Anda di halaman 1dari 47

Rekayasa Pondasi 2

Perencanaan Praktis & Metode Pelaksanaan

HENDRY
Semester Ganjil 2015-2016

Daya Dukung Axial


Rekayasa Pondasi 2
Perencanaan Praktis & Metode Pelaksanaan

PRINSIP UMUM PERENCANAAN FONDASI


DEFINISI UMUM:
Fondasi adalah suatu konstruksi bagian dasar
bangunan yang berfungsi sebagai penerus
beban dari struktur atas ke lapisan tanah di
bawahnya yang diharapkan bisa menghindari
terjadinya:

1. Keruntuhan geser
2. Penurunan yang berlebihan

KRITERIA PERENCANAAN FONDASI


1. Daya dukung sistem fondasi harus lebih besar daripada
beban yang bekerja pada fondasi
Qa

Qu Qa
Qu
Qa
FK

Df

Qu

2. Penurunan yang terjadi akibat pembebanan tidak


melebihi dari penurunan yang diijinkan

Stotal yang terjadi < Stotal yang diijinkan


Qa

Qa

St

St1

St2

INVESTIGASI TANAH UNTUK PERENCANAAN


FONDASI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Test pit
Boring (tangan atau mesin)
CPT (sondir)
SPT (Standard Penetration Test)
Vane Shear
Sampling: disturbed (DS) dan undisturbed (UDS)
Plate bearing test
Uji laboratorium: index dan engineering
properties

SPT (Standard Penetration Test)


Membuat lobang bor hingga kedalaman dimana uji SPT dilakukan
Memasukan tabung belah ke dalam lobang degan perantaraan
batang

Memukul susunan tabung belah standar sedalam 18 (457.2 mm)


Menghitung jumlah pukulan untuk mendapatkan penetrasi 12
(304.8 mm)

Pemukulan dengan Hammer seberat 140 lb (63.5 kg) yang


dilepaskan jatuh bebas setinggi 30 (762 mm)

Definisi
Uji SPT adalah pengujian kekuatan tanah terhadap penetrasi
sebuah tabung belah baja (split spoon sampler) di dalam lobang
bor yang dipukul dengan sebuah Hammer seberat 140 lb (63.5
kg) yang dijatuhkan bebas pada ketinggian 30 (762 mm).
Jumlah pukulan (nilai N) yang diperlukan untuk memukul tabung
belah hingga diperoleh penetrasi 12 (304.8 mm) dari dasar
lobang disebut perlawanan penetrasi SPT atau nilai NSPT.
Besar kecilnya Nilai NSPT menunjukan kekerasan lapisan tanah
yang diuji.

Uji SPT

CONTOH STRATIGRAFI TANAH

PARAMETER TANAH DASAR PENDUKUNG FONDASI


Index properties:
Kadar air:

Berat volume: , sat, d,


Angka pori:

Porositas : n

Vv
;
Vs

Vv
V

Engineering
Properties

n
1 n

e
1 e

Ww
Ws

Derajat kejenuhan:

Vw
Vv

Atterberg Limit: LL, PL, dan PI

Sudut geser dalam:


Cohesi: c
Coefisien konsolidasi: Cc

Perhitungan Kapasitas Tiang


Yang dimaksud dengan kapasitas tiang (pile
capacity) adalah kapasitas dukung tiang
dalam mendukung beban.
Hitungan kapasitas tiang dapat dilakukan
dengan cara pendekatan statis dan
dinamis.

Hitungan kapasitas tiang secara statis dilakukan menurut


teori Mekanika Tanah, yaitu dengan mempelajari sifatsifat fisis tanah. Sedangkan hitungan dengan cara
dinamis dilakukan dengan menganalisis kapasitas
ultimate dengan data yang diperoleh dari data
pemancangan tiang. Hasil hitungan kapasitas tiang yang
didasarkan pada teori Mekanika Tanah, kadang-kadang
masih perlu dicek dengan mengadakan pengujian tiang
untuk meyakinkan hasilnya.

