bising karotis (-),
Bising subklavia(-), Lhermitte (-), Nafziger (-),
Valsava (-), Brudzinski(-)

NERVUS CRANIALIS
N.I (Olfaktorius) :
KANAN

KIRI

DBN

DBN

KANAN

KIRI

Daya penglihatan Baik

Baik

Baik

Pengenalan warna

Baik

Baik

Medan penglihatan

DBN

DBN

KANAN

KIRI

Daya pembau
N.II (Optikus)

N.III (Okulomotorius)

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

LAPORAN KASUS
Ptosis

Gerak mata ke medial

DBN

DBN

Gerak mata ke atas

DBN

DBN

Gerak mata ke bawah

DBN

DBN

Ukuran pupil

2 mm

2 mm

Bentuk pupil

Bulat

Bulat

Refleks cahaya langsung +

Refleks cahaya tak langsung

Refleks akomodatif

TDP

TDP

Strabismus divergen

Diplopia

N.IV (Troklearis)
KANAN

KIRI

Gerak mata ke medial

DBN

DBN

Strabismus konvergen

Diplopia

N.V (Trigeminus)
KANAN

KIRI

Mengigit

Membuka mulut

Sensibilitas muka atas

Sensibilitas muka tengah

Sensibilitas muka bawah

Refleks kornea

TDP

TDP

Refleks bersin

TDP

TDP

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

LAPORAN KASUS
Refleks masseter

TDP

TDP

Refleks zigomaticus

Trismus

N.VI (Abdusen)
KANAN

KIRI

Gerak mata ke lateral

Strabismus konvergen

Diplopia

N.VII (Fasialis)
KANAN

KIRI

Kerutan dahi

Simetris

Simetris

Kedipan mata

Simetris

Simetris

Lipatan naso labial

Simetris

Simetris

Sudut mulut

Simetris

Simetris

Mengerutkan dahi

Simetris

Simetris

Mengerutkan alis

Simetris

Simetris

Menutup mata

Simetris

Simetris

Meringis
Menggembungkan pipi

+
Simetris

+
Simetris

Bersiul

Tik fasialis

Lakrimasi

Daya kecap lidah 2/3 depan

TDP

Refleks glabela

TDP

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

LAPORAN KASUS
Tanda Myerson

Tanda chovstek

N.VIII (Akustikus)
KANAN

KIRI

Mendengar suara berbisik

Mendengar suara arloji

Tes rinne

TDP

TDP

Tes weber

TDP

TDP

Tes schwabach

TDP

TDP

KANAN

KIRI

Arkus faring

DBN

DBN

Daya kecap lidah 1/3 belakang

TDP

TDP

Refleks muntah

TDP

TDP

Sengau

TDP

TDP

Tersedak

TDP

TDP

N.IX (Glosofaringeus)

N.X (Vagus)
Arkus faring

KANAN

KIRI

DBN

DBN

Nadi

Bersuara

Menelan

N.XI (Aksesorius)
KANAN

KIRI

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

LAPORAN KASUS
Memalingkan kepala

Sikap bahu

DBN

DBN

Mengangkat bahu

DBN

DBN

KANAN

KIRI

N.XII (Hipoglosus)
Sikap lidah

DBN

Artikulasi

Jelas

Jelas

Tremor lidah

Menjulurkan lidah

DBN

Kekuatan lidah

Trofi otot lidah

Eutrofi

Fasikulasi lidah

+
Eutrofi

Badan
Trofi otot punggung(eutrofi), Trofi otot dada(eutrofi)
Nyeri membungkukkan badan (-)
Palpasi dinding perut nyeri tekan (-)
Kolumna vertebralis: bentuk (normal), gerakan (DBN), nyeri tekan (-)
Refleks dinding perut: kanan (normal), kiri (normal)
Refleks kremaster(TDP), Alat kelamin(TDP)
Anggota Gerak Atas
INSPEKSI

KANAN

Drop hand

Pitchers hand

Warna kulit

KIRI

Sawo matang Sawo matang

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

10

LAPORAN KASUS
Claw hand

Kontraktur

PALPASI Tidak dijumpai kelainan

Gerakan
Kekuatan

Lengan atas

Lengan bawah

Tangan

Baik

Baik

Baik

Baik

Tonus

Baik

Trofi

Eutrofi

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Eutrofi Eutrofi

Eutrofi

Eutrof

Eutrofi

Sensibilitas
Termis

DBN

DBN

DBN

Taktil

DBN

DBN

DBN

Posisi

Normal

Vibrasi

: TDP

Bicep

Tricep

Normal

Normal

Radius

Ulna

Normal

Nor

Reflek fisiologis

+2

+2

+2

+2

+2

+2

+2

+2

Perluasan reflek

Reflek patologis

kanan (-)

Gerakan

kiri ( -)

