Anda di halaman 1dari 47

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN TIN

(Ficus carica L)TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL


Studi Eksperimental Pada Tikus Putih Galur Wistar Jantan
yang Diberi Diet Tinggi Kolesterol

Oleh :
Tegar Putra Dovianta
01.211.6538

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITASISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014
0

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Terdapat obat-obatan dislipidemia yang banyak memiliki efek
samping seperti flushin, hiperglikemi, hepatotoksik, hiperurisemia,
miopati, dan lain-lain(US Department of Health and Human Service,
2007). Dari obat-obat yang banyak terdapat efek samping perlu
dikembangkan kembali untuk meminimalisir efek samping, menjadikan
lebih murah dan mudah diperoleh.Banyak terdapat tanaman obat di
Indonesia. Dari sekitar 30.000 jenis tanaman di Indonesia, dari 940
diantaranya sebagai tanaman obat (Pramono, 2007). Dinatara tanaman
tersebut adalah tanaman tin sebagai obat dislipidemia (Joseph & Raj,
2011).Dari penelitian tanaman tin, terdapat kandungan yang bermanfaat
bagi tubuh seperti -sitosterol, saponin, tanin dan flavonoid(Joseph & Raj,
2011). Senyawa- senyawa tersebut bekerja dengan menurunkan low
density lipoprotein,trigliserid,kolesterol serta menaikkan kadar high
density lipoprotein dalam serum darah karena efek antioksidannya (Mawa
et al., 2013).
Dari penelitian MONICA (Monitoring Trends and Determinants of
Cardiovascular Disease)yang berada di Indonesia , penelitian ini
dilakukan di jakarta tahun 1998 dan hasil nya rata rata wanita yang diteliti
memiliki kadar kolesterol 206,6 mg/dldan pria 199,8 mg/dl. Dan
seiringnya

pertambahan

umur

prevalensi

dari

hiperkolesterolemia

meningkat (>6,5 mmol/l). Dan pada penelitian yang sama ditemukan juga
overweight (BMI 25-29,9 kg/m2) sekitar 12,5% pada responden dan
1

dengan BMI lebih dari 30 kg/m2 sekitar 4,9% responden. Dan 22,5%
responden melakukan olahraga dan latihan fisik dengan teratur seperti
jalan-jalan,

senam,

joging

merupakan

olahraga

yang

responden

lakukan(Boedhi, 1994;Anwar, 1994).


Ficus Carina Linn.(Syn: Ficus sycomorous, family: moraceae),
banyak tumbuh didaerah tropis dan subtropics seperti India. Dan dalam
kandungan akarnya digunakan dalam pengobatan tradisional seperti
penyakit Leukodermadan ringworms sedangkan buah buahan nya yang
manis yang berguna sebagai antipiretik , obat pencahar , sifat afrosidiak
dan telah terbukti berguna dalam mengobati penyakit radang dan
kelumpuhan(Kirtikar, 1996, Nadkarni, 1995). Ficus Carica juga telah
dilaporkan memiliki kandungan senyawa bioaktif seperti arabinosa, amyrins, -carotines, glikosida, -setosterols dan xanthotoxol(Gilani et al,
2008). sebelumnya juga sudah dilakukan pemeriksaan kimia dan
ditemukan

kandungan

senyawa

psoralen,

bergapten,

umbelliferone( Seong-Kuk et al, 1995; Louis et al, 2000; Jeong dan


Lachance, 2001).Campesterol, stigmasterol, fucosterol, asam lemak, 6 (2

metoksi-Z-vinil)-7metil-pyranocoumarindan

9,19-cycloarlane

triterpenoid sebagai antikanker( Weiping et al, 1997) dan agen


antiploriferatif: 6-O- asil- -Dglukosyl- -sitosterol(Shai et al, 2001),
asetat calotropenyl, dan asetat lupeol(Saeed dan Sabir, 2002).Selain itu, F.
carica ini mempunyai beberapi efek terapi yang terkandung dari beberapa
bagian berbada dari Ficus carica, seperti Hipoglikemia(Serraclara et al,

1998),

penekan

kanker

antihelmith,

hypotriglyseridemia,

Hypocolesterolemia dan bovine papilomatosis.


Selama ini penelitian tentang daun tin belum dilakukan hanya
sebatas penelitian tentang buah tin. Perlu dilakukan penelitian tentang
pengaruh pemberian ekstrak daun tinterhadap kadar kolesterol.
Perumusan Masalah

1.2.

Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak daun tin (Ficus carica) terhadap
kadar kolesterol total pada tikus putih galur wistar jantan yang diberi diet
tinggi kolesterol?
1.3.

Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian daun tin (Ficus carica)
terhadap kadar kolesterol total pada tikus putih galur wistar jantan
yang diberi diet tinggi kolesterol.

1.3.2. Tujuan Khusus


1.3.2.1. Mengetahui kadar kolesterol total pada tikus setelah diberi
ekstrak daun tin dosis 25 mg/kgBB , 50 mg/kgBB , 100 mg/kgBB.
1.3.2.2. Mengetahui kadar kolesterol total pada tikus setelah diberi
obat simvastatin.
1.4.

Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat teroritis

1.4.1.1. Memberi masukan bagi pengembang ilmu pengetahuan


yang menyangkut pengaruh ekstrak daun tin terhadap
kolesterol.
1.4.1.2. Memberi

informasi

dan

referensi

bagi

penelitian

selanjutnya.
1.4.2. Manfaat praktis
1.4.2.1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat akan manfaat
kandungan dari daun tin terhadap tubuh.
1.4.2.2. Menambah pengetahuan tentang manfaat daun tin.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Kolesterol
2.1.1. Pengertian
Kolesterol ( C27H45OH ) adalah alkohol steroid yang ditemukan
dalam lemak hewani / minyak, empedu, susu, kuning telur. Kolesterol
sebagian besar disintesiskan oleh hati dan sebagian kecil diserap dari diet.
Keberadaan kolesterol dalam pembuluh darah yang kadarnya tinggi akan
membuat endapan / kristal lempengan yang akan mempersempit /
menyumbat pembuluh darah( SutejoA.Y. 2006 ).
Kolesterol ditemukan dalam sel darah merah, membran sel dan
otot. 70% kolesterol di esterifikasikan (dikombinasikan dengan asam
lemak) dan 30% dalam bentuk bebas. Kolesterol merupakan lemak yang
berwarna kekuningan dan seperti lilin yang diproduksi oleh tubuh terutama
didalam hati. Kolesterol merupakan lemak yang penting, namun jika
terlalu berlebihan dalam darah dapat membahayakan kesehatan. Kadar
kolesterol didalam darah adalah dibawah 200 mg/dl. Apabila melampaui
batas

normal

maka

disebut

sebagai

hiperkolesterolemia.

Hiperkolesterolemia biasanya terdapat pada penderita obesitas, diabetes


mellitus, hipertensi, perokok serta orang yang sering minum-minuman
beralkohol. Dalam darah, kolesterol membentuk rangkaian lipoprotein.
Lipoprotein

sendiri,

dibedakan

menjadi

rangkaian

High Density

Lipoprotein (HDL), Very Low Density lipoprotein (VLDL), dan Low

Density Lipoprotein (LDL). Konsentrasi kolesterol paling tinggi terdapat


pada LDL, sedangkan kadar kolesterol paling rendah terdapat pada
HDL( Keerlefever Joyce, 2007 ).

