Anda di halaman 1dari 17

Latar Belakang

Estuari sebagai suatu daerah perairan tempat bertemunya air tawar dari sungaidan air laut.
Dalam hal ini pembentukan daerah estuari diawali dari suatu aliran sungaiyang menuju laut,
daerah ini dapat berupa muara sungai yang sangat lebar, rawa-rawapantai atau daerah lain
yang tidak terlepas dari pengaruh air laut.
Pengaruh campuran massa air tawar dan air laut tersebut menghasilkan suatukondisi
lingkungan dan komunitas biota yang khas, komplek dan dinamis yang tidaksama dengan air
tawar atau air laut.Dinamika tersebut sangat terkait dengan poladistribusi salinitas, kekuatan
arus, amplitudo pasang-surut, kekuatan ombak, pengendapansedimen, suhu, oksigen serta
penyediaan unsur hara (Suyasa dkk., 2008). Dimana air tawar yang mempunyai densitas lebih
kecil dari air laut cenderung mengembang diatasnya.Pada daerah estuaria ini juga terdapat
fluktuasi perubahan salinitas yang berlangsung sacara tetap yang berhubungan dengan
gerakan air pasang.Massa air yang masuk kedalam daerah estuaria pada waktu terjadi air
surut hanya bersumber dari air tawar, akibatnya salinitas air didaerah estuaria pada saat itu
umumnya rendah.Pada waktu air pasang air masuk kedalam estuaria dari air laut bercampur
dengan estuaria, sehingga mengakibatkan salinitas naik.Mengakibatkan organisme-organisme
laut tidak dapat hidup didaerah estuaria, kebanyakan organisme-organisme laut tersebut
hanya dapat bertoleransi terhadap perubahan salinitas yang kecil.Dan akibatnya mereka tidak
di bisa hidup didaerah estuaria.Hanya spesiesyang memiliki kekhususan fisiologi baik ikan
air tawar, ikan asli estuarine dan ikan darilaut yang mampu bertahan hidup di perairan
estuari.Oleh karena itu jumlah spesies yangmendiami perairan estuarine lebih sedikit
dibandingkan dengan organisme yang hidup diperairan tawar atau laut.(Bengen, 2002).
Pada ekosistem estuari ini terbentuk habitat-habitat yang memiliki ciri khas tersendiri dengan
organisme-organisme penyusunnya yang spesifik seperti Habitat Rawa Asin.Oleh karena itu
ekosistem estuary sangat erat kaitannya dengan habitat rawa asin.Hal ini disebabkan karena
organisme tersebut harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Respon
dari tingkah laku organisme tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya juga
beragam dan memiliki ciri khas tersendiri.Pada batas ambang toleransi organisme terhadap
lingkungan membatasi keberadaannya di suatu organisme. Organisme yang mampu bertahap
pada kondisi fisik dan kimia perairan dapat tetap hidup dan tinggal nyaman di habitatnya,
tetapi bagi organisme yang tidak mampu bertahan pada ambang toleransinya akan menjadi
organisme pengunjung transisi, dimana pada saat sesuai dengan batas ambangnya organisme
ini akan masuk ke habitat di estuari, tetapi jika tidak maka organisme ini akan meninggalkan
daerah estuari ini.
Seperti halnya pada setiap ekosistem, pada ekosistem estuari ini juga dibentuk oleh
komponen biotic dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain. Keanekaragaman
komponen biotic dan abiotik yang terdapat didalamnya menyebabkan terjadinya interaksi
yang cukup kompleks dan menarik untuk diteliti.Namun ekosistem estuary ini ternyata tidak
cukup dikenal oleh masyarakat pada umumnya dan jarang sekali dibahas atau
disosialisasikan, padahal ekosistem estuary ini memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi.
Secara umum, perairan estuaria memilikifungsi ekologis dan ekonomi.Menurut Tiwow
(2003), peran penting ekologis antara lain, sebagai sumber unsur hara dari bahan organic

yang berasal dari sirkulasi pasang surut, sebagai habitat bagi sejumlah spesies hewanbaik
meliputidaerah
pemijahan,
pengasuhan
dan
tempat
mencari
makan
atau
pembesaran.Sedangkan peran penting ekonomi antara lain, sebagai lahan perikanan
tangkap,sumber pendapatan dan sumber protein hewani. Peran penting ekonomi ini
telahbanyak dirasakan dan memberikan sumbangan yang berarti untuk kehidupan
masyarakatterutama masyarakat nelayan.

Tujuan penelitian dan Penulisan


Tujuan dari tulisan mengenai Identifikasi Kekayaan Sumberdaya Ekosistem Estuari ini
adalah sebagaiberikut :
o Memperkenalkan dan memberikan informasi mengenai ekosistem estuari.
o Untuk mengetahui dan memahami komposisi organisme di daerah estuari.
o Untuk mengetahui komponen komponen biotik dan abiotik dalam daerah muara (estuari)
beserta interaksi/ hubungan timbal balik yang terbentuk didalamnya.
o Untuk mengetahui keanekaragaman organisme dan adaptasi organisme (makhluk hidup)
yang terdapat dalam daerah estuary terhadap lingkungannya.

