Estuari sebagai suatu daerah perairan tempat bertemunya air tawar dari sungaidan air laut.
Dalam hal ini pembentukan daerah estuari diawali dari suatu aliran sungaiyang menuju laut,
daerah ini dapat berupa muara sungai yang sangat lebar, rawa-rawapantai atau daerah lain
yang tidak terlepas dari pengaruh air laut.
Pengaruh campuran massa air tawar dan air laut tersebut menghasilkan suatukondisi
lingkungan dan komunitas biota yang khas, komplek dan dinamis yang tidaksama dengan air
tawar atau air laut.Dinamika tersebut sangat terkait dengan poladistribusi salinitas, kekuatan
arus, amplitudo pasang-surut, kekuatan ombak, pengendapansedimen, suhu, oksigen serta
penyediaan unsur hara (Suyasa dkk., 2008). Dimana air tawar yang mempunyai densitas lebih
kecil dari air laut cenderung mengembang diatasnya.Pada daerah estuaria ini juga terdapat
fluktuasi perubahan salinitas yang berlangsung sacara tetap yang berhubungan dengan
gerakan air pasang.Massa air yang masuk kedalam daerah estuaria pada waktu terjadi air
surut hanya bersumber dari air tawar, akibatnya salinitas air didaerah estuaria pada saat itu
umumnya rendah.Pada waktu air pasang air masuk kedalam estuaria dari air laut bercampur
dengan estuaria, sehingga mengakibatkan salinitas naik.Mengakibatkan organisme-organisme
laut tidak dapat hidup didaerah estuaria, kebanyakan organisme-organisme laut tersebut
hanya dapat bertoleransi terhadap perubahan salinitas yang kecil.Dan akibatnya mereka tidak
di bisa hidup didaerah estuaria.Hanya spesiesyang memiliki kekhususan fisiologi baik ikan
air tawar, ikan asli estuarine dan ikan darilaut yang mampu bertahan hidup di perairan
estuari.Oleh karena itu jumlah spesies yangmendiami perairan estuarine lebih sedikit
dibandingkan dengan organisme yang hidup diperairan tawar atau laut.(Bengen, 2002).
Pada ekosistem estuari ini terbentuk habitat-habitat yang memiliki ciri khas tersendiri dengan
organisme-organisme penyusunnya yang spesifik seperti Habitat Rawa Asin.Oleh karena itu
ekosistem estuary sangat erat kaitannya dengan habitat rawa asin.Hal ini disebabkan karena
organisme tersebut harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Respon
dari tingkah laku organisme tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya juga
beragam dan memiliki ciri khas tersendiri.Pada batas ambang toleransi organisme terhadap
lingkungan membatasi keberadaannya di suatu organisme. Organisme yang mampu bertahap
pada kondisi fisik dan kimia perairan dapat tetap hidup dan tinggal nyaman di habitatnya,
tetapi bagi organisme yang tidak mampu bertahan pada ambang toleransinya akan menjadi
organisme pengunjung transisi, dimana pada saat sesuai dengan batas ambangnya organisme
ini akan masuk ke habitat di estuari, tetapi jika tidak maka organisme ini akan meninggalkan
daerah estuari ini.
Seperti halnya pada setiap ekosistem, pada ekosistem estuari ini juga dibentuk oleh
komponen biotic dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain. Keanekaragaman
komponen biotic dan abiotik yang terdapat didalamnya menyebabkan terjadinya interaksi
yang cukup kompleks dan menarik untuk diteliti.Namun ekosistem estuary ini ternyata tidak
cukup dikenal oleh masyarakat pada umumnya dan jarang sekali dibahas atau
disosialisasikan, padahal ekosistem estuary ini memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi.
