Refresing Hipertensi
Refresing Hipertensi
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Dalam masyarakat barat, tekanan darah (TD) meningkat sesuai dengan umur
dan distribusi nilai TD ini dalam masyarakat merupakan variable kontinyu di mana
rentang normal didefinisikan sebagai nilai ujung dan nilai yang lebih tinggi atau
keadaan hipertensi mulai. Pentingnya batasan hipertensi muncul dari angka
morbiditas yang berhubungan dengan riwayat hipertensi yang tidak terkontrol. Pasien
biasanya tidak menunjukkan gejala dan diagnosis hipertensi selalu dihubungkan
dengan kecenderungan penggunaan obat seumur hidup dan impikasi berdasarkan
analisis risiko dan asuransi jiwa. Sehingga definisinya amat diperlukan. Tekanan
darah sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan meningkat saat aktivitas fisik,
emosi, dan stress, dan turun selama tidur. Sebelum dibuat diagnosis hipertensi
diperlukan pengukuran berulang paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda
selama 4-6 minggu. Pengukuran di rumah dapat dilakukan pasien dengan
menggunakan sfigmomanometer yang tepat sehingga menambah jumlah pengukuran
untuk analisis. Teknik pengukuran TD ambulatory 24 jam dikerjakan bila terdapat
keraguan diagnosis dan untuk menilai respons terhadap terapi, karena cara ini telah
terbukti mempunyai korelasi yang lebih tepat dengan kerusakan organ target (end
organ) disbanding perkiraan dokter dan merupakan alat bantu yang lebih baik untuk
meramalkan masalah kardiovaskuler. Hal-hal berikut sebagian besar berdasarkan
rekomendasi British Hypertension Society (1999). (1)
II.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan dari refreshing ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
hipertensi mulai dari definisi hingga penatalaksanaannya.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Definisi
Hipertensi adalah adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolik dan
diastolik.
Definisi hipertensi tidak berubah sesuai dengan umur: tekanan darah sistolik
(TDS) > 140 mmHg dan/ atau tekanan darah diastolik (TDD) > 90 mmHg. The joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High
Bloodpressure (JNC VII) dan WHO/lnternational Society of Hypertension guidelines
subcommittees setuju bahwa TDS & keduanya digunakan untuk klasifikasi hipertensi.
Hipertensi sistolodiastolik didiagnosis bila TDS 140 mmhg dan TDD _ 90 mmHg.
Hipertensi sistolik terisolasi (HST) adalah bila TDS 140 mmHg dengan TDD < 90
mmHg.
II.
Epidemiologi
Walaupun peningkatan tekanan darah bukan merupakan bagian normal dari
ketuaan, insiden hipertensi pada lanjut usia adalah tinggi. Setelah umur 69 tahun,
prevalensi hipertensi meningkat sampai 50%. Pada tahun 1988-1991 National Health
and Nutrition Examination Survey menemukan prevalensi hipertensi pada kelompok
umur 65-74 tahun sebagai berikut: prevalensi keseluruhan 49,6% untuk hipertensi
derajat 1 (140-159/90-99 mmHg), 18,2% untuk hipertensi derajat 2 (160-179/100-109
mmHg), dan 6.5% untuk hipertensi derajat 3 (>180/110 mmHg). Prevalensi HST
adalah sekitar berturut-turut 7%, 11%, 18% dan 25% pada kelompok umur 60-69, 7079, 80-89, dan diatas 90 tahun. HST lebih sering ditemukan pada perempuan dari pada
laki-laki.4 Pada penelitian di Rotterdam, Belanda ditemukan: dari 7983 penduduk
berusia diatas 55 tahun, prevalensi hipertensi (_160/95 mmHg) meningkat sesuai
dengan umur, lebih tinggi pada perempuan (39%) dari pada laki-laki (31%).5 Di Asia,
penelitian di kota Tainan, Taiwan menunjukkan hasil sebagai berikut: penelitian pada
2
III.
Etiologi
Hipertensi Primer
Hipertensi Primer juga disebut hipertensi esensial atau idiopatik dan
merupakan 95% dari kasus-kasus hipertensi. Selama 75 tahun terakhir telah banyak
penelitian untuk mencari etiologinya. Tekanan darah merupakan hasil curah jantung
dan resistensi vascular, sehingga tekanan darah meningkat jika curah jantung
meningkat, resistensi vascular perifer bertambah, atau keduanya. Meskipun
mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi melibatkan perubahanperubahan tersebut, hipertensi sebagai kondisi klinis biasanya diketahui beberapa
tahun setelah kecenderungan kea rah sana di mulai. Pada saat tersebut, beberapa
mekanisme fisiologis kompensasi sekunder telah di mulai sehingga kelainan dasar
curah jantung atau resistensi perifer tidak diketahui dengan jelas. Pada hipertensi
yang baru mulai curah jantung biasanya normal atau sedikit meningkat dan resistensi
perifer normal. Pada tahap hipertensi lanjut, curah jantung cenderung menurun dan
resistensi perifer meningkat. Adanya hipertensi juga menyebabkan penebalan dinding
arteri dan arteriol, mungkin sebagian diperantarai oleh faktor yang dikenal sebagai
pemicu hipertrofi vaskular dan vasokontriksi (insulin, katekolamin, angiotensin,
4
kerjasama
bermacam-macam
faktor
dan
yang
mungkin
berbeda
antarindividu.