Tabel 1. Kadar kolesterol darah menurut NCEP (National Cholesterol


Education Program)
Kadar Kolesterol Total
<200 mg/dl
200 239 mg/dl
> 240 mg/dl

Kategori
Optimal
Diinginkan
Tinggi

2.1.2. Metabolisme lipoprotein


Metabolisme lipoprotein terbagi menjadi 3 jalur yaitu:
2.1.2.1. Jalur metabolisme eksogen
Trigliserida dan kolesterol merupakan contoh lemak yang
terkandung dalam makanan, dalam tubuh manusia terdapat juga
kandungan kolesterol pada usus dan hepar yang diekskresikan melalui
kandung empedu(vesica fellea) ke usus halus. Lemak dari makanan
maupun dari hepar disebut lemak eksogen. Dimucosa usus halus yang
dibawa oleh eritrosit, trigliserit akan di ubah menjadi asam lemak
bebas sedangkan kolesterol tetap menjadi kolesterol. Setelah itu di
dalam usus halus asam lemak di ubah kembali menjadi trigliserida
sedangkan kolesterol akan di esterifikasi menjadi kolesterol ester.
Dimana trigliserida dan kolesterol ester akan membentuk lipoprotein

yang

dinamai

kilomikron

bersama

fosfolipid

dengan

apolipoprotein(Adam, 2006).
Kilomikron ini akan diangkut melalui saluran limfe dan kemudian
melalui ductus thorasikus akan memasuki ke vaskuler. Tligliserida
dalam kilomikron akan di hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase dan
di ubah menjadi asam lemak bebas yang disimpan kembali di jaringan
adiposa, pada saat trigliserida berlebihan di dalam tubuh sebagian akan
di olah kembali ke trigliserida hati. Kilomikron yang sudah kehilangan
sebagian besar akan menjadi kilomikron remnant mengandung
kolesterol ester yang akan dibawa ke hati(Adam, 2006).
2.1.2.2. Jalur metabolisme endogen
Di hepar terdapat trigleserida dan kolesterol yang akan
dieksresikan dalam vaskuler sebagai lipoprotein VLDL. Dalam
vaskuler, enzim lipoprotein lipase akan menghidrolisis VLDL menjadi
IDL dan selanjutnya dihidrolisis kembali menjadi LDL. LDL
merupakan lipoprotein yang kandungannya banyak kolesterol nya.
Sebagian LDL akan di sebarkan melalui vaskuler ke hepar, testis, dan
ovarium dan ditangkap oleh reseptor LDL. Sebagian dari LDL akan di
oksidasi menjadi sel busa. Jika terdapat banyak kolesterol LDL di
vaskuler maka akan di tangkap oleh sel makrofag(Adam, 2006):
a. Terlalu banyak nya jumlah small dense LDL contoh nya pada
penyakit sindroma metabolik dan diabetes militus.

b. Meningkatnya kadar kolesterol HDL dalam vaskuler yang


mempunyai sifat protektif terhadap oksidasi LDL.(Adam, 2006)
2.1.2.3. Jalur reverse cholesterol transport
HDL akan dilepaskan menjadi partikel kecil yang tidak banyak
terkandung kolesterol yang mengandung apolipoprotein A,C dan E
(HDL nascent). Apolipoprotein A1 merupakan HDL nascent yang asal
nya dari usus halus dan hepar. Makrofag mempunyai kandungan
kolesterol bebas yang nantinya diambil oleh HDL nascent. Setelah itu
enzim

lecithin cholesterol acyltransferase akan meesterifikasikan

kolesterol menjadi kolesterol ester. Akan ada 2 jalur pengangkutan


kolesterol ester oleh HDL. Jalur pertama melalui hepar dan jalur
kedua kolesterol ester yang diangkut HDL oleh VLDL dan IDL
dengan trigliserida yang akan dibantu oleh enzim cholesterol ester
transferase untuk dibawa ke hepar(Adam, 2006).
2.1.3. Metabolisme kolesterol
Kolesterol diserap dari usus dan digabung keldalam
kilomikron yang dibentuk didalam mukosa. Setelah kilomikron
melepaskan trigliserid nya di dalam jaringan adiposa, maka sisa
kilomikron membawa kolesterol ke salam hati di ekskresikan dalam
empedu, keduanya dalam bentuk bebas dan sebagai empedu. Sejumlah
kolesterol empedu diserap kembali dari usus. Kebanyakan dari
kolesterol didalam hati digabung ke dalam VLDL dan semuanya
bersirkulasi didalam komplek lipoprotein. Umpan balik kolesterol

menghambat

hidroksi-metilglutarilKoA

reduktase,

enzim

yang

mengubah -hidroksi--metilglutarilKoA ke asam mevalonat sehingga


bila masukan kolesterol diet tinggi, maka sintesis kolesterol hati
menurun serta sebaliknya tapi kompensasi umpan balik tidak lengkap,
karena diet yang rendah dalam kolesterol dan lemak jenuh
menyebabkan penurunan dalam kolesterol darah yang bersirkulasi
(Adam, 2006).
2.1.4. Sintesis Kolesterol
Kolesterol merupakan komponen penting untuk pembentukan
membran sel dan disintesis di seluruh jaringan, tetapi 90% disintesis
dalam sel mukosa usus dan hepatosit. Dalam hati kolesterol merupakan
precursor dari asam empedu, dalam gonad dan kelenjar, anak ginjal
sebagai precursor dari hormon steroid. Asam lemak bebas (free fatty
acids) dibebaskan ke dalam plasma oleh lemak jaringan, diantara
waktu-waktu makan dan selama berpuasa digunakan sebagai bahan
bakar terutama oleh jaringan otot dan jantung(Kosasih danKosasih,
2008).
2.1.5.

Klasifikasi lipoprotein

2.1.5.1. Kolesterol total dan kolesterol LDL


Kolesterol merupakan salah satu dari komponen lemak itu
sendiri. Kehadiran lemak sendiri dalam tubuh kita sesungguhnya
memiliki fungsi sebagai zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh

disamping zat gizi lainnya seperti karbohidrat, protein, vitamin dan


mineral yang mempunyai fungsi dalam tubuh yaitu untuk melapisi
dinding sel tubuh, membentuk asam empedu, membentuk hormon
seksual, berperan dalam pertumbuhan jaringan saraf dan otak.
Kolesterol sebanyak 75% dibentuk di organ hati sedangkan 25%
diperoleh dari asupan makanan. Kenaikan kadar kolesterol di atas
nilai normal diantaranya disebabkan oleh berlebihnya asupan
makanan yang berasal dari lemak hewani, telur dan serta makananmakanan yang dewasa ini disebut sebagai junkfood(Gandha, 2008).
LDL disebut juga -lipoprotein yang mengandung 21%
protein dan 78% lemak. LDL dikatakan kolesterol jahat karena
LDL berperan membawa kolesterol ke sel dan jaringan tubuh,
sehingga bila jumlahnya berlebihan, kolesterol dapat menumpuk
dan mengendap pada dinding pembuluh darah dan mengeras
menjadi plak. Plak dibentuk dari unsur lemak, kolesterol, kalsium,
produk sisa sel dan materi-materi yang berperan dalam proses
pembekuan darah. Hal inilah yang kemudian dapat berkembang
menjadi menebal dan mengerasnya pembuluh darah yang dikenal
dengan nama aterosklerosis(Gandha, 2008).
2.1.5.2 Trigliserida (TG)
Trigliserida adalah asam lemak dan merupakan jenis lemak
yang paling banyak di dalam darah. Kadar trigliserida yang tinggi
dalam darah (hipertrigliseridemia) juga dikaitkan dengan terjadinya

10

penyakit jantung koroner. Tingginya trigliserida sering disertai


dengan keadaan kadar HDL rendah. Sementara yang lebih
mengerikannya lagi, ditemukan pula pada kadar trigliserida diatas
500 mg/dl dapat menyebabkan peradangan pada pankreas. Kadar
trigliserida dalam darah banyak dipengaruhi oleh kandungan
karbohidrat makanan dan kegemukan(Gandha, 2008).
2.1.5.3 Kolesterol HDL
HDL disebut juga -lipoprotein mengandung 30% protein
dan 48% lemak. HDL dikatakan kolesterol baik karena berperan
membawa kelebihan kolesterol di jaringan kembali ke hati untuk
diedarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh. HDL ini mencegah
terjadinya penumpukkan kolesterol di jaringan, terutama di
pembuluh darah. Kadar HDL menurun biasanya terlihat pada pria,
obesitas,

diabetes

melitus,

hipertrigliseridemia,

dan

lipoproteinemia sedangkan peningkatan HDL terjadi pada wanita,


penurunan

berat

badan,

olahraga

teratur,

dan

berhenti

merokok(Gandha, 2008).
Fungsi HDL antara lain:
a) Meningkatkan sintesis reseptor LDL
b) Diduga sebagai sumber bahan pembentukan prostasiklin
yang bersifat anti trombosis
c) Sebagai sumber apoprotein untuk metabolisme VLDL
remnant dan kilomikron remnant

11

2.1.6.