Tungkai atas

Tungkai bawah

Kaki

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

11

LAPORAN KASUS
Kekuatan

Tonus
Trofi

DBN DBN

DBN

DBN

DBN DBN

Eutrofi Eutrofi

Eutrofi Eutrofi

Eutrofi Eutrofi

Taktil

Posisi

Sensibilitas

Vibrasi

TDP
Patella

Achiles

Reflek fisiologis

+2

+2

+2

+2

Perluasan reflek

Reflek patologis

Refleks patologis

KANAN

KIRI

Babinsky

Chadock

Oppenheim

Gordon

Schaffner

Gonda

Bing

Rossolimo

Mendel

Bechtrew

Laseque

Oconnel

Patrick

Kontrapatrick

Gaenslen

Brudzinki II

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

12

LAPORAN KASUS
Guilan

Edelman

Kernig

Klonus paha

Klonus kaki

Koordinasi, langkah, dan keseimbangan


Cara berjalan (Terganggu),
Disdiadokokinesis(-),

Tes Romberg (+),

Reboud Phenomen (TDP),

Dismetri: tes telunjuk hidung (-),

Ataksia (TDP)
Nistagmus ( +/+)

tes hidung-telunjuk-hidung (-)

Tes telunjuk-telunjuk (-)


Gerakan abnormal: tremor(-), khorea(-), balismus (-), atetose(-)
Fungsi Vegetatif
Miksi: inkontinensia urin (-), retensi urin (-), anuria (-), poliuria (-)
Defekasi: inkontinensia alvi (-), retensi alvi (-), ereksi (TDP)

RESUME PEMERIKSAAN
-

Keadaan umum

: Tampak Lemas

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

13

LAPORAN KASUS
-

Kesadaran

: Compos Mentis

GCS

: E4 M6 V5

Tanda vital

: TD

: 110/80 mmhg

HR

: 82x/i

RR

: 22 x/i

: 36,8 C

Romberg Tes (+)

Nistagmus

(+/+)

Petrik

(+)

Kontra Petrik (+)


DIAGNOSA AKHIR
Diagnosis klinis

: Pusing Berputar + Tinitus + Nausea

Diagnosis topis

: Sistem Vestibular

Diagnosis etiologis

: Vertigo perifer, dd Vertigo Central

PENATALAKSANAAN

IVFD Ringer Laktat 16gtt/i

Inj dipehidramine 2cc (extra)

Flunarizine 5mg

( 2 x 1)

Natrium Diclofenac

50mg (2 x 1)

Valsartan

80mg (1x1) Malam

Clobazam

10mg (1x1) Malam

PROGNOSIS
Death

: Dubia at bonam

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

14

LAPORAN KASUS
Disease

: Dubia at bonam

Disability

: Dubia at bonam

Discomfort

: Dubia at bonam

Dissatisfaction

: Dubia at bonam

Destitution

: Dubia at bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017

15

LAPORAN KASUS

1. ANATOMI & FISIOLOGI KESEIMBANGAN


Terdapat tiga sistem yang mengelola keseimbangan tubuh yaitu : sistem
vestibular, sistem proprioseptif, dan sistem optik. Sistem vestibular meliputi
labirin (aparatus vestibularis), nervus vestibularis dan vestibularis sentral. Labirin
terletak dalam pars petrosa os temporalis dan dibagi atas koklea (alat
pendengaran) dan aparatus vestibularis (alat keseumbangan). Labirin yang
merupakan seri saluran, terdiri atas labirin membran yang berisi endolimfe dan
labirin tulang yang berisi perilimfe, dimana kedua cairan ini mempunyai
komposisi kimia berbeda dan tidak saling berhubungan.(2)
Aparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan tiga
pasang kanalis semi sirkularis. Otolith terbagi atas sepasang kantong yang
disebut sakulus dan utrikulus. Sakulus dan utrikulus masing masing mempunyai
suatu penebalan atau makula sebagai mekanoreseptor khusus. Makula terdiri dari
sel sel rambut dan sel penyokong. Kanalis semisirkularis adalah saluran labirin
selaput berisi endolimfe. Ketiga duktus semisirkularis terletak saling tegak lurus.
(2)

Sistem vestibularis memberi respon terhadap percepatan rotasional dan


linear (termasuk grafitasi) serta input visual proprioseptif dalam menjaga
keseimbangan dan orientasi tubuh di ruangan. Gerakan inersia endolimfe dalam
kanalis semisirkularisselama percepatan rotasional akan memindah kupula,
mengaktifkan silia dan transmisi potensial aksi ke divisi vestibuler nervus
kranialis VIII. Percepatan linear menghasilkan pemindaha otolit dalam utrikulus
dan sakulus. Hal ini akan mengubah silia dan meningkatkan atau menurunkan
frekuensi potensial aksidivisi vestibularis nervus VIII.(2)
Neuron orde I dari nervus vestibullaris merelai informasi dari utrikulus,
sakulus dan kanalis semisirkularis ke nukleus vestibularis, melalui badan sel
bipolar yang terletak dalam ganglion vestibularis (ganglion scarpa). Divisi
koklearis dan vestibularis ini berjalan bersama dalam tulang petrosus menuju ke
meatus auditorius internus, menembus sub runsg subarakhnoid di sudut serebello
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017

16

LAPORAN KASUS
pontin, masuk dan saling memisahkan diri pontomedullary juntion menuju
nukleus vestibularis dekat dengan lantai ventrikel IV.

