Anda di halaman 1dari 33

Borang Portofolio Kasus Kegawat Daruratan

No. ID dan Nama Peserta

dr. Rake Andara

No. ID dan Nama Wahana

RSUD Muara Labuh

Topik

Kasus Kegawat Daruratan

Tanggal (kasus)

15 November 2015 pukul 16.00 WIB

Nama Pasien

Nn. N

No. RM
Pendamping
Konsulen
Aula RSUD Muara Labuh

Tanggal Presentasi
Tempat Presentasi

06.41.43
dr. Yenny Dwi Kalisna
dr. Ade Aulia, Sp.OG

Objektif Presentasi
Keilmuan

Keterampilan

Penyegaran

Tinjauan Pustaka

Diagnostik

Manajemen

Masalah

Istimewa

Anak

Dewasa

Neonatus

Bayi

Remaja

Lansia

Bumil

Deskripsi

Pasien Perempuan, 28 tahun, datang ke IGD RSUD Muara Labuh dengan keluhan
nyeri perut bagian bawah 1 hari SMRS.

Tujuan

Menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu dan mampu mengatasi


kegawatdaruratan pada pasien kehamilan ektopik terganggu.

Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka


Cara
Membahas
Data Pasien

Diskusi

Riset
Presentasi dan
Diskusi

Nama : Nn.N

Nama RS : RSUD Muara Labuh

Kasus
E-mail

Audit
Pos

No. Registrasi : 06.41.42


Telp :

Terdaftar sejak :

Data Utama untuk Bahan Diskusi :


1. Diagnosis / Gambaran Klinis : G1P0A0H0 gravid 8-9 minggu + Akut abdomen ec Kehamilan
Ektopik Terganggu (KET) / Nyeri perut bagian bawah
2. Riwayat Pengobatan : 3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : 4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga yang pernah mengalami keluhan yang sama dan
menderita penyakit keganasan.
5. Riwayat Pekerjaan : Pasien ibu rumah tangga dan bekerja sebagai seorang guru
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal di rumah permanen, di lingkungan tidak
padat penduduk dengan sanitasi lingkungan baik.
7. Lain-lain : Daftar Pustaka :

1. Prawirohardjo S, Abdul Bari S. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta
: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008; 472-487.
2. Prawirohardjo S, Hanifa W. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kandungan. Edisi II. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008; 250-260.
3. Prawirohardjo S, Abdul Bari S. Kehamilan Ektopik Terganggu. Dalam : Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2006; 152-156.
4. Arif M. Dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta 2001. Hal. 267-271.
Hasil Pembelajaran :
1. Mampu menegakkan diagnosa akut abdomen ec KET
2. Mengetahui factor predisposisi KET
3. Mengetahui penatalaksanaan KET
4. Edukasi pada pasien tentang KET

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif :
Seorang pasien wanita umur 28 tahun rujukan dari Puskesamas Lubuk Gadang datang
ke IGD RSUD Solok Selatan pada tanggal 15 November 2014 pukul 16.00 WIB
dengan :
Keluhan Utama :

Nyeri perut bagian bawah

Riwayat Penyakit Sekarang :

Nyeri perut bagian bawah sudah dirasakan sejak 1 hari yang lalu, awalnya di
sekitar ari ari, nyeri dirasakan terus menerus, bertambah dengan pergerakan.
Karena nyeri perut yang hebat pasien datang ke puskesmas lubuk gadang, lalu
pasien dirujuk ke RSUD Solok Selatan

Keluar darah dari kemaluan sejak 2 hari SMRS. Darah berwarna kehitaman,
tidak terdapat gumpalan atau gelembung-gelembung. Darah yang keluar sedikit,
dalam satu hari hanya menghabiskan 1-2 pembalut. Sebelumnya 5 hari yang lalu
keluar plek dari kemaluan. Nyeri saat keluar darah dari kemaluan (-).

Pasien tidak haid sejak 2 bulan yang lalu, pasien dikatakan hamil 1 bulan yang
lalu saat memeriksakan diri ke bidan

HPHT : 17-09-2015 TP : 25-06-2016

Pasien juga mengeluhkan Mual (+), Muntah (-), Demam (-)

Riwayat menstruasi : menarke usia 13 tahun, siklus teratur, setiap 28-30 hari,
lamanya 5-7 hari, banyaknya 2-3 x ganti duk sehari, nyeri haid (-)

BAB dan BAK biasa.

Riwayat dikusuk disangksal pasien.

Riwayat naik motor selama hamil (+)

Riwayat perkawinan : 1 x tahun 2014


Riwayat kehamilan / abortus / persalinan : 1/0/0
1. Sekarang
Riwayat kontrasepsi : Pasien tidak menggunakan kontrasepsi
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit jantung, paru, hati, ginjal, kencing manis dan hipertensi tidak ada.

Riwayat menderita penyakit infeksi genital tidak ada

Riwayat merokok tidak ada.

Riwayat pengobatan sebelumnya : (-)


Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada keluarga yang pernah mengalami keluhan
yang sama dan menderita penyakit keganasan.
Riwayat Sosio Ekonomi dan Kebiasaan : Pasien tinggal di rumah permanen, di
lingkungan tidak padat penduduk dengan sanitasi lingkungan baik.
2. Objektif :
Vital sign
Keadaan umum

: Tampak sakit berat

Anemis (+/+)

Kesadaran

: Komposmentis kooperatif

Ikterik

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Sianosis (-)

Frekuensi nadi

: 128 x/menit

Dyspnoe (-)

Frekuensi nafas

: 24 x /menit

Edema (-/-)

Suhu

: 370C

(-/-)

Pemeriksaan sistemik
Mata

: Konjungtiva anemis (+/+), sklera tidak ikterik

Leher

: JVP 5 2 cmH2O, Kelenjer tiroid tidak membesar

Dada

: Jantung dan Paru dalam batas normal

Abdomen

: Status obstetri

Genital

: Status obstetri

Ekstremitas

: Edema -/- , reflek fisiologis +/+ , reflek patologis -/-

STATUS OBSTETRI
Abdomen

Inspeksi

: Perut tidak tampak membesar, striae (-), venektasi (-), sikatrik (-)

Palpasi

: Defance muskular (-) nyeri tekan (+), nyeri lepas (+)