Beberapa faktor yang pernah dikemukakan relevan terhadap mekanisme
penyebab hipertensi adalah sebagai berikut:
1. Genetik
Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di Negara barat lebih
banyak menderita hipertensi, lebih tinggi tingkat hipertensinya, dan
lebih besar tingkat morbiditas maupun mortalitsnya, sehingga
diperkirakan ada kaitan hipertensi dengan perbedaan genetik.
Beberapa
peneliti
mengatakan
terdapat
kelainan
pada
gen
5. Natrium
Banyak bukti yang mendukung peran natrium dalam terjadinya
hipertensi, barangkali karena ketidakmampuan mengeluarkan natrium
secara efisien baik diturunkan atau didapat. Ada yang berpendapat
bahwa terdapat hormon natriuretik (de Wardener) yang menghambat
aktivitas sel pompa natrium (ATPase natrium-kalium) dan mempunyai
efek
penekanan.
Berdasarkan
studi
populasi,
seperti
Studi
dan aldosteron
Hipertensi Sekunder
6
dan dapat
dengan
pengukuran
metanefrin
total
(metabolit
plasma
setelah
diberikan
satu
dosis
klonidin
IV.
Gejala Klinik
9
VI.
VII.
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis : protein, leukosit, eritrosit dan silinder
Hemoglobin dan hematokrit
Elektrolit darah : kalium
Ureum/kreatinin
Gula darah puasa
Kolesterol total
EKG
TSH
Leukosit darah
Trigliserda, HDL, dan kolesterol LDL
Kalsium dan fosfor
Foto toraks
Ekokardiografi
Ekokardiografi-Doppler
Penanganan Hipertensi
Tekanan darah target adalah <140/90 mmHg yang berhubungan dengan penurunan
komplikasi penyakit kardiovaskuler. Pada pasien dengan hipertensi dan diabetes atau
panyakit ginjal, target tekanan darahnya adalah <130/80 mmHg.
10
11
12
13
14
15
dapat membahayakan jiwa/kematian bila tidak ditanggulangi dengan cepat dan tepat.
Pengobatan yang cepat dan tepat serta intensif lebih diutamakan daripada prosesur
diagnostik karena sebagian besar komplikasi krisis HT bersifat reversibel (6,7).
Dalam menanggulangi krisis HT dengan obat anti hipertensi, diperlukan pemahaman
mengenai autoregulasi TD dan aliran darah, pengobatan yang selektif dan terarah
terhadap masalah medis, yang menyertai, pengetahuan mengenai obat parenteral dan
oral anti hipertensi, variasi regimen pengobatan untuk mendapatkan hasil pengobatan
yang memadai dan efek samping yang minimal. Dalam makalah ini akan dibahas
klasifikasi, aspek klinik, prosedur diagnostik dan pengobatan krisis hipertensi.
2. Definisi
Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak (sistole 180 mmHg
dan/atau diastole 120 mmHg), pd penderita hipertensi, yg membutuhkan
penanggulangan atau penanganan segera.
3. Klasifikasi
a. Hipertensi emergensi
Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif. Di
perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam
dengan parenteral.
b. Hipertensi urgensi
Kenaikan TD mendadak yg tidak disertai kerusakan organ target. Penurunan
TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam. Dengan oral
17
4. Manisfestasi Klinis
a. Neurologi
Sakit kepala, hilang/ kabur penglihatan, kejang, defisit neurologis fokal,
gangguan kesadaran (somnolen, sopor, coma).
b. Mata
Funduskopi berupa perdarahan retina, eksudat retina, edema papil.
c. Kardiovaskular
Nyeri dada, edema paru.
d. Ginjal
Azotemia, proteinuria, oligouria.
e. Obstetri
Preklampsia dengan gejala berupa gangguan penglihatan, sakit kepala hebat,
kejang, nyeri abdomen kuadran atas, gagal jantung kongestif dan oliguri, serta
gangguan kesadaran/ gangguan serebrovaskuler.
5. Faktor Resiko
a. Penderita hipertensi yg tidak meminum obat atau minum obat anti hipertensi
b. Kehamilan
c. Penggunaan NAPZA
d. Penderita deng anrangsangan simpatis yg tinggi seperti luka bakar berat,
phaechromocytoma, penyakit kolagen, penyakit vaskuler, trauma kepala.
e. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal
18
6. Pendekatan Awal
Anamnesis
Riayat hipertensi (awal hipertensi, jenis obat anti hipertensi, keteraturan
konsumsi
obat).
Ganguan
organ
(kardiovaskuler,
serebrovaskular,
Pemeriksaan fisik
Sesuai dengan organ target yang terkena.
Pengukuran TD di kedua lengan.
Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas.
Auskultasi untuk mendengar ada/ tidak bruit.
Pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru.
Pemeriksaan neurologis umum
Pemeriksaan funduskopi
CT scan kepala,
ekokardiogram, ultrasonogram.
19
8. Penetapan Diagnosis
Walau biasanya pd krisis hipertensi ditemukan TD 180/120 mmHg perlu
diperhatikan kecepatan kenaikan TD tersebut dan derajat gangguan organ target yang
terjadi.
9. Tataklasana Krisis Hipertensi
Penatalaksanaan krisis hipertensi sebaiknya dilakukan di rumah sakit, namun dapat
dilaksanakan di tempat pelayanan primer sebagai pelayanan pendahuluan dengan
pemberian obat anti hipertensi oral.
20
tetapi diturunkan
d. Labetalol (Normodyne) IV
Diberikan 20-80 mg IV bolus setiap 10 menit atau dapat diberikan dalam
cairan infus dg dosis 2 mg menit.
e. Nitroprusside (Nitropress, Nipride) IV
Diberikan dlm cairan infus dg dosis 0,25-10.00 mcg/kg/menit.
22