METODA PERHITUNGAN DAYA DUKUNG TIANG


Perhitungan daya dukung tiang tunggal didasarkan pada tingkat penyelesaian
pekerjaan apakah tahap desain, pelaksanaan atau sudah terpasang.
Tahapan
Desain

Metoda
Statik

Data yang diperlukan


Salah satu dari data tanah :
1. Tes Lab (f, c, g)
2. NSPT
3. Data Sondir (qc dan JHP)

Pelaksanaan
Dinamik
(khusus untuk tiang
pancang)

Data Pemancangan :
1. Berat Pemukul
2. Tinggi jatuh pemukul
3. Jenis Alat
4. Penurunan/pukulan

Sudah terpasang

Penurunan vs beban

Tes Beban (loading test)

Variasi kondisi tanah dan pengaruh tipe cara


pelaksanaan pemancangan dapat menimbulkan
perbedaan yang besar pada beban ultimate
tiang dalam satu lokasi bangunan.
Demikian pula dengan pengaruh-pengaruh
seperti tiang dicetak diluar atau di cor ditempat,
tiang berdinding rata atau bergelombang, tiang
terbuat dari baja atau beton, sangat
berpengaruh pada faktor gesekan antara dinding
tiang dengan tanah, yang dengan demikian akan
mempengaruhi kapasitas tiang.

Daya Dukung Tiang


Daya dukung tiang (DDT) dibedakan atas :
- Daya dukung Ujung

- Daya dukung friksi / geser

Qu = Qe + Qs
Dimana :
Qu = daya dukung tiang ultimate (maksimum)

Qe = daya dukung ujung tiang


Qs = daya dukung friksi

DAYA DUKUNG Ujung


Q

Tanah
lunak

Tanah
keras

Tiang ditanam masuk sampai lapisan


tanah keras, sehingga daya dukung
tanah untuk fondasi ini lebih
ditekankan untuk tahanan ujungnya.
Tiang pancang type ini disebut end
bearing piles atau point bearing
piles.
Yang perlu diperhatikan pada tiang
type ini adalah, bahwa ujung tiang
harus terletak pada lapisan tanah
keras.

Daya Dukung Friksi


Q

Tanah
lunak

Tanah
keras

Apabila tiang tidak mencapai


lapisan tanah keras, maka untuk
menahan beban yang diterima
tiang, mobilisasi tahanan
sebagian besar ditimbulkan oleh
gesekan tiang dengan tanah
(skin friction).
Tiang pancang seperti ini
disebut friction piles.

1. Metode Statik
Salah satu cara yang dipakai untuk menghitung daya
dukung pondasi tiang adalah metode statik, dimana
pondasi masih dalam taraf perencanaan. Akurasi hasil
perhitungan daya dukung masih sangat kasar karena
tergantung dari tingkat akurasi data tanah yang sering
kali berbeda dengan kondisi aktual.
Formula metode ini tergantung dari data tanah yang
tersedia, yaitu :

a.Data tanah hasil pengujian laboratorium (lab. Test)


b.Data tanah hasil pengujian lapangan (in situ test)

a.Data hasil Tes Laboratorium


Daya Dukung sebuah tiang adalah terdiri dari 2 komponen, yaitu
komponen point bearing dan skin friction.

Q u Qe Qs
Qu
Qa
FK
Dimana : Qe = Daya dukung Ujung
Qs = Daya dukung friksi / geser
FK = Faktor Keamanan
Selanjutnya masing-masing komponen dapat dijabarkan dengan
parameter kontrol sebagai berikut :

Daya dukung ujung (Qe)

= (. + . + . . )

Dimana :
Ab = Luas dasar pondasi (penampang tiang)
c
= Kohesi tanah

= Tekanan tanah efektif (effective overburden pressure)


= i. hi
B
= Diameter tiang

= berat volume tanah (efektif)


Nc, Nq, N = Faktor Bearing capacity tergantung

Untuk tanah granular :

Qe = Ab q Nq
Untuk tanah kohesif

Qe = Ab 9 c

Daya dukung friksi (Qs)


= ( . + . . . )
Dimana :
As = Luas bidang kontak antara tanah dengan tiang
= Keliling x panjang tiang ( .D.L)
1
= Faktor adhesi yang besarnya antara 0.35 0.40
= untuk tiang bor (bored pile) direduksi lagi sebesar 20 30%
c
= Kohesi tanah
K
= Koefisien tekanan tanah lateral diam = 1 sin