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: Bising usus (+) menurun

Genitalia

Inspeksi : U/V tenang


VT/ bimanual :

Vagina : Tumor (-), laserasi (-)

Portio : Primipara, ukuran sebesar jempol tangan dewasa, tumor (-), OUE tertutup,
nyeri goyang portio(+)

Corpus Uteri : Antefleksi, sebesar telur ayam

Adneksa parametrium : Nyeri tekan (-)

Cavum douglas : Tidak menonjol, Nyeri (-)

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
HB

: 9.0 gr%

Lekosit

: 11.730/mm3

Eritrosit

: 3.1 juta/mm3

Trombosit

: 281.000/ mm3

Hematokrit

: 26,1 %

CT

: 5

BT

: 2

Gol. Darah

: AB

Plano test

: (+)

Konsul dr. Ade Aulia Sp.OG


Dilakukan pemeriksaan USG dengan hasil :
Tampak cairan bebas, kantong janin di luar cavum uteri
Kesan : kehamilan ekstrauterin
Jam 17.00 WIB dilakukan Pemeriksaan Hb cito dengan hasil pemeriksaan
Hb : 7,6 gr%

3. Plan :
Diagnosis :
G1P0A0H0 gravid 8-9 minggu + Akut abdomen ec KET
Pengobatan :
Puasa
IVFD 2 jalur line I RL 2 Kolf line II Hes 1 Kolf (Guyur)
Injeksi Picyn 1 gram IV (skin Test)
Penyediaan darah 4 kantong untuk transfusi
Pada pasien akan dilakukan Laparatomi cito
Pada pasien dilakukan laprotomi eksplorasi. Intraoperatif tampak abortus tuba
pada pars ampularis dextra, kemudian dilakukan salphingoovarectomy dextra (SOD).
Pendidikan :
-

Kepada pasien dan keluarga dijelaskan mengenai tindakan bedah yang akan
dilakukan pada pasien

Konsultasi :
Diagnosa dan manajemen terapi pada pasien ini merupakan hasil konsultasi
dan advice dari dokter spesialis kebidanan.

FOLLOW UP
15 November 2015 (ICU)
S/ Demam (-), Nyeri seluruh perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), Kentut (+), BAK via
kateter, Drain (+) Serous 10 cc
O/ KU : tampak sakit sedang, Kes : CMC, TD : 100/70 mmhg, HR : 98 x/menit, RR : 20
x/menit
Mata : konjunctiva anemis (-/-)
Abdomen : perut tidak tampak membuncit, luka post operasi tertutup verban
Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), bising usus (+) normal, Timpani
A/ Post Laparotomi (salphingoovarectomy dextra) a/i abortus tuba dextra pars ampula ec
kehamilan tuba
P/
-

IVFD RL 12 jam/kolf

Drip Adona (Carbazochrome Na Sulfonate) : Transamin

Injeksi Picyn 2x1 gr (IV)

Transfusi darah 2 kantong

Pronalges supp 2 jam 21.00 WIB

Kontrol Vital Sign

Mobilisasi bertahap

16 November 2015 (ICU)


S/ Demam (-), Nyeri seluruh perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), Kentut (+), BAK via
kateter, Drain (+) Serous 20 cc
O/ KU : tampak sakit sedang, Kes : CMC, TD : 100/70 mmhg, HR : 98 x/menit, RR : 20
x/menit
Mata : konjunctiva anemis (-/-)
Abdomen : perut tidak tampak membuncit, luka post operasi tertutup verban
Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), bising usus (+) normal, Timpani

A/ Post Laparotomi (salphingoovarectomy dextra) a/i abortus tuba dextra pars ampula ec
kehamilan tuba
P/
-

IVFD RL 12 jam/kolf

Drip Tramadol 20 tts/i

Injeksi Picyn 2x1 gr (IV)

Cek Hb post Transfusi darah 2 kantong

Kontrol Vital Sign

Mobilisasi bertahap

Hasil pemeriksaan laboratorium Hb : 9,5 gr%


Pasien dipindahkan ke rawat inap kebidanan
17 November 2015
S/ Demam (-), Nyeri seluruh perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), Kentut (+), BAK via
kateter, Drain (+) Serous
O/ KU : tampak sakit sedang, Kes : CMC, TD : 100/70 mmhg, HR : 88 x/menit, RR : 20
x/menit
Mata : konjunctiva anemis (-/-)
Abdomen : luka post operasi tertutup verban
bising usus (+) normal, Timpani
A/ Post Laparotomi (salphingoovarectomy dextra) a/i abortus tuba dextra pars ampula ec
kehamilan tuba
P/
-

IVFD RL 12 jam/kolf

Drip Tramadol 20 tts/i

Injeksi Picyn 2x1 gr (IV)

Makanan Lunak

Ganti Verban

18 November 2015
S/ Demam (+), Nyeri seluruh perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), Kentut (+), BAK via
kateter, Drain (+) Serous
O/ KU : tampak sakit sedang, Kes : CMC, TD : 110/70 mmhg, HR : 104 x/menit, RR : 20
x/menit T : 38,70C
Mata : konjunctiva anemis (-/-)
Abdomen : luka post operasi tertutup verban
Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), bising usus (+) normal, Timpani
A/ Post Laparotomi (salphingoovarectomy dextra) a/i abortus tuba dextra pars ampula ec
kehamilan tuba
P/
-

IVFD RL 12 jam/kolf

Injeksi Picyn 2x1 gr (IV)

Paracetamol 3 x 500 mg

Benevit C 2 x 1

Diabion 2 x 1

Fendex 3 x 1

Makanan Lunak

19 November 2015
S/ Demam (-), Nyeri seluruh perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), Kentut (+), BAK via
kateter, Drain (+) Serous
O/ KU : tampak sakit sedang, Kes : CMC, TD : 100/70 mmhg, HR : 98 x/menit, RR : 20
x/menit T : 36,70C
Mata : konjunctiva anemis (-/-)
Abdomen : luka post operasi basah
bising usus (+) normal, Timpani

A/ Post Laparotomi (salphingoovarectomy dextra) a/i abortus tuba dextra pars ampula ec
kehamilan tuba
P/
-

IVFD RL 12 jam/kolf

Injeksi Picyn 2x1 gr (IV)