Pengertian Estuaria dan Klasifikasinya


Estuaria adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut
terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan.Secara sederhana estuaria didefinisikan
sebagai tempat pertemuan air tawar dan air asin (Nybakken, 1988).Sebagian besar estuaria
didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan
air laut.

Model Perairan Estuari


Estuaria merupakan perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut,
sehingga laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar (Bengen, 2002).
Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilakan suatu komunitas yang khas,
dengan lingkungan yang bervariasi (Supriharyono, 2000), antara lain:
o Tempat bertemunya arus air dengan arus pasang-surut, yang berlawanan menyebabkan
suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air dan ciri-ciri fisika lainnya, serta
membawa pengaruh besar pada biotanya.
o Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus
yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun air laut.
o Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas mengadakan
penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya.
o Tingkat kadar garam didaerah estuaria tergantung pada pasang-surut air laut, banyaknya
aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah estuaria tersebut.
Estuaria dapat diklasifikasikan berdasarkan pada karakteristik, diantaranya:
o Geomorfologis: lembah sungai tergenang, estuaria jenis fyord, estuaria bentukan tanggul
dan estuaria bentukan tektonik.
o Estuaria daratan pesisir, paling umum dijumpai, dimana pembentukannya terjadi akibat
penaikan permukaan air laut yang menggenangi sungai bagian pantai yang landai
o Laguna (Gobah) atau teluk semi tertutup, terbentuk oleh adanya beting pasir yang terletak
sejajar dengan garis pantai sehingga menghalangi interaksi langsung dan terbuka dengan
perairan laut.
o Fyords, merupakan estuaria yang dalam, terbentuk oleh aktivitas glester yang
mengakibatkan tergenangnya lembah es oleh air laut
o Estuaria tektonik, terbentuk akibat aktivitas tektonik (gempa bumi atau letusan gunung
berapi), yang mengakibatkan turunnya permukaan tanah yang kemudian digenangi oleh air
laut pada saat pasang.

Sedangkanberdasarkan stratifikasinya, estuaria diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :


o Estuaria berstratifikasi nyata atau baji garam, dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara
air tawar dan air laut, didapatkan dilokasi dimana aliran air tawar lebih dominan dibanding
penyusupan air laut.
o Estuaria bercampur sempurna atau estuaria homogen vertical, pengaruh pasang surut sangat
dominant dan kuat sehingga air bercampur sempurna dan tidak membentuk stratifikasi.
o Estuaria berstratifikasi sebagian (moderat), aliran air tawar seimbang dengan masuknya air
laut bersama arus pasang.
Kemudian, berdasarkan salinitas (kadar garamnya), estuaria dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu :
o Oligohalin yang berkadar garam rendah ( 0,5% 3 % ).
o Mesohalin yang berkadar garam sedang ( 3% 17 %).
o Polihalin yang berkadar garam tinggi, yaitu diatas 17 %.
Bentuk estuaria bervariasi dan sangat bergantung pada besar kecilnya air sungai,kisaran
pasang surut, dan bentuk garis pantai.Kebanyakan estuaria didominasi subtrat lumpur yang
berasal dari endapan yang dibawa oleh air tawar maupun air laut. Karena partikel yang
mengendap kebanyakan bersifat organik, subtrat dasar estuaria biasanya kaya akan bahan
organik. Bahan organic ini menjadi cadangan makanan utama bagi organisme estuaria.
Dengan kondisi lingkungan fisik yang bervariasi dan merupakan daerah peralihan antara
darat dan laut, estuari mempunyai pola pencampuran air laut dan air tawar yang tersendiri.
Menurut (Kasim, 2005), pola pencampuran sangat dipengaruhi oleh sirkulasi air, topografi,
kedalaman dan pola pasang surut karena dorongan dan volume air akan sangat berbeda
khususnya yang bersumber dari air sungai. Berikut pola pencampuran antara air laut dengan
air tawar:
o Pola dengan dominasi air laut (Salt wedge estuary) yang ditandai dengan desakan dari air
laut pada lapisan bawah permukaan air saat terjadi pertemuan antara air sungai dan air laut.
Salinitas air dari estuaria ini sangat berbeda antara lapisan atas air dengan salinitas yang lebih
rendah dibanding lapisan bawah yang lebih tinggi.
o Pola percampuran merata antara air laut dan air sungai (well mixed estuary). Pola ini
ditandai dengan pencampuran yang merata antara air laut dan air tawar sehingga tidak
terbentuk stratifikasi secara vertikal, tetapi stratifikasinya dapat secara horizontal yang derajat
salinitasnya akan meningkat pada daerah dekat laut.
o Pola dominasi air laut dan pola percampuran merata atau pola percampuran tidak merata
(Partially mixed estuary). Pola ini akan sangat labil atau sangat tergantung pada desakan air
sungai dan air laut. Pada pola ini terjadi percampuran air laut yang tidak merata sehingga
hampir tidak terbentuk stratifikasi salinitas baik itu secara horizontal maupun secara vertikal.

o Pada beberapa daerah estuaria yang mempunyai topografi unik, kadang terjadi pola
tersendiri yang lebih unik. Pola ini cenderung ada jika pada daerah muara sungai tersebut
mempunyai topografi dengan bentukan yang menonjol membetuk semacam lekukan pada
dasar estuaria. Tonjolan permukaan yang mencuat ini dapat menstagnankan lapisan air pada
dasar perairan sehingga, terjadi stratifikasi salinitas secara vertikal. Pola ini menghambat
turbulensi dasar yang hingga salinitas dasar perairan cenderung tetap dengan salinitas yang
lebih tinggi.

