Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul MANUSIA KERAGAMAN DAN
KESETARAAN
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian Keragaman dan Kesetaraan atau yang
lebih khususnya membahas manusia sebagai makhuk keragaman dan kesetaraan, faktorfaktor yang mempengaruhi keragaman.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Manusia
keragaman dan kesetaraan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Surabaya,18 November 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Judul
B. Latar Belakang
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan
A.Judul
Manusia Keragaman Dan Kesetaraan
B. Latar Belakang
Keragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan dalam
kehidupan di masyarakat. Keragaman merupakan salah satu realitas utama yang dialami
masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini dan di waktu-waktu mendatangSebagai fakta,
keragaman sering disikapi secara berbeda. Di satu sisi diterima sebagai fakta yang dapat
memperkaya kehidupan bersama, tetapi di sisi lain dianggap sebagai faktor penyulit.
Kemajemukan bisa mendatangkan manfaat yang besar, namun juga bisa menjadi pemicu
konflik yang dapat merugikan masyarakat sendiri jika tidak dikelola dengan baik.Setiap
manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman identitas yang disandang. Kesetaraan
merupakan hal yang inheren yang dimiliki manusia sejak lahir. Setiap individu memiliki hakhak dasar yang sama yang melekat pada dirinya sejak dilahirkan atau yang disebut dengan
hak asasi manusia.Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik nyata
dengan adanya pranata-pranata sosial, terutama pranata hukum, yang merupakan mekanisme
kontrol yang secara ketat dan adil mendukung dan mendorong terwujudnya prinsip-prinsip
kesetaraan dalam kehidupan nyata. Kesetaraan derajat individu melihat individu sebagai
manusia yang berderajat sama dengan meniadakan hierarki atau jenjang sosial yang
menempel pada dirinya berdasarkan atas asal rasial, sukubangsa, kebangsawanan, atau pun
kekayaan dan kekuasaan.Di Indonesia, berbagai konflik antarsukubangsa, antarpenganut
keyakinan keagamaan, ataupun antarkelompok telah memakan korban jiwa dan raga serta
harta benda, seperti kasus Sambas, Ambon, Poso dan Kalimantan Tengah.
Masyarakat majemuk Indonesia belum menghasilkan tatanan kehidupan yang
egalitarian dan demokratis.Persoalan-persoalan tersebut sering muncul akibat adanya
dominasi sosial oleh suatu kelompok. Adanya dominasi sosial didasarkan pada pengamatan
bahwa semua kelompok manusia ditujukan kepada struktur dalam sistem hirarki sosial suatu
kelompok. Di dalamnya ditetapkan satu atau sejumlah kecil dominasi dan hegemoni
kelompok pada posisi teratas dan satu atau sejumlah kelompok subordinat pada posisi paling
bawah. Di antara kelompok-kelompok yang ada, kelompok dominan dicirikan dengan
kepemilikan yang lebih besar dalam pembagian nilai-nilai sosial yang berlaku. Adanya
dominasi sosial ini dapat mengakibatkan konflik sosial yang lebih tajam.Negara-bangsa
Indonesia yang terdiri dari berbagai kelompok etnis, budaya, agama, dapat disebut sebagai
masyarakat multikultural. Berbagai keragaman masyarakat Indonesia terwadahi dalam bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terbentuk dengan karakter utama
mengakui pluralitas dan kesetaraan warga bangsa. NKRI yang mengakui keragaman dan
menghormati kesetaraan adalah pilihan terbaik untuk mengantarkan masyarakat Indonesia
pada pencapaian kemajuan peradabannya.Cita-cita yang mendasari berdirinya NKRI yang
dirumuskan para pendiri bangsa telah membekali bangsa Indonesia dengan konsepsi normatif
negara bangsa Bhinneka Tunggal Ika, membekali hidup bangsa dalam keberagaman,
kesetaraan, dan harmoni. Hal tersebut merupakan kesepakatan bangsa yang bersifat
mendasar.Konstitusi secara tegas menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang
berkesetaraan. Pasal 27 menyatakan: Setiap warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan adalah rujukan yang melandasi seluruh produk hukum dan
ketentuan moral yang mengikat warga negara.Keberagaman bangsa yang berkesetaraan akan
merupakan kekuatan besar bagi kemajuan dan kesejahteraan negara bangsa Indonesia.