Metronidazol infus 2 x 1

Paracetamol 3 x 500 mg Aff

Benevit C 2 x 1

Diabion 2 x 1

Fendex 3 x 1

Makanan Lunak

20 November 2015
S/ Demam (-), Nyeri seluruh perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), Kentut (+), BAK via
kateter, Drain (+) Serous
O/ KU : tampak sakit sedang, Kes : CMC, TD : 110/70 mmhg, HR : 98 x/menit, RR : 20
x/menit T : 36,70C
Mata : konjunctiva anemis (-/-)
Abdomen : luka post operasi basah
bising usus (+) normal, Timpani
A/ Post Laparotomi (salphingoovarectomy dextra) a/i abortus tuba dextra pars ampula ec
kehamilan tuba
P/
-

IVFD RL 12 jam/kolf

Injeksi Picyn 2x1 gr (IV)

Metronidazol infus 2 x 1

Benevit C 2 x 1

Diabion 2 x 1

Fendex 3 x 1

Makanan Lunak

21 November 2015
S/ Demam (-), Nyeri seluruh perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), Kentut (+), Drain (+)
Serous
O/ KU : tampak sakit sedang, Kes : CMC, TD : 100/70 mmhg, HR : 98x/menit, RR : 20
x/menit T : 36,70C
Mata : konjunctiva anemis (-/-)
Abdomen : luka post operasi basah
bising usus (+) normal, Timpani
A/ Post Laparotomi (salphingoovarectomy dextra) a/i abortus tuba dextra pars ampula ec
kehamilan tuba
P/
-

IVFD RL 12 jam/kolf

Injeksi Picyn 2x1 gr (IV)

Metronidazol infus 2 x 1

Benevit C 2 x 1

Diabion 2 x 1

Fendex 3 x 1

Makanan Lunak

22 November 2015
S/ Demam (-), Nyeri seluruh perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), Kentut (+), Drain (+)
Serous
O/ KU : tampak sakit sedang, Kes : CMC, TD : 110/70 mmhg, HR : 88 x/menit, RR : 20
x/menit T : 36,70C
Mata : konjunctiva anemis (-/-)
Abdomen : luka post operasi basah, Pus (+)
bising usus (+) normal, Timpani

A/ Post Laparotomi (salphingoovarectomy dextra) a/i abortus tuba dextra pars ampula ec
kehamilan tuba
P/
-

IVFD RL 12 jam/kolf

Injeksi Picyn 2x1 gr (IV)

Metronidazol infus 2 x 1

Benevit C 2 x 1

Diabion 2 x 1

Fendex 3 x 1

Ganti Verban

Makanan Lunak

Hasil pemeriksaan laboratorium (22 November 2015):


GDS : 78 mg/dl
Total Protein : 9,4 g/dl (6,7-8,7 g/dl)
Albumin : 3,5 g/dl (3,8-4,4 g/dl)
Globulin : 5,9 g/dl (2.9-4.3 g/dl)
Tgl 26 November 2015 Luka bekas op kering
Tgl 3 Desember 2015 Pasien Rawat jalan dan kontrol poli kebidanan

4. Assesment (penalaran klinis) :


Seorang pasien wanita umur 28 tahun rujukan dari Puskesamas Lubuk Gadang
datang ke IGD RSUD Solok Selatan pada tanggal 15 November 2014 pukul 16.00
WIB dengan keluhan utama nyeri perut bagian bawah sejak 1 hari SMRS
Diagnosis KET ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis diketahui bahwa Nyeri perut bagian bawah
sudah dirasakan sejak 1 hari yang lalu, awalnya di sekitar ari ari, nyeri dirasakan
terus menerus, bertambah dengan pergerakan. Karena nyeri perut yang hebat pasien
datang ke puskesmas lubuk gadang, lalu pasien dirujuk ke RSUD Solok Selatan.
Keluar darah dari kemaluan sejak 2 hari SMRS. Darah berwarna kehitaman, tidak
terdapat gumpalan atau gelembung-gelembung. Darah yang keluar sedikit, dalam satu
hari hanya menghabiskan 1-2 pembalut. Sebelumnya 5 hari yang lalu keluar plek dari
kemaluan. Nyeri saat keluar darah dari kemaluan (-).
Pasien tidak haid sejak 2 bulan yang lalu dan sudah dilakukan pemeriksaan
kehamilan 1 bulan yang lalu. HPHT : 15-09-2015 TP : 25-06-2016. Riwayat
menderita penyakit infeksi genital tidak ada.
Dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan obstetrik didapatkan adanya nyeri
tekan dan nyeri lepas di perut bagian bawah, defans muskular tidak ada. Bising usus
ditemukan mulai menurun. Pada VT bimanual didapatkan nyeri goyang portio,dengan
OUE tertutup,

Hasil

yang

didapatkan pada pemeriksaan USG sesuai dengan

gambaran kehamilan ekstrauterin.


Pada pasien dilakukan laprotomi eksplorasi. Intraoperatif tampak abortus tuba
pada pars ampularis dextra, kemudian dilakukan salphingoovarectomy dextra (SOD).

KEHAMILAN EKTOPIK
A. Definisi
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang
telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari
95% kehamilan ektopik berada di saluran telur (Tuba Fallopii).
Kejadian kehamilan ektopik tidak sama di antara senter pelayanan kesehatan.
Hal ini bergantung pada kejadian salpingitis seseorang. Di Indonesia kejadian sekitar
5 6 per seribu kehamilan. Patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering
karena sel telur yang sudah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium
tersendat sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai kavum uteri dan
akibatnya akan tumbuh diluar rongga rahim. Bila kemudian tempat nidasi tersebut
tidak dapat menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi ruptura
dan menjadi kehamilan ektopik terganggu.
Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi 5 berikut ini.
1. Kehamilan tuba, meliputi > 95% yang terdiri atas : pars ampularis (55%), pars
ismika (25%), pars fimbriae (17%), dan pars interstisialis (2%).
2. Kehamilan ektopik lain (<5%) antara lain terjadi di serviks uterus, ovarium,
atau abdominal. Untuk kehamilan abdominal lebih sering merupakan
kehamilan abdominal sekunder dimana semula merupakan kehamilan tuba
yang kemudian abortus dan meluncur ke abdomen dari ostium tuba pars
abdominalis (abortus tubaria) yang kemudian embrio/buah kehamilannya
mengalami

reimplantasi

di

kavum

abdomen,

misalnya

di

mesenterium,/mesovarium atau di omentum.1,2


3. Kehamilan intraligamenter, jumlahnya sangat sedikit.
4. Kehamilan heterotopik, merupakan kehamilan ganda dimana satu janin berada
di kavum uteri sedangkan yang lain merupakan kehamilan ektopik. Kejadian
sekitar satu per 15.000 40.000 kehamilan.