Sifat-Sifat Ekologis Estuari


Sebagai tempat pertemuan air laut dan air tawar, salinitas di estuaria sangat bervariasi.Baik
menurut lokasinya di estuaria, ataupun menurut waktu.Secara umum salinitas yang tertinggi
berada pada bagian luar, yakni pada batas wilayah estuaria dengan laut, sementara yang
terendah berada pada tempat-tempat di mana air tawar masuk ke estuaria.Pada garis vertikal,
umumnya salinitas di lapisan atas kolom air lebih rendah daripada salinitas air di lapisan
bawahnya. Ini disebabkan karena air tawar cenderung terapung di atas air laut yang lebih
berat oleh kandungan garam. Kondisi ini disebut estuaria positif atau estuaria baji garam
(salt wedge estuary) (Nybakken, 1988).Akan tetapi ada pula estuaria yang memiliki kondisi
berkebalikan, dan karenanya dinamai estuaria negatif.Misalnya pada estuaria-estuaria yang
aliran air tawarnya sangat rendah, seperti di daerah gurun pada musim kemarau. Laju
penguapan air di permukaan, yang lebih tinggi daripada laju masuknya air tawar ke estuaria,
menjadikan air permukaan dekat mulut sungai lebih tinggi kadar garamnya. Air yang
hipersalin itu kemudian tenggelam dan mengalir ke arah laut di bawah permukaan.Dengan
demikian gradien salinitas airnya berbentuk kebalikan daripada estuaria positif.Oleh karena
itu, dinamika pasang surut air laut sangat mempengaruhi perubahan-perubahan salinitas dan
pola persebarannya di estuaria.Pola ini juga ditentukan oleh geomorfologi dasar estuaria.
Sementara perubahan-perubahan salinitas di kolom air dapat berlangsung cepat dan dinamis,
salinitas substrat di dasar estuaria berubah dengan sangat lambat.Substrat estuaria umumnya
berupa lumpur atau pasir berlumpur, yang berasal dari sedimen yang terbawa aliran air, baik
dari darat maupun dari laut.Sebabnya adalah karena pertukaran partikel garam dan air yang
terjebak di antara partikel-partikel sedimen, dengan yang berada pada kolom air di atasnya
berlangsung dengan lamban.

Produktivitas di Perairan Estuaria


Salah satu bagian wilayah pesisir yang memiliki tingkat kesuburan cukup tinggiadalah
estuaria (muara sungai). Daerah ini merupakan ekosistem produktif yang setaradengan hutan
hujan tropik dan terumbu karang, karena perannya adalah sebagai sumberzat hara, memiliki
komposisi tumbuhan yang beragam sehingga proses fotosintesis dapatberlangsung sepanjang
tahun, serta sebagai tempat terjadinya fluktuasi permukaan airakibat aksi pasang surut.
Kondisi ekosistem yang produktif ini kemudian menjadikannyasebagai salah satu wilayah
yang memiliki tingkat produktifitas tinggi. Produktifitasmerupakan suatu proses produksi
yang menghasilkan bahan organik yang meliputiproduktifftas primer ataupun sekunder.
(Anonim, 2011dalam Hafazah, 2012).

