Portofolio
Portofolio
Topik
Tanggal (kasus)
Nama Pasien
Nn. N
No. RM
Pendamping
Konsulen
Aula RSUD Muara Labuh
Tanggal Presentasi
Tempat Presentasi
06.41.43
dr. Yenny Dwi Kalisna
dr. Ade Aulia, Sp.OG
Objektif Presentasi
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Anak
Dewasa
Neonatus
Bayi
Remaja
Lansia
Bumil
Deskripsi
Pasien Perempuan, 28 tahun, datang ke IGD RSUD Muara Labuh dengan keluhan
nyeri perut bagian bawah 1 hari SMRS.
Tujuan
Diskusi
Riset
Presentasi dan
Diskusi
Nama : Nn.N
Kasus
E-mail
Audit
Pos
Terdaftar sejak :
1. Prawirohardjo S, Abdul Bari S. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta
: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008; 472-487.
2. Prawirohardjo S, Hanifa W. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kandungan. Edisi II. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008; 250-260.
3. Prawirohardjo S, Abdul Bari S. Kehamilan Ektopik Terganggu. Dalam : Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2006; 152-156.
4. Arif M. Dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta 2001. Hal. 267-271.
Hasil Pembelajaran :
1. Mampu menegakkan diagnosa akut abdomen ec KET
2. Mengetahui factor predisposisi KET
3. Mengetahui penatalaksanaan KET
4. Edukasi pada pasien tentang KET
Nyeri perut bagian bawah sudah dirasakan sejak 1 hari yang lalu, awalnya di
sekitar ari ari, nyeri dirasakan terus menerus, bertambah dengan pergerakan.
Karena nyeri perut yang hebat pasien datang ke puskesmas lubuk gadang, lalu
pasien dirujuk ke RSUD Solok Selatan
Keluar darah dari kemaluan sejak 2 hari SMRS. Darah berwarna kehitaman,
tidak terdapat gumpalan atau gelembung-gelembung. Darah yang keluar sedikit,
dalam satu hari hanya menghabiskan 1-2 pembalut. Sebelumnya 5 hari yang lalu
keluar plek dari kemaluan. Nyeri saat keluar darah dari kemaluan (-).
Pasien tidak haid sejak 2 bulan yang lalu, pasien dikatakan hamil 1 bulan yang
lalu saat memeriksakan diri ke bidan
Riwayat menstruasi : menarke usia 13 tahun, siklus teratur, setiap 28-30 hari,
lamanya 5-7 hari, banyaknya 2-3 x ganti duk sehari, nyeri haid (-)
Riwayat sakit jantung, paru, hati, ginjal, kencing manis dan hipertensi tidak ada.
Anemis (+/+)
Kesadaran
: Komposmentis kooperatif
Ikterik
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Sianosis (-)
Frekuensi nadi
: 128 x/menit
Dyspnoe (-)
Frekuensi nafas
: 24 x /menit
Edema (-/-)
Suhu
: 370C
(-/-)
Pemeriksaan sistemik
Mata
Leher
Dada
Abdomen
: Status obstetri
Genital
: Status obstetri
Ekstremitas
STATUS OBSTETRI
Abdomen
Inspeksi
: Perut tidak tampak membesar, striae (-), venektasi (-), sikatrik (-)
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Genitalia
Portio : Primipara, ukuran sebesar jempol tangan dewasa, tumor (-), OUE tertutup,
nyeri goyang portio(+)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
HB
: 9.0 gr%
Lekosit
: 11.730/mm3
Eritrosit
: 3.1 juta/mm3
Trombosit
: 281.000/ mm3
Hematokrit
: 26,1 %
CT
: 5
BT
: 2
Gol. Darah
: AB
Plano test
: (+)
3. Plan :
Diagnosis :
G1P0A0H0 gravid 8-9 minggu + Akut abdomen ec KET
Pengobatan :
Puasa
IVFD 2 jalur line I RL 2 Kolf line II Hes 1 Kolf (Guyur)
Injeksi Picyn 1 gram IV (skin Test)
Penyediaan darah 4 kantong untuk transfusi
Pada pasien akan dilakukan Laparatomi cito
Pada pasien dilakukan laprotomi eksplorasi. Intraoperatif tampak abortus tuba
pada pars ampularis dextra, kemudian dilakukan salphingoovarectomy dextra (SOD).