5. Kehamilan ektopik bilateral. Kehamilan ini pernah dilaporkan walaupun


sangat jarang terjadi.1

Gambar 1. Lokasi Kehamilan Ektopik


B. Etiologi
Etilogi kehamilan ektopik sudah banyak disebutkan

karena patofisiologi

mudah dimengerti sesuai dengan proses awal kehamilan sejak pembuahan sampai
nidasi. Bila nidasi terjadi diluar kavum uteri atau diluar endometrium, maka terjadilah
kehamilan ektopik. Dengan demikian, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium menjadi penyebab kehamilan ektopik
ini. Faktor-faktor yang disebutkan adalah sebagai berikut.
1. Faktor Tuba

Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba


menyempit atau buntu.

Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan saluran tuba yang


berkelok-kelok panjang dapat menyebabkan fungsi silia tuba tidak
berfungsi dengan baik. Juga pada keadaan pascaoperasi rekanalisasi
tuba dapat merupakan predisposisi terjadinya kehamilan ektopik.

Faktor tuba lain ialah adanya kelainan endometriosis tuba atau


divertikel saluran tuba yang bersifat kongenital.

Adanya tumor disekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri atau tumor
ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk dan patensi tuba, juga
dapat menjadi etilogi kehamilan ektopik.

2. Faktor Abnormalitas Dari Zigot


Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka
zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian
terhenti dan tumbuh di saluran tuba.
3. Faktor Ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang
kontralateral, dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih
panjang sehingga kemungkinan terjadi kehamilan ektopik lebih besar.
4. Faktor Hormonal
Pada akseptor, pil KB yang hanya mengandung progesteron dapat
mengakibatkan gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
5. Faktor Lain
Termasuk disini antara lain adalah pemakai IUD di mana proses
peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan endosalping dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Faktor umur penderita yang
sudah menua dan faktor perokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya
kehamilan ektopik.1,3,4
C. Patologi
Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai endometrium
untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba dan kemudian akan
mengalami beberapa proses seperti pada kehamilan pada umunya. Karena tuba bukan

merupakan suatu media yang baik untuk pertumbuhan embrio atau mudigah, maka
pertumbuhan dapat mengalami beberapa perubahan dalam bentuk berikut ini.
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati
karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam
keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya terlambat untuk
beberapa hari.
2. Abortus kedalam lumen tuba (Abortus tubaria)
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah
oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan
mudigah

dari

dinding

tersebut

bersama-sama

dengan

robeknya

pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya,


bergantung pada derajat perdarahan yang timbul. Bila pelepasan menyeluruh,
mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian di
dorong oleh darah ke arah ostium tuba pars abdominalis. Frekuensi abortus
dalam tuba bergantung pada implantasi telur yang dibuahi. Abortus ke lumen
tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars ampularis, sedangkan
penembusan dinding tuba oleh vili korealis ke arah peritoneum biasanya
terjadi pada kehamilan pars ismika. Perbedaan ini disebakan oleh lumen pars
ampularis yang lebih luas sehingga dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan
hasil konsepsi jika dibandingkan dengan bagian ismus dengan lumen sempit.
Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus,
perdarahan akan terus berlansung, dari sedikit-sedikit oleh darah, sehingga
menjadi molakruenta. Perdarahan yang berlansung terus menyebabkan tuba
membesar dan kebiruan (hematosalping), dan selanjutnya darah mengalir ke
rongga perut melalui ostium tuba. Darah ini akan berkumpul di kavum douglas
dan akan membentuk hematokel retrouterina.
3. Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
biasanya pada kehamilan muda. Sebalikanya ruptur pada pars interstisialis

terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan
ruptur ialah penembusan vili korealis ke dalam lapisan muskularis tuba terus
ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan
seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan
dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak, sampai
menimbulkan syok dan kematian. Bila pseudokapsularis ikut pecah, maka
terjadi pula perdarahan dalam lumen tuba. Darah dapat mengalir kedalam
rongga perut melalui ostium tuba adominal.
Bila pada aboruts dalam tuba ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder
dapat terjadi. Dalam hal ini dinding tuba yang telah menipis oleh invasi
trofoblas pecah karena tekanan darah dalam tuba. Kadang-kadang ruptur
terjadi di arah ligamentum itu. Jika janin terus hidup, terdapat kehamilan
intraligamenter.
Pada ruptur ke rongga perut seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi
robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari
tuba. Perdarahan dapat berlansung terus sehingga penderita akan cepat jatuh
dalam keadaan anemia atau syok oleh karena hemoragia. Darah tertampung
pada rongga perut akan mengalir ke kavum douglasi yang makin lama makin
banyak dan akhirnya dapat memenuhi rongga abdomen. Bila penderita tidak di
operasi dan tidak meninggal karena perdarahan, nasib janin bergantung pada
kerusakan yang diderita dan tuanya kehamilan. Bila janin mati dan masih
kecil, dapat diresorbsi seluruhnya. Bila besar, kelak dapat diubah menjadi
litopedion.
Janin yang dikeliarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh
kantong amnion dan dengan plasenta masih utuh, kemungkinan tumbuh terus
kedalam rongga perut, sehingga akan terjadi kehamilan abdominal sekunder.
Untuk mencukupi kebutuhan makanan bagi janin, plasenta dari tuba akan
meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya, misalnya kesebagian uterus,
ligamnetum latum, dasar panggul dan usus.1,2,4