Produktifitas estuaria, pada kenyataannya bertumpu atas bahan-bahan organik yang terbawa
masuk estuaria melalui aliran sungai atau arus pasang surut air laut.Produktifitas primernya
sendiri, karena sifat-sifat dinamika estuaria sebagaimana telah diterangkan di atas dan karena
kekeruhan airnya yang berlumpur, hanya dihasilkan secara terbatas oleh sedikit jenis alga,
rumput laut, diatom bentik dan fitoplankton.Meski demikian, bahan-bahan organik dalam
rupa detritus yang terendapkan di estuaria membentuk substrat yang penting bagi tumbuhnya
alga dan bakteri, yang kemudian menjadi sumber makanan bagi tingkat-tingkat trofik di
atasnya. Banyaknya bahan-bahan organik ini dibandingkan oleh Odum dan de la Cruz (1967),
dalam Nybakken (1988) yang mendapatkan bahwa air drainase estuaria mengandung sampai
110 mg berat kering bahan organik per liter, sementara perairan laut terbuka hanya
mengandung bahan yang sama 1-3 mg per liter.Oleh sebab itu, organisme terbanyak di
estuaria adalah para pemakan detritus, yang sesungguhnya bukan menguraikan bahan organik
menjadi unsur hara, melainkan kebanyakan mencerna bakteri dan jasad renik lain yang
tercampur bersama detritus itu. Pada gilirannya, para pemakan detritus berupa cacing, siput
dan aneka kerang akan dimakan oleh udang dan ikan, yang selanjutnya akan menjadi mangsa
tingkat trofik di atasnya seperti ikan-ikan pemangsa dan burung.
Melihat banyaknya jenis hewan yang sifatnya hidup sementara di estuaria, bisa disimpulkan
bahwa rantai makanan dan rantai energi di estuaria cenderung bersifat terbuka.Dengan
pangkal pemasukan dari serpih-serpih bahan organik yang terutama berasal dari daratan
(sungai, rawa asin, hutan bakau), dan banyak yang berakhir pada ikan-ikan atau burung yang
kemudian membawa pergi energi keluar dari sistem.
Sumberdaya Biota Estuari
Sebagai wilayah peralihan atau percampuran, estuaria memiliki tiga komponen biota, yakni
fauna yang berasal dari lautan, fauna perairan tawar, dan fauna khas estuaria atau air
payau.Fauna lautan yang tidak mampu mentolerir perubahan-perubahan salinitas yang
ekstrem biasanya hanya dijumpai terbatas di sekitar perbatasan dengan laut terbuka, di mana
salinitas airnya masih berkisar di atas 30?.Sebagian fauna lautan yang toleran (eurihalin)
mampu masuk lebih jauh ke dalam estuaria, di mana salinitas mungkin turun hingga 15? atau
kurang.Sebaliknya fauna perairan tawar umumnya tidak mampu mentolerir salinitas di atas
5?, sehingga penyebarannya terbatas berada di bagian hulu dari estuaria.
Lingkunganperairan estuary merupakan lingkungan yang sangat kaya akan nutrient yang
menjadiunsur terpenting bagi pertumbuhan phytoplankton. Inilah sebenarnya kunci dari
keunikanlingkungan estuari. Sebagai kawasan yang sangat kaya akan unsur hara (nutrient)
estuari dikenal dengan sebutan daerah pembesaran (nursery ground) bagi berjuta
ikan,invertebrate (Crustacea, Bivalvia, Echinodermata, Annelida dan masih banyak
lagikelompok infauna). Tidak jarang ratusan jenis ikan-ikan ekonomis penting sepertisi,
baronang, sunu dan masih banyak lagi menjadikan daerah estuari sebagai daerahpemijahan
dan pembesaran. Udangniaga yang memijah di laut lepas membesarkanlarvanya di ekosistem
ini denganmemanfaatkannya sebagai sumber makanan.
Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat mentolerir kadar garam antara 5-30?,
namun tidak ditemukan pada wilayah-wilayah yang sepenuhnya berair tawar atau berair laut.
Di antaranya terdapat beberapa jenis tiram dan kerang (Ostrea, Scrobicularia), siput kecil
Hydrobia, udang Palaemonetes, dan cacing (polikaeta) Nereis.Di samping itu terdapat pula
fauna-fauna yang tergolong peralihan, yang berada di estuaria untuk sementara waktu
saja.Beberapa jenis udang Penaeus, misalnya, menghabiskan masa juvenilnya di sekitar

estuaria, untuk kemudian pergi ke laut ketika dewasa. Jenis-jenis sidat (Anguilla) dan ikan
salem (Salmo, Onchorhynchus) tinggal sementara waktu di estuaria dalam perjalanannya dari
hulu sungai ke laut, atau sebaliknya, untuk memijah. Dan banyak jenis hewan lain, dari
golongan ikan, reptil, burung dan lain-lain, yang datang ke estuaria untuk mencari makanan
(Nybakken, 1988).Berdasarkan adaptasinya organisme di lingkungan estuaria mempunyai 3
(tiga)tipe adaptasi untuk mempertahankan hidupnya (Kennish, 1990). yaitu :
o Adaptasi morfologis yaitu : organisme yang hidup di lumpur memiliki rambut-rambut halus
(setae) untuk menghambat penyumbatan-penyumbatan permukaan ruang pernapasan oleh
partikel lumpur.
o Adaptasi fisiologis yaitu : berkaitan dengan mempertahankan keseimbangan ion cairan
tubuh dalam menghadapifluktuasi salinitas eksternal.
o Adaptasi tingkah laku pembuatan lubang ke dalam lumpur oleh rganisme, khususnya
invertebrata.
Berikut berapa spesies yang mendiami daerah estuari :

Anthozoa Polychaeta
Anemones Worms
Diadumene lineate atau Ficopomatus enigmaticus
Gastropoda
SnailsIliyanassa obselata
Busycotypus canaliculatus
Bivalvia
Clams, mussel, etc
Geukensia demissa
Crustacea
Barnacles, Crabs, Etc.
Carcinus maenas
Bryozoa
Moss Animals
Watersipora subtorquata