Faktor risiko dislipidemia:

2.1.7.1 Tidak dapat dimodifikasi:


2.1.6.1.1.

Riwayat

keluarga

dengan

dislipidemia

(genetik)
Faktor genetik merupakan salah satu penyebab dari
dislipidemia primer(Anwar, 2004).
2.1.6.1.2. Faktor usia
Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ
tubuh semakin menurun, begitu juga dengan penurunan
aktivitas reseptor LDL sehingga bercak perlemakan dalam
tubuh

semakin

meningkat

dan

menyebabkan

kadar

kolesterol total lebih tinggi, sedangkan kadar kolesterol


HDL relatif tidak berubah. Pada usia 10 tahun bercak
perlemakan sudah dapat ditemukan di lumen pembuluh
darah

dan

meningkat

kekerapannya

pada

usia

30

tahun(Anwar, 2004).
2.1.6.1.3. Faktor jenis kelamin
Distribusi lemak tubuh berbeda berdasarkan jenis
kelamin. Risiko terjadinya dislipidemia pada pria lebih
besar daripada wanita. Hal tersebut karena pada wanita
produktif

terdapat

efek

perlindungan

terhadap

aterosklerosis dari hormon reproduksi yaitu estrogen


sedangkan pada pria lebih banyak menderita aterosklerosis

12

karena

hormon

testosteron

mempercepat

timbulnya

aterosklerosis. Akan tetapi pada wanita menopause


mempunyai risiko lebih besar daripada wanita premenopause(Anwar, 2004).
2.1.6.2 Dapat dimodifikasi:
2.1.6.2.1. Obesitas
Pada orang obesitas menunjukkan output VLDL
trigliserida yang tinggi dan kadar trigliserida plasma yang
lebih tinggi. Trigliserida yang berlebihan dalam sirkulasi
juga mempengaruhi lipoprotein lain. Bila trigliserida LDL
dan HDL mengalami lipolisis akan mengalami lipolisis,
akan menjadi small dense LDL dan HDL, abnormalitas ini
secara tipikal ditandai dengan kadar HDL kolesterol yang
rendah(Anwar, 2004).
2.1.6.2.2. Asupan makan
Asupan makan adalah banyaknya makanan yang
dikonsumsi seseorang. Asupan tinggi kolesterol dapat
menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total dan LDL
sehingga mempunyai risiko terjadinya dislipidemia(Anwar,
2004).
Ada 3 hal yang mempengaruhi asupan makan yaitu
kebiasaan makan, pengetahuan gizi dan ketersediaan
makanan dalam keluarga(Soekirman, 2000).

13

Kebiasaan makanan disini biasa didefinisikan untuk


menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan
dengan makan dan makanan seperti tata krama, pola makan
yang dimakan, frekuensi makan, kepercayaan yang
dimakan misalnya pantangan, distribusi makanan diantara
anggota keluarga, penerimaan terhadap makanan (suka atau
tidak suka), dan pemilihan bahan makanan yang hendak
dimakan(Soekirman, 2000).
Frekuensi makan dan porsi makan yang kurang
berhubungan dengan diet. Tujuan dari diet untuk mencegah
penyakit kronis jangka panjang dan ditargetkan pada
tingkat perorangan(Gibney, 2008).
Pengetahuan gizi untuk menggunakan pangan
dengan baik dipengaruhi oleh pendidikannya. Dengan
berbekal pendidikan yang cukup, seseorang akan lebih
banyak memperoleh informasi dalam menentukan pola
makan bagi dirinya maupun keluarganya. Pengetahuan
tidak hanya diperoleh melalui pendidikan formal, namun
juga pengalaman diri sendiri, media massa atau dari
pengalaman orang lain. Semakin tinggi tingkat pengetahuan
akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas zat gizi yang
dikonsumsi(Notoatmojo dan soekidjo, 1993).

14

Ketersediaan

pangan

yang

semakin

baik

memungkinkan terpenuhinya seluruh kebutuhan zat gizi


yang dipengaruhi oleh pemberdayaan keluarga dan
pemanfaatan sumber daya masyarakat. Sedangkan kedua
hal tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
kemiskinan(Notoatmojo dan soekidjo, 1993).
Beberapa

penyebab

yang

dapat

menjadikan

seseorang makan melebihi kebutuhan(Notoatmojo dan


soekidjo, 1993):
a) Makan berlebih
Kebiasaan

buruk

yaitu

tidak

bisa

mengendalikan nafsu makan yang dikakukan di rumah,


restoran, saat pesta dan pada pertemuan-pertemuan.
Apabila sudah merasa kenyang, jangan sekali-kali
menambah porsi makanan walaupun makanan yang
tersedia sangat lezat. Begitu juga saat terjadi stress
(rasa

takut,

cemas)

beberapa

orang

yang

menghadapinya akan mengalihkan perhatiannya pada


makanan.
b) Kebiasaan mengemil makanan ringan
Mengemil

adalah

kebiasaan

makan

yang

dilakukan di luar waktu makan, dan makanan yang


dikonsumsi berupa makanan kecil yang rasanya gurih,

15

manis dan biasanya digoreng karena jenis makanan ini


termasuk tinggi kalori. Namun jika rasa lapar sulit
untuk ditahan makanlah makanan yang rendah kalori
dan tinggi serat seperti sayuran dan buah-buahan.
c) Salah memilih dan mengolah makanan
Faktor ini disebabkan karena ketidaktahuan.
Makanan

cepat

saji,

makanan

goreng-gorengan,

makanan bersantan merupakan makanan lemak yang


mengandung ikatan jenuh sehingga sulit untuk dipecah
menjadi bahan bakar. Oleh karena itu, sebaiknya
biasakan memasak dengan cara merebus, mengukus,
memanggang dan mengetim.
Jadi, prinsip modifikasi jenis makanan yaitu
Skip (menghindari makanan berlemak dan manis),
Trim (membuang lemak pada daging), Pick
(memilih blender sayuran dibandingkan jus buah
manis), dan Nick (mengurangi jumlah makanan
berisiko)(Anwar, 2004).
2.1.6.2.3. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik disini meliputi aktivitas sehari-hari,
kebiasaan, hobi, maupun latihan jasmani dan olahraga. Jika
asupan energi tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang
sesuai maka secara kontinyu akan meningkat. Aktifitas fisik

16

penting

yaitu

menjaga

kondisi

tubuh

tetap

sehat,

meningkatkan kelenturan otot serta menguatkan dan


memperpanjang daya tahan otot. Padahal cara yang paling
mudah pengeluaran energi adalah latihan fisik atau gerak
badan. Beberapa hal yang mempengaruhi berkurangnya
aktivitas fisik antara lain adanya berbagai fasilitas yang
memberikan berbagai kemudahan dan kemajuan teknologi
di berbagai bidang kehidupan yang mendorong masyarakat
untuk tidak memerlukan kerja fisik yang berat(Hayati,
2009).
Olahraga yang teratur dapat menyebabkan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida menurun
dalam darah sedangkan kolesterol HDL meningkat secara
bermakna. Dengan berolahraga memecahkan timbunan
trigliserida di dalam sel lemak dan melepaskan asam lemak
dan gliserol ke dalam aliran darah(Hayati, 2009).
Program olahraga yang didesain untuk meningkatkan
kemampuan fisik berdasarkan rumus FIT:
a) Frecuency (Frekuensi, seberapa sering: berapa
hari dalam seminggu)
b) Intensity (Intensitas, seberapa berat latihan
yang dilakukan: ringan, sedang atau sangat aktif)