Secara umum, perairan estuaria memilikifungsi ekologis dan ekonomi.Menurut Tiwow
(2003), peran penting ekologis antara lain, sebagai sumber unsur hara dari bahan organic
yang berasal dari sirkulasi pasang surut, sebagai habitat bagi sejumlah spesies hewanbaik
meliputidaerah
pemijahan,
pengasuhan
dan
tempat
mencari
makan
atau
pembesaran.Sedangkan peran penting ekonomi antara lain, sebagai lahan perikanan
tangkap,sumber pendapatan dan sumber protein hewani. Peran penting ekonomi ini
telahbanyak dirasakan dan memberikan sumbangan yang berarti untuk kehidupan
masyarakatterutama masyarakat nelayan.
o Pada beberapa daerah estuaria yang mempunyai topografi unik, kadang terjadi pola
tersendiri yang lebih unik. Pola ini cenderung ada jika pada daerah muara sungai tersebut
mempunyai topografi dengan bentukan yang menonjol membetuk semacam lekukan pada
dasar estuaria. Tonjolan permukaan yang mencuat ini dapat menstagnankan lapisan air pada
dasar perairan sehingga, terjadi stratifikasi salinitas secara vertikal. Pola ini menghambat
turbulensi dasar yang hingga salinitas dasar perairan cenderung tetap dengan salinitas yang
lebih tinggi.
Produktifitas estuaria, pada kenyataannya bertumpu atas bahan-bahan organik yang terbawa
masuk estuaria melalui aliran sungai atau arus pasang surut air laut.Produktifitas primernya
sendiri, karena sifat-sifat dinamika estuaria sebagaimana telah diterangkan di atas dan karena
kekeruhan airnya yang berlumpur, hanya dihasilkan secara terbatas oleh sedikit jenis alga,
rumput laut, diatom bentik dan fitoplankton.Meski demikian, bahan-bahan organik dalam
rupa detritus yang terendapkan di estuaria membentuk substrat yang penting bagi tumbuhnya
alga dan bakteri, yang kemudian menjadi sumber makanan bagi tingkat-tingkat trofik di
atasnya. Banyaknya bahan-bahan organik ini dibandingkan oleh Odum dan de la Cruz (1967),
dalam Nybakken (1988) yang mendapatkan bahwa air drainase estuaria mengandung sampai
110 mg berat kering bahan organik per liter, sementara perairan laut terbuka hanya
mengandung bahan yang sama 1-3 mg per liter.Oleh sebab itu, organisme terbanyak di
estuaria adalah para pemakan detritus, yang sesungguhnya bukan menguraikan bahan organik
menjadi unsur hara, melainkan kebanyakan mencerna bakteri dan jasad renik lain yang
tercampur bersama detritus itu. Pada gilirannya, para pemakan detritus berupa cacing, siput
dan aneka kerang akan dimakan oleh udang dan ikan, yang selanjutnya akan menjadi mangsa
tingkat trofik di atasnya seperti ikan-ikan pemangsa dan burung.
Melihat banyaknya jenis hewan yang sifatnya hidup sementara di estuaria, bisa disimpulkan
bahwa rantai makanan dan rantai energi di estuaria cenderung bersifat terbuka.Dengan
pangkal pemasukan dari serpih-serpih bahan organik yang terutama berasal dari daratan
(sungai, rawa asin, hutan bakau), dan banyak yang berakhir pada ikan-ikan atau burung yang
kemudian membawa pergi energi keluar dari sistem.
Sumberdaya Biota Estuari
Sebagai wilayah peralihan atau percampuran, estuaria memiliki tiga komponen biota, yakni
fauna yang berasal dari lautan, fauna perairan tawar, dan fauna khas estuaria atau air
payau.Fauna lautan yang tidak mampu mentolerir perubahan-perubahan salinitas yang
ekstrem biasanya hanya dijumpai terbatas di sekitar perbatasan dengan laut terbuka, di mana
salinitas airnya masih berkisar di atas 30?.Sebagian fauna lautan yang toleran (eurihalin)
mampu masuk lebih jauh ke dalam estuaria, di mana salinitas mungkin turun hingga 15? atau
kurang.Sebaliknya fauna perairan tawar umumnya tidak mampu mentolerir salinitas di atas
5?, sehingga penyebarannya terbatas berada di bagian hulu dari estuaria.
Lingkunganperairan estuary merupakan lingkungan yang sangat kaya akan nutrient yang
menjadiunsur terpenting bagi pertumbuhan phytoplankton. Inilah sebenarnya kunci dari
keunikanlingkungan estuari. Sebagai kawasan yang sangat kaya akan unsur hara (nutrient)
estuari dikenal dengan sebutan daerah pembesaran (nursery ground) bagi berjuta
ikan,invertebrate (Crustacea, Bivalvia, Echinodermata, Annelida dan masih banyak
lagikelompok infauna). Tidak jarang ratusan jenis ikan-ikan ekonomis penting sepertisi,
baronang, sunu dan masih banyak lagi menjadikan daerah estuari sebagai daerahpemijahan
dan pembesaran. Udangniaga yang memijah di laut lepas membesarkanlarvanya di ekosistem
ini denganmemanfaatkannya sebagai sumber makanan.
Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat mentolerir kadar garam antara 5-30?,
namun tidak ditemukan pada wilayah-wilayah yang sepenuhnya berair tawar atau berair laut.
Di antaranya terdapat beberapa jenis tiram dan kerang (Ostrea, Scrobicularia), siput kecil
Hydrobia, udang Palaemonetes, dan cacing (polikaeta) Nereis.Di samping itu terdapat pula
fauna-fauna yang tergolong peralihan, yang berada di estuaria untuk sementara waktu
saja.Beberapa jenis udang Penaeus, misalnya, menghabiskan masa juvenilnya di sekitar
estuaria, untuk kemudian pergi ke laut ketika dewasa. Jenis-jenis sidat (Anguilla) dan ikan
salem (Salmo, Onchorhynchus) tinggal sementara waktu di estuaria dalam perjalanannya dari
hulu sungai ke laut, atau sebaliknya, untuk memijah. Dan banyak jenis hewan lain, dari
golongan ikan, reptil, burung dan lain-lain, yang datang ke estuaria untuk mencari makanan
(Nybakken, 1988).Berdasarkan adaptasinya organisme di lingkungan estuaria mempunyai 3
(tiga)tipe adaptasi untuk mempertahankan hidupnya (Kennish, 1990). yaitu :
o Adaptasi morfologis yaitu : organisme yang hidup di lumpur memiliki rambut-rambut halus
(setae) untuk menghambat penyumbatan-penyumbatan permukaan ruang pernapasan oleh
partikel lumpur.
o Adaptasi fisiologis yaitu : berkaitan dengan mempertahankan keseimbangan ion cairan
tubuh dalam menghadapifluktuasi salinitas eksternal.
o Adaptasi tingkah laku pembuatan lubang ke dalam lumpur oleh rganisme, khususnya
invertebrata.
Berikut berapa spesies yang mendiami daerah estuari :
Anthozoa Polychaeta
Anemones Worms
Diadumene lineate atau Ficopomatus enigmaticus
Gastropoda
SnailsIliyanassa obselata
Busycotypus canaliculatus
Bivalvia
Clams, mussel, etc
Geukensia demissa
Crustacea
Barnacles, Crabs, Etc.
Carcinus maenas
Bryozoa
Moss Animals
Watersipora subtorquata
Tunicata
Sea Squirts
Botrylloides violaceus
Botryllus schlos
Komponen Flora
Hampir semua bagian esturari terendam terdiri dari subtrat lumpur dan tidak cocok untuk
melekatnya makroalga.Selain karena substrat, pengaruh sinar cahayayang minim
menyebabkan terbentuknya dua lapisan.Lapisan bawah tanpa tumbuhanhidup dan lapisan atas
mempunyai tumbuhan yang terbatas. Di daerah hilir estuary terdapat padang rumput laut
(Zostera dan Cymodeca). Selain itu terdapat padang lamun. Lamun didefinisikan sebagai
satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di
perairan yang salinitasnyacukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki
rhizoma, daun, dan akarsejati.Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai
tumbuhan airberbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar,
sertaberbiak dengan biji dan tunas.Selain miskin dengan jumlah fauna estuari juga miskin
dengan flora. Keruhnyaperairan estuari menyebabkan hanya tumbuhan yang mencuat yang
dapat tumbuhmendominasi, mungkin terdapat padang rumput laut (Zosfera thalassia,
Cymodocea)
selain
ditumbuhi
oleh
alga
hijau
dari
GeneraUlva,
EntheromorphadanChadophora.Estuaria berperan sebagai perangkap nutrien (nutrient trap)
yang mengakibatkan semuaunsur-unsur esensial dapat didaur ulang oleh bermacam kerang,
cacing dan oleh detritusatau bekteri secara berkesinambungan sehingga terwujud
produktivitas primer yangtinggi.Plankton estuaria miskin dalam jumlah spesies.Dengan
demikian,yangditemukan hanya jenis diatom dan dinoflagellata.Jenis diatom yang dominan
adalahSkeletonema,
AsterionelladanMelosira.Sedangkan
dinoflagellata
yang
melimpahadalahGymnodinium,GonyaulaxdanCeratium.Banyaknya
zooplankton
yangberkembang membuktikan bahwa terjadi keterbatasan produktivitas fitoplankton.