Negara bangsa yang beragam yang tidak berkesetaraan, lebih-lebih yang diskriminatif, akan
menghadirkan kehancuran.Semangat multikulturalisme dengan dasar kebersamaan, toleransi,
dan saling pengertian merupakan proses terus-menerus, bukan proses sekali jadi dan sesudah
itu berhenti. Di sinilah setiap komunitas masyarakat dan kebudayaan dituntut untuk belajar
terus-menerus atau belajar berkelanjutan. Proses pembelajaran semangat multikulturalisme
terus-menerus dan berkesinambungan dilakukan. Untuk itu, penting kita miliki dan
kembangkan kemampuan belajar hidup bersama dalam multikulturalisme masyarakat dan
kebudayaan Indonesia. Kemampuan belajar hidup bersama di dalam perbedaan inilah yang
mempertahankan, bahkan menyelamatkan semangat multikulturalisme. Tanpa kemampuan
belajar hidup bersama yang memadai dan tinggi, niscaya semangat multikulturalisme akan
meredup. Sebaliknya, kemampuan belajar hidup bersama yang memadai dan tinggi akan
menghidupkan dan memfungsionalkan semangat multikulturalisme.Proses pembelajaran
semangat multikulturalisme atau kemampuan belajar hidup bersama di tengah perbedaan
dapat dibentuk, dipupuk, dan atau dikembangkan dengan kegiatan, keberanian melakukan
perantauan budaya (cultural passing over), pemahaman lintas budaya (cross cultural
understanding), dan pembelajaran lintas budaya (learning a cross culture).
C.Rumusan Masalah
1. Keragaman dan kesetaraan adalah hal yang saling berkaitan satu sama lain
2. Keragaman dan kesetaraan adalah sifat dasar dari manusia dan bangsa Indonesia
menjadikan sebagai bingkai dasar Negara kesatuan Republik Indonesia
3. Mengetahui dan mengenali bagaimana masyarakat Indonesia mengenali dan mengelola
keragaman dan kesetaraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan
Semboyan Bhineka Tunggal Ika
D.Tujuan
1.Mengetahui keterkaitan antara Keragaman dan kesetaraan
2. menambah pengetahuan di Bidang Ilmu Sosial Budaya Dasar dan menambah pemahaman
tentang kemajemukan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.
BAB II
Pembahasan
Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berkaitan dengan konsep kesetaraan dan
keragaman. Konsep kesetaraan (equity) bisa dikaji dengan pendekatan formal dan pendekatan
substantif. Pada pendekatan formal kita mengkaji kesetaraan berdasarkan peraturan-peraturan
yang berlaku, baik berupa undang-undang, maupuin norma, sedangkan pendekatan substantif
mengkaji konsep kesetaraan berdasarkan keluaran / output, maupun proses terjadinya
kesetaraan.Konsep kesetaraan biasanya dihubungkan dengan gender, status sosial, dan
yang mengakui adanya perbedaan dalam kesetaraan, baik secara individual maupun
kelompok dalam kerangka kebudayaan. Heterogenitas kekayaan budaya negara-bangsa
Indonesia selama ini terekatkan dalam sesanti Bhinneka Tunggal Ika. Dengan kata lain,
kekayaan budaya dapat bertindak sebagai faktor pemersatu, yang sifatnya majemuk dan
dinamis. Tidak ada kebudayaan Indonesia, bila bukan terbentuk dari kebudayaan masyarakat
yang lebih kecil.Sebagai sebuah konsep, multikulturalisme menjadi dasar bagi tumbuhnya
masyarakat sipil yang demokratis demi terwujudnya keteraturan sosial. Sehingga, bisa
menjamin rasa aman bagi masyarakat dan kelancaran tata kehidupan masyarakat.Melihat
kemajemukan Indonesia yang begitu luasnya terdiri dari sedikitnya 500 suku bangsa, maka
multikulturalisme hendaknya tidak hanya sekadar retorika, tetapi harus diperjuangkan sebagai
landasan bagi tumbuh dan tegaknya proses demokrasi, pengakuan hak asasi manusia, dan
akhirnya bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Upaya itu harus dilakukan jika melihat
berbagai konflik yang terjadi di sejumlah daerah di tanah air, beberapa waktu lalu. Konflik itu
mengindikasikan belum tuntasnya pembentukan masyarakat multikultural di Indonesia.
Munculnya konflik antarsuku, misalnya, menunjukkan belum dipahaminya prinsip
multikulturalisme yang mengakui perbedaan dalam kesetaraan. Penanaman nilai-nilai
kesetaraan dalam perbedaan itulah yang senantiasa dilakukan secara aktif baik oleh tokoh
masyarakat, tokoh partai, maupun lembaga swadaya masyarakat. Dengan demikian,
pemahaman bahwa bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang terdiri dari beragam
kebudayaan harus menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.Kesetaraan setiap warga masyarakat dan dijaminnya hak masyarakat tradisional
merupakan unsur dasar dari prinsip demokrasi, yang terkandung pengakuan terhadap
kesetaraan dan toleransi terhadap perbedaan dalam kemajemukan.
kesetaraan mungkin sekali adalah karena jurang yang memisahkan kaum yang merasa dirinya
tidak setara dengan kaum yang ingin disetarai, semakin curam dan semakin lebar saja.
