CASE I
BLOK GUS
Tutorial B3
Disusun Oleh :
Levita Savitry
Syifa Aulia L
Reza Muhammad
Nur Khalifah
Putri Wulandari
Adam Satria R
Hesti Herlinawati
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Salam sejahtera bagi semuanya.
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, kami berhasil menyelesaikan makalah tutorial Case
1 ini mengenai KELAINAN KONGENITAL PADA SISTEM GENITOURINARIA. Kami pun mengucapkan terima kasih kepada dr. Citra, selaku tutor
pada tutorial kami, yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini adalah sebuah intisari dari hal-hal yang telah kita pelajari
selama tutorial berlangsung. Makalah ini dibuat supaya kita dapat mengerti lebih
dalam tentang bahasan kita dalam tutorial dan sebagai acuan pembelajaran bagi
kita semua. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat
diambil hikmahnya.
Kami sadar makalah ini masih jauh dari sebuah kata kesempurnaan,
namun mudah- mudahan kita semua dapat mengambil semua ajaran yang terdapat
di dalamnya. Kami mengucapkan terima kasih atas perhatiannya.
12 November 2015
Penyusun
An. K, laki-laki berusia 3 tahun datang ke tempat anda bertugas di RS diantar oleh
ibunya dengan keluhan anak selalu menangis ketika BAK sejak 3 hari SMRS.
RPS
Ibu pasien menceritakan bahwa anaknya selalu menangis dan terlihat kesakitan
ketika BAK sejak 3 hari yang lalu. Menurut ibu pasien an. K mengalami kesulitan
BAK, pancaran urinnya tampak mengecil. Keluhan tersebut disertai dengan penis
yg menggembung setiap kali BAK. Namun, kemudian penis tampak mengecil
kembali setelah BAK. Sejak 1 tahun yang lalu, penis an. K selalu menggembung
ketika BAK, namun tidak disertai dg kesulitan BAK.
Selain keluhan tersebut, pasien juga mengalami demam yg tidak terlalu tinggi. Ibu
pasien memberikan obat penurun panas setiap kali anaknya demam. Keluhan
demam tidak disertai nyeri ulu hati, mual dan muntah. Anak tidak batuk pilek atau
nyeri menelan.
Sejak bayi pasien selalu memakai popok yg diganti 3x sehari. Orangtua tidak
pernah menarik kulit penis untuk membersihkannya.
RPD
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya
RPK
Kakak pasien sewaktu kecil mengalami keluhan serupa spt pasien
Pemeriksaan Fisik
Status gizi: BMI normal
Kesadaran: kompos mentis
Keadaan umum: tampak sakit sedang
TD: 90/60 mmHg
HR: 100x/mnt
RR: 30x/mnt
S: 38C
Pemeriksaan Penunjang
Darah
Hb: 12 gr/dl
Ht: 37%
Leukosit: 14.000/mm3
Trombosit: 250.000 sel/mm3
Urinalisis: warna kuning keruh, BJ 1020, Protein +, Glukosa
Mikroskopis urin: eritrosit 1-2/LPB, leukosit 10-15/LPB, silinder: hialin,
bakteri +, epitel +
Kultur urin: menunggu hasil
Gonad
Duktus Genitalis
Genitalia Eksterna
Perkembangan Gonad
Pada
mulanya
gonad
akan
tampak
sebagai
awalnya
terdapat
dua
pasang
Wolfii)
dan
duktus
para
kranial
lipatan
kloaka
akan
keluar
bagian
ekstraabdomen gubernakulum ke
arah skrotum
3. Pengaruh
hormon
androgen
(testosteron)
Pada akhir bulan kedua akan terbentuk
ligamentum genitale kaudal, yang berasal dari degenerasi mesonefros dan
terbentuk pula gubernakulum. Sebelum testis turun gubernakulum berada di regio
inguinal antara musculus oblikus internus abdominis dan musculus oblikus
eksternus abdominis. Sewaktu testis mulai turun ke cincin inguinal, gubