BAB I
PENDAHULUAN
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek yang sering
digambarkan dengan rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddines, unsteadyness)
atau rasa pusing (dizzines).(1)
Vertigo berasal dari kata latin Vetere yang berarti memutar. Vertigo didalam
kamus bahasa diterjemahkan dengan pusing. Diantara keluhan keluhan penderita
yang dikemukakan kepada dokter, pusing yang merupakan keluhan yang umum
setelah nyeri kepala dan batuk. Penulis lain menunjukkan 15 % diantara penderita
yang dikonsultasikan ke ahli saraf atau ahli THT, mengemukakan keluhan vertigo.(2)
Vertigo adalah perasaan berputar-putar. Dalam bahasa indonesia istilah
pusing sangat membingungkan, sebab terlalu luas pemakaiannya, ada istilah daerah
yang lebih tepat. Misalnya pusing tujuh keliling, oyong dan ileur dapat dipakai
sebagai pengganti vertigo. Istilah pusing yang tidak berputar dipakai kata pening,
sedangkan untuk vertigo (pening berputar) dapat dipakai kata pusing. (3)
BAB II
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017
LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama
: Nurida
Umur
: 43 Tahun
Jelis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Alur Dua
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Menikah
Pekerjaan
Tanggal masuk RS
: 23 Januari 2016
ANAMNESIS
Diperoleh dari autoanamnesa
Keluhan Utama
Pusing Berputar
LAPORAN KASUS
Hipertensi (-)
Trauma (-)
DM (-)
Paramex
Procold
ANAMNESA SISTEM
Sistem serebrospinal
Sistem kardiovaskular
Sistem respirasi
Sistem gastrointestinal
: Mual, muntah,
Sistem muskuloskletal
Sistem integumentum
Sistem urogenital
RESUME ANAMNESIS
LAPORAN KASUS
Telah diperiksa pasien atas nama Nurida , Usia 43 tahun keluhan pusing berputar, hal
ini dirasakan sejak kemarin. Pasien juga mengeluhkan telinga berdenging sebelah kiri
dan berkeringat dingin , Pasien juga mengeluhkan sakit diseluruh lapangan perut,
Mual (+), Muntah (+), nyeri kepala (-).
DIAGNOSA SEMENTARA
Diagnosis klinis
Diagnosis topis
: Sistem Vestibular
Diagnosis etiologis
PEMERIKSAAN FISIK
I.
Status Generalis
BB
: 55 kg
TB
: 150 kg
Pernapasan
: 22x/menit
Suhu
: 36,8 C
Tekanan darah
Denyut nadi
Kanan
Kiri
: 110/80 mmHg
Kanan
: 82x/menit
Kiri
Keadaan umum
Tampak lemas
Status gizi
Baik
Paru-paru
Inspeksi
82x/menit
:
: simetris, retraksi (-)
LAPORAN KASUS
II.
Palpasi
Perkusi
: Sonor
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas atas
Batas kanan
Batas kiri
Auskultasi
: gallop S3 (-)
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Hepar
: Tidak teraba
Lien / Splen
: Tidak teraba
Status Neurologis
Kesadaran kualitatif
: Compos Mentis
Kesadaran kuantitatif
: GCS : ( E4 V5 M6 )
Tingkah laku
: Baik
Perasaan hati
: Baik
Orientasi
Jalan pikiran
: Bagus
LAPORAN KASUS
Kecerdasan
: Baik
Kemampuan bicara
: Baik
Sikap tubuh
: Normal
Cara berjalan
Gerakan abnormal
: Tidak ada
Kepala
Leher
NERVUS CRANIALIS
N.I (Olfaktorius) :
KANAN
KIRI
DBN
DBN
KANAN
KIRI
Baik
Baik
Pengenalan warna
Baik
Baik
Medan penglihatan
DBN
DBN
KANAN
KIRI
Daya pembau
N.II (Optikus)
N.III (Okulomotorius)
LAPORAN KASUS
Ptosis
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
Ukuran pupil
2 mm
2 mm
Bentuk pupil
Bulat
Bulat
Refleks akomodatif
TDP
TDP
Strabismus divergen
Diplopia
N.IV (Troklearis)
KANAN
KIRI
DBN
DBN
Strabismus konvergen
Diplopia
N.V (Trigeminus)
KANAN
KIRI
Mengigit
Membuka mulut
Refleks kornea
TDP
TDP
Refleks bersin
TDP
TDP
LAPORAN KASUS
Refleks masseter
TDP
TDP
Refleks zigomaticus
Trismus
N.VI (Abdusen)
KANAN
KIRI
Strabismus konvergen
Diplopia
N.VII (Fasialis)
KANAN
KIRI
Kerutan dahi
Simetris
Simetris
Kedipan mata
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Sudut mulut
Simetris
Simetris
Mengerutkan dahi
Simetris
Simetris
Mengerutkan alis
Simetris
Simetris
Menutup mata
Simetris
Simetris
Meringis
Menggembungkan pipi
+
Simetris
+
Simetris
Bersiul
Tik fasialis
Lakrimasi
TDP
Refleks glabela
TDP
LAPORAN KASUS
Tanda Myerson
Tanda chovstek
N.VIII (Akustikus)
KANAN
KIRI
Tes rinne
TDP
TDP
Tes weber
TDP
TDP
Tes schwabach
TDP
TDP
KANAN
KIRI
Arkus faring
DBN
DBN
TDP
TDP
Refleks muntah
TDP
TDP
Sengau
TDP
TDP
Tersedak
TDP
TDP
N.IX (Glosofaringeus)
N.X (Vagus)
Arkus faring
KANAN
KIRI
DBN
DBN
Nadi
Bersuara
Menelan
N.XI (Aksesorius)
KANAN
KIRI
LAPORAN KASUS
Memalingkan kepala
Sikap bahu
DBN
DBN
Mengangkat bahu
DBN
DBN
KANAN
KIRI
N.XII (Hipoglosus)
Sikap lidah
DBN
Artikulasi
Jelas
Jelas
Tremor lidah
Menjulurkan lidah
DBN
Kekuatan lidah
Eutrofi
Fasikulasi lidah
+
Eutrofi
Badan
Trofi otot punggung(eutrofi), Trofi otot dada(eutrofi)
Nyeri membungkukkan badan (-)
Palpasi dinding perut nyeri tekan (-)
Kolumna vertebralis: bentuk (normal), gerakan (DBN), nyeri tekan (-)
Refleks dinding perut: kanan (normal), kiri (normal)
Refleks kremaster(TDP), Alat kelamin(TDP)
Anggota Gerak Atas
INSPEKSI
KANAN
Drop hand
Pitchers hand
Warna kulit
KIRI
10
LAPORAN KASUS
Claw hand
Kontraktur
Gerakan
Kekuatan
Lengan atas
Lengan bawah
Tangan
Baik
Baik
Baik
Baik
Tonus
Baik
Trofi
Eutrofi
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Eutrofi Eutrofi
Eutrofi
Eutrof
Eutrofi
Sensibilitas
Termis
DBN
DBN
DBN
Taktil
DBN
DBN
DBN
Posisi
Normal
Vibrasi
: TDP
Bicep
Tricep
Normal
Normal
Radius
Ulna
Normal
Nor
Reflek fisiologis
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
Perluasan reflek
Reflek patologis
kanan (-)
Gerakan
kiri ( -)
Tungkai atas
Tungkai bawah
Kaki
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
11
LAPORAN KASUS
Kekuatan
Tonus
Trofi
DBN DBN
DBN
DBN
DBN DBN
Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi
Taktil
Posisi
Sensibilitas
Vibrasi
TDP
Patella
Achiles
Reflek fisiologis
+2
+2
+2
+2
Perluasan reflek
Reflek patologis
Refleks patologis
KANAN
KIRI
Babinsky
Chadock
Oppenheim
Gordon
Schaffner
Gonda
Bing
Rossolimo
Mendel
Bechtrew
Laseque
Oconnel
Patrick
Kontrapatrick
Gaenslen
Brudzinki II
12
LAPORAN KASUS
Guilan
Edelman
Kernig
Klonus paha
Klonus kaki
Ataksia (TDP)
Nistagmus ( +/+)
RESUME PEMERIKSAAN
-
Keadaan umum
: Tampak Lemas
13
LAPORAN KASUS
-
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: E4 M6 V5
Tanda vital
: TD
: 110/80 mmhg
HR
: 82x/i
RR
: 22 x/i
: 36,8 C
Nistagmus
(+/+)
Petrik
(+)
Diagnosis topis
: Sistem Vestibular
Diagnosis etiologis
PENATALAKSANAAN
Flunarizine 5mg
( 2 x 1)
Natrium Diclofenac
50mg (2 x 1)
Valsartan
Clobazam
PROGNOSIS
Death
: Dubia at bonam
14
LAPORAN KASUS
Disease
: Dubia at bonam
Disability
: Dubia at bonam
Discomfort
: Dubia at bonam
Dissatisfaction
: Dubia at bonam
Destitution
: Dubia at bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017
15
LAPORAN KASUS
16
LAPORAN KASUS
pontin, masuk dan saling memisahkan diri pontomedullary juntion menuju
nukleus vestibularis dekat dengan lantai ventrikel IV.
(2)
Nukleus vestibularis
17
LAPORAN KASUS
Implus saraf yang dikirim oleh reseptor disalurkan oleh saraf
aferennya menuju ke pusat-pusat keseimbangan di otak. Saraf aferen
tersebut adalah : n vestibularis, n optius, n spinovestibuloserebellaris.
3. Tahap modulasi
Beberapa kelompok inti di otak berperan mengolah informasi yang
disalurkan oleh saraf aferen untuk dilakukan proses modulasi, komparasi,
integrasi / koordinasi dan persepsi. Kelompok inti yang terkait antara lain :
inti
vestibularis,
serebelum
(vestibulo
serebelum),
okulomotorius,
Apabila salah satu sisi atau sistem dari ketiga tahap tersebut diatas tidak
bekerja sempurnaakan berakibat pada penyesuaian dengan muncunya respon
yang tidak normal (patologik) berupa tanda kegawatan tanda kegawatan dalam
bentuk vertigo (korteks serebri), mual, muntah, keringat dingin (otonom),
nistagmus (otot penggerak mata) dan gangguan keseimbangan.(2)
2. DEFINISI VERTIGO
Vertigo adalah perasaan berputar-putar. Dalam bahasa indonesia istilah
pusing sangat membingungkan, sebab terlalu luas pemakaiannya, ada istilah
daerah yang lebih tepat.(3)
18
LAPORAN KASUS
Gangguan keseimbangan dinyatakan sebagai pusing, pening rasa
berputar-utar, sempoyongan rasa seperti melayang atau merasakan badan atau
dunia sekelilingnya berputar-putar dan jungkir balik. Istilah kedokteran
mencakup semua perasaan gangguan keseimbangan adalah vertigo.(4)
Vertigo merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh penderita
dengan gangguan sistem vestibuler. Ini merupakan rasa bergerak (penderita
merasa bahwa sekitarnya bergerak, atau dirinya yang bergerak), dan biasanya
disertai oleh rasa tidak stabil dan kehilangan keseimbangan.(5)
3. ETIOLOGI VERTIGO
Vertigo hanya gejala yang dapat ditimbulkan oleh berbagai macam
penyakit vertigo dapat berasal dari beberapa disiplin sehingga diusahakan
membagi penyebabnya, yaitu menurut anatomi atau lokasi penyakitnya dan
menurut gejala-gejalanya yang menonjol atau klinisnya. Berdasarkan anatomi
penyebab vertigo dapat dibedakan atas 2 bentuk verigo.(6)
Vertigo non-sistematis, yaitu vertigo yang disebabkan oleh kelainan sistem
saraf pusat, bukan oleh kelainan sistem vestibuler perifer. Kelainan ini dapat
terletak di :(6)
1. Mata :
2. Proprioseptik
3. Sistem saraf pusat :
Vertigo yang sistematis, yaitu vertigo yang disebabkan oleh kelainan
sistem vestibular ( yaitu labirin, nervus VIII ata inti vestibularis ) :(6)
1. Telinga
2. Nervus VIII :
3. Inti vestibulum ( batang otak ) :
4. EPIDEMIOLOGI
1. Ras
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017
19
LAPORAN KASUS
Tidak ada predileksi rasial ada untuk SSP menyebabkan vertigo. (7)
2. Jenis kelamin
Pria dan wanita dipengaruhi secara berbeda oleh penyebab yang berbeda dari
CNS vertigo. Migrain vestibular, misalnya, menunjukkan kecenderungan
untuk perempuan.(7)
3. Usia
SSP menyebabkan vertigo biasanya mempengaruhi kelompok populasi yang
lebih tua karena faktor risiko yang terkait penyebab vaskular vertigo, seperti
hipertensi, atherosclerosis, dan diabetes mellitus.
Kelompok populasi yang lebih muda lebih sering terkena migren dan
multiple sclerosis (MS). tumor serebelum mempengaruhi populasi bimodal
dari anak-anak dan orang dewasa. Tumor CPA biasanya mempengaruhi
orang-orang di kelima dekade kedelapan hidup. (7)
5. PATOFISIOLOGI VERTIGO
Bagaimana bisa timbul reaksi tersebut belum ada kesepakatan.
Beberapa teori dikemukakan oleh para pakar adalah sebagai berikut :(2)
Konflik sensoris
Vertigo timbul bila ada ketidakharmonisan antara masukan sensoris
dari kedua sisi dan atau dari ketiga janis reseptor alat keseimbangan
tubuh. Keadaan ini bisa akibat rangsangan berlebihan, lesi sistem
20
LAPORAN KASUS
21
LAPORAN KASUS
vertigo ini diakibatkan perubahan posisi kepala seperti saat berguling di
tempat tidur, membungkuk, atau menengadah ke atas. Mekanisme pasti
terjadinya BPPV masih samar. Tapi penyebabnya sudah diketahui pasti
yaitu debris yang terdapat pada kanalis semisirkularis biasanya pada
kanalis posterior. Debris berupa kristal kalsium karbonat itu dalam
keadaan normal tidak ada. Diduga debris itu menyebabkan perubahan
tekanan endolimfe dan defleksi kupula sehingga timbul gejala vertigo.
Salah satu cara yang sangat mudah dikerjakan untuk mendiagnosis BPPV
adalah uji Dix-Hallpike, yaitu dengan menggerakkan kepala pasien
dengan cepat ke kanan, kiri dan kembali ke tengah. Uji itu dapat
membedakan lesi perifer atau sentral. Pada lesi perifer, dalam hal ini
positif BPPV, didapatkan vertigo dan nistagmus timbul setelah periode
laten 2-10 detik, menghilang dalam waktu kurang dari 1 menit, berkurang
dan menghilang bila uji diulang beberapa kali (fatigue).
Berbeda dengan lesi sentral, periode laten tidak ditemukan,
vertigo dan nistagmus berlangsung lebih dari 1 menit, dan bila diulang
gejala tetap ada (non fatigue). Obat tidak diberikan secara rutin pada
BPPV. Malah cenderung dihindari karena penggunaan obat vestibular
suppresant yang berkepanjangan hingga lebih dari 2 minggu dapat
mengganggu
mekanisme
adaptasi
susunan
saraf
pusat
terhadap
yang
aman
dan
efektif.
Manuver
ini
bertujuan
untuk
22
LAPORAN KASUS
positif menjadi negatif. Angka rekurensi ditemukan 15% dalam 1 tahun.
Meski dibilang aman, tetap saja ada keadaan tertentu yang menjadi
kontraindikasi melaksanakan manuver ini yaitu stenosis karotid berat,
unstable angina, dan gangguan leher seperti spondilosis servikal dengan
mielopati atau reumatoid artritis berat. Setelah melakukan manuver Epley,
pasien disarankan untuk tetap tegak lurus selama 24 jam untuk mencegah
kemungkinan debris kembali lagi ke kanal semisirkularis posterior. Bila
pasien tidak ada perbaikan dengan manuver Epley dan medikamentosa,
pembedahan dipertimbangkan.(1,6)
b) Vestibular neuritis
Vertigo rotasional yang berat dengan onset akut, disertai
nistagmus spontan, ketidakstabilan postur, dan nausea tanpa diikuti
disfungsi auditorik. Gejala biasanya mencapai puncak dalam 24 jam,
membaik setelah beberapa hari-minggu. Meski kerusakan berupa
hilangnya fungsi vestibular unilateral permanen, tetap terjadi perbaikan
dengan adanya perbaikan otak. Vestibular neuritis dianggap sebagai
akibat virus, meski sulit untuk membuktikan.(2)
c) Penyakit menierre
Serangan yang khas dengan rasa penuh ditelinga, penurunan daya
pendengaran serta tinitus, sebelum muncul vertigo rotasional. Disertai
keluhan ketidakstabilan postur, nistagmus, dan mual selama beberapa
menit beberapa jam. Penyakit menierre disebabkan oleh hidrops
indolimfatik yang berakhir dengan degenerasi sel-sel rambut pada koklea
dan neuro epitel di kanalis semi sirkularis. Sering terjadi pada usia 30-50
tahun. Penyakit ini lebih memilih orang kulit putih. Di Inggris,
prevalensinya sebesar 1 per 1000 penduduk. Laki-laki atau perempuan
mempunyai risiko yang sama. Bisa terjadi pada anak-anak namun paling
sering antara usia 20-50 tahun. Pada penyakit ini terjadi gangguan filtrasi
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017
23
LAPORAN KASUS
endolimfatik dan ekskresi pada telinga dalam, menyebabkan peregangan
pada kompartemen endolimfatik. Penyebabnya multifaktor. Dari kelainan
anatomi, genetik (autosom dominan), virus, autoimun, vaskular,
metabolik, hingga gangguan psikologis.
Gejala penyakit Meniere lebih berat daripada BPPV. Selain
vertigo, biasanya pasien juga mengalami keluhan di telinga berupa tinitus,
tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah, dan sensasi rasa penuh di
telinga. Ada 3 tingkat derajat keparahan penyakit Meniere.(1,2)
Derajat I
gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah. Gangguan
vagal seperti pucat dan berkeringat dapat terjadi. Sebelum gejala
vertigo menyerang, pasien dapat merasakan sensasi di telinga yang
berlangsung selama 20 menit hingga beberapa jam. Diantara
dan
hidroklorotiazid.
Namun,
kurang
efektif
24
LAPORAN KASUS
efek toksik berupa toksisitas koklea, ataxia, dan oscillopsia. Pada
kasus jarang dimana penyakit sudah kebal dengan terapi obat, diet
dan diuretik, pasien terpaksa harus memilih intervensi bedah,
misalnya endolimfatik shunt atau kokleosakulotomi. Prognosis
pasien dengan vertigo vestibular tipe perifer umumnya baik, dapat
terjadi remisi sempurna. Sebaliknya pada tipe sentral, prognosis
tergantung dari penyakit yang mendasarinya. Infark arteri basilar atau
vertebral, misalnya, menandakan prognosis yang buruk. Semoga
dengan kemajuan ilmu bedah saraf di masa yang akan datang, vertigo
tak lagi menjadi momok. (1,2)
2. Vertigo sentral
Pada sebagian besar kasus sindroma vertigo sentral disebabkan disfungsi dari
induksi suatu lesi, tapi sebagian kecil disebabkan proses patologis dari berbagai
struktur mulai dari nukleus sampai korteks vestibularis.(2)
7. MANIFESTASI KLINIS
Vertigo merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh penderita
dengan gangguan sistem vestibuler. Ini merupakan rasa bergerak (penderita
merasa bahwa sekitarnya bergerak, atau dirinya yang bergerak), dan biasanya
disertai oleh rasa tidak stabil dan kehilangan keseimbangan.(5)
Gangguan keseimbangan dinyatakan sebagai pusing, pening rasa
berputar-utar, sempoyongan rasa seperti melayang atau merasakan badan atau
dunia sekelilingnya berputar-putar dan jungkir balik. Istilah kedokteran
mencakup semua perasaan gangguan keseimbangan adalah vertigo.(4)
Alih-alih menjadi suatu kondisi medis yang menunjukkan tanda-tanda
dan gejala, vertigo itu sendiri merupakan gejala tunggal.(6)
Vertigo hanya jenis tertentu pusing, menghasilkan arti bahwa Anda, atau
lingkungan Anda, bergerak atau berputar. (6)
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017
25
LAPORAN KASUS
Tergantung pada penyebabnya, namun, gejala lainnya dapat menyertai
vertigo, termasuk gangguan pendengaran, tinnitus, mual, muntah atau perasaan
penuh di telinga. (6) Sebuah tanda gerakan mata klasik vertigo, nystagmus, diuji
oleh dokter.
8. DIAGNOSIS VERTIGO
Seperti diuraikan di atas vertigo bukan suatu penyakit tersendiri, melainkan
gejala dari penyakit yang letak lesi dan penyebabnya berbeda-beda. Oleh karena itu,
pada setiap penderita vertigo harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan yang
cermat dan terarah untuk menentukan bentuk vertigo, letak lesi dan penyebabnya.(1)
a) Anamnesis
Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar,
tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya. Perlu diketahui juga keadaan
yang memprovokasi timbulnya vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh,
keletihan, ketegangan. Profil waktu: apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan,
hilang timbul, paroksimal, kronik, progresif atau membaik. Beberapa penyakit
tertentu mempunyai profil waktu yang karakteristik. Apakah juga ada gangguan
pendengaran yang biasanya menyertai/ditemukan pada lesi alat vestibuler atau n.
vestibularis. Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat,
antimalaria dan lain-lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan adanya
penyakit sistemik seperti anemi, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit
paru juga perlu ditanyakan. Juga kemungkinan trauma akustik.(1)
b) Pemeriksaan Fisik
Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik,
otologik atau neurologik vestibuler atau serebeler; dapat berupa pemeriksaan
fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi
serebelum.(1)
26
LAPORAN KASUS
Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan
penyebab; apakah akibat kelainan sentral yang berkaitan dengan kelainan
susunan saraf pusat korteks serebri, serebelum,batang otak, atau berkaitan
dengan sistim vestibuler/otologik; selain itu harus dipertimbangkan pula faktor
psikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut.(1)
Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi
jantung, hipertensi, hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi.(1)
Dalam menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk
vertigonya, lalu letak lesi dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan
terapi kausal yang tepat dan terapi simtomatik yang sesuai.(1)
c) Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada:(1)
1) Fungsi vestibuler/serebeler
Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula
dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi
demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak
dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau
suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan
penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi,
pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan
serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka
maupun pada mata tertutup.
Tandem Gait
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan
pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler
perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita
akan cenderung jatuh.
Uji Unterberger.
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017
27
LAPORAN KASUS
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan
di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit.
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke
arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan
badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan
lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai
nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi
Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita
disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai
menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang
dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat
penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.
2) Fungsi Pendengaran
Tes garpu tala
Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli
perseptif, dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach.
Pada tuli konduktif tes Rinne negatif, Weber lateralisasi ke sisi yang
tuli, dan Schwabach memendek.
Audiometri
Ada beberapa macam pemeriksaan audiometri seperti Loudness
Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay.
Pemeriksaan saraf-saraf otak lain meliputi: acies visus, kampus visus,
okulomotor, sensorik wajah, otot wajah, pendengaran, dan fungsi menelan.
Juga fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas),fungsi sensorik (hipestesi,
parestesi) dan serebeler (tremor, gangguan cara berjalan).
28
LAPORAN KASUS
29
LAPORAN KASUS
abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di masing-masing
telinga.
Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII,
sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.(1)
Fungsi Vestibuler
Gambar 1. Uji Dix Hallpike(1)
30
LAPORAN KASUS
Elektroensefalografi
(EEG),
Elektromiografi
(EMG),
31
LAPORAN KASUS
4) Pencitraan: CT Scan, Arteriografi, Magnetic Resonance Imaging (MRI).
9. PENATALAKSANAAN
(dramamine) 3 x 50 mg/hr
Histaminik : betahistine (meriston) 3 x 8 mg
Fenotiazine (largaktil) 3 x 25 mg/hr
Benzodiasepin 3 x 2-5 mg/hr
Antiepileptik bila ada tanda kelainan epilepsi dan kelainan EEG
Metoclopramide (primperan, raclonid) 3 x 10 mg/hr, bila ada muntah.(1)
32
LAPORAN KASUS
33
LAPORAN KASUS
BAB IV
KESIMPULAN
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek yang sering
digambarkan dengan rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddines, unsteadyness)
atau rasa pusing (dizzines).(1)
Vertigo adalah perasaan berputar-putar. Dalam bahasa indonesia istilah pusing
sangat membingungkan, sebab terlalu luas pemakaiannya, ada istilah daerah yang
lebih tepat.(3)
Gangguan keseimbangan dinyatakan sebagai pusing, pening rasa berputarutar, sempoyongan rasa seperti melayang atau merasakan badan atau dunia
sekelilingnya berputar-putar dan jungkir balik. Istilah kedokteran mencakup semua
perasaan gangguan keseimbangan adalah vertigo.(4)
BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS KEDOKTERAN ABULYATAMA
ACEH 2016 - 2017
34
LAPORAN KASUS
Vertigo merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh penderita dengan
gangguan sistem vestibuler. Ini merupakan rasa bergerak (penderita merasa bahwa
sekitarnya bergerak, atau dirinya yang bergerak), dan biasanya disertai oleh rasa tidak
stabil dan kehilangan keseimbangan.(5)
Vertigo hanya gejala yang dapat ditimbulkan oleh berbagai macam penyakit
vertigo dapat berasal dari beberapa disiplin sehingga diusahakan membagi
penyebabnya, yaitu menurut anatomi atau lokasi penyakitnya dan menurut gejalagejalanya yang menonjol atau klinisnya. Berdasarkan anatomi penyebab vertigo dapat
dibedakan atas 2 bentuk verigo.(6)
DAFTAR PUSTAKA
1. Wreksoatmodjo Rianto Budi, aspek neurologi Rumah sakit Merzuki mahdi,
bogor,
inndonesia
2004.
Online
29
Juni
2015.
Avaible
at
35
LAPORAN KASUS
7.
Antunes MB. CNS Causes of Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 10. Diunduh
tanggal
29
Juni
2015.
Diunduh
dari
http://emedicine.medscape.com/article/884048-overview#showall.
36