Tunicata
Sea Squirts
Botrylloides violaceus

Botryllus schlos

Komponen Flora
Hampir semua bagian esturari terendam terdiri dari subtrat lumpur dan tidak cocok untuk
melekatnya makroalga.Selain karena substrat, pengaruh sinar cahayayang minim
menyebabkan terbentuknya dua lapisan.Lapisan bawah tanpa tumbuhanhidup dan lapisan atas
mempunyai tumbuhan yang terbatas. Di daerah hilir estuary terdapat padang rumput laut
(Zostera dan Cymodeca). Selain itu terdapat padang lamun. Lamun didefinisikan sebagai
satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di
perairan yang salinitasnyacukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki
rhizoma, daun, dan akarsejati.Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai
tumbuhan airberbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar,
sertaberbiak dengan biji dan tunas.Selain miskin dengan jumlah fauna estuari juga miskin
dengan flora. Keruhnyaperairan estuari menyebabkan hanya tumbuhan yang mencuat yang
dapat tumbuhmendominasi, mungkin terdapat padang rumput laut (Zosfera thalassia,
Cymodocea)
selain
ditumbuhi
oleh
alga
hijau
dari
GeneraUlva,
EntheromorphadanChadophora.Estuaria berperan sebagai perangkap nutrien (nutrient trap)
yang mengakibatkan semuaunsur-unsur esensial dapat didaur ulang oleh bermacam kerang,
cacing dan oleh detritusatau bekteri secara berkesinambungan sehingga terwujud
produktivitas primer yangtinggi.Plankton estuaria miskin dalam jumlah spesies.Dengan
demikian,yangditemukan hanya jenis diatom dan dinoflagellata.Jenis diatom yang dominan
adalahSkeletonema,
AsterionelladanMelosira.Sedangkan
dinoflagellata
yang
melimpahadalahGymnodinium,GonyaulaxdanCeratium.Banyaknya
zooplankton
yangberkembang membuktikan bahwa terjadi keterbatasan produktivitas fitoplankton.

fauna di daerah estuary :


Phaeophyta
Sargassum muticum
Porifera
Sponges
Clathria prolifera

Komposisi Fauna
Di perairan estuaria terdapat 3 komponen fauna yaitu: fauna laut, fauna air tawardan fauna
payau. Komponen fauna yang terbesar adalah fauna air laut yaitu hewan stenohaline yang
terbatas kemampuannya dalam mentolelir perubahan salinitas (umumnya >= 30?) dan hewan
euryhaline yang mempunyai kemampuan untuk mentolerirberbagai perubahan atau
penurunan salinitas di bawah 30?. Fauna lautan yang tidak mampu mentolerir perubahanperubahan salinitas yang ekstrem biasanya hanyadijumpai terbatas di sekitar perbatasan
dengan laut terbuka, di mana salinitas airnya masih berkisar di atas 30?. Sebagian fauna
lautan yang toleran (eurihalin) mampumasuk lebih jauh ke dalam estuaria, di mana salinitas
mungkin turun hingga 15? atau kurang.Sebaliknya fauna perairan tawar umumnya tidak
mampu mentolerir salinitas di atas 5?, sehingga penyebarannya terbatas berada di bagian hulu
dari estuaria.
Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat mentolerir kadar garamantara 5-30?,
namun tidak ditemukan pada wilayah-wilayah yang sepenuhnya berairtawar atau berair laut.
Di antaranya terdapat beberapa jenis tiram dan kerang (Ostrea,Scrobicularia), siput kecil
Hydrobia, udang Palaemonetes, dan cacing polikaeta Nereis.Di samping itu terdapat pula
fauna-fauna yang tergolong peralihan, yangberada di estuaria untuk sementara waktu saja.
Beberapa jenis udang Penaeus,misalnya, menghabiskan masa juvenilnya di sekitar estuaria,
untuk kemudian pergi kelaut ketika dewasa. Jenis-jenis sidat (Anguilla) dan ikan salem
(Salmo,Onchorhynchus) tinggal sementara waktu di estuaria dalam perjalanannya dari
hulusungai ke laut, atau sebaliknya, untuk memijah. Dan banyak jenis hewan lain,
darigolongan ikan, reptil, burung dan lain-lain, yang datang ke estuaria untuk
mencarimakanan (Nybakken, 1988). Akan tetapi sesungguhnya, dari segi jumlah
spesies,fauna khas estuaria adalah sangat sedikit apabila dibandingkan dengan keragaman
fauna pada ekosistem-ekosistem lain yang berdekatan. Umpamanya dengan faunakhas
sungai, hutan bakau atau padang lamun, yang mungkin berdampingan letaknyadengan
estuaria. Para ahli menduga bahwa fluktuasi kondisi lingkungan, terutamasalinitas, dan
sedikitnya keragaman topografi yang hanya menyediakan sedikit relung (niche), yang
bertanggung jawab terhadap terbatasnya fauna khas setempat sehingga jumlah spesies
organisme yang mendiami estuari jauh lebih sedikit jika dibandingkandengan organisme yang
hidup di perairan tawar dan laut.Hal ini karena ketidakmampuan organisme air tawar
mentolerir kenaikan salinitas dan organisme air laut mentolerir penurunan salinitas
estuaria.Akibatnya hanya spesies yang memiliki kekhususan fisiologi yang mampu bertahan
hidup di estuari.