Kesetaran ini tidak akan muncul dan berkembang dalam susunan masyarakat yang didirikan
di atas paham dominasi dan kekuasaan satu kelompok terhadap kelompok yang lain.Republik
kita yang sudah berumur tua untuk ukuran manusia, 62 tahun saja tidak ada keadilan dalam
kehidupan berbangsa. Keadaan adil dan makmur yang menjadi idaman seluruh rakyat
Indonesia tidak pernah datang sampai sekarang dan kemungkina besar juga di masa yang
akan depan nanti. Untuk mencapai kesetaraan itu sebaiknya dengan cara menaikkan derajat,
peringkat, kondisi serta kemampuan setiap perorangan ketingkat yang diingininya, dengan
upaya sendiri-sendiri untuk tahap awal. Ini adalah satu-satunya jalan. Jangan mengajak teman
sejawat terlebih dahulu hanya untuk membentuk massa-mass forming. Mass forming seperti
ini akan menjadi solid-utuh kalau para pembentuknya memang mempunyai peringkat yang
setara dan sepadan. Kalau isi para pembentuknya tidak sama kemampuannya, visinya dan
tugasnya, maka massa yang terbentuk akan tidak utuh serta mudah tercerai-berai. Yang
memilukan adalah bahwa setiap orang yang mempunyai ambisi untuk menggerakan massa
untuk mencapai kesetaraan, kurang mengamati sekelilingnya sendiri.Dengan identitas pluralis
dan multikulturalis itu bangunan interaksi dan relasi antara manusia Indonesia akan bersifat
setara. Paham kesetaraan akan menandai cara berpikir dan perilaku bangsa Indonesia, apabila
setiap orang Indonesia berdiri di atas realitas bangsanya yang plural dan multikultural itu.
Identitas kesetaran ini tidak akan muncul dan berkembang dalam susunan masyarakat yang
didirikan di atas paham dominasi dan kekuasaan satu kelompok terhadap kelompok yang
lain. Kesetaraan merupakan identitas nasional Indonesia.
BAB III
Penutup
1.KESIMPULAN
Di tengah arus reformasi dewasa ini, agar selamat mencapai Indonesia Baru, maka
idiom yang harus lebih diingat-ingat dan dijadikan landasan kebijakan mestinya harus
berbasis pada konsep Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, sekali pun berada dalam satu kesatuan,
tidak boleh dilupakan, bahwa sesungguhnya bangsa ini berbeda-beda dalam suatu
Keragaman. Kesetaraan bisa di wujudkan dengan pemerataan pembangunan di seluruh
wilayah NKRI dan juga keadilan di dalam bidang hukum ( bahwa semua sama di di hadapan
hukum ). Namun, jangan sampai kita salah langkah, yang bisa berakibat yang sebaliknya:
sebuah konflik yang berkepanjangan. Oleh karena itu Keragaman dan Kesetaraan harus di
tanamkan sejak dini kepada generasi muda penerus bangsa.
2.SARAN
Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi /
kelompok manusia harus memiliki kesadaran diri terhadap realita yang berkembang di tengah
masyarakat sehingga dapat menghindari masalah yang berpokok pangkal dari keragaman dan
keserataan sebagai sifat dasar manusia.
DAFTAR PUSTAKA
1.Siswono Yudo Husodo. 2009. Pancasila dan keberlanjutan NKRI
( http://www.liveconector.com , dikutip tanggal 19 Oktober 2009 )
2.Ilmu Sosial Budaya Dasar
( http://yudihartono.wordpress.com/ )
3.M Zaid Wahyudi. 2009. Jadikan Toleransi sebagai Modal. Artikel-artikel
Islam ( http://ajaranislam.com, dikutip tanggal 20 Oktober 2009 )
2009. Mengenali dan Mengelola Keragaman
4.( http://pdfdatabase.com, dikutip tanggal 20 Oktober 2009 )
Agung mulyana. Memahami Masyarakat Multikultural, Suara Karya,
30 November 2006
5.Ignatius Yunanto. 2008. Multikulturalisme sebuah perjuangan panjang bangsa
Indonesia. ( http://joenanto.multyply.com, diakses tanggal 20 Oktober 2009)
6.Rujito. 2009. Identitas Nasional Indonesia
( http://maharsi-rujito.blogspot.com, diakses tanggal 23 Oktober 2009 )