(2)

Nukleus vestibularis

tersusu atas (2)


- Nukleus vestibularis superior (Bechterew)
- Nukleus vestibularis lateral (Deiter)
- Nukleus vestibularis medial (Schwalbe)
- Nukleus vestibularis inferior (Roller)
Serabut-serabut nervus vestibularis telah terbagi sebelum berakhir dalam
kelompok sel nukleus vestibularis dimana akan menjadi neuron orde II.(2)
Beberapa serabut nervus vestibularis membawa inpuls secara langsung
tanpa sinap lewat traktus juxtarestiformis menuju lobus flokulonodularis
serebelum (arkhi-serebellum). Ke empat nukleus vestibularis, sebagian besar dari
nukleus superior dan media mengirim serabutnya melalui fasikulus longitudinalis
medialis. Jalur ini menghubungkan nukleus vestibularis dengan nukleus
III,IV,VI,XI dan nervi spinalis serfikal atas, yang penting dalam mengatur
gerakan mata, kepala dan leher dalam meresponstimulasi kanalis semisirkularis.
Beberapa serabut berlanjut melewati nukleus intertisial cajal dan darkchewitsch
di mesencephalon untuk berjalan asenden menuju kel thalamus (reggio ventral
posterior) dan korteks serebri, numun jalur yang pasti sehingga sinyal dari
vestibular sampai ke korteks belum diketahui. Implus dari nukleus superior dan
medial secara tak langsung menuju serebellum melalui serabut vestibulo
serebelaris. Dari nukleus lateral turun sebagai traktus vestibulospinalis yang
penting dalam mengatur tonus oto dan postur.(2)
Neurofisiologi alat keseimbangan tubuh dipisahkan atas tiga tahap, yaitu (2)
1. Tahap Transduksi
Rangsang gerakan (mekanis, cahaya, proprioseptif) yang ditangkap
oleh reseptor tubuh diubah menjadi implus saraf (bioelektrokimia) yang
selanjutnya diteruskan oleh saraf aferen.
2. Tahap transmisi
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017

17

LAPORAN KASUS
Implus saraf yang dikirim oleh reseptor disalurkan oleh saraf
aferennya menuju ke pusat-pusat keseimbangan di otak. Saraf aferen
tersebut adalah : n vestibularis, n optius, n spinovestibuloserebellaris.
3. Tahap modulasi
Beberapa kelompok inti di otak berperan mengolah informasi yang
disalurkan oleh saraf aferen untuk dilakukan proses modulasi, komparasi,
integrasi / koordinasi dan persepsi. Kelompok inti yang terkait antara lain :
inti

vestibularis,

serebelum

(vestibulo

serebelum),

okulomotorius,

hipotalamus (termasuk pusat mntah di batang otak), formasio retikularis


(termasuk inti locus coeruleus), dan korteks serebri (termasuk limbik dan
prefrontal).(2)
Informasi yang ditangkap vestibulum, visus dan reseptor proprioseptif
tersebut diteruskan ke pusat keseimbangan di otak untuk dibandingkan, baik
yang datang dari sisi kiri terhadap kanan, maupun sebaliknya, yang kemudian
akan dijawab sebagai respon. Bila semuanya berfungsi normal informasi dari
berbagai sumber itu adalah sesuai atau harmonis, pusat akan memberikan
informasi kepada organ pelaksana / efektor dalam bentuk rspon fisiologis.(2)

Apabila salah satu sisi atau sistem dari ketiga tahap tersebut diatas tidak
bekerja sempurnaakan berakibat pada penyesuaian dengan muncunya respon
yang tidak normal (patologik) berupa tanda kegawatan tanda kegawatan dalam
bentuk vertigo (korteks serebri), mual, muntah, keringat dingin (otonom),
nistagmus (otot penggerak mata) dan gangguan keseimbangan.(2)
2. DEFINISI VERTIGO
Vertigo adalah perasaan berputar-putar. Dalam bahasa indonesia istilah
pusing sangat membingungkan, sebab terlalu luas pemakaiannya, ada istilah
daerah yang lebih tepat.(3)