Komposisi Fauna
Di perairan estuaria terdapat 3 komponen fauna yaitu: fauna laut, fauna air tawardan fauna
payau. Komponen fauna yang terbesar adalah fauna air laut yaitu hewan stenohaline yang
terbatas kemampuannya dalam mentolelir perubahan salinitas (umumnya >= 30?) dan hewan
euryhaline yang mempunyai kemampuan untuk mentolerirberbagai perubahan atau
penurunan salinitas di bawah 30?. Fauna lautan yang tidak mampu mentolerir perubahanperubahan salinitas yang ekstrem biasanya hanyadijumpai terbatas di sekitar perbatasan
dengan laut terbuka, di mana salinitas airnya masih berkisar di atas 30?. Sebagian fauna
lautan yang toleran (eurihalin) mampumasuk lebih jauh ke dalam estuaria, di mana salinitas
mungkin turun hingga 15? atau kurang.Sebaliknya fauna perairan tawar umumnya tidak
mampu mentolerir salinitas di atas 5?, sehingga penyebarannya terbatas berada di bagian hulu
dari estuaria.
Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat mentolerir kadar garamantara 5-30?,
namun tidak ditemukan pada wilayah-wilayah yang sepenuhnya berairtawar atau berair laut.
Di antaranya terdapat beberapa jenis tiram dan kerang (Ostrea,Scrobicularia), siput kecil
Hydrobia, udang Palaemonetes, dan cacing polikaeta Nereis.Di samping itu terdapat pula
fauna-fauna yang tergolong peralihan, yangberada di estuaria untuk sementara waktu saja.
Beberapa jenis udang Penaeus,misalnya, menghabiskan masa juvenilnya di sekitar estuaria,
untuk kemudian pergi kelaut ketika dewasa. Jenis-jenis sidat (Anguilla) dan ikan salem
(Salmo,Onchorhynchus) tinggal sementara waktu di estuaria dalam perjalanannya dari
hulusungai ke laut, atau sebaliknya, untuk memijah. Dan banyak jenis hewan lain,
darigolongan ikan, reptil, burung dan lain-lain, yang datang ke estuaria untuk
mencarimakanan (Nybakken, 1988). Akan tetapi sesungguhnya, dari segi jumlah
spesies,fauna khas estuaria adalah sangat sedikit apabila dibandingkan dengan keragaman
fauna pada ekosistem-ekosistem lain yang berdekatan. Umpamanya dengan faunakhas
sungai, hutan bakau atau padang lamun, yang mungkin berdampingan letaknyadengan
estuaria. Para ahli menduga bahwa fluktuasi kondisi lingkungan, terutamasalinitas, dan
sedikitnya keragaman topografi yang hanya menyediakan sedikit relung (niche), yang
bertanggung jawab terhadap terbatasnya fauna khas setempat sehingga jumlah spesies
organisme yang mendiami estuari jauh lebih sedikit jika dibandingkandengan organisme yang
hidup di perairan tawar dan laut.Hal ini karena ketidakmampuan organisme air tawar
mentolerir kenaikan salinitas dan organisme air laut mentolerir penurunan salinitas
estuaria.Akibatnya hanya spesies yang memiliki kekhususan fisiologi yang mampu bertahan
hidup di estuari.
Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan melalui seri
organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan-herbivora-carnivora).Pada setiap tahap
pemindahan energi, 80%-90% energi potensial hilang sebagai panas, karena itu langkahlangkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan perkataan lain, semakin
pendek rantai makanan semakin besar pula energi yang tersedia (Christoper, 2012). Oleh
karena itu, pada ekosistem estuaria dikenal 3 (tiga ) tipe rantai makanan yang didefinisikan
berdasarkan bentuk makanan atau bagaimana makanan tersebut dikonsumsi : grazing, detritus
dan osmotik. Fauna diestuaria, seperti udang, kepiting, kerang, ikan, dan berbagai jenis
cacing berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai dan jaring makanan yang kompleks
(Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan
fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.
Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat
kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar.Estuari juga merupakan tempat mencari
makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.Ada dua tipe dasar rantai makanan:
o Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalnya: tumbuhan-herbivoracarnivora.
o Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati mikroorganisme (detrivora atau
organisme pemakan sisa) predator.
Suatu rantai adalah suatu pola yang kompleks saling terhubung, rantai makanan di dalam
suatu komunitas yang kompleks antar komunitas, selain daripada itu, suatu rantai makanan
adalah suatu kelompok organisme yang melibatkan perpindahan energi dari sumber utamanya
(yaitu., cahaya matahari, phytoplankton, zooplankton, larval ikan, kecil ikan, ikan besar,
binatang menyusui). Jenis dan variasi rantai makanan adalah sama banyak seperti
jenis/spesies di antara mereka dan tempat kediaman yang mendukung mereka. Selanjutnya,
rantai makanan dianalisa didasarkan pada pemahaman bagaimana rantai makanan tersebut
memperbaiki mekanisme pembentukannya.Ini dapat lebih lanjut dianalisa sebab
bagaimanapun jenis tunggal boleh menduduki lebih dari satu tingkatan trophic di dalam suatu
rantai makanan.(Johannessen et al, 2005dalam Christoper, 2012).
Di perairan estuary terdapat tiga bagian terbesar dalam rantai makanan yaitu: phytoplankton,
zooplankton, dan infauna benthic. Sebab phytoplankton dan zooplankton adalah komponen
rantai makanan utama dan penting, dimana bagian ini berisi informasi yang mendukung
keberadaan organisme tersebut. Sedangkan, infauna benthic adalah proses yang melengkapi
pentingnya rantai makanan di dalam ekosistem pantai berlumpur. Selanjutnya, pembahasan
ini penekananya pada bagaimana mata rantai antara rantai makanan dan tempat
berlindungnya(Johannessen et al, 2005 dalam Christoper, 2012).
Keruhnya perairan estuaria menyebabkan hanya tumbuhan mencuat yang dapat tumbuh
mendominasi.Rendahnya produktivitas primer di kolom air, sedikitnya herbivora dan
terdapatnya sejumlah besar detritus menunjukkan bahwa rantai makanan pada ekosistem
estuaria merupakan rantai makanan detritus.Detritus membentuk substrat untuk pertumbuhan
bakteri dan algae yang kemudian menjadi sumber makanan penting bagi organisme pemakan
suspensi dan detritus.Suatu penumpukan bahan makanan yang dimanfaatkan oleh organisme
estuaria merupakan produksi bersih dari detritus ini.Fauna di estuaria, seperti ikan, kepiting,
kerang, dan berbagai jenis cacing berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai makanan
yang kompleks (Bengen, 2002).
aliran sungai yang masuk ke estuari ditambah lagi dengan keterbatasan yang ditimbulkan dari
kekeruhan, membuat zooplankton mempunyai peran kecil dalam rantai makanan estuari
dibanding dengan perannya di laut. Makanan zooplankton dan bentos kebanyakan berada
dalam bentuk partikel organik halus, apakah itu berupa fitoplankton hidup atau macammacam fragmen hasil pembusukan yang menjadi detritus.
Kerang Hijau
Strombus adalah karnivorus (pemakan jenis siput yang lebih kecil) di permukaan paparan
lumpur estuari, hidupnya merayap,sedangkan kerang hijau, Perna viridis, hidup menempel di
permukaan dan mendapatkanmakanannya dengan jalan menyaring partikel-partikel organik
yang ada dalam kolom air dan terbawa oleh arus.
o Yang hidup di dalam lumpur, contohnya cacing Marphysa sp. dan Branchimaldane sp.