Pendidikan :
-
Kepada pasien dan keluarga dijelaskan mengenai tindakan bedah yang akan
dilakukan pada pasien
Konsultasi :
Diagnosa dan manajemen terapi pada pasien ini merupakan hasil konsultasi
dan advice dari dokter spesialis kebidanan.
FOLLOW UP
15 November 2015 (ICU)
S/ Demam (-), Nyeri seluruh perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), Kentut (+), BAK via
kateter, Drain (+) Serous 10 cc
O/ KU : tampak sakit sedang, Kes : CMC, TD : 100/70 mmhg, HR : 98 x/menit, RR : 20
x/menit
Mata : konjunctiva anemis (-/-)
Abdomen : perut tidak tampak membuncit, luka post operasi tertutup verban
Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), bising usus (+) normal, Timpani
A/ Post Laparotomi (salphingoovarectomy dextra) a/i abortus tuba dextra pars ampula ec
kehamilan tuba
P/
-
IVFD RL 12 jam/kolf
Mobilisasi bertahap
A/ Post Laparotomi (salphingoovarectomy dextra) a/i abortus tuba dextra pars ampula ec
kehamilan tuba
P/
-
IVFD RL 12 jam/kolf
Mobilisasi bertahap
IVFD RL 12 jam/kolf
Makanan Lunak
Ganti Verban
18 November 2015
S/ Demam (+), Nyeri seluruh perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), Kentut (+), BAK via
kateter, Drain (+) Serous
O/ KU : tampak sakit sedang, Kes : CMC, TD : 110/70 mmhg, HR : 104 x/menit, RR : 20
x/menit T : 38,70C
Mata : konjunctiva anemis (-/-)
Abdomen : luka post operasi tertutup verban
Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), bising usus (+) normal, Timpani
A/ Post Laparotomi (salphingoovarectomy dextra) a/i abortus tuba dextra pars ampula ec
kehamilan tuba
P/
-
IVFD RL 12 jam/kolf
Paracetamol 3 x 500 mg
Benevit C 2 x 1
Diabion 2 x 1
Fendex 3 x 1
Makanan Lunak
19 November 2015
S/ Demam (-), Nyeri seluruh perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), Kentut (+), BAK via
kateter, Drain (+) Serous
O/ KU : tampak sakit sedang, Kes : CMC, TD : 100/70 mmhg, HR : 98 x/menit, RR : 20
x/menit T : 36,70C
Mata : konjunctiva anemis (-/-)
Abdomen : luka post operasi basah
bising usus (+) normal, Timpani
A/ Post Laparotomi (salphingoovarectomy dextra) a/i abortus tuba dextra pars ampula ec
kehamilan tuba
P/
-
IVFD RL 12 jam/kolf
Metronidazol infus 2 x 1
Benevit C 2 x 1
Diabion 2 x 1
Fendex 3 x 1
Makanan Lunak
20 November 2015
S/ Demam (-), Nyeri seluruh perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), Kentut (+), BAK via
kateter, Drain (+) Serous
O/ KU : tampak sakit sedang, Kes : CMC, TD : 110/70 mmhg, HR : 98 x/menit, RR : 20
x/menit T : 36,70C
Mata : konjunctiva anemis (-/-)
Abdomen : luka post operasi basah
bising usus (+) normal, Timpani
A/ Post Laparotomi (salphingoovarectomy dextra) a/i abortus tuba dextra pars ampula ec
kehamilan tuba
P/
-
IVFD RL 12 jam/kolf
Metronidazol infus 2 x 1
Benevit C 2 x 1
Diabion 2 x 1
Fendex 3 x 1
Makanan Lunak
21 November 2015
S/ Demam (-), Nyeri seluruh perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), Kentut (+), Drain (+)
Serous
O/ KU : tampak sakit sedang, Kes : CMC, TD : 100/70 mmhg, HR : 98x/menit, RR : 20
x/menit T : 36,70C
Mata : konjunctiva anemis (-/-)
Abdomen : luka post operasi basah
bising usus (+) normal, Timpani
A/ Post Laparotomi (salphingoovarectomy dextra) a/i abortus tuba dextra pars ampula ec
kehamilan tuba
P/
-
IVFD RL 12 jam/kolf
Metronidazol infus 2 x 1
Benevit C 2 x 1
Diabion 2 x 1
Fendex 3 x 1
Makanan Lunak
22 November 2015
S/ Demam (-), Nyeri seluruh perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), Kentut (+), Drain (+)
Serous
O/ KU : tampak sakit sedang, Kes : CMC, TD : 110/70 mmhg, HR : 88 x/menit, RR : 20
x/menit T : 36,70C
Mata : konjunctiva anemis (-/-)
Abdomen : luka post operasi basah, Pus (+)
bising usus (+) normal, Timpani
A/ Post Laparotomi (salphingoovarectomy dextra) a/i abortus tuba dextra pars ampula ec
kehamilan tuba
P/
-
IVFD RL 12 jam/kolf
Metronidazol infus 2 x 1
Benevit C 2 x 1
Diabion 2 x 1
Fendex 3 x 1
Ganti Verban
Makanan Lunak
Hasil
yang
KEHAMILAN EKTOPIK
A. Definisi
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang
telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari
95% kehamilan ektopik berada di saluran telur (Tuba Fallopii).