Rantai makanan di Estuari

Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan melalui seri
organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan-herbivora-carnivora).Pada setiap tahap
pemindahan energi, 80%-90% energi potensial hilang sebagai panas, karena itu langkahlangkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan perkataan lain, semakin
pendek rantai makanan semakin besar pula energi yang tersedia (Christoper, 2012). Oleh
karena itu, pada ekosistem estuaria dikenal 3 (tiga ) tipe rantai makanan yang didefinisikan
berdasarkan bentuk makanan atau bagaimana makanan tersebut dikonsumsi : grazing, detritus
dan osmotik. Fauna diestuaria, seperti udang, kepiting, kerang, ikan, dan berbagai jenis
cacing berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai dan jaring makanan yang kompleks
(Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan
fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.
Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat
kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar.Estuari juga merupakan tempat mencari
makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.Ada dua tipe dasar rantai makanan:
o Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalnya: tumbuhan-herbivoracarnivora.
o Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati mikroorganisme (detrivora atau
organisme pemakan sisa) predator.
Suatu rantai adalah suatu pola yang kompleks saling terhubung, rantai makanan di dalam
suatu komunitas yang kompleks antar komunitas, selain daripada itu, suatu rantai makanan
adalah suatu kelompok organisme yang melibatkan perpindahan energi dari sumber utamanya
(yaitu., cahaya matahari, phytoplankton, zooplankton, larval ikan, kecil ikan, ikan besar,
binatang menyusui). Jenis dan variasi rantai makanan adalah sama banyak seperti
jenis/spesies di antara mereka dan tempat kediaman yang mendukung mereka. Selanjutnya,
rantai makanan dianalisa didasarkan pada pemahaman bagaimana rantai makanan tersebut
memperbaiki mekanisme pembentukannya.Ini dapat lebih lanjut dianalisa sebab
bagaimanapun jenis tunggal boleh menduduki lebih dari satu tingkatan trophic di dalam suatu
rantai makanan.(Johannessen et al, 2005dalam Christoper, 2012).
Di perairan estuary terdapat tiga bagian terbesar dalam rantai makanan yaitu: phytoplankton,
zooplankton, dan infauna benthic. Sebab phytoplankton dan zooplankton adalah komponen
rantai makanan utama dan penting, dimana bagian ini berisi informasi yang mendukung
keberadaan organisme tersebut. Sedangkan, infauna benthic adalah proses yang melengkapi
pentingnya rantai makanan di dalam ekosistem pantai berlumpur. Selanjutnya, pembahasan
ini penekananya pada bagaimana mata rantai antara rantai makanan dan tempat
berlindungnya(Johannessen et al, 2005 dalam Christoper, 2012).
Keruhnya perairan estuaria menyebabkan hanya tumbuhan mencuat yang dapat tumbuh
mendominasi.Rendahnya produktivitas primer di kolom air, sedikitnya herbivora dan
terdapatnya sejumlah besar detritus menunjukkan bahwa rantai makanan pada ekosistem
estuaria merupakan rantai makanan detritus.Detritus membentuk substrat untuk pertumbuhan
bakteri dan algae yang kemudian menjadi sumber makanan penting bagi organisme pemakan
suspensi dan detritus.Suatu penumpukan bahan makanan yang dimanfaatkan oleh organisme
estuaria merupakan produksi bersih dari detritus ini.Fauna di estuaria, seperti ikan, kepiting,
kerang, dan berbagai jenis cacing berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai makanan
yang kompleks (Bengen, 2002).

Produsen primer di Estuari


Di dalam ekosistem estuari dapat dijumpai berbagai jenis produsen primer. Pada paparan
pasir atau lumpur, dapat dijumpai lamun (Enhalus acoroides) yang merupakan tumbuhan
berbunga, dan beberapa jenis algae, antara lain algae berfilamen seperti Enteromorpha sp.,
dan Padina sp. Di dalam kolom air estuari dijumpai fitoplankton, seperti diatom atau
dinoflagellata.Produktivitas primer jenis-jenis tumbuhan tersebut sudah tentu tergantung pada
sinar matahari dan suhu, serta juga dipengaruhi oleh adanya nutrisi, terutama nitrogen dan
fosfat. Begitu tingginya tingkat produktivitas primer di estuari disbanding dengan di laut ini
terutama disebabkan oleh tingginya tingkat nutrisi di estuari. Nutrisi ini sangat banyak
terdapat di perairan estuari, baik yang datang dari laut, sungai, atau daratan di sekitar estuari.
Di dalam estuari, nutrisi itu digunakan oleh tumbuhan. Tumbuhan yang mati kemudian didaur
ulang oleh bakteri pembusuk atau decomposer menjadi nutrisi kembali untuk dimanfaatkan
lagi oleh tumbuhan.Tentang peran produsen primer di dalam ekosistem estuari ini, detritus
juga memegang peranan penting. Detritus yang terdiri dari sisa-sisa pembusukan tumbuhan
produsen primer dan mikroba, mempunyai peran penting dalam menjaga kestabilan
ekosistem estuari. Keberadaan detritus menjamin suplai makanan sepanjang tahun dan
diabsorbsinya kembali nutrisi yang telah larut.