D. Gambaran Klinik

Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas, dan
penderita maupun dokternya biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam
kehamilan, sampai terjadinya abortus tuba atau ruptur tuba. Pada umumnya penerita
menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda, dan mungkin merasa nyeri sedikit
diperut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vaginal
uterus membesar dan lembek walaupun mungkin tidak sebesar tuanya kehamilan.
Tuba yang mengnadung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada
pemeriksaan bimanual. Pada pemeriksaan USG sangat membantu menegakkan
diagnosis kehamilan ini apakah intrauterina atau kehamilan ektopik. Untuk itu setiap
ibu yang memeriksakan kehamilan mudanya sebainya dilakukan pemeriksaan USG.
Apabila kehamilan ektopik mengalami penyulit atau terjadi ruptur pada tuba
tempat lokasi nidasi kehamilan ini akan memberikan gejala dan tanda khas yaitu
timbulnya sakit perut mendadak yang kemudian disusul dengan syok atau pingsan. Ini
adalah pertanda khas terjadinya kehamilan ektopik yang terganggu.
Walau demikian, gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbedabeda yaitu dari perdarahan yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya
gejala yang tidak jelas, sehingga sukar dibuat diagnosisnya. Gejala dan tanda
bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, aboruts atau ruptur tuba,
tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita
sebelum hamil.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai
dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk kedalam syok.
Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak seberapa hebat dan tidak terus-menerus. Rasa
nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi, tetapi setelah darah masuk kedalam rongga
perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau ke seluruh perut bawah. Darah dalam
rongga perut dapat meransang diafragma, sehingga menyebabkan nyeri bahu dan bila
membentuk hematokel retrouterina, menyebakan defekasi nyeri.
Perubahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan
ektopik yang terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari kavum
uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak
banyak dan berwarna coklat tua. Frekuensi perdarahan dikemukakan dari 51 hingga

93%. Perdarahan berarti gangguan pembentukan human chorionic gonadrotropin.


Jika plasenta mati, desidua dapat dikeluarkan seutuhnya.
Amenorea merupakan juga tanda yang penting pada kehamilan ektopik
walaupun penderita sering menyebutkan tidak jelasnya ada amenorea. Karena gejala
dan tanda kehamilan ektopik terganggu bisa lansung terjadi beberapa saat setelah
terjadinya nidasi pada saluran tuba yang kemudian disusul dengan ruptur tuba karena
tidak bisa menampung pertumbuhan mudigah selanjutnya. Lamanya amenorea
bergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi. Sebagian penderita tidak
mengalami amenorea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya. Hal ini
menyebabkan frekuensi amenorea yang dikemukakan berbagai penulis berkisar dari
23 hingga 97%.
Pada kehamilan ektopik terganggu ditemukan pada pemeriksaan vaginal
bahwa usaha menggerakkan serviks uteri menimbulkan rasa nyeri, yang disebut
dengan nyeri goyang (+) atau slinger pijn (bahasa belanda). Demikian pula kavum
douglasi menonjol dan nyeri pada perabaan oleh karena terisi oleh darah. Pada
abortus tuba biasanya teraba dengan jelas suatu tumor di samping uterus dalam
berbagai ukuran dengan konsistensi agak lunak. Hematokel retrouterina dapat diraba
sebagai tumor di kavum douglasi. Pada ruptut tuba dengan perdarahan banyak
tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat, perdarahan lebih banyak lagi
menimbulkan syok.
Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala
perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai
gejala-gejala yang samar-samar, sehingga sukar membuat diagnosis. Pemeriksaan
USG dapat dilakukan secara perabdominal atau pervaginam. Umumnya kita akan
mendapatkan gambaran uterus yang tidak ada kantong gestasinya dan mendapatkan
gambaran kantong gestasi yang berisi mudigah diluar uterus. Apabila sudah terganggu
atau ruptur maka bangunan kantong gestasi sudah tidak jelas, tetapi akan mendapat
bangunan massa hiperekoik yang tidak beraturan, tidak berbatas tegas, dan di
sekitarnya didapati cairan bebas (gambaran darah intraabdominal). Gambar USG
kehamilan ektopik sangat bervariasi bergantung pada usia kehamilan, ada tidaknya
gangguan kehamilan (ruptur, abortus) serta banyak dan lamanya perdarahan
intraabdominal. Diagnosis pasti kehamilan ektopik secara USG hanya bisa ditegakkan

bila terlihat kantong gestasi berisi mudigah/janin hidup yang letaknya di luar kavum
uetri. Namun, gambaran ini hanya dijumpai pada 5 10% kasus.
Sebagian besar kehamilan ektopik tidak memberikan gambaran yang spesifik.
Uterus mungkin besarnya normal atau mengalami sedikit pembesaran yang tidak
sesuai dengan usia kehamilan. Endometrium menebal ekogenik sebagai akibat reaksi
desidua. Kavum uteri sering berisi cairan eksudat yang diproduksi oleh sel-sel
desidua, yang pada pemeriksaan terlihat sebagai struktur cincin anekoik yang disebut
kantong gestasi palsu (pseudogestational sac). Berbeda dengan kantong gestasi yang
sebenarnya, kantong gestasi palsu letaknya simetris di kavum uteri dan tidak
menunjukkan struktur cincin ganda.
Seringkali dijumpai massa tumor di daerah adneksa, yang gambarannya sangat
bervariasi. Mungkin terlihat kantong gestasi yang masih utuh dan berisi mudigah,
mungkin hanya berupa massa ekogenik dengan batas ireguler, ataupun massa
kompleks yang terdiri atas sebagian ekogenik dan anekoik. Gambaran massa yang
tidak spesifik ini mungkin sulit dibedakan dari gambaran yang disebabkan oleh
peradangan adneksa, tumor ovarium, ataupun massa endometrioma. Pada 15 20%
kasus kehamilan ektopik tidak dijumpai adanya massa di adneksa. Perdarahan
intraabdomen yang terjadi akibat kehamilan ektopik terganggu juga tidak memberikan
gambaran spesifik, bergantung pada banyak dan lamanya proses perdarahan.
Gambarannya dapat berupa massa anekoik di kavum douglasi yang mungkin meluas
sampai bagian atas rongga abdomen. Bila sudah terjadi bekuan darah, gambaran
berupa massa ekogenik yang tidak homogen. Gambaran perdarahan akibat kehamilan
ektopik sulit dibedakan dari perdarahan atau cairan bebas yang terjadi oleh sebab lain,
seperti endometriosis pelvik, perdarahan pelvik, asites, pus, kista pecah, dan
perdarahn ovulasi.
Bila kita tidak mempunyai fasilitas USG diagnosis dapat dibantu ditegakkan
dengan melakukan pemeriksaan pungsi kavum douglasi (kuldosintesis) dimana
jendalan darah yang melayang-layang di kavum douglasi terisap saat dilakukan
pungsi.1
E. Diagnosis

Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum


terganggu demikian besarnya, sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus
tuba atau ruptur tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Bila diduga ada kehamilan
ektopik yang belum terganggu, penderita segera dirawat di rumah sakit. Alat bantu
diagnosis yang dapat digunakan adalah ultrasonografi, laparaskopi, atau kuldoskopi.
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak tidak banyak
mengalami kesukaran, tetapi pada jenis menahun atau atipik bisa sulit sekali. Untuk
mempertajam diagnosis, maka pada tiap perempuan dalam masa reproduksi dengan
keluhan nyeri perut bagian bawah atau kelainan haid, kemungkinan kehamilan
ektopik harus dipikirkan. Pada umunya dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan
yang cermat diagnosis dapat ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu diagnosis
seperti kuldosintesis, ultrasonogafi, dan laparaskopi masih diperlukan anamnesis.
Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala
subjektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat
dinyatakan. Perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan pemeriksaan hemoglobin dan
jumlah sel darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik
terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pemeriksaan
hemoglobin dan hematokrit dapat dilakukan secara serial dengan jarak satu jam
selama 3 kali berturut-turut. Bila ada penurunan hemoglobin dan hematokrit dapat
mendukung diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Pada kasus jenis tidak mendadak
biasanya ditemukan anemia, tetapi harus di ingat bahwa penurunan hemoglobin baru
terlihat setelah 24 jam.
Perhitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila
leukosit meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat
diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya
menunjuk pada keadaan yang terakhir. Tes kehamilan berguna apabila positif. Akan
tetapi tes negatif tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu
karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi
human chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negatif.
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu sering keliru dengan abortus insipiens
atau abortus inkompletus yang kemudian dilakukan kuretase. Bila hasil kuretase

meragukan jumlah sisa hasil konsepsinya, maka kita perlu curiga terjadinya
kehamilan ektopik terganggu yang gejala dan tandanya tidak khas. Pada umumnya
dilatasi dan kerokan untuk menunjang diagnosis kehamilan ektopik tidak dianjurkan.
Berbagai alasan dapat dikemukakan :
1. Kemungkinan adanya kehamilan dalam uterus bersama kehamilan ektopik.
2. Hanya 12 sampai 195 kerikan pada kehamilan ektopik menunjukkan reaksi
desidua.
3. Perubahan endometrium yang berupa reaksi Arias-Stella tidak khas untuk
kehamilan ektopik. Namun jika jaringan yang dikeluarkan bersama dengan
perdarahan terdiri atas desidua tanpa vili korialis, hal itu dapat memperkuat
diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
Kuldosintesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam
kavum douglasi ada darah. Cara ini sangat berguna dalam membantu diagnosis
kehamilan ektopik terganggu. Teknik kuldosintesis dapat dilaksanakan dengan urutan
berikut :
1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.
2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik.
3. Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam serviks,
dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak.
4. Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum douglasi dan dengan semprit
10 ml dilakukan pengisapan.
5. Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain
kasa dan diperhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan :

Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan


membeku, darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk.

Darah tua berwarna cokelat sampai hitam yang tidak membeku, atau
yang berupa bekuan kecil-kecil, darah ini menunjukkan adanya
hematokel retrouterina.

Gambar 2. Culdosentesis
Laparaskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk
kehamilan ektopik apabila hasil penilaian diagnostik yang lain meragukan. Melalui
prosedur laparaskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis
dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum douglasi, dan ligamentum latum.
Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan,
tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan laparatomi.1

Gambar 3. Laparoskopi KET


A laproscopic view of an isthmic tubal ectopic pregnancy with bleeding from the
fimbrial end of the tube.
(Courtesy of Dr E. Saridogan, University College Hospital, London)

Diagnosis hamil ektopik sangat ditentukan dengan kondisi berikut ini3 :


Kehamilan ektopik yang belum terganggu

Kehamilan ektopik yang terganggu

Pada keadaan ini, juga ditemui gejala-gejala Pada tahapan ini, selain gejala kehamilan
kehamilan muda atau obortus imminens muda dan abortus imminens, pada umumnya
(terlambat

haid,

mual

dan

muntah, juga ditemui kondisi gawat darurat dan

pembesaran payudara, hiperpigmentasi areola abdominal akut seperti :


dan garis tengah perut, peningkatan rasa
ingin berkemih, porsio livide, pelunakan
serviks, perdarahan bercak berulang. Tanda-

Pucat / anemis

Kesadaran menurun dan lemah

Syok (hipovolemik) sehingga isi dan

tanda tidak umum dari hasil pemeriksaan


bimanual pada tahapan ini adalah

tekanan denyut nadi berkurang serta

Adanya massa lunak di adneksa (hati-

meningkatnya frekuensi nadi (di atas

hati saat melakukan pemeriksaan

112 x/menit)

dapat terjadi ruptur atau salah duga


dengan ovarium atau kista kecil.

Perut kembung (adanya cairan bebas


intraabdomen) dan nyeri tekan.

Nyeri goyang porsio.

Nyeri perut bawah yang makin hebat


apabila tubuh digerakkan.