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

18

LAPORAN KASUS
Gangguan keseimbangan dinyatakan sebagai pusing, pening rasa
berputar-utar, sempoyongan rasa seperti melayang atau merasakan badan atau
dunia sekelilingnya berputar-putar dan jungkir balik. Istilah kedokteran
mencakup semua perasaan gangguan keseimbangan adalah vertigo.(4)
Vertigo merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh penderita
dengan gangguan sistem vestibuler. Ini merupakan rasa bergerak (penderita
merasa bahwa sekitarnya bergerak, atau dirinya yang bergerak), dan biasanya
disertai oleh rasa tidak stabil dan kehilangan keseimbangan.(5)
3. ETIOLOGI VERTIGO
Vertigo hanya gejala yang dapat ditimbulkan oleh berbagai macam
penyakit vertigo dapat berasal dari beberapa disiplin sehingga diusahakan
membagi penyebabnya, yaitu menurut anatomi atau lokasi penyakitnya dan
menurut gejala-gejalanya yang menonjol atau klinisnya. Berdasarkan anatomi
penyebab vertigo dapat dibedakan atas 2 bentuk verigo.(6)
Vertigo non-sistematis, yaitu vertigo yang disebabkan oleh kelainan sistem
saraf pusat, bukan oleh kelainan sistem vestibuler perifer. Kelainan ini dapat
terletak di :(6)
1. Mata :
2. Proprioseptik
3. Sistem saraf pusat :
Vertigo yang sistematis, yaitu vertigo yang disebabkan oleh kelainan
sistem vestibular ( yaitu labirin, nervus VIII ata inti vestibularis ) :(6)
1. Telinga
2. Nervus VIII :
3. Inti vestibulum ( batang otak ) :

4. EPIDEMIOLOGI
1. Ras
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017

19

LAPORAN KASUS
Tidak ada predileksi rasial ada untuk SSP menyebabkan vertigo. (7)
2. Jenis kelamin
Pria dan wanita dipengaruhi secara berbeda oleh penyebab yang berbeda dari
CNS vertigo. Migrain vestibular, misalnya, menunjukkan kecenderungan
untuk perempuan.(7)
3. Usia
SSP menyebabkan vertigo biasanya mempengaruhi kelompok populasi yang
lebih tua karena faktor risiko yang terkait penyebab vaskular vertigo, seperti
hipertensi, atherosclerosis, dan diabetes mellitus.
Kelompok populasi yang lebih muda lebih sering terkena migren dan
multiple sclerosis (MS). tumor serebelum mempengaruhi populasi bimodal
dari anak-anak dan orang dewasa. Tumor CPA biasanya mempengaruhi
orang-orang di kelima dekade kedelapan hidup. (7)

5. PATOFISIOLOGI VERTIGO
Bagaimana bisa timbul reaksi tersebut belum ada kesepakatan.
Beberapa teori dikemukakan oleh para pakar adalah sebagai berikut :(2)
Konflik sensoris
Vertigo timbul bila ada ketidakharmonisan antara masukan sensoris

dari kedua sisi dan atau dari ketiga janis reseptor alat keseimbangan
tubuh. Keadaan ini bisa akibat rangsangan berlebihan, lesi sistem

vestibular sentral atau perifer.


Neural mismatch
Gejala timbul akibat adanya mismatch (ketidaksesuaian) antara
pengalaman gerakan yang sudah disimpan di otak dengan gerakan
yang sedang berlangsung. Rangsangan yang baru tersebut dirasakan
asing atau tidak sesuai dengan harapan di otak dan merangsang
kagiatan yang berlebihan di SSP. Bila berlangsung terus akan muncul
suatu adaptasi (sensory rerrengement theory)

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

20

LAPORAN KASUS

Ketidak seimbanga saraf otonomik


Teori ini didasarkan atas kerja obat anti vertigo dimana gejala muncul
akibat ketidakseimbangan saraf otonom akibat rangsang gerakan. Yang

bisa mengarah pada dominasi saraf parasimpatis atau simpatis.


Neurohumoral (sinaps)
Munculnya sindroma vertigo berasal dari pelepasan corticotropin
releasing factor (CRF) dari hipotalamus akibat rangsang gerakan. CRF
meningkatkan sekresi stress hormon, dimana akan merangsang korteks
limbik/ hipokampus (ansietas), dan lokus coeruleus ke arah simpatis
(pucat, vertigo) atau parasimpatis (hipersalivasi, muntah). Bila
sindroma tersebut berulang akibat rangsangan / latihan, maka siklus
perubahan dominasi saraf simpatis dan parasimpatis akan timbul
bergantian, sampai terjadi : perubahan sensitifitas (hiposensitif)

reseptor (down regulation), serta penurunan terhadap influks kalsium.