17

c) Time (Waktu, berapa lama: misalnya sebulan


untuk masing-masing sesi).(Gandha, 2009)
Setiap melakukan latihan jasmani diperlukan 3 tahap yaitu:
a) Pemanasan dengan peregangan selama 5-10
menit
b) Aerobik sampai denyut jantung sasaran selama
20-30 menit
c) Pendinginan dengan menurunkan intensitas
perlahan-lahan selama 5-10 menit(Anwar, 2004).
Frekuensi latihan sebaiknya 4-5x/minggu seperti di
atas atau 2-3 kali per minggu dengan lama latihan 45-60
menit dalam tahap aerobik(Anwar, 2004).
2.1.6.2.4. Merokok
Merokok

menyebabkan

peningkatan

rasio

metabolisme dan cenderung untuk menurunkan intake


makanan dibandingkan orang yang tidak merokok(Hadi,
2005). Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, trigliserida dan menurunkan kadar
kolesterol HDL dalam darah(Anwar, 2004).
Prevalensi merokok setiap hari lebih tinggi pada
usia produktif (25-64 tahun) dan insidensinya pada pria 11
kali lebih tinggi dibandingkan perempuan.Perokok yang

18

menghabiskan 20 batang sehari dapat mempengaruhi atau


memperkuat faktor risiko lainnya yaitu kadar lemak,
hipertensi atau gula darah yang tinggi(Novitasari dan Dyah,
2009). Untuk jangka panjang, perokok berat (lebih dari 20
batang sehari) akan mengalami hipo-HDL-kolesterolemia.
2.1.6.2.5. Hipotiroid
Pada

pasien

hipotiroid,

meskipun

aktivitas

berkurang dari HMG-CoA reduktase, sering kali ada


peningkatan konsentrasi serum kolesterol total, terutama
karena peningkatan kolesterol LDL serum dan lipoprotein
densitas sedang (IDL) kolesterol. Aktivitas penurunan
LDL-reseptor yang mengakibatkan penurunan reseptormediated katabolisme LDL dan IDL adalah penyebab
utama

dari

hiperkolesterolemia

diamati

pada

hipotiroidisme(Liberopoulus, 2002).
Hipertrigliseridemia terkait dengan peningkatan
kadar VLDL dan chylomicronemia yang disebabkan oleh
penurunan aktivitas dari LPL(Liberopoulus, 2002). Pada
orang

pengidap

peningkatan

kadar

hipertiroid
high

biasanya

density

menunjukkan

lipoprotein

(HDL)

kolesterol. Penurunan aktivitas hasil CETP dalam transfer


mengurangi ester kolesterol dari HDL VLDL(Liberopoulus,
2002).

19

2.1.6.2.6. Sindroma nefrotik


Sindrom

nefrotik

hiperkolesterolemia
terutama
lipoprotein

oleh

dan

total

(LDL)

biasanya

terkait

dengan

hipertrigliseridemia.

Ditandai

serum

tinggi

kolesterol.

dan

low-density

Peningkatan

produksi

lipoprotein hati, yang disebabkan oleh sebagian oleh


penurunan tekanan onkotik plasma adalah kelainan
utama(Ahmed et al, 1998).
2.1.7.2.7. Penyakit hati obstruktif
Hati memainkan peran penting dalam metabolisme
lipid. Ini memberikan kontribusi baik dalam siklus eksogen
dan endogen metabolisme lemak dan transportasi lipid
melalui plasma. Sintesis apolipoprotein banyak terjadi di
hati. Apolipoprotein diperlukan untuk perakitan dan
struktur lipoprotein. Lipoprotein memainkan peran penting
dalam penyerapan makanan, asam lemak rantai panjang
kolesterol lemak dan vitamin larut lemak(Ahmed et al,
1998).
Pengangkutan trigliserida, vitamin larut lemak dan
kolesterol dari hati ke jaringan perifer dan transportasi
kolesterol dari jaringan perifer ke hati adalah dengan
lipoprotein. Apolipoproteins mengaktifkan enzim penting
dalam metabolisme lipoprotein dan untuk memediasi

20

pengikatan lipoprotein ke reseptor permukaan sel(Ahmed et


al, 1998).
Hati adalah situs utama dari pembentukan dan
pembersihan lipoprotein. Ini menunjukkan hati yang
terlibat dalam banyak langkah metabolisme lipid dan
transportasi lipid. Dengan demikian pada penyakit hati
metabolisme lipid parah sangat terganggu. Hal ini
dipengaruhi dalam berbagai cara(Ahmed et al, 1998).
Dislipidemia terlihat pada penyakit hati obstruktif
berbeda dari sebagian besar penyebab lain dari dislipidemia
sekunder karena lipoprotein beredar tidak hanya hadir
dalam jumlah abnormal tetapi juga mereka sering memiliki
komposisi yang abnormal(Ahmed et al, 1998).
2.1.6.2.8. Alkohol
Alkohol mempunyai beberapa efek pada tingkat
lipid, termasuk meningkatkan trigliserida serum dan kadar
kolesterol
tampaknya

HDL.

Efeknya

menjadi

terhadap

minimal.

Karena

kolesterol

LDL

alkohol

yang

berlebihan menyebabkan efek yang merugikan banyak,


termasuk

toksisitas

hati,

kardiomiopati,

kecelakaan

kendaraan bermotor dan konsekuensi psikososial yang luas,


tidak dianjurkan untuk pencegahan penyakit jantung
koroner(Ahmed et al, 1998). Konsumsi alkohol dalam 12-

21

24 jam dapat terlihat pada peningkatan Gama Glutamil


Transferase (GGT)(Gandha, 2009).
2.1.6.2.9. Diabetes melitus
Diabetes melitus adalah suatu sindroma penyakit
metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia. Penderita
DM-2 biasanya mengalami dislipidemia kecuali bila
dibawah kontrol glukosa yang baik. Tingginya kadar
glukosa dan resistensi insulin mempunyai efek multipel
pada metabolisme lemak antara lain:
a) Penurunan aktivitas lipoprotein lipase (LPL)
berakibat menurunnya katabolisme kilomikron dan
very low density lipoprotein (VLDL)
b) Peningkatan pengeluaran asam lemak bebas dari
jaringan adiposa
c) Peningkatan sintesis asam lemak di hepar
Penderita DM-2 mempunyai beberapa abnormalitas
lipid, meliputi peningkatan trigliserida plasma karena
peningkatan VLDL dan lipoprotein remnant, peningkatan
low density lipoprotein (LDL) dan penurunan high density
lipoprotein (HDL) kolesterol. Maka dianjurkan mengurangi
konsumsi bahan makanan sumber lemak dan lebih banyak

22

mengkonsumsi makanan tinggi serat(Novitasari dan Dyah,


2009).
2.2.

TanamanTin ( Ficus Carica)


2.2.1. Sistematika Takson
Taksonomi dari tanaman tin (Agung, 2014):
Domain

: Eukaryota

Kingdom

: Plantae

Subkingdom : Tracheobionta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Sub Kelas

: Dilleniidae

Ordo

: Urticales

Famili

: Moraceae

Genus

: Ficus

Spesies

: Ficus carica linn

2.2.2.Tanaman tin (Ficus Carica)


Tanaman tin berdaun tunggal, berselang seling. Panjang daun
antara 12-25 cm,lebar 10-18cm, dan berlekuk dalam 3 atau 5 cuping.
Daunnya berhadapan atau tersebar, jarang ada yang majemuk. Buah tin
muda berwarna kehijauan. Seiring dengan matangnya buah, warna kulit
akan berubah menjadi ungu kehitaman atau kekuningan, sesuai dengan
varietasnya. Pohon tin dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 3-10 m.