Kejadian kehamilan ektopik tidak sama di antara senter pelayanan kesehatan.
Hal ini bergantung pada kejadian salpingitis seseorang. Di Indonesia kejadian sekitar
5 6 per seribu kehamilan. Patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering
karena sel telur yang sudah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium
tersendat sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai kavum uteri dan
akibatnya akan tumbuh diluar rongga rahim. Bila kemudian tempat nidasi tersebut
tidak dapat menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi ruptura
dan menjadi kehamilan ektopik terganggu.
Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi 5 berikut ini.
1. Kehamilan tuba, meliputi > 95% yang terdiri atas : pars ampularis (55%), pars
ismika (25%), pars fimbriae (17%), dan pars interstisialis (2%).
2. Kehamilan ektopik lain (<5%) antara lain terjadi di serviks uterus, ovarium,
atau abdominal. Untuk kehamilan abdominal lebih sering merupakan
kehamilan abdominal sekunder dimana semula merupakan kehamilan tuba
yang kemudian abortus dan meluncur ke abdomen dari ostium tuba pars
abdominalis (abortus tubaria) yang kemudian embrio/buah kehamilannya
mengalami
reimplantasi
di
kavum
abdomen,
misalnya
di
karena patofisiologi
mudah dimengerti sesuai dengan proses awal kehamilan sejak pembuahan sampai
nidasi. Bila nidasi terjadi diluar kavum uteri atau diluar endometrium, maka terjadilah
kehamilan ektopik. Dengan demikian, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium menjadi penyebab kehamilan ektopik
ini. Faktor-faktor yang disebutkan adalah sebagai berikut.
1. Faktor Tuba
Adanya tumor disekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri atau tumor
ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk dan patensi tuba, juga
dapat menjadi etilogi kehamilan ektopik.
merupakan suatu media yang baik untuk pertumbuhan embrio atau mudigah, maka
pertumbuhan dapat mengalami beberapa perubahan dalam bentuk berikut ini.
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati
karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam
keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya terlambat untuk
beberapa hari.
2. Abortus kedalam lumen tuba (Abortus tubaria)
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah
oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan
mudigah
dari
dinding
tersebut
bersama-sama
dengan
robeknya
terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan
ruptur ialah penembusan vili korealis ke dalam lapisan muskularis tuba terus
ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan
seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan
dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak, sampai
menimbulkan syok dan kematian. Bila pseudokapsularis ikut pecah, maka
terjadi pula perdarahan dalam lumen tuba. Darah dapat mengalir kedalam
rongga perut melalui ostium tuba adominal.
Bila pada aboruts dalam tuba ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder
dapat terjadi. Dalam hal ini dinding tuba yang telah menipis oleh invasi
trofoblas pecah karena tekanan darah dalam tuba. Kadang-kadang ruptur
terjadi di arah ligamentum itu. Jika janin terus hidup, terdapat kehamilan
intraligamenter.
Pada ruptur ke rongga perut seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi
robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari
tuba. Perdarahan dapat berlansung terus sehingga penderita akan cepat jatuh
dalam keadaan anemia atau syok oleh karena hemoragia. Darah tertampung
pada rongga perut akan mengalir ke kavum douglasi yang makin lama makin
banyak dan akhirnya dapat memenuhi rongga abdomen. Bila penderita tidak di
operasi dan tidak meninggal karena perdarahan, nasib janin bergantung pada
kerusakan yang diderita dan tuanya kehamilan. Bila janin mati dan masih
kecil, dapat diresorbsi seluruhnya. Bila besar, kelak dapat diubah menjadi
litopedion.