Konsumen Primer di Estuari


Zooplankton dan heterotrophs lain (suatu tingkatan organisme trophic sekunder yang berlaku
sebagai consumer utama organik) di dalam kolom air mengisi suatu relung ekologis penting
sebagai mata rantai antara produksi phytoplankton utama dan produktivitas ikan.
Secara teknis, istilah zooplankton mengacu pada format hewan plankton, yang tinggal di
kolom air dan pergerakan utama semata-mata dikendalikan oleh keadaan insitu lingkungan
(current movement). Bagaimanapun, yang mereka lakukan akan mempunyai kemampuan
untuk berpindah tempat vertikal terhadap kolom air dan boleh juga berpindah tempat secara
horisontal dari pantai ke laut lepas sepanjang yaitu musim semi dan musim panas dalam
untuk mencari lokasi yang cocok untuk pertumbuhan mereka. Migrasi vertikal menciptakan
sonik lapisan menyebar ketika zooplankton bergerak ke permukaan pada malam hari dan
tempat yag terdalam pada siang hari. Pada daerah berlumpur dengan olakan gelombang besar,
migrasi vertical zooplankton akan terhalang. Sedangkan, migrasi horisontal musiman
mengakibatkan zooplankton akan mengalami blooming (pengkayaan).

Konsumen Sekunder di Estuari


Estuari kaya akan sumber makanan bagi konsumen primer dari rantai makanan. Sumber
makanan utama diperoleh dari besarnya jumlah detritus yang melimpah di dalam kolom air
dan di dasar estuari.Sebagian besar hewan konsumen primer terdapat di dasar estuari, seperti
teritip (Krustasea, Cirripedia), kerang dan keong (Bivalvia dan Gastropoda) yang berada di
permukaan dasar estuari, ataupun hewan lainnya yang hidup di dalam lumpur, seperti
cacing.Zooplankton biasanya berada di kolom air. Akan tetapi, adanya arus pasang surut dan

aliran sungai yang masuk ke estuari ditambah lagi dengan keterbatasan yang ditimbulkan dari
kekeruhan, membuat zooplankton mempunyai peran kecil dalam rantai makanan estuari
dibanding dengan perannya di laut. Makanan zooplankton dan bentos kebanyakan berada
dalam bentuk partikel organik halus, apakah itu berupa fitoplankton hidup atau macammacam fragmen hasil pembusukan yang menjadi detritus.

a) Bentos yang hidup di estuari


Bentos dalam estuari dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
o Yang hidup di permukaan lumpur, contohnya seperti Perna viridis (kerang hijau) dan siput
Strombus sp

Kerang Hijau

Strombus adalah karnivorus (pemakan jenis siput yang lebih kecil) di permukaan paparan
lumpur estuari, hidupnya merayap,sedangkan kerang hijau, Perna viridis, hidup menempel di
permukaan dan mendapatkanmakanannya dengan jalan menyaring partikel-partikel organik
yang ada dalam kolom air dan terbawa oleh arus.
o Yang hidup di dalam lumpur, contohnya cacing Marphysa sp. dan Branchimaldane sp.

Cacing (Marphysa sp)

Cacing ini memakan benda-benda organik (detritus), diatom yangterdapat di dasar, atau
benda organic yang tersuspensi pada waktu air pasang dansurut Cacing Marphysa sp.
terutama terdapat di dasar perairan dengan sedimen tidak lebih kecil dari 80 ?m. Biomassa
cacing ini tergantung dari banyak sedikitnya senyawa organik di dalam lumpur.

b) Krustasea
Berbagai macam jenis krustasea ditemukan dalam habitat estuari mulai dari yang besar
sampai yang kecil.Komponen utama dari krustasea yang hidup di estuari adalah amfipod
(Amphipoda) yang hidup di dalam lumpur dekat permukaan. Amfipod membuat liang yang
khas berbentuk U. Binatang ini memakan berbagai detritus organik dan keluar dari liang
untuk mencari fragmen detritus di sekitarnya. Selain Amphipoda, krustasea lain yang biasa
ditemukan adalah kelompok kepiting (Brachyura), kelomang (Anomura), dan udang-udangan
(Macrura).

Udang dan Kepiting


c) Meiofauna
Meiofauna adalah hewan bentik bersel banyak (multiseluler) yang mempunyai ukuran tubuh
antara 32?m-1000?m. Mereka hidup di antara rongga-rongga butiran pasir sehingga tidak
pernah membuat liang. Seluruh siklus hidupnya tidak pernah mengalami fase planktonik
sehingga fase larva juga hanya terjadi di lingkungan bentik. Keberadaan meiofauna dapat
dijumpai di perairan pasang surut sampai dengan dasar perairan laut dalam. Termasuk
meiofauna adalah hewan yang dapat melewati lubang saringan berukuran 0.5 mm. Sebagai
contoh adalah Copepoda Harpacticoida yang hidup di dasar perairan.
Konsumen Tingkat Ketiga
a) Ikan
Berbagai jenis ikan ditemukan di perairan estuari. Ikan-ikan ini ada yang menetap, ada yang
datang untuk mencari makan dan bertumbuh besar, atau untuk bertelur. Ikan-ikan ini
memakan biota yang lebih kecil (pemangsa), memakan tumbuhan (herbivor), atau menyaring
busukan organik (detritus) dengan cara memasukkan lumpur ke dalam mulutnya lalu
memuntahkannya kembali setelah menyaring fragmen-fragmen organiknya seperti yang
dilakukan oleh ikan-ikan Belanak (Mugilidae).
2. Avertebrata
Berbagai jenis hewan avertebrata ditemukan menghuni perairan estuari.Sebagaimana halnya
dengan ikan, avertebrata yang ditemukan di perairan estuari sebagian merupakan penghuni
tetap, sebagian lagi datang untuk mencari makan, membesar, atau bertelur.Salah satu contoh
adalah udang satang (Macrobrachium sp.) yang datang ke perairan estuari dari hulu untuk
bertelur.Avertebrata lainnya adalah larva udang penaeid yang bergerak dari laut menuju
perairan estuaria untuk membesar.