23

Tanaman tin memiliki getah yang cukup banyak dan dahan yang kurang
kokoh. Buah tin mengandung sedikit air dan memiliki banyak biji
berwarna merah(Agung, 2014).
2.2.3. Asal dan penyebaran
Buah tin pertama dikenalkan pada daerah Arab. Dari bahasa
Inggris dikenal sebagai figs dan dalam bahasa Indonesia bernama buah
ara. Buah tin bermula pada daerah Asia Barat/ Timur Tengan dan
kemudian menyebar luas di Mediterania. Tumbuhan ini sudah di
budidayakan sejak ribuan tahun lalu. Buah tin ini juga terdapat pada
firman Allah SWT sebagai berikut :

Artinya :Demi buah tin, demi buah zaitun


Pada tahun 1525 sampai 1548 buah tin mulai diperkenalkan di
daerah Inggris. Kemudian pada tahun 1560 mulai dikenal di Amerika.
Pohon beringin merupakan satu family dengan pohon tin dan mulai di
budidayakan di seluruh penjuru dunia(Agung, 2014)
2.2.4. Kandungan dan Manfaat
Tumbuhan Tin merupakan tanaman yang semua bagian nya
bermanfaat sebagai obat herbal mulai dari akar, buah, dan daun.
Manfaat dari tanaman tin seperti mengobati penyakit metabolik,
kardiovaskular, respiratorius, antispasmodic dan anti inflamasi(Duke
et al., 2005). Manfaat lain nya adalah memiliki efek antioksidan, anti
kanker,

hepatoprotektif,

antibacterial,

antipiretik,

antifungal,

antiplatelet, antituberculosis, antimutagenik dan anthelmintik(Mawa et


al., 2013).

24

Dari penelitian mengenai tanaman Tin (Ficus carica), diketahui


bahwa memiliki banyak senyawa bioaktif seperti -sitosterol, saponin,
flavonoid dan tanin(Joseph & Raj, 2011). -sitosterol berfungsi
sebagai penghambat absorbsi kolesterol ransum dan reabsorpsi
kolesterol endogen dalam saluran pencernaan, menurunkan kadar
kolesterol serum dan mengeluarkan kolesterol berlebih yang
diabsorbsi(Nikander, 2005). Manfaat lain -sitosterol memiliki efek
antioksidan kuat yang berefek dengan cara stimulasi enzim-enzim
antioksidan(Vivancos & Moreno, 2005). Flavonoid bermanfaat
sebagai antioksidan bekerja melalui mekanisme penangkapan radikal
bebas denga cara membebaskan atom hidrogen dari gugus
hidroksilnya. Manfaat lain dari Flavonoid adalah menghambat reaksi
oksidasi dari LDL yang berefek mengentalkan darah sehingga
menyebabkan penyempitan pembuluh darah(Nurwahyunani, 2006).
Senyawa tanin memiliki efek sebagai pencegah oksidasi kolesterol
LDL didalam darah yang dapat berakibat jejas pada dinding pembuluh
darah(Wijayanti, 2010). Manfaat lain dari tanin berperan sebagai
penghambat penyerapan kolesterol melalui penghambatan absorbsi
dan dikeluarkan bersama feses(Wijayakusuma, 2005). Sedangkan
senyawa saponin bekerja menghambat absorbsi kolesterol yang
berdampak dengan turunnya LDL, Trigliserida dan kolesterol
total(Matsuura, 2007).
Tabel 2.2. Kandungan daun tin per 100 g (Ghazi et al., 2012)

25

Kandungan
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Zat besi
Potassium
Magnesium
Mangan
Vitamin C
Vitamin E
Fenol
Metanol
2.3.

Per 100 g
4,6 mg
0,9 mg
16,8 mg
1398,14 mg
75,7 mg
117,67 mg
396,36 mg
21,9 mg
21,78 mg
1,9 mg
6,909 mg
4,727 mg

Simvastatin
Pada

akhir

meningkat(Ma

et

akhir
al,

ini

2005).

penggunaan
Hal

tersebut

obat

simvastatin

dipengaruhi

oleh

meningkatnya penderita hiperlipidemiayang disebabkan oleh perilaku


kehidupan manusia yang tidak sehat dan keunggulan simvastatin
sebagai obat penurun kadar lemak(Sargowo, 1995;Genest dan Libby,
2007). Simvastatin mempunyai keunggulan yaitu simvastatin sudah
tersedia dalam sediaan generik di Indonesia, yang artinya obat lebih
murahdan sudah dilakukan pengujian selama 20 tahun. Dan yang
keduatelah dilakukan penelitian oleh jantung braunwalds, simvastatin
terbukti menurunkan 20% kadar kolesterol dan menurunkan daktor
risiko

penyakit

arterosklerosis

sebesar

24%

dengan

dosis

40mg/hari.Simvastatin bekerja dengan menurunkan lipid dengan cara


menghambat 3-hydroxy-3-methylglutaryl koenzim A (HMG-CoA)
reduktase. HMG-CoA reduktase melepaskan precursorkolesterol asam
mevalonik dari koenzim A. Kompetitif inhibisi olehsimvastatin

26

menimbulkan

respon

kompensasi

selular

seperti

peningkatan

enzimHMG-CoA reduktase dan reseptor Low Density Lipoprotein


(LDL). Dikarenakanpeningkatan HMG-CoA reduktase, sintesis
kolesterol seluler hanya menurunsedikit, tetapi klirens kolesterol
melalui mekanisme reseptor LDL meningkatsecara signifikan(Genest
dan Libby, 2007).
2.4.

Telur Puyuh
Pada telur puyuh dengan berat 100 g mengandung kadar
kolesterol sebesar 3640 mg(Dewi, 2009). Dengan ukuran nya kecil
tapi kandungan gizi dari telur puyuh sangat besar, tidak kalah dengan
gizi telur unggas lain seperti itik dan ayam ras.kandugan gizi telur
puyuh dengan protein 13,1% dan lemak 11,1% sedangkan telur
itikmempunyai kandungan protein 21,1% dan lemak nya lebih rendah
hanya 7,7%(Ayustaningwarno, 2012).
Pemberian pakan hiperkolesterol pada semua kelompok dapat
mempengaruhi peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
dan kolesterol HDL. Dalam penelitian sebelumnya dapat meningkat
mencapai 55,21 % untuk kolesterol total, pada kolesterol LDL 52%
serta 102,05% pada kolesterol HDL.Mekanisme telur puyuh dalam
meningkatkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL dipengaruhi
oleh kandungan kolesterol dan asam lemak jenuh yang terkandung
didalam nya yang sudah dicampurkan dalam pakan standar.
Kandungan dalam 100 g telur puyuh adalah 844 mg/dl kolesterol dan
3,56 g asam lemak jenuh(USDA, 2012). Konsumsi asam lemak jenuh

27

dan kolesterol yang cukup tinggi dapat meningkatkan konsentrasi


kolesterol dalam tubuh selain itu juga sintesis kolesterol dalam darah.
Kandungan asam lemak jnuh dalam darah dapat meningkatkan kadar
LDL melalui mekanisme penurunan sintesis dan aktivitas reseptor
LDL. Setiap peningkatan asupan lemak jenuh 1% dari total energi
sehari dapat meningkatkan 2,7 mg/dl kadar kolesterol ini dibuktikan
dalam penitian sebelumnya(Botham dan Mayes, 2006).
Tabel 2.3. Kandungan gizi telur puyuh per 100 g (USDA, 2011)
Kandungan
Energi
Protein
Total Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Zat besi
Magnesium
Fosfor
Kalium
Natrium
2.5.

Per 100 g
158 kcal
13,05 g
11,09 g
0,41 g
64 mg
3,65 mg
13 mg
226 mg
132 mg
141 mg

Hewan coba
Hewan coba untuk penelitian dilakukan pada tikus galur wistar
sebanyak 20 ekor dengan kriteria inklusi tikus wistar jantan berumur
3-4 bulan dengan berat badan 250-300 gram, sehat, dan tidak terdapat
abnormalitas anatomi. Penelitian dimulai dengan aklimatisasi tikus
wistar selama satu minggu dengan diberi minum dan pakan standar,
kemdian sampel dibagi secara acak menjadi 4 kelompok perlakuan,
masing- masing terdiri dari 5 ekor tikus berdasarkan kriteria WHO

28

(1993), yaitu jumlah hewan coba tiap-tiap kelompok perlakuan adalah


lima ekor(WHO, 1993).
2.6.