Cacing ini memakan benda-benda organik (detritus), diatom yangterdapat di dasar, atau
benda organic yang tersuspensi pada waktu air pasang dansurut Cacing Marphysa sp.
terutama terdapat di dasar perairan dengan sedimen tidak lebih kecil dari 80 ?m. Biomassa
cacing ini tergantung dari banyak sedikitnya senyawa organik di dalam lumpur.
b) Krustasea
Berbagai macam jenis krustasea ditemukan dalam habitat estuari mulai dari yang besar
sampai yang kecil.Komponen utama dari krustasea yang hidup di estuari adalah amfipod
(Amphipoda) yang hidup di dalam lumpur dekat permukaan. Amfipod membuat liang yang
khas berbentuk U. Binatang ini memakan berbagai detritus organik dan keluar dari liang
untuk mencari fragmen detritus di sekitarnya. Selain Amphipoda, krustasea lain yang biasa
ditemukan adalah kelompok kepiting (Brachyura), kelomang (Anomura), dan udang-udangan
(Macrura).
b) Burung
Burung-burung laut yang datang mencari makan di perairan estuari sebagian adalah burung
bermigrasi. Burung bermigrasi ini mengunjungi perairan estuari tropik selama musim dingin
di tempat mereka tinggal untuk bertelur.
Burung
Jumlah hewan dan tumbuhan yang hidup di estuari lebih kecil dari yang hidup di laut atau di
air tawar. Berkurangnya jumlah jenis hewan dan tumbuhan itu dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu kadar garam dan substrat. Perbedaan yang terjadi ditunjukkan dengan berkurangnya
keanekaragaman jenis, tetapi jumlah individu tiap jenis itu dapat sangat banyak.
Kesimpulan
Estuaria merupakan tempat pertemuan air tawar dan air asin.Tempat ini berperan sebagai
daerah peralihan antara kedua ekosistem akuatik.Estuari (muara) merupakan tempat
bersatunya sungai dengan laut.Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang
luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke
laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya.Nutrien dari
sungai memperkaya estuari.Ekosistem estuaria disusun oleh komponen biotic dan abiotik
yang saling melakukan interaksi.Biota yang menyusun estuaria diantaranya adalah berbagai
macam hewan dan tumbuhan.
Secara umum, tumbuhan yang hidup di ekosistem estuaria adalah Tumbuhan Lamun (sea
grass) dan Algae mikro yang hidup sebagai plankton nabati atau hidup melekat pada daun
lamun.Organisme organisme yang hidup di estuaria melakukan berbagai adaptasi untuk
mempertahankan hidupnya, seperti adaptasi morfologi yang berkaitan dengan bentuk dan
ukuran tubuh, adaptasi fisiologi yang berkaitan dengan pengaturan osmosis dalam tubuh dan
adaptasi tingkah laku (behavioral) yang berkaitan dengan hubungan interaksi organisme.
sedangkan hewan yang mendiami estuaria dapat berbentuk spesies endemik (seluruh
hidupnya tinggal di estuaria) seperti berbagai macam kerang dan kepiting serta berbagai
macam ikan, spesies yang tinggal di estuaria untuk sementara seperti larva, beberapa spesies
udang dan ikan yang setelah dewasa berimigrasi ke laut serta spesies ikan yang menggunakan
estuaria sebagai jalur imigrasi dari laut ke sungai dan sebaliknya seperti sidat dan ikan
salmon.
Ekosistem estuaria memiliki beberapa peranan terhadap alam dan organisme
lainnya.Ekosistem estuaria mempunyai peranan yang cukup besar terhadap keanekaragaman
ekosistem di dunia ini.
Referensi
Bengen, D. G. 2002. Ekosistem dan sumber daya pesisir dan laut serta pengelolaanterpadu
dan
berkelanjutan.Makalah
Prosiding
Pelatihan
Pengelolaan
WilayahPesisir
Terpadu.PKSSPL-IPB. Bogor.
Estuary.http://maruf.wordpress.com/2005/12/22/pola-
Kenish, M. J. 1990.Ecology of Estuaries. Vol II: Biological. CRC Press, Inc Boca Raton.
USA. 391p.
Nabila, A.2012.Ekosistem Estuari http://nabilaarifannisa.blogspot.com/2012/06/800600normal-0-false-false-false-in-x.html.
Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:PT. Gramedia.
Suyasa, N.I, M. Nurhudah & S. Rahardjo. 2010. Ekologi perairan. Sekolah Tinggi Perikanan
Jakarta.Penerbit STP Press. Jakarta.
Tiwow, C. 2003. Kawasan pesisir penentu stok ikan di laut.Makalah Pengantar Sains.
Program Pasca Sarjana IPB.