b) Burung
Burung-burung laut yang datang mencari makan di perairan estuari sebagian adalah burung
bermigrasi. Burung bermigrasi ini mengunjungi perairan estuari tropik selama musim dingin
di tempat mereka tinggal untuk bertelur.

Burung
Jumlah hewan dan tumbuhan yang hidup di estuari lebih kecil dari yang hidup di laut atau di
air tawar. Berkurangnya jumlah jenis hewan dan tumbuhan itu dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu kadar garam dan substrat. Perbedaan yang terjadi ditunjukkan dengan berkurangnya
keanekaragaman jenis, tetapi jumlah individu tiap jenis itu dapat sangat banyak.

Kesimpulan

Estuaria merupakan tempat pertemuan air tawar dan air asin.Tempat ini berperan sebagai
daerah peralihan antara kedua ekosistem akuatik.Estuari (muara) merupakan tempat
bersatunya sungai dengan laut.Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang
luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke
laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya.Nutrien dari
sungai memperkaya estuari.Ekosistem estuaria disusun oleh komponen biotic dan abiotik
yang saling melakukan interaksi.Biota yang menyusun estuaria diantaranya adalah berbagai
macam hewan dan tumbuhan.
Secara umum, tumbuhan yang hidup di ekosistem estuaria adalah Tumbuhan Lamun (sea
grass) dan Algae mikro yang hidup sebagai plankton nabati atau hidup melekat pada daun
lamun.Organisme organisme yang hidup di estuaria melakukan berbagai adaptasi untuk
mempertahankan hidupnya, seperti adaptasi morfologi yang berkaitan dengan bentuk dan
ukuran tubuh, adaptasi fisiologi yang berkaitan dengan pengaturan osmosis dalam tubuh dan
adaptasi tingkah laku (behavioral) yang berkaitan dengan hubungan interaksi organisme.
sedangkan hewan yang mendiami estuaria dapat berbentuk spesies endemik (seluruh
hidupnya tinggal di estuaria) seperti berbagai macam kerang dan kepiting serta berbagai
macam ikan, spesies yang tinggal di estuaria untuk sementara seperti larva, beberapa spesies
udang dan ikan yang setelah dewasa berimigrasi ke laut serta spesies ikan yang menggunakan
estuaria sebagai jalur imigrasi dari laut ke sungai dan sebaliknya seperti sidat dan ikan
salmon.
Ekosistem estuaria memiliki beberapa peranan terhadap alam dan organisme
lainnya.Ekosistem estuaria mempunyai peranan yang cukup besar terhadap keanekaragaman
ekosistem di dunia ini.

Referensi

Bengen, D. G. 2002. Ekosistem dan sumber daya pesisir dan laut serta pengelolaanterpadu
dan
berkelanjutan.Makalah
Prosiding
Pelatihan
Pengelolaan
WilayahPesisir
Terpadu.PKSSPL-IPB. Bogor.

Christopher, M. 2012. Ekosistem Estuari dan pesisir pantai.

Hafazah, E. 2012. Perairan Estuary. Http://Www.Scribd.Com/Doc/110478894/MakalahEstuari.


Kasim,M.2005.Pola Percampuran
percampuran-estuary/.

Estuary.http://maruf.wordpress.com/2005/12/22/pola-

Kenish, M. J. 1990.Ecology of Estuaries. Vol II: Biological. CRC Press, Inc Boca Raton.
USA. 391p.
Nabila, A.2012.Ekosistem Estuari http://nabilaarifannisa.blogspot.com/2012/06/800600normal-0-false-false-false-in-x.html.
Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:PT. Gramedia.

Supriharyono, M. S. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan di Wilayah


Pesisir Tropis Jakarta.Gramedia.

Suyasa, N.I, M. Nurhudah & S. Rahardjo. 2010. Ekologi perairan. Sekolah Tinggi Perikanan
Jakarta.Penerbit STP Press. Jakarta.

Tiwow, C. 2003. Kawasan pesisir penentu stok ikan di laut.Makalah Pengantar Sains.
Program Pasca Sarjana IPB.

Identifikasi Kekayaan Sumber daya


Ekosistem Estuari

NAMA: RIO RAHMADIKA


NPM:12090002

UNIVERSITAS PROF DR HAZAIRIN


SH,BENGKULU
FAKULTAS PERTANIAN

Anda mungkin juga menyukai