Hubungan daun tin (ficus carica) dengan kolesterol


Tanaman tin (Ficus carica) menurut penelitian, telah
dilaporkan memiliki banyak senyawa bioaktif

diantaranya -

sitosterol, saponin, tanin, dan flavonoid(Joseph & Raj, 2011). sitosterol merupakan senyawa yang mirip dengan kolesterol. sitosterol dapat membantu mengurangi kolesterol dengan cara
membatasi jumlah kolesterol yang dapat masuk ke dalam tubuh yang
diabsorbsi melalui usus (Law, 2008). -Sitosterol menurunkan
penyerapan lemak makanan di dalam usus. Triasilglieserol yakni
lemak utama dalam makanan yang kemudian di dalam usus
mengalami pemecahan menjadi asam lemak dan 2-monoasilgliserol
oleh enzim lipase yang dihasilkan dari pankreas, kemudian mengalami
emulsifikasi oleh garam empedu dan dikemas dalam bentuk misel.
Misel kemudian berpindah menembus lapisan air ke mikrovili pada
permukaan selepitel usus. Dengan adanya B-sitosterol maka asam
lemak bebas seperti triasilgliserol akan terikat dan tidak dapat diubah
menjadi asam lemak dan 2-monoasilgliserol pada emulsifikasi oleh
garam empedu menjadi misel,(Joseph ,2005).
Flavonoid bermanfaat sebagai antioksidan bekerja melalui
mekanisme penangkapan radikal bebas denga cara membebaskan
atom hidrogen dari gugus hidroksilnya. Manfaat lain dari Flavonoid
29

adalah menghambat reaksi oksidasi dari LDL yang berefek


mengentalkan darah sehingga menyebabkan penyempitan pembuluh
darah(Nurwahyunani, 2006). Senyawa tanin memiliki efek sebagai
pencegah oksidasi kolesterol LDL didalam darah yang dapat berakibat
jejas pada dinding pembuluh darah(Wijayanti, 2010). Manfaat lain
dari tanin berperan sebagai penghambat penyerapan kolesterol melalui
penghambatan

absorbsi

dan

dikeluarkan

bersama

feses(Wijayakusuma, 2005). Sedangkan senyawa saponin bekerja


menghambat absorbsi kolesterol yang berdampak dengan turunnya
LDL, Trigliserida dan kolesterol total(Matsuura, 2007).

penghambatan kolesterol itu senditi terjadi karena zat-zat


tersebut berkompetisi dan menggantikan posisi kolesterol dalam
micelle. Dengan adanya mekanisme tersebut, kolesterol yang terserap
oleh usus juga sedikit sehingga pembentukan kilomikron dan VLDL
juga terhambat mengakibatkan kadar LDL serum juga akan turun
(Hapsari et al., 2009).

30

2.6.1. Kerangka Teori


Ekstrak daun tin
(Ficus caria)

-sitosterol

saponin

flavonoid

tanin

Telur puyuh
VLDL
Statin

LDL berlebih
Kolesterol bebas
Kolesterol ester

Kadar kolesterol total

31

Bisa dimodifikasi:

Tidak bisa dimodifikasi:


Genetik
Faktor usia
Faktor jenis kelamin

Obesitas
asupan gizi
aktivitas fisik
merokok
hipotiroid sindroma
penyakit hepar kronis
alkohol
diabetes militus

2.6.2. Kerangka Konsep


Ekstrak Daun
Tin

Kolesterol Total

2.6.3. Hipotesis
Terdapatpengaruh pemberian ekstrak daun tin (Ficus carica)
terhadap kadar kolesterol total pada tikus putih galur wistar jantan
yang diberi diet tinggi kolesterol.

32

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang
bersifat analitikeksperimental dengan pendekatan post test only
control group design.
3.2. Variabel dan Definisi Operasional
3.2.1. Variabel dalam penelitian ini adalah :
3.2.1.1. Variabel Bebas
Ekstrak daun tin (ficus carica)
3.2.1.2. Variabel Tergantung
Kadar kolesterol total
3.2.2. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah
33

3.2.2.1. Variabel Bebas


3.2.2.1.1. Daun tin segar sebanyak
diekstraksi

menggunakan

pelarut

1000 g

etanol

90%

sebanyak 2000 ml dengan cara maserasi sehingga


didapat ekstrak daun tin dengan konsentrasi 100%.
Dosis ekstrak yang diberikan sebesar 25 mg/kg BB,
50 mg/kg BB dan 100 mg/kg BB.

Skala : Ordinal
3.2.2.2. Variabel Tergantung
3.2.2.2.1. Kolesterol total adalah diambil dari pleksus
retroorbitalis tikus menggunakan jarum suntik
dan dispo, kemudian ditampung didalam tabung
sampel darah yang disediakan dan ditetesi
heparin sebagai anti koagualan pada hari ke 15
setelah tikus dipuasakan setelah itu dibuat serum
dan diperiksa kadar kolesterol total.
Skala : Ratio
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Tikus

putih

galur

wistar

jantan

yang

berada

di

Laboratorium PAU Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

34

3.3.2. Sampel
Sampel diambil dari total populasi yang memenuhi kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi yaitu sebanyak 5 ekor perkelompok
menurut WHO dan ditambah 1 ekor untuk cadangan dengan
keseluruhan jumlah 30 ekor.
3.3.2.1. Kriteria Inklusi
3.3.2.1.1. Berumur 3-4 bulan
3.3.2.1.2. Berat badan 250-300 gram
3.3.2.1.3. Sehat
3.3.2.1.4. Jantan
3.3.2.2. Kriteria Eklusi
3.3.2.2.1. Drop out
3.3.3. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive
sampling yaitu semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria
pemilihan dimasuk kan dalam penelitian sampai jumlah subyek
yang diperlukan terpenuhi.
3.4. Instrumen dan Bahan Penelitian
3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil eksperimen
pemberian ekstrak daun tin (Ficus Carica) pada tikus galur wistar yang
sudah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
3.4.2. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain :
3.4.2.1. Spuit disposable
35

3.4.2.2.Kolorimetrik Enzimatik
3.4.2.3.Kolorimetrik Enzimatik
3.4.2.4.Tabung sentrifuge
3.4.2.5. Sentrifuge
3.4.2.6. Tabung reaksi
3.4.2.7. Mikropipet 1000 l , 100 l , 10 l
3.4.2.8.Fotometer microlab 200.
3.4.2.9. Serum
3.5. Cara Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan cara sebagai berikut :
3.5.1. Perencanaan
Mulai dari perumusan masalah, mengadakan studi
pendahuluan,menentukan sampel dan populasi penelitian
serta rancangan penelitian.
3.5.2. Pembuatan pakan tikus
Tikus kemudian diberikan pakan standar sebanyak
20 gr/ekor/hari selama 14 hari. Jika ada sisa pakan sehari
berikutnya timbang sisa pakan.
3.5.3. Pembuatan larutan simvastatin
Obat untuk menurunkan kadar kolesterol yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah simvastatin 10
mg. Dengan dosis pada manusia dewasa adalah 10 mg/hari,
maka dosis simvastatin untuk tikus adalah 10 x 0,018 =
36

0,18 mg/hari/200 g BB (0,018) merupakan faktor konversi


dosis manusia ke tikus. Larutan simvastatin diperoleh
dengan melarutkan 0,18 mg simvastatin dalam bentuk
bubuk kedalam 1 mL aquades.Untuk tikus dengan berat
badan 180 g diperlukan 0,9 mL Larutan simvastatin.
Larutan

Simvastatin

diberikan

pada

tikus

dengan

menggunakan sonde.
3.5.4. Pembuatan ekstrak daun tin
Siapkan daun tin 500 g yang sudah dikeringkan
dan haluskan dengan blender, kemudian dimasukkan ke
dalam

kertas

saring pada labu soxhlet. Setelah itu

dilakukan ekstraksi sebanyak 16x atau selama kurang


lebih

jam

floading

menggunakan

alat ekstraksi

soxhlet dengan menggunakan Etanol 90% sebagai pelarut


sebanyak 500 ml. Setelah selesai diuapkan pelarut yang
masih tertinggal sampai hilang, kemudian proses ekstraksi
selesai.
Masing-masing kelompok tikus yang diberi diet tinggi
kolesterol nantinya akan mendapat ekstrak daun tin 25
mg/kgBB, 50 mg/kgBB, dan 100 mg/kgBB tiap hari selama
14 hari.
Pembuatan dosis ekstrak tin di buat beradasarkan
rumus sebagai berikut :