Nyeri goyang porsio.3

F. Diagnosis Diferensial
Yang perlu dipikirkan sebagai diagnosis diferensial ialah : infeksi pelvik,
abortus iminens atau abortus inklompetus, dan tumor ovarium. Biasanya anamnesis,
gambaran klinik, dan beberapa metode pemeriksaan dapat menegakkan diagnosis
kehamilan ektopik.
Ruptura korpus luteum dapat menimbulkan gejala yang menyerupai kehamilan
ektopik terganggu. Anamnesis yang cermat mengenai siklus haid penderita dapat
menduga ruptura korpus luteum. Jika keadaan mengizinkan, dengan laparaskopi dapat
diperoleh kepastian apa yang menyebabkan perdarahan intraperitoneal. Jika

perdarahan banyak, maka perlu dilakukan laparotomi dan keadaan sebenarnya dapat
diketahui.2

G. Pengelolaan Kehamilan Ektopik


Penanganan kehamilan ektopik pada umunya adalah laparatomi. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu
kondisi penderita saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi
kehamilan ektopik, kondisi anatomik organ pelvis, kemampuan teknik bedah mikro
dokter operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat. Hasil
pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan
tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan
salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya
dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.
Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampulas tuba yang belum pecah pernah
dicoba ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan
pembedahan. Kriteria kasus yang diobati dengan cara ini ialah :
1. Kehamilan di pars ampularis tuba belum pecah
2. Diameter kantong gestasi 4 cm
3. Perdarahan dalam rongga perut 100 ml
4. Tanda vital baik dan stabil
Obat yang digunakan ialah metotreksat 1 mg/kg I.V. dan faktor sitrovorum 0,1
mg/kg I.M. berselang seling setiap hari selama 8 hari. Dari seluruh 6 kasus yang
diobati, satu kasus dilakukan salpingektomi pada hari ke-12 karena gejala abdomen
akut, sedangkan 5 kasus berhasil diobati dengan baik.1

Dugaan kehamilan ektopik


Tanda-tanda hamil muda seperti

Riawayat predisposisi seperti

mual/muntah, terlambat haid atau

infeksi panggul yang kronik, risiko

spotting, disertai nyeri unilateral,

tinggi PMS/ITR, infertilitas

massa pada adneksa

Nilai keadaan klinik sistem


Stabil

kardiovaskuler, hasil serial


hematokrit gejala KET akut/kronis

Amati kondisi klinik


perubahan hematokrit
hCG, dan ultrasonografi

Tanda-tanda makin progresif

Kondisi tak stabil, nadi


meningkat, tekanan darah
menurun, tanda-tanda postural
hematokrit menurun

Gejala-gejala berkurang
atau terbukti adanya

Adanya kehamilan ekstra uterin

kehamilan intrauterin

KULDOSENTESIS

Syok distensi abdominal

Singkirkan : abortus iminens,


abortus inkomplit, abortus

Positif

komplit atau kehamilan


heterotopik

Negatif
LAPARATOMI

LAPAROSKOPI

SALPINGOSTOMI ATAU
SALPINGEKTOMI

Gambar 4. Penilaian Klinik dan Penanganan Kehamilan Ektopik.3

H. Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan
diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Hellman dan kawan-kawan (1971)

melaporkan 1 kematian di antara 826 kasus, dan Wilson dan kawan-kawan (1971) 1
antara 591. Akan tetapi, bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi.
Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus,
sedangkan Tarjiman dan kawan-kawan (1973) 4 dari 138 kehamilan ektopik.
Pada umunya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat
bilateral. Sebagian perempuan menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik
lagi pada tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara
0% sampai 14,6%. Untuk perempuan dengan anak sudah cukup, sebaiknya pada
operasi dilakukan salpingektomi bilateralis. Dengan sendirinya hal ini perlu disetujui
oleh suami-suami sebelumnya.1

I. Kehamilan Pers Interstisialis Tuba


Kehamilan ektopik ini terjadi bila ovum bernidasi pada pars interstisialis tuba.
Keadaan ini jarang terjadi dan hanya 1% dari semua kehamilan tuba. Ruptur pada
keadaan ini terjadi pada kehamilan lebih tua, dapat mencapai akhir bulan keempat.
Perdarahan yang terjadi sangat banyak dan bila tidak segera dioperasi, akan
menyebabkan kematian.
Tindakan operasi yang dilakukan adalah laparatomi untuk membersihkan isi
kavum abdomen dari darah dan sisa jaringan konsepsi serta menutup sumber
perdarahan dengan melakukan irisan baji (wedge resection) pada kornu uteri di mana
tuba pars intertisialis berada. Perlu diperhatikan pasca tindakan ini untuk kehamilan
berikutnya.1
J. Kehamilan Ektopik ganda
Sangat jarang kehamilan ektopik berlansung bersamaan dengan kehamilan
intrauterin. Keadaan ini disebut kehamilan ektopik ganda (combined ectopic
pregnancy). Frekuensinya berkisar 1 di antara 15.000 40.000 persalinan. Di indonesi
dilaporkan sudah ada beberapa kasus.
Pada umunya diagnosis kehamilan dibuat pada waktu operasi kehamilan
ektopik yang terganggu. Pada laparatomi ditemukan selain kehamilan ektopik uterus
yang membesar sesuai dengan tuanya kehamilan, dan 2 korpora lutea. Pengamatan

lebih lanjut adanya kehamilan intrauterin menjadi lebih jelas. Setelah laparatomi
untuk mengelola kehamilan ektopiknya kehamilan intrauterin dapat berlanjut seperti
kehamilan lainnya. Mungkin pula berlansung sampai cukup bulan. Jika saat ini
tercapai, penderita merasa mules seperti akan bersalin (spurious labour), dan janin
tidak lama kemudian meninggal.
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis yang tidak jarang
memberi petunjuk adanya kehamilan muda yang disertai dengan perdarahan dan nyeri
perut bagian bawah. Penderita merasakan bahwa kehamilan ini tidak berjalan seperti
biasa, gejala gastrointestinal nyata, dan gerakan anak dirasakan lebih nyeri.
Pada kehamilan lebih lanjut pada pemeriksaan abdomen sering ditemukan
kelainan letak janin. Bagian-bagian janin teraba lebih jelas di bawah kulit, walaupun
pada multipara dan perempuan dengan dinding perut yang tipis kesan tersebut
kadang-kadang juga diperoleh. Kontraksi Braxton-Hicks pada tumor berisi janin tidak
dapat ditimbulkan seperti pada kehamilan dalam uterus.
Pada pemeriksaan vaginal seringkali didapatkan serviks terletak tinggi di
vagina dan biasanya tidak seberapa besar dan lembek seperti pada kehamilan
intrauterin. Benda sebesar tinju kecil berhubungan dengan serviks tidak jarang
ditemukan di samping atau di depan tumor berisi janin. Benda itu ialah uterus. Bahwa
tumor itu benar uterus, dapat dibuktikan dengan timbulnya kontraksi bila penderita
diberi suntikan 1 satuan oksitosin intramuskulus.
Pemeriksaan dengan foto rontgen sering menunjukkan janin dalam letak
melintang, miring, atau dalam sikap dan lokasi yang abnormal. Pada pemeriksaan
ulangan lokasi janin tetap sama.
Pada saat ini pemeriksaan dengan ultrasonografi sangat membantu dalam
diagnostik kehamilan ektopik lanjut.
Pengelolaan pada kehamilan ektopik lanjut dengan janin hidup, dengan
pecahnya kantong janin selalu ada bahaya perdarahan dalam rongga perut. Hal ini
dapat timbul setiap waktu. Maka dari itu, setelah diagnosis dibuat, perlu segera
dilakukan operasi tanpa memandang tuanya kehamilan. Persediaan darah paling
sedikit 1 liter karena perdarahan yang sangat banyak dapat terjadi bila plasenta tanpa
disengaja untuk sebagian dilepas. Hemostatis tempat implantasi plasenta pada