Janin yang dikeliarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh
kantong amnion dan dengan plasenta masih utuh, kemungkinan tumbuh terus
kedalam rongga perut, sehingga akan terjadi kehamilan abdominal sekunder.
Untuk mencukupi kebutuhan makanan bagi janin, plasenta dari tuba akan
meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya, misalnya kesebagian uterus,
ligamnetum latum, dasar panggul dan usus.1,2,4
D. Gambaran Klinik
Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas, dan
penderita maupun dokternya biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam
kehamilan, sampai terjadinya abortus tuba atau ruptur tuba. Pada umumnya penerita
menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda, dan mungkin merasa nyeri sedikit
diperut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vaginal
uterus membesar dan lembek walaupun mungkin tidak sebesar tuanya kehamilan.
Tuba yang mengnadung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada
pemeriksaan bimanual. Pada pemeriksaan USG sangat membantu menegakkan
diagnosis kehamilan ini apakah intrauterina atau kehamilan ektopik. Untuk itu setiap
ibu yang memeriksakan kehamilan mudanya sebainya dilakukan pemeriksaan USG.
Apabila kehamilan ektopik mengalami penyulit atau terjadi ruptur pada tuba
tempat lokasi nidasi kehamilan ini akan memberikan gejala dan tanda khas yaitu
timbulnya sakit perut mendadak yang kemudian disusul dengan syok atau pingsan. Ini
adalah pertanda khas terjadinya kehamilan ektopik yang terganggu.
Walau demikian, gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbedabeda yaitu dari perdarahan yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya
gejala yang tidak jelas, sehingga sukar dibuat diagnosisnya. Gejala dan tanda
bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, aboruts atau ruptur tuba,
tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita
sebelum hamil.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai
dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk kedalam syok.
Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak seberapa hebat dan tidak terus-menerus. Rasa
nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi, tetapi setelah darah masuk kedalam rongga
perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau ke seluruh perut bawah. Darah dalam
rongga perut dapat meransang diafragma, sehingga menyebabkan nyeri bahu dan bila
membentuk hematokel retrouterina, menyebakan defekasi nyeri.
Perubahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan
ektopik yang terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari kavum
uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak
banyak dan berwarna coklat tua. Frekuensi perdarahan dikemukakan dari 51 hingga
bila terlihat kantong gestasi berisi mudigah/janin hidup yang letaknya di luar kavum
uetri. Namun, gambaran ini hanya dijumpai pada 5 10% kasus.
Sebagian besar kehamilan ektopik tidak memberikan gambaran yang spesifik.
Uterus mungkin besarnya normal atau mengalami sedikit pembesaran yang tidak
sesuai dengan usia kehamilan. Endometrium menebal ekogenik sebagai akibat reaksi
desidua. Kavum uteri sering berisi cairan eksudat yang diproduksi oleh sel-sel
desidua, yang pada pemeriksaan terlihat sebagai struktur cincin anekoik yang disebut
kantong gestasi palsu (pseudogestational sac). Berbeda dengan kantong gestasi yang
sebenarnya, kantong gestasi palsu letaknya simetris di kavum uteri dan tidak
menunjukkan struktur cincin ganda.
Seringkali dijumpai massa tumor di daerah adneksa, yang gambarannya sangat
bervariasi. Mungkin terlihat kantong gestasi yang masih utuh dan berisi mudigah,
mungkin hanya berupa massa ekogenik dengan batas ireguler, ataupun massa
kompleks yang terdiri atas sebagian ekogenik dan anekoik. Gambaran massa yang
tidak spesifik ini mungkin sulit dibedakan dari gambaran yang disebabkan oleh
peradangan adneksa, tumor ovarium, ataupun massa endometrioma. Pada 15 20%
kasus kehamilan ektopik tidak dijumpai adanya massa di adneksa. Perdarahan
intraabdomen yang terjadi akibat kehamilan ektopik terganggu juga tidak memberikan
gambaran spesifik, bergantung pada banyak dan lamanya proses perdarahan.
Gambarannya dapat berupa massa anekoik di kavum douglasi yang mungkin meluas
sampai bagian atas rongga abdomen. Bila sudah terjadi bekuan darah, gambaran
berupa massa ekogenik yang tidak homogen. Gambaran perdarahan akibat kehamilan
ektopik sulit dibedakan dari perdarahan atau cairan bebas yang terjadi oleh sebab lain,
seperti endometriosis pelvik, perdarahan pelvik, asites, pus, kista pecah, dan
perdarahn ovulasi.