37

BB tikus dalam gram x dosis yang diingin kan


1000
3.5.5. Pelaksanaan Penelitian
3.5.2.1. Persiapan sampel
Sebelum di lakukan pemeriksaan laboratorium
sampel harus puasa selama 8-12 jam, kemudian pada hari
berikutnya sampel akan diambil darah nya dalam keadaan
puasa.
3.5.2.2. Pengambilan darah vena
a. Sampel dipersiapkan pada termpat.
b. Tempat yang akan ditusuk dibersihkan dengan
alkohol 70% dan di biarkan sampai mengering.
c. Kulit ditusuk dengan jarum sampai ujung jarum
masuk ke dalam lumen vena retroorbitalis.
d. Torak ditarik seara perlahan lahan sampai
didapatkan volume darah yang dikehendaki.
e. Darah dimasukan kedalam tabung yang sudah diberi
heparin.
3.5.2.3. Pembuatan serum
a. Sampel darah yang diperoleh dimasukan ke dalam
tabung sentrifuge yang sudh diberi kode dan
dibiarkan membeku.
b. Sampel darah yang sudah membeku dipusingkan
selama 5-10 menit dengan kecepatan 4000 rpm.
c. Serum di pisahkan dan siap untuk diperiksa kadar
kolesterol total.
3.5.2.4. Pemeriksaan kolesterol total
38

a. Menyiapkan 3 tabung reaksi , masing masing untuk


standar, blangko dan sampel.
b. Memipet 1000

l, reagen KIT kolesterol masukan

kedalam masing masing tabung reaksi


c. Memipet 10

l sampel campur inkubasi 20 menit

pada suhu 20-25o C.


d. Membaca absorben sampel dan standar terhadap
blangko reagen dengan foto meter mikrolab 200
pada panjang gelombang 546 nm dengan program c/
st, standar kolesterol 170 mg/dl.
3.5.2.5. Pengolahan dan analisis data.
Pengolahan data menggunakan SPSS 13.0

3.6. Alur penelitian

39

Sampel tikus 30 ekor

Randomisasi

Kelompok
Kontrol Positif

Kelompok Statin

Kelompok Tin I

Kelompok Tin II

Kelompok Tin
III

Selama 14 hari perlakuan

Dipuasakan 12 jam

Pada hari ke 15 di lihat hasil


nya
Keterangan :
- Kelompok tin I

: Tikus yang diberi pakan standar, lemak dan


ekstrak daun tin 25mg/kgBB

- Kelompok tin II

: Tikus yang diberi pakan standar, lemak dan ekstrak


daun tin 50mg/kgBB

- Kelompok tin III

: Tikus yang diberi pakan standar, lemak dan ekstrak


daun tin 100mg/kgBB

- Kelompok kontrol positif

: Tikus yang diberi pakan standart dan lemak

- Kelompok statin

: Tikus yang diberi pakan standart , lemak dan 0,18


mg/hari/200 g BB

40

3.7. Tempat dan Waktu


Penelitian dan pemeliharaan tikus akan dilaksanakan di Laboratorium
PAU Universitas Gajah Mada pada bulan Januari hingga bulan Februari 2015.
3.8. Analisa Hasil
Data yang diperoleh berupa kadar Kolesterol total dalam satuan mg/dl. Kadar
Kolesterol total ini kemudian diuji dengan uji statistik deskriptif untuk
melihat gambaran datanya. Selanjutnya dilakukan uji normalitas data dengan
uji Shapiro Wilk, kemudian juga dilakukan uji Levene Test untuk mengetahui
homogenitas varian. Bila syarat uji Levene Test terpenuhi yaitu data normal
dan homogen, maka dilakukan uji One Way Anova dan dilanjutkan dengan uji
Post Hoc bila data diketahui tidak normal dan atau homogen. Dilanjutkan
dengan uji non parametrik atau Kruskall Wallis, dan untuk mengetahui
perbedaan antar kelompok dilanjutkan dengan uji Mann Whitney.

DAFTAR PUSTAKA

Adam JMF. Dislipidemia.Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,


Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.4. Jakarta:
Interna Pusblishing, 2006; 1948-54.
Agung, Insan. 2014. Dahsyatnya Tin & Zaitun Tumpas Penyakit Kronis &
Berbahaya. Surakarta. Al-Qudwah.Halaman 10-14

41

Ahmed SM, Clasen ME , Donnelly JF. Dyslipidemia Management in Adult.


Am Fam Physician. 1998 May 1;57(9):2192-2204. Available from:
http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html
Anwar TB. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner.
Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran USU. 2004; 1-15. Available from:
http://www.library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri3.pdf
Ayustaningwarno, F., 2012, Artikel Ilmu Bahan makanan telur puyuh si kecil
yang kaya gizi, Fakultas kedokteran, UNDIP, Semarang
BPS. Integrasi Indikator Gizi Dalam Susenas.
Boedhi-Darmojo R. Bersama MONICA Melaksanakan Hidup Sehat.Bunga
Rampai Karangan Ilmiah Prof. Dr. R. Boedhi-Darmojo. Semarang:FK Undip,
1994; 433-50.
Carjavall-zarrabal O, Waliszewski SM, Barradas-dermitz DM, Orta-flores Z,
Hayward-jones, Nolasco-hipolito C, Angulo-guerrero, Rican S, Infaso, and
Trujillo PRL. 2005. The consumption of hibiscus sabdariffa dried calyx
ethanolic extract reduced lipid profile in rats. Plant Foods for Human
Nutrition. 60: 153-159
Dewi, A. B. F. K., 2009, Menu Sehat 30 Hari untuk Hiperkolestero,
Hipertensi dan Penyakit Jantung, Agro Media,7.
Dewick, P. M. (2009). Medicinal Natural Products: A Biosynthetic
Approach (3rd ed.). John Wiley & Sons. pp. 161, 164165.
"Dietary flavonoids protect human colonocyte DNA from oxidative attack in
vitro". Rowett Research Institute; Duthie SJ, Dobson VL.
Duke, JA, Bugenschutzgodwin, MJ, Ducollier, J, and Duke,PK, 2005, Hand
Book of Medicinal Herbs, 2nd ed, CRC Press, Boca Raton, Fla, USA.
EN Kosasih. 2008. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik. Jakarta:
Karisma Publising Group
Gandha N. Hubungan Perilaku Dengan Prevalensi Dislipidemia Pada
Masyarakat Kota Ternate Tahun 2008. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. 2009;
5-13. Available from: http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122845S09038fk...HA.pdf
Genest J, Libby P. Clinical trials of drugs affecting lipid metabolism. In:
Libby, Bonow, Mann, Zipes. Braunwalds heart disease. Saunders Elsevier.
2007
Ghazi, F, Rahmat, A, Yassin, Z, Ramli, NS, dan Buslima, NA, 2012,

