(1)
(1)
(1)
(1)
This study focused on the manufacture of grain drying equipment was needed by farmers.
Much research has been done by previous researchers about how to drain the rice in a
relatively short time. And already there are many methods and tools of research that has
been done including changing the form of construction, replacing the material in order to
produce a good quality grain drying. In this paper, the authors conducted a study on how
to make grain dryers and do research drying system. This research looks at how adaptable
its in drying grain. The method I use is the reset method by comparing the natural drying
and drying device made. Research using laboratory test equipment such as Airflow, digital
scales and thermometers. Test data taken (values drought grain) using measurement
methods directly on objects. Test data was analyzed using Microsoft Excel software. The
results of processing these data it is concluded that the optimum conditions for drying
0
grain with its that are made are in position 1, the air temperature is 42 C grain drying,
grain flow rate 0.1 Lt / dt, hot air flow rate 0.68 m / dt, grain drying value 1060 gr/lt.
Keywords: Grain drying system, drying equipment, drying Optimum Value
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengolahan
hasil
pertanian
padi
(gabah)
menggunakan teknologi lama (teknologi turun
temurun). Proses pengolahan gabah menjadi beras
diawali dari penjemuran dengan menggunakan
cahaya matahari. Proses ini membutuhkan waktu tiga
hari supaya dapat diolah menjadi beras. Pada proses
pengeringan gabah para petani sering mengalami
kesulitan karena cuaca tidak panas (musim hujan).
dan dapat memperlama proses memproduksi beras.
Melihat kasus yang dialami oleh petani dalam
mengeringkan gabah, penulis akan membuat sebuah
alat pengering gabah yang nantinya akan meneliti
proses pengering gabah sampai dapat diolah menjadi
beras dalam waktu yang lebih cepat. Ada beberapa
alat pengering gabah ini sudah dibuat oleh peneliti
sebelumnya, diantaranya :
Sutrisno dan Budi Raharjo (2007), melakukan
pengeringan gabah dengan merekayasa mesin
pengering gabah menggunakan bahan bakar sekam
kapasitas 10 Ton terintegrasi untuk meningkatkan
ekonomi penggilingan padi dilahan pasang surut di
Sumetera Selatan dan dia memperoleh hasil,
menurunkan kadar air gabah 13,10 % dengan laju
0
kecepatan udara panas (suhu rata-rata 42 C) 7
m/menit, dalam waktu 12 jam mengeringkan padi
sebanyak 10 Ton.
Dedi Idris. H (2008), melakukan penelitian tentang
kombinasi sekam padi dan sampah daun-daunan pada
pembuatan bio briket sebagai sumber energi
altrenatif. Dia memperoleh hasil bahwa perbandingan
ISSN 1829-8958
1.
lb bahan basah
lb moisture
lb bahan ker ing lb
moisture
x100
x 100
100 x
100 x
2.
lbmoisture
lbbahan kering
x
=
% moisture
= 100 X
3. Moisture content Equilibrum Moisture (X*)
adalah kandungan air dalam bahan pada saat
kesetimbangan dengan tekanan parsial uapnya. Pada
temperatur dan humidity tersebut bahan tidak dapat
dikeringkan lagi di bawah equilibrum moisture
content-nya yang seimbang dengan uapnya dalam
fase gas.
4. Bound Moisture adalah moisture yang terkandung
di dalam bahan pada saat kesetimbangan sama
dengan tekanan uap cairan murni pada temperatur
dan suhu yang sama.
5. Unbound Moisture adalah kandungan air yang
terkandung di dalam bahan pada saat tekanan uap
kesetimbangan sama dengan tekanan uap murni pada
suhu sama.
6. Free Moisture X-X* Adalah kandungan air dalam
bahan, di atas harga equilibrium moisture-nya.
Equilibrium moisture curve
2.
Ms dx
.
A dt
teruapkan/jam m .
x : Kandungan air padatan basis kering, Kg air/kg
bahan kering.
2
A : Luas permukaan pengeringan, m .
Ms : Berat bahan kering, Kg.