kehamilan ektopik lanjut tidak ada karena alat-alat sekitar uterus tidak mengandung
otot yang dapat menutup pembuluh darah pada bekas implantasi plasenta, seperti pada
kehamilan intrauterin. Jika janin sudah meninggal, operasi perlu juga dilakukan, akan
tetapi keadaannya tidak begitu mendesak. Setelah dinding perut dibuka, selaput janin
dipotong pada daerah yang mengandung sedikit pembuluh darah, janin dikeluarkan
hati-hati, dan dihindarkan tarikan yang berlebihan pada tali pusat. Tali pusat dipotong
dekat dengan plasenta dan plasenta pada umumnya ditinggalkan.
Plasenta di sini tidak seperti pada kehamilan intrauterin berimplantasi pada
dasar yang setelah plasenta diangkat, tidak berkontraksi dan menutup pembuluhpembuluh darah yang terbuka. Maka, jika plasenta diangkat, timbul perdarahan terusmenerus. Oleh sebab itu, umunya plasenta ditinggalkan.
Plasenta hanya dikeluarkan bila berimplantasi pada alat yang bersama-sama
dapat dikeluarkan dengan pengikatan pembuluh-pembuluh darah.
Dengan meninggalkan plasenta dalam rongga perut ada kemungkinan
terjadinya infeksi, supurasi, perlekatan, luka perut terbuka, atau kadang-kadang ileus.
Walaupun

demikian

sikap

meninggalkan

plasenta

masih

dapat

dipertanggungjawabkan karena pengeluaran plasenta menimbulkan perdarahan


demikian banyaknya, sehingga penderita dapat meninggal pada waktu operasi.
Luka dinding perut ditutup tanpa meninggalkan drain, kecuali bila ada
supurasi atau perdarahan yang tidak banyak tetapi difus. Plasenta yang ditinggalkan
dalam rongga perut lambat-laun mengecil karena resorbi, tetapi hal ini memerlukan
waktu beberapa tahun.1,2

K. Pemeriksaan USG pada Kehamilan Ektopik


Pada kehamilan normal struktur kantong gestasi intrauterin dapat dideteksi
mulai kehamilan 5 minggu, di mana diameternya sudah mencapai 5 10 mm. Bila
dihubungkan dengan kadar Human Chorionic Gonadrotropin (hCG), pada saat itu
kadarnya sudah mencapai 6.000 6.500 mIU/ml tidak dijumpai adanya kantong
gestasi intrauterin, maka kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan.

Gambar USG kehamilan ektopik sangat bervariasi bergantung pada usia


kehamilan, ada tidaknya gangguan kehamilan (ruptur, abortus), serta banyak dan
lamanya perdarahan intraabdomen. Diagnosis pasti kehamilan ektopik secara USG
hanya bisa ditegakkan bila terlihat kantong gestasi berisi mudigah/janin hidup yang
letaknya di luar kavum uteri. Namun, gambaran ini hanya dijumpai pada 5 10%
kasus.
Sebagian besar kehamilan ektopik tidak memberikan gambaran yang spesifik.
Uterus mungkin besarnya normal, atau mengalami sedikit pembesaran yang tidak
sesuai dengan usia kehamilan. Endometrium menebal ekogenik sebagai akibat reaksi
desidua. Kavum uteri sering berisi cairan eksudat yang diproduksi oelh sel-sel
desidua, yang pada pemeriksaan terlihat sebagai struktur cincin anekoik yang disebut
kantong gestasi palsu (pseudogestational sac). Berbeda dengan kantong gestasi yang
sebenarnya, kantong gestasi palsu letaknya simetris di kavum uteri dan tidak
menunjukkan struktur cincin ganda.
Seringkali dijumpai massa tumor di daerah adneksa, yang gambarannya sangat
bervariasi. Mungkin terlihat kantong gestasi yang masih utuh dan berisi mudigah,
mungkin hanya berupa massa ekogenik dengan batas ireguler, ataupun massa
kompleks yang terdiri atas sebagian ekogenik dan anekoik. Gambaran massa yang
tidak spesifik ini mungkin sulit dibedakan dari gambaran yang disebabkan oleh
peradangan adneksa, tumor ovarium, ataupun massa endometrioma. Pada 15 20%
kasus kehamilan ektopik tidak dijumpai adanya massa adneksa. Perdarahan
intraabdomen yang terjadi akibat kehamilan ektopik terganggu juga tidak memberikan
gambaran spesifik, bergantung pada banyak dan lamanya proses perdarahan.
Gambarannya dapat berupa massa anekoik di kavum douglasi yang mungkin meluas
sampai ke bagian atas ringga abdomen. Bila sudah terjadi bekuan darah, gambaran
berupa massa ekogenik yang tidak homogen. Gambaran perdarahan akibat kehamilan
ektopik sulit dibedakan dari perdarahan atau cairan bebas yang terjadi oleh sebab lain,
seperti endometriosis pelvik, peradangan pelvik, asites, pus, kista pecah, dan
perdarahan ovulasi.1

DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S, Abdul Bari S. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kebidanan.
Edisi IV. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008; 472487.
2. Prawirohardjo S, Hanifa W. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kandungan.
Edisi II. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008; 250260.
3. Prawirohardjo S, Abdul Bari S. Kehamilan Ektopik Terganggu. Dalam : Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2006; 152-156.
4. Arif M. Dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2001. Hal. 267-271.

Anda mungkin juga menyukai