6. KLASIFIKASI VERTIGO
Berdasarkan lokasinya vertigo terbagi atas perier dan sentral yang secara
umum dapat dibedakan dari riwayat penyakit. Vertigo perifer melibatkan baik
bagian akhir vestibula (kanalis semisirkularis) atau neuron perifer termasuk
nervus VIII pars vestibula. Vertigo sentral dihasilkan dari kelainan yang terjadi
pada batang otak (nukleus vestibularis, fasikulus longitudinalis medialis),
serebelum (lobus flokulonodularis atau traktus vestibuloserebellaris) dan korteks
lobus temporalis.(3)
1. Vertigo perifer
Terdapat tiga jenis vertigo perifer yang sering dialami yaitu BPPV, vestibular
neuritis dan penyakit menierre :
a) Benign paroxysmal positioning vertigo (BPVV):
Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) merupakan jenis
vertigo vestibular perifer yang paling sering ditemui, kira-kira 107 kasus
per 100.000 penduduk, dan lebih banyak pada perempuan serta usia tua
(51-57 tahun). Jarang ditemukan pada orang berusia dibawah 35 tahun
yang tidak memiliki riwayat cedera kepala Dari namanya, jelas bahwa
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017

21

LAPORAN KASUS
vertigo ini diakibatkan perubahan posisi kepala seperti saat berguling di
tempat tidur, membungkuk, atau menengadah ke atas. Mekanisme pasti
terjadinya BPPV masih samar. Tapi penyebabnya sudah diketahui pasti
yaitu debris yang terdapat pada kanalis semisirkularis biasanya pada
kanalis posterior. Debris berupa kristal kalsium karbonat itu dalam
keadaan normal tidak ada. Diduga debris itu menyebabkan perubahan
tekanan endolimfe dan defleksi kupula sehingga timbul gejala vertigo.
Salah satu cara yang sangat mudah dikerjakan untuk mendiagnosis BPPV
adalah uji Dix-Hallpike, yaitu dengan menggerakkan kepala pasien
dengan cepat ke kanan, kiri dan kembali ke tengah. Uji itu dapat
membedakan lesi perifer atau sentral. Pada lesi perifer, dalam hal ini
positif BPPV, didapatkan vertigo dan nistagmus timbul setelah periode
laten 2-10 detik, menghilang dalam waktu kurang dari 1 menit, berkurang
dan menghilang bila uji diulang beberapa kali (fatigue).
Berbeda dengan lesi sentral, periode laten tidak ditemukan,
vertigo dan nistagmus berlangsung lebih dari 1 menit, dan bila diulang
gejala tetap ada (non fatigue). Obat tidak diberikan secara rutin pada
BPPV. Malah cenderung dihindari karena penggunaan obat vestibular
suppresant yang berkepanjangan hingga lebih dari 2 minggu dapat
mengganggu

mekanisme

adaptasi

susunan

saraf

pusat

terhadap

abnormalitas vestibular perifer yang sudah terjadi. Selain itu, efek


samping yang timbul berupa ngantuk, letargi, dan perburukan
keseimbangan.
Tanpa obat bukan berarti tidak ada terapi untuk mengurangi gejala
vertigo pada BPPV. Adalah manuver Epley yang disinyalir merupakan
terapi

yang

aman

dan

efektif.

Manuver

ini

bertujuan

untuk

mengembalikan debris dari kanalis semisirkularis posterior ke vestibular


labirin. Angka keberhasilan manuver Epley dapat mencapai 100% bila
dilatih secara berkesinambungan. Bahkan, uji Dix-Hallpike yang semula
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017

22

LAPORAN KASUS
positif menjadi negatif. Angka rekurensi ditemukan 15% dalam 1 tahun.
Meski dibilang aman, tetap saja ada keadaan tertentu yang menjadi
kontraindikasi melaksanakan manuver ini yaitu stenosis karotid berat,
unstable angina, dan gangguan leher seperti spondilosis servikal dengan
mielopati atau reumatoid artritis berat. Setelah melakukan manuver Epley,
pasien disarankan untuk tetap tegak lurus selama 24 jam untuk mencegah
kemungkinan debris kembali lagi ke kanal semisirkularis posterior. Bila
pasien tidak ada perbaikan dengan manuver Epley dan medikamentosa,
pembedahan dipertimbangkan.(1,6)
b) Vestibular neuritis
Vertigo rotasional yang berat dengan onset akut, disertai
nistagmus spontan, ketidakstabilan postur, dan nausea tanpa diikuti
disfungsi auditorik. Gejala biasanya mencapai puncak dalam 24 jam,
membaik setelah beberapa hari-minggu. Meski kerusakan berupa
hilangnya fungsi vestibular unilateral permanen, tetap terjadi perbaikan
dengan adanya perbaikan otak. Vestibular neuritis dianggap sebagai
akibat virus, meski sulit untuk membuktikan.(2)
c) Penyakit menierre
Serangan yang khas dengan rasa penuh ditelinga, penurunan daya
pendengaran serta tinitus, sebelum muncul vertigo rotasional. Disertai
keluhan ketidakstabilan postur, nistagmus, dan mual selama beberapa
menit beberapa jam. Penyakit menierre disebabkan oleh hidrops
indolimfatik yang berakhir dengan degenerasi sel-sel rambut pada koklea
dan neuro epitel di kanalis semi sirkularis. Sering terjadi pada usia 30-50
tahun. Penyakit ini lebih memilih orang kulit putih. Di Inggris,
prevalensinya sebesar 1 per 1000 penduduk. Laki-laki atau perempuan
mempunyai risiko yang sama. Bisa terjadi pada anak-anak namun paling
sering antara usia 20-50 tahun. Pada penyakit ini terjadi gangguan filtrasi
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017