= Sudut geser dalam tanah (lihat koreksi metode pelaksanaannya)


.z
= tegangan efektif tanah pada kedalaman yang ditinjau
= sat w , z = kedalaman titik tinjau

= Sudut gesekan efektif antara tiang dengan tanah

Jenis Material

Jenis Tanah

[derajad]

Beton Cor atau


Pas. Batu Kali

Batuan
Kerikil, Pasir kasar
Pasir sedang, Kerikil bercampur Lanau/lempung
Pasir halus, pasir sedang/kasar bercampur lempung/lanau
Lanau berpasir
Lempung keras
Lempung medium, lempung berlanau

35
29 31
24 29
19 24
17 19
22 26
17 19

Beton Pracetak

Kerikil-kerikil bercampur pasir


Pasir, pasir bercampur lanau dan kerikil
Pasir berlanau
Lanau berpasir

22 26
17 22
17
14

Baja

Kerikil, kerikil berpasir


Pasir, campuran kerikil-pasir-lanau
Pasir berlanau, Campuran Kerikil-pasir-lanau-lempung
Lanau berpasir

Kayu

Tanah

Untuk tanah lempung dimana = 0, maka = 0

22
17
14
11
14 - 16

Pengaruh Pelaksanaan terhadap Daya Dukung


Daya dukung pondasi tiang juga dipengaruhi oleh metode
pelaksanaan yang dipakai. Berikut adalah metode koreksinya :
a. Tiang Bor cor di Tempat,
Koefisien 1 harus direduksi sebesar 20 30 % atau
nilainya dikalikan dengan faktor 0.7 0.8.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kadar air tanah di
sekitar tiang akibat air pada waktu pemboran dan air beton
yang di cor.
Sudut geser harus dikoreksi sebesar 3 (= 3)

b. Tiang Pancang,
Untuk tiang pancang terjadi peningkatan
kepadatan tanah di sekitar tiang. Kishida
memberikan koreksi terhadap sudut geser
sebagai berikut yaitu :
f = (f + 40) / 2
Untuk faktor adhesi, belum ada penelitian
lebih lanjut sehingga faktor koreksi = 1

Contoh
Sebuah fondasi tiang
beton cor terletak pada
kondisi tanah seperti
tergambar, dengan
diameter tiang D = 60
cm. Hitung daya dukung
ijin jika SF = 2

60 cm
Clay
C = 5 t/m2
= 1.8 t/m3

15 m

100 cm

Pasir
= 32o

Perhitungan Daya dukung tiang tunggal selanjutnya


juga dapat diestimasi dengan mengggunakan
persamaan yang dikembangkan oleh :
Terzaghi
Meyerhof
Tomlinson
Penggunaan persamaan harus disesuaikan dengan
kondisi tanah bawah permukaan, apakah termasuk
tanah berbutir halus (c-soils), tanah berbutir kasar
(-soils), atau tanah pada umumnya (c--soils).

DDU tanah kohesif (c-soils)


Terzaghi :

Qe = Ab . qult

qult = 1.3 c Nc + q Nq
Dimana :

Nc = faktor daya dukung tanah (ujung tiang), =


0 Nc = 9
Nq = faktor daya dukung, bila = 0, maka Nq = 1

q = efektif overburden pressure = (i . hi)


Ab = luas penampang alas tiang

Meyerhof :

Qe = Ab . c . Nc

Tomlinson :

Qe = c . Nc . Ab

Dimana :
Ab = luas penampang tiang
C = kohesi tanah bagian ujung tiang (dari tes UU)
Nc = faktor daya dukung, = 9

400
200
100
80
60
40
Nc

20

Nq

10
8
6

10
8
6

Clay
Sand

2
1

20

10

20

30

40

Soil friction angle, (deg)

Critical depth, (Lb/D)cr

Bearing capacity factors, Nq & Nc

faktor daya
dukung &
kedalaman kritis

1000
800
600

DDU tanah granular (-soils)


Terzaghi :
Qe = Ab . (q Nq aq + B N a )