Proses Pengeringan
Tabel 1 Sifat Air dan Uap pada Kondisi Suhu dan Tekanan
yang Berbeda-beda
2.4. Psikrometer
Bagaimanakah kita dapat mengukur atau mengetahui
kwalitas suatu udara?. Di dalam laboratorium atau
ruangan tertentu yang memerlukan pengontrolan
udara sering terdapat alat yang terdiri dari dua
termometer yang diletakkan bersebelahan. Pada salah
satu termometer bola kaca yang menempati air raksa
dibalut dengan kain basah sedangkan bola kaca yang
satunya lagi dibiarkan kering. Alat ini dinamakan
psikrometer, yaitu meter yang digunakan untuk
mengukur kelembaban udara.
Jika psikrometer ini berada pada udara jenuh, kedua
termometer akan memberikan bacaan yang sama. Hal
ini disebabkan kedua bola kaca berada dalam
keadaan lembab yang sama, yaitu seratus persen
lembab, tetapi seandainya udara tersebut tidak seratus
persen jenuh, sebahagian dari air yang membasahi
kain bola kaca pada termometer tersebut akan
menguap, sehingga menyebabkan sebahagian dari
tenaga akan digunakan dalam proses penguapan ini.
Akibatnya, suhu pada termometer ini akan lebih
rendah berbanding dengan bacaan suhu pada
termometer
kering.
Termometer
diletakkan
bersebelahan pada tekanan yang sama, oleh karena
itu hubungan antara kedua suhu akan memberikan
nilai kelembaban udara yang ditempatinya. Uap air
dapat jenuh pada suhu dan tekanan yang berbeda,
sehingga pada tekanan yang lain kedua termometer
pada psikrometer akan memberikan bacaan yang
berbeda pula.
Hubungan antara kelembaban, suhu termometer
basah, suhu termometer kering, dan tekanan biasanya
dinyatakan dalam suatu chart yang dikenal sebagai
psikrometri. Kadar kelembaban udara diberikan oleh
sumbu-y disebelah kanan, dan suhu termometer
kering diberikan oleh sumbu-x. Kurva paling atas
menyatakan suhu termometer basah yang merupakan
suhu uap air jenuh atau suhu titik embun (perkataan
titik embun berasal dari penelitian yang dilakukan
terhadap rumput pada pagi hari dengan embun yang
terbentuk di atasnya, pada saat itu suhunya hampir
sama dengan bola termometer basah). Kurva-kurva
lainnya yang terletak di antara sumbu suhu
termometer kering dengan kurva. Termometer basah
merupakan kurva kelembaban relatif (dinyatakan
dalam persen). Dari defenisi di atas, kadar
kelembaban relatif dapat dinyatakan sebagai:
Kadar kelembaban relatif
= Tekanan parsial uap air pada suatu suhu
2.
3.
2.
2.6. Mekanisme
Pengeringan
Perpindahan
Panas
pada
2.
3.
4.
3. METODA PENELITIAN
3.1. Metode
Metode dalam penelitian ini meliputi :
3.1.1. Metode Pengukuran Variasi Kecepatan Udara
Pengambilan data kecepatan udara dalam penelitian
ini adalah dengan memakai pengukuran lansung pada
alat pengering, seperti yang diperlihatkan pada
Gambar (5), dimana alat pengering dipasang kipas
(fan) yang dapat diatur kecepatan fan dalam
menghembuskan udara panas ke dalam ruangan.
Panas berasal dari heater (energi listrik). Alat
pengukur kecepatan udara pada penelitian ini dipakai
avometer.
b.
Kecepatan udara.
c.
d.
Waktu pengeringan.
e.
Kapasitas pengeringan.
berat satu liter gabah ker ing berat satu liter gabah
basah
x100 %
berat satu liter gabah ker ing
1060
= 8,81 %
Persentase pengurangan kadar air gabah terhadap
ketiga variasi kecepatan aliran udara Tabel (6).
Tabel 6 Tebel Persentase Pengurangan Kadar Air
Terhadap Tiga Variasi Kecepatan Aliran Udara
aliran
gabah
1070
1060
1050
1040
1030
1020
1010
2.
52
Rata-Rata (0C)
54
3.
50
Pos isi 1
48
Pos isi 2
46
Pos isi 3
44
42
40
0
0,5
1,5
2,5
3,5
Udara
Panjang 3 meter.
b.
Lebar 40 centimeter.
c.
e.
f.
g.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
5.2. Saran
1.
2.
3.
PUSTAKA
1.
2.
5.
d.
6.
7.
8.
9.
40
40