23

LAPORAN KASUS
endolimfatik dan ekskresi pada telinga dalam, menyebabkan peregangan
pada kompartemen endolimfatik. Penyebabnya multifaktor. Dari kelainan
anatomi, genetik (autosom dominan), virus, autoimun, vaskular,
metabolik, hingga gangguan psikologis.
Gejala penyakit Meniere lebih berat daripada BPPV. Selain
vertigo, biasanya pasien juga mengalami keluhan di telinga berupa tinitus,
tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah, dan sensasi rasa penuh di
telinga. Ada 3 tingkat derajat keparahan penyakit Meniere.(1,2)

Derajat I
gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah. Gangguan
vagal seperti pucat dan berkeringat dapat terjadi. Sebelum gejala
vertigo menyerang, pasien dapat merasakan sensasi di telinga yang
berlangsung selama 20 menit hingga beberapa jam. Diantara

serangan, pasien sama sekali normal.


Derajat II
gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi.

Muncul gejala tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah.


Derajat III
gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif
memburuk. Kali ini mengenai kedua telinga sehingga pasien seolah
mengalami tuli total. Vertigo mulai berkurang atau menghilang.
Obat-obatan seperti proklorperasin, sinnarizin, prometasin, dan
diazepam berguna untuk menekan gejala. Akan tetapi, pemakaian
proklorperasin jangka panjang tidak dianjurkan karena menimbulkan
efek samping ekstrapiramidal dan terkadang efek sedasinya kurang
dapat ditoleransi, khususnya kaum lansia. Intervensi lain berupa diet
rendah garam (<1-2 gram per hari) dan diuretik seperti furosemid,
amilorid,

dan

hidroklorotiazid.

Namun,

kurang

efektif

menghilangkan gejala tuli dan tinitus. Terapi ablasi sel rambut


vestibular dengan injeksi intratimpani gentamisin juga efektif.
Keuntungan injeksi intratimpani daripada sistemik adalah mencegah
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017

24

LAPORAN KASUS
efek toksik berupa toksisitas koklea, ataxia, dan oscillopsia. Pada
kasus jarang dimana penyakit sudah kebal dengan terapi obat, diet
dan diuretik, pasien terpaksa harus memilih intervensi bedah,
misalnya endolimfatik shunt atau kokleosakulotomi. Prognosis
pasien dengan vertigo vestibular tipe perifer umumnya baik, dapat
terjadi remisi sempurna. Sebaliknya pada tipe sentral, prognosis
tergantung dari penyakit yang mendasarinya. Infark arteri basilar atau
vertebral, misalnya, menandakan prognosis yang buruk. Semoga
dengan kemajuan ilmu bedah saraf di masa yang akan datang, vertigo
tak lagi menjadi momok. (1,2)
2. Vertigo sentral
Pada sebagian besar kasus sindroma vertigo sentral disebabkan disfungsi dari
induksi suatu lesi, tapi sebagian kecil disebabkan proses patologis dari berbagai
struktur mulai dari nukleus sampai korteks vestibularis.(2)

7. MANIFESTASI KLINIS
Vertigo merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh penderita
dengan gangguan sistem vestibuler. Ini merupakan rasa bergerak (penderita
merasa bahwa sekitarnya bergerak, atau dirinya yang bergerak), dan biasanya
disertai oleh rasa tidak stabil dan kehilangan keseimbangan.(5)
Gangguan keseimbangan dinyatakan sebagai pusing, pening rasa
berputar-utar, sempoyongan rasa seperti melayang atau merasakan badan atau
dunia sekelilingnya berputar-putar dan jungkir balik. Istilah kedokteran
mencakup semua perasaan gangguan keseimbangan adalah vertigo.(4)
Alih-alih menjadi suatu kondisi medis yang menunjukkan tanda-tanda
dan gejala, vertigo itu sendiri merupakan gejala tunggal.(6)
Vertigo hanya jenis tertentu pusing, menghasilkan arti bahwa Anda, atau
lingkungan Anda, bergerak atau berputar. (6)
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017