Bila kita tidak mempunyai fasilitas USG diagnosis dapat dibantu ditegakkan
dengan melakukan pemeriksaan pungsi kavum douglasi (kuldosintesis) dimana
jendalan darah yang melayang-layang di kavum douglasi terisap saat dilakukan
pungsi.1
E. Diagnosis
meragukan jumlah sisa hasil konsepsinya, maka kita perlu curiga terjadinya
kehamilan ektopik terganggu yang gejala dan tandanya tidak khas. Pada umumnya
dilatasi dan kerokan untuk menunjang diagnosis kehamilan ektopik tidak dianjurkan.
Berbagai alasan dapat dikemukakan :
1. Kemungkinan adanya kehamilan dalam uterus bersama kehamilan ektopik.
2. Hanya 12 sampai 195 kerikan pada kehamilan ektopik menunjukkan reaksi
desidua.
3. Perubahan endometrium yang berupa reaksi Arias-Stella tidak khas untuk
kehamilan ektopik. Namun jika jaringan yang dikeluarkan bersama dengan
perdarahan terdiri atas desidua tanpa vili korialis, hal itu dapat memperkuat
diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
Kuldosintesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam
kavum douglasi ada darah. Cara ini sangat berguna dalam membantu diagnosis
kehamilan ektopik terganggu. Teknik kuldosintesis dapat dilaksanakan dengan urutan
berikut :
1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.
2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik.
3. Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam serviks,
dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak.
4. Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum douglasi dan dengan semprit
10 ml dilakukan pengisapan.
5. Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain
kasa dan diperhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan :
Darah tua berwarna cokelat sampai hitam yang tidak membeku, atau
yang berupa bekuan kecil-kecil, darah ini menunjukkan adanya
hematokel retrouterina.
Gambar 2. Culdosentesis
Laparaskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk
kehamilan ektopik apabila hasil penilaian diagnostik yang lain meragukan. Melalui
prosedur laparaskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis
dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum douglasi, dan ligamentum latum.
Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan,
tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan laparatomi.1
Pada keadaan ini, juga ditemui gejala-gejala Pada tahapan ini, selain gejala kehamilan
kehamilan muda atau obortus imminens muda dan abortus imminens, pada umumnya
(terlambat
haid,
mual
dan
Pucat / anemis
112 x/menit)
F. Diagnosis Diferensial
Yang perlu dipikirkan sebagai diagnosis diferensial ialah : infeksi pelvik,
abortus iminens atau abortus inklompetus, dan tumor ovarium. Biasanya anamnesis,
gambaran klinik, dan beberapa metode pemeriksaan dapat menegakkan diagnosis
kehamilan ektopik.
Ruptura korpus luteum dapat menimbulkan gejala yang menyerupai kehamilan
ektopik terganggu. Anamnesis yang cermat mengenai siklus haid penderita dapat
menduga ruptura korpus luteum. Jika keadaan mengizinkan, dengan laparaskopi dapat
diperoleh kepastian apa yang menyebabkan perdarahan intraperitoneal. Jika
perdarahan banyak, maka perlu dilakukan laparotomi dan keadaan sebenarnya dapat
diketahui.2
Gejala-gejala berkurang
atau terbukti adanya
kehamilan intrauterin
KULDOSENTESIS
Positif
Negatif
LAPARATOMI
LAPAROSKOPI
SALPINGOSTOMI ATAU
SALPINGEKTOMI
H. Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan
diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Hellman dan kawan-kawan (1971)
melaporkan 1 kematian di antara 826 kasus, dan Wilson dan kawan-kawan (1971) 1
antara 591. Akan tetapi, bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi.
Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus,
sedangkan Tarjiman dan kawan-kawan (1973) 4 dari 138 kehamilan ektopik.
Pada umunya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat
bilateral. Sebagian perempuan menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik
lagi pada tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara
0% sampai 14,6%. Untuk perempuan dengan anak sudah cukup, sebaiknya pada
operasi dilakukan salpingektomi bilateralis. Dengan sendirinya hal ini perlu disetujui
oleh suami-suami sebelumnya.1
lebih lanjut adanya kehamilan intrauterin menjadi lebih jelas. Setelah laparatomi
untuk mengelola kehamilan ektopiknya kehamilan intrauterin dapat berlanjut seperti
kehamilan lainnya. Mungkin pula berlansung sampai cukup bulan. Jika saat ini
tercapai, penderita merasa mules seperti akan bersalin (spurious labour), dan janin
tidak lama kemudian meninggal.