Dimana :
Nc , N = faktor daya dukung tanah tergantung
Ab = luas penampang alas tiang

aq , a = faktor penampang tiang


aq = 1 untuk penampang persegi dan bulat
a = 0.4 penampang persegi, 0.3 penampang bulat

Tomlinson : Qe = Ab q Nq

Meyerhof :
Daya dukung membesar dengan bertambahnya kedalaman
pemancangan, dan mencapai max. pada (Lb/D)=(Lb/D)cr (Gambar 2.2).
Pada tanah homogen: Lb=L
Pada tanah tak homogin: umumnya Lb<L
Qe = Ab . qp = Ab ( c. Nc + q . Nq)

Karena c = 0 Qe = Ab . qp = Ab . q . Nq Ab . qi
qi = 50 . Nq. tan
Qe max. = Ab . ql = Ab . 50 . Nq . tan

qp
(Lb/D)cr

Lb/D=L/D
a) dan b) end
bearing pile
c) friction pile

DDU tanah umumnya (c--soils)


Terzaghi

Qe = Ab (1,3 . c . Nc + q . Nq + . B . N . a)

Meyerhof :
Qe = Ab . qp = Ab ( c. Nc + q . Nq)
Tomlinson:
Qe = Ab (c . Nc + q . Nq)

Daya Dukung Friksi


Pada tanah homogen:

QS = AS . f = p . L . f

Pada tanah berlapis:


QS = (p . L . f)

Bila penampang konstan :

As : Luas selimut tiang


P : Keliling penampang
L : Panjang tiang

f : tahanan friksi

L1

L2
L3

QS = p . (L . f )

Tanah granular
f = K . v . tan
Dimana :

K : Koef. Tek. Tanah lateral


v : Tekanan tanah vertikal efektiff
: sudut gesek antara tiang-pasir

Bored or jetter piles


Small displ. Piles

: K = K0 = 1 - sin
K = K0
K = 1,4 . K0

Large dipl. Piles

(lower limit)
(upper limit)

: K = K0 (lower limit)

K = 1,8 . K0 (upper limit)

Tanah kohesif
-Method :

f = (v + 2. Cu)

dimana : v : Tekanan vertikal efektif

Cu : undrained shear strength


= f(L), dibaca dari nomogram
-Method (untuk = 0) :
Dimana :

f = . Cu

: faktor adhesi empiris, nomogram

untuk tanah NC dengan Cu<50 kN/m2, = 1

-Method :

f = . v

Dimana : = K . tanR
R : drained friction angle of remolded
clay
K = 1 - sinR tanah NC
K = (1 - sinR) .
tanah OC

Tiang dari test tarik (pull out test)


Umumnya dilakukan untuk tiang yang akan menerima gaya tarik,
pada tanah kepasiran.

Qs = p . L . (z + q) . K . tan
z : kedalaman titik pusat tekanan vertikal tanah
q = beban yang bekerja di permukaan

K = koefisien tekanan tanah lateral, umumnya diambil K = 1,75


p = keliling penampang tiang

Pada tanah kepasiran yang keras,


sehingga digunakan tiang
pancang runcing:
Qs As K q

sin( + )
L
cos . cos

: sudut gesek tiang-tanah,


umum-nya diambil = 0,67
K : koef. Tekanan tanah lateral
K = (1,5 sampai 2,2) K0
: sudut runcing tiang

Gaya Geser Negatif (Negative Skin Friction)


Fn = (ca + 0 . tan ) As
= ( ca + K0 . . Dn . tan ) Dn . p

dimana:
ca

Fn

: negative skin friction

: adhesi tiang-tanah (umumnya diambil 2/3 c sampai c)

: berat volume tanah


Dn : tebal timbunan
: sudut gesek tiang-tanah ( 2/3 )

p: keliling penampang tiang


K0 : koefisien tekanan tanah lateral (= 1 - sin )

Tanah kohesif :

F n = ca . Dn . p

( = 0)

Tanah granular:

Fn = k0 . . Dn2 . tan . p

(c = 0)

Timbunan di atas tanah lunak:


Fn = ( ca1 + 01 . tan1 ) D1 . p + ( ca2 + 02 . tan2 ) D2 . p
Faktor Keamanan:

Sekian

Terima kasih
47

Anda mungkin juga menyukai