25

LAPORAN KASUS
Tergantung pada penyebabnya, namun, gejala lainnya dapat menyertai
vertigo, termasuk gangguan pendengaran, tinnitus, mual, muntah atau perasaan
penuh di telinga. (6) Sebuah tanda gerakan mata klasik vertigo, nystagmus, diuji
oleh dokter.
8. DIAGNOSIS VERTIGO
Seperti diuraikan di atas vertigo bukan suatu penyakit tersendiri, melainkan
gejala dari penyakit yang letak lesi dan penyebabnya berbeda-beda. Oleh karena itu,
pada setiap penderita vertigo harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan yang
cermat dan terarah untuk menentukan bentuk vertigo, letak lesi dan penyebabnya.(1)
a) Anamnesis
Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar,
tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya. Perlu diketahui juga keadaan
yang memprovokasi timbulnya vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh,
keletihan, ketegangan. Profil waktu: apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan,
hilang timbul, paroksimal, kronik, progresif atau membaik. Beberapa penyakit
tertentu mempunyai profil waktu yang karakteristik. Apakah juga ada gangguan
pendengaran yang biasanya menyertai/ditemukan pada lesi alat vestibuler atau n.
vestibularis. Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat,
antimalaria dan lain-lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan adanya
penyakit sistemik seperti anemi, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit
paru juga perlu ditanyakan. Juga kemungkinan trauma akustik.(1)
b) Pemeriksaan Fisik
Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik,
otologik atau neurologik vestibuler atau serebeler; dapat berupa pemeriksaan
fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi
serebelum.(1)

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

26

LAPORAN KASUS
Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan
penyebab; apakah akibat kelainan sentral yang berkaitan dengan kelainan
susunan saraf pusat korteks serebri, serebelum,batang otak, atau berkaitan
dengan sistim vestibuler/otologik; selain itu harus dipertimbangkan pula faktor
psikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut.(1)
Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi
jantung, hipertensi, hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi.(1)
Dalam menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk
vertigonya, lalu letak lesi dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan
terapi kausal yang tepat dan terapi simtomatik yang sesuai.(1)
c) Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada:(1)
1) Fungsi vestibuler/serebeler
Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula
dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi
demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak
dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau
suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan
penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi,
pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan
serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka
maupun pada mata tertutup.
Tandem Gait
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan
pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler
perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita
akan cenderung jatuh.
Uji Unterberger.
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017

27

LAPORAN KASUS
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan
di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit.
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke
arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan
badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan
lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai
nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi
Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita
disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai
menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang
dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat
penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.
2) Fungsi Pendengaran
Tes garpu tala
Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli
perseptif, dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach.
Pada tuli konduktif tes Rinne negatif, Weber lateralisasi ke sisi yang
tuli, dan Schwabach memendek.
Audiometri
Ada beberapa macam pemeriksaan audiometri seperti Loudness
Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay.
Pemeriksaan saraf-saraf otak lain meliputi: acies visus, kampus visus,
okulomotor, sensorik wajah, otot wajah, pendengaran, dan fungsi menelan.
Juga fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas),fungsi sensorik (hipestesi,
parestesi) dan serebeler (tremor, gangguan cara berjalan).

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

28

LAPORAN KASUS

3) Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis


Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di
sentral atau perifer Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke belakang dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45 di
bawah garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45 ke kanan lalu
ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan
uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.
Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul
setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit,
akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali
(fatigue).
Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung
lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (nonfatigue).
Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30C) dan air hangat (44C) masing-masing
selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul
dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus
tersebut (normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau
directional preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika
abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat
maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah jika
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017

29

LAPORAN KASUS
abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di masing-masing
telinga.
Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII,
sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.(1)
Fungsi Vestibuler
Gambar 1. Uji Dix Hallpike(1)

Gambar 1a. Penderita duduk di meja periksa

Gambar 1b. Secara cepat gerakkan pasien ke belakang


(dari posisi duduk ke posisi terlentang)

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

30

LAPORAN KASUS

Gambar 1c. Kepala harus menggantung ke bawah dari meja periksa


kemudian cepat cepat kepala disuruh menengok ke kiri atau ke kanan
(pertahankan 10-15 detik).

Gambar 1d. Perhatikan adanya nistagmus; lakukan uji ini ke kanan


dan kiri kemudian kembali ke posisi duduk dan perhatikan kembali nistagmus
(10-15 detik).
d) Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium untuk gula darah, darah hitungan, elektrolit dan
fungsi tiroid membantu mengidentifikasi kasus pusing. Misalnya anemia dan
gula darah rendah diketahui menyebabkan pusing. Ini harus di bedakan
dengan Vertigo.
2) audiometri tes digunakan untuk mendeteksi penyakit menierre.
3) Neurofisiologi:

Elektroensefalografi

(EEG),

Elektromiografi

(EMG),

Brainstem Auditory Evoked Pontential (BAEP).


BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017

31

LAPORAN KASUS
4) Pencitraan: CT Scan, Arteriografi, Magnetic Resonance Imaging (MRI).