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis yang tidak jarang
memberi petunjuk adanya kehamilan muda yang disertai dengan perdarahan dan nyeri
perut bagian bawah. Penderita merasakan bahwa kehamilan ini tidak berjalan seperti
biasa, gejala gastrointestinal nyata, dan gerakan anak dirasakan lebih nyeri.
Pada kehamilan lebih lanjut pada pemeriksaan abdomen sering ditemukan
kelainan letak janin. Bagian-bagian janin teraba lebih jelas di bawah kulit, walaupun
pada multipara dan perempuan dengan dinding perut yang tipis kesan tersebut
kadang-kadang juga diperoleh. Kontraksi Braxton-Hicks pada tumor berisi janin tidak
dapat ditimbulkan seperti pada kehamilan dalam uterus.
Pada pemeriksaan vaginal seringkali didapatkan serviks terletak tinggi di
vagina dan biasanya tidak seberapa besar dan lembek seperti pada kehamilan
intrauterin. Benda sebesar tinju kecil berhubungan dengan serviks tidak jarang
ditemukan di samping atau di depan tumor berisi janin. Benda itu ialah uterus. Bahwa
tumor itu benar uterus, dapat dibuktikan dengan timbulnya kontraksi bila penderita
diberi suntikan 1 satuan oksitosin intramuskulus.
Pemeriksaan dengan foto rontgen sering menunjukkan janin dalam letak
melintang, miring, atau dalam sikap dan lokasi yang abnormal. Pada pemeriksaan
ulangan lokasi janin tetap sama.
Pada saat ini pemeriksaan dengan ultrasonografi sangat membantu dalam
diagnostik kehamilan ektopik lanjut.
Pengelolaan pada kehamilan ektopik lanjut dengan janin hidup, dengan
pecahnya kantong janin selalu ada bahaya perdarahan dalam rongga perut. Hal ini
dapat timbul setiap waktu. Maka dari itu, setelah diagnosis dibuat, perlu segera
dilakukan operasi tanpa memandang tuanya kehamilan. Persediaan darah paling
sedikit 1 liter karena perdarahan yang sangat banyak dapat terjadi bila plasenta tanpa
disengaja untuk sebagian dilepas. Hemostatis tempat implantasi plasenta pada
kehamilan ektopik lanjut tidak ada karena alat-alat sekitar uterus tidak mengandung
otot yang dapat menutup pembuluh darah pada bekas implantasi plasenta, seperti pada
kehamilan intrauterin. Jika janin sudah meninggal, operasi perlu juga dilakukan, akan
tetapi keadaannya tidak begitu mendesak. Setelah dinding perut dibuka, selaput janin
dipotong pada daerah yang mengandung sedikit pembuluh darah, janin dikeluarkan
hati-hati, dan dihindarkan tarikan yang berlebihan pada tali pusat. Tali pusat dipotong
dekat dengan plasenta dan plasenta pada umumnya ditinggalkan.
Plasenta di sini tidak seperti pada kehamilan intrauterin berimplantasi pada
dasar yang setelah plasenta diangkat, tidak berkontraksi dan menutup pembuluhpembuluh darah yang terbuka. Maka, jika plasenta diangkat, timbul perdarahan terusmenerus. Oleh sebab itu, umunya plasenta ditinggalkan.
Plasenta hanya dikeluarkan bila berimplantasi pada alat yang bersama-sama
dapat dikeluarkan dengan pengikatan pembuluh-pembuluh darah.
Dengan meninggalkan plasenta dalam rongga perut ada kemungkinan
terjadinya infeksi, supurasi, perlekatan, luka perut terbuka, atau kadang-kadang ileus.
Walaupun
demikian
sikap
meninggalkan
plasenta
masih
dapat
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S, Abdul Bari S. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kebidanan.
Edisi IV. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008; 472487.
2. Prawirohardjo S, Hanifa W. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kandungan.
Edisi II. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008; 250260.
3. Prawirohardjo S, Abdul Bari S. Kehamilan Ektopik Terganggu. Dalam : Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2006; 152-156.
4. Arif M. Dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2001. Hal. 267-271.