42

Determination of Total Polyphenols and Nutritional Composition of Two


Different Types of Ficus carica Leaves Cultivated in Saudi Arabia.[dikutip 21
Januari 2015]
Gibney MJ, Wolmarans P. Pedoman Diet. Buku Gizi Kesehatan Masyarakat.
Terjemahan: Andry Hartono. Jakarta:EGC, 2008; 161-74.
Gilani, A.H., Mehmood, M.H., Janbaz, K.H., Khan, A.U., and Saeed, S.A.
2008. Ethnopharmakological studies on antispasmodic and antiplatelet
activities of Ficus carica. J. Ethnopharmacological, 119:1-5.
Gilani, Saeed. 2008. Ethnopharmakological studies on antispasmodic and
antiplatelet activities of Ficus carica. J. Ethnopharmacological, 119:1-5.
Hapsari, A.I., Poernomo, B, dan Dhamayanti ,Y, 2009, Perbandingan efek
pemberian sari kedelai kuning dan hitam terhadap rasio kolesterol LDL/HDL
darah tikus putih (Rattus norvegicus) dengan diet tinggi lemak, Artikel
Ilmiah, Surabaya: FKH Universitas Airlangga.
Harbone, J. B. 1987. Metode Fitokimia. ITB : Bandung
Hayati N. Faktor-faktor Perilaku yang Berhubungan Dengan Kejadian
Obesitas di Kelas 4 dan 5 SD Pembangunan Jaya Bintaro Tangerang Selatan
Tahun 2009. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. 2009; 10-15. Available from:
http:// www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124640-S-5871-Faktor...pdf
Jeong, W.S., and Lachance, P.A., 2001. Phytosterols and fatty acids in fig
(ficus carica, far. mission) fruit and tree component. J.food Sci 66:278-281.
Joseph, B, dan Raj, J, 2011,Pharmacognostic and phytochemical properties
of Ficus carica Linn An overview, Int J PharmTech Res 3:8-12
Kaplan NM. Primary Hipertension: Pathogenesis,Mechanism Of
Hypertension with Obesity. In: Kaplans Clinical Hypertension nineth edition.
Philadelphia,USA: Lippincott W. 2006.50-121
Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboraturium &
Diagnostik. Edisi 6. Jakarta : EGC.
Kirtikar, K.R., and Basu, B.D. 1996. Indian medicinal plants. International
Distributors, India 2(3)
Lamson, Davis, and Matthew B. 2000. Antioxidants and cancer III: quercetin,
alternative medicine. Review Journal. 5(3): 196-208.
43

Lamanepa,E.L.M. 2005. Perbandingan Profil Lipid Dan Perkembangan Lesi


Aterosklerosis Pada Tikus Wistar Yang Diberi Diet Perasan Pare Dengan Diet
Perasan Pare Dan Statin. [TESIS].Magister Ilmu Biomedik Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang
Law, MR., 2008, Plant sterol and stanol margarines and health. West J Med.
Liberopoulos EN, Elisaf MS. Dyslipidemia in Patients with Thyroid
Disorders. HORMONES International Journal of Endocrinology and
Metabolism[serial online]. 2002 [cited2012 February]; 1 (4): 218-223.
Available from: http://www.hormones.gr/preview.php?c_id=31
Louis, P., Patrick, P., Andre, M., Jean-marie, B., Andre, F., and Jean-paul, R.,
2000.Bergaptene content in fig leaves. Annales des falsifications de
lExpertise Chimiqui et Toxicologique 93:427-435.
Ma J, Sehgal NL, Ayanian JZ, Stafford RS (2005) National Trends in Statin
Use by Coronary Heart Disease Risk Category. PLoS Med 2(5): e123.
doi:10.1371/journal.pmed.0020123
Matsuura, H., 2007, Saponins in Garlic as Modifiers of the Risk of
Cardiovascular Disease, The American Society for Nutritional Sciences
Mawa, S, Husain, K, dan Jantan, I, 2013, Ficus carica L. (Moraceae)
Phytochemistry, Traditional Uses and Biological Activities.
Mayes PA,Botham KM. Pengangkutan dan penyimpanan lipid. In: Murray
RK, Granner DK, Rodwell VW, editors. Biokimia Harper. 27th ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. P.225-30.
Nikander, A.B., 2005, Studies on a Cholesterol-Lowering Microcrystalline
Phytosterol suspension in Oil, University of Helsinki, Faculty of Pharmacy,
Division of Phamaceutical Technology
Novitasari,Dyah Y. Perbedaan Profil Lipid dan Risiko Penyakit Jantung
Koroner Pada Penderita Diabetes Melitus tipe II Obesitas dan Non Obesitas
Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta. 2009; 1-4. Available from:
http://www.etd.eprints.ums.ac.id/4028/1/J310040017.pdf
Notoatmojo, Soekidjo. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset. 1993.
Nurwahyunani, A, 2006, Efek Ekstrak Daun Sambung Nyawa Terhadap
Kadar Kolesterol LDL dan Kolesterol HDL Darah Tikus Diabetik Akibat
Induksi Streptozotocin. UNESA, Semarang

44

Page C, Curtis M, Walker M, Hoffman B. Integrated Pharmacology 3rd ed.


Mosby Elsevier. 2006; p. 325 6
PB.Perkeni. Penatalaksanaan Dislipidemia. Buku Petunjuk Praktis
Penatalaksanaan Dislipidemia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.2005;
5-14.
Pramono, KS, 2007, Tingkat manfaat dan keamanan tanaman obat dan obat
tradisional.
[cited
2009
January
23].
Available
from:
http://cintaialam.tripod.com/keamanan_obat%20tradisional.pdf.
Ross, J.A., Kasum, C.M., 2002. Dietary flavonoids, bioavailability, metabolic
effect, and safety.Annu Rev Nutr. 22:19-34.
Saeed, M.A., and Sabir,A.W., 2002. Irritant potensial of triterpenoids from
ficus carica leaves. Fitoterapia, 73:417-420.
Sargowo D. Proses aterosklerosis sebagai penyebab penyakit jantung koroner:
ditinjau dari konsep patologi molekular sebagai landasan teori. Majalah
Kedokteran Indonesia 1995; 45(5) : 311-15
Seuong-kuk, k., dong-ok, C., and Hee-Jong, C., 1995.Purification and
identification antimicrobial substances in phenolic fraction of fig
leaves.Hanguk Nonghwa Haekhoechi. 38:293-296.
Serraclara, A.F., Hawkins, C., Peres, C., Domiguez, E., Campillo,J.E., and
Torres, M.D., 1998. Hypoglikemic action of an oral fig-leaf decoction in Type1 diabetic patient diabet. Res. Clin. Prac. 39:19-22.
Shai, R., Yoel, K., Ruth, R., Michael, S., and Raphael, M., Suppressors of
cancer cell proliferative from fig (ficus carica) resin: Isolation and structure
elucidation. J. Nat Prod 2001. 64: 993-996.
Silalahi, J. (2006). Fats and Oils: Modification and Substitution. Lecture
Notes. Postgraduate Section. Universitas Sumatera Utara. Medan. Hal. 17-25
Soegondo S, Gustaviani R. Sindroma Metabolik. Dalam : Sudoyo Aru
W,Setiyohadi B,Alwi I,Simadibrata M,Setiati S,editors. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Ed.4. Jakarta: Interna Publishing, 2006; 1849-51.
Soekirman.Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.
Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas, 2000.
Song YQ, Manson JE, Buring JE. 2005. Associations of dietary flavonoids
with risk of type 2 diabetes, and markers of insulin resistance and systemic
inflammation in women: a prospective study and cross sectional analysis.
Journal of The American College of Nutrition. 24(5): 376-84.

45

Sutedjo, A.Y. (2006). Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan


Laboratorium. Jakarta: Amara Books. Hal. 69-81.
USDA National Nutrient Database, 2011, http:ndb.nal.usda.gov/ , diakses 15
September 2014
US Departemen of health and human service, 2007, The Seveth Report of the
JointNational Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatmentof High Blood Pressure. The National Heart, Lung, and Blood
Institute.The Executive Commtte, P. 12.
Vivancos, M dan Moreno J, 2005, -Sitosterol modulates antioxidant enzyme
response in RAW 264.7 macrophages, Free Radical Biological Medic, 39:917.
Weiner DE, Sarnak MJ.Managing dyslipidemia in chronic kidney disease. J
Gen Intern Med 2004; 19(10):1045-1052. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/.../PMC1492581/
Weiping, Y., Hongming, C., Tianxin, W., and Mengshen, C., 1997a.A new
coumarin compound with anticancer activity. Zhongcaoyao.28:3-4.
Wijayanti, P, 2010, Budidaya Tanaman Obat Rosella Merah (Hibiscus
sabdariffa L.) dan Pemanfaatan Senyawa Metabolis Sekundernya, Surakarta,
Fakultas Pertanian Sebelas Maret
Wijayakusuma, D, 2005, Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Darah
Tinggi, Jakarta, Penebar Swadaya, Hal 56
World Health Organization. Research Guidelines for evaluating The safety and
efficacy of Herbal Medicine. Manila: Regional Office for western pacific;
1993.

46

Anda mungkin juga menyukai