9. PENATALAKSANAAN

Terapi kausal sesuai dengan penyebabnya


Terapi simptomatik :
o Ca-entry blocker : flunarisin (sibelium) 3 x 5-10 mg/hr.
o Antihistamin : sinarsin (stugeron) 3 x 25 mg/hr, dimenhidrinat
o
o
o
o
o

(dramamine) 3 x 50 mg/hr
Histaminik : betahistine (meriston) 3 x 8 mg
Fenotiazine (largaktil) 3 x 25 mg/hr
Benzodiasepin 3 x 2-5 mg/hr
Antiepileptik bila ada tanda kelainan epilepsi dan kelainan EEG
Metoclopramide (primperan, raclonid) 3 x 10 mg/hr, bila ada muntah.(1)

Tabel 1. obat obatan yang diginakan pada terapi simptomatik vertigo(1)

Selain itu dapat dicoba metode Brandt-Daroff sebagai upaya


desensitisasi reseptor semisirkularis.(1)

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

32

LAPORAN KASUS

Gambar 2.brandt daroff.(1)


Pasien duduk tegak di tepi tempat tidur dengan tungkai tergantung;
lalu tutup kedua mata dan berbaring dengan cepat ke salah satu sisi tubuh,
tahan selama 30 detik, kemudian duduk tegak kembali. Setelah 30 detik
baringkan tubuh dengan cara yang sama ke sisi lain, tahan selama 30 detik,
kemudian duduk tegak kembali. Latihan ini dilakukan berulang (lima kali
berturut-turut) pada pagi dan petang hari sampai tidak timbul vertigo lagi.
Latihan lain yang dapat dicoba ialah latihan visual-vestibular; berupa gerakan
mata melirik ke atas, bawah, kiri dan kanan me ngikuti gerak obyek yang
makin lama makin cepat; kemudian diikuti dengan gerakan fleksiekstensi
kepala berulang dengan mata tertutup, yang makin lama makin cepat. Terapi
kausal tergantung pada penyebab yang (mungkin) ditemukan.(1)

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

33

LAPORAN KASUS

BAB IV
KESIMPULAN

Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek yang sering
digambarkan dengan rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddines, unsteadyness)
atau rasa pusing (dizzines).(1)
Vertigo adalah perasaan berputar-putar. Dalam bahasa indonesia istilah pusing
sangat membingungkan, sebab terlalu luas pemakaiannya, ada istilah daerah yang
lebih tepat.(3)
Gangguan keseimbangan dinyatakan sebagai pusing, pening rasa berputarutar, sempoyongan rasa seperti melayang atau merasakan badan atau dunia
sekelilingnya berputar-putar dan jungkir balik. Istilah kedokteran mencakup semua
perasaan gangguan keseimbangan adalah vertigo.(4)
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017

34

LAPORAN KASUS
Vertigo merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh penderita dengan
gangguan sistem vestibuler. Ini merupakan rasa bergerak (penderita merasa bahwa
sekitarnya bergerak, atau dirinya yang bergerak), dan biasanya disertai oleh rasa tidak
stabil dan kehilangan keseimbangan.(5)
Vertigo hanya gejala yang dapat ditimbulkan oleh berbagai macam penyakit
vertigo dapat berasal dari beberapa disiplin sehingga diusahakan membagi
penyebabnya, yaitu menurut anatomi atau lokasi penyakitnya dan menurut gejalagejalanya yang menonjol atau klinisnya. Berdasarkan anatomi penyebab vertigo dapat
dibedakan atas 2 bentuk verigo.(6)

DAFTAR PUSTAKA
1. Wreksoatmodjo Rianto Budi, aspek neurologi Rumah sakit Merzuki mahdi,
bogor,

inndonesia

2004.

Online

29

Juni

2015.

Avaible

at

http://cerminduniakedokteran.com. Hal 41-46


2. Bintoro Aris catur, Kecepatan Rerata Aliran Darah Otak Sistem Vertebrobasilar
Pada Pasien Vertigo Sentral, Tesis, Program pendidikan dikter spesialis I Ilmu
Penyakit Saraf Universitas Diponegoro Semarang, 2000.
3. Soepardi, Efiaty Asyad. Dkk. Gangguan Keseimbangan dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Eds VI. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI. 2010 hal. 94-101
4. Mardjono, M. dan Sidharta P. Gangguan Keseimbangan dalam neurologi klinis
dasar. Jakarta : Dian rakyat. 2009. Hal. 169-173
5. Lumbantobing, SM. Saraf Vestibularis dalam Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik
Dan Mental. Jakarta : Balai penerbit FKUI. 2011. Hal. 67-75
6. Conrad Melissa, Vertigo cause, simptom, treatment online : 29 Juni 2015 avaible
at http://www.medicalnewstoday.com/articles/160900.php.

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

35

LAPORAN KASUS
7.

Antunes MB. CNS Causes of Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 10. Diunduh
tanggal

29

Juni

2015.

Diunduh

dari

http://emedicine.medscape.com/article/884048-overview#showall.

BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA


ACEH 2016 - 2017

36

Anda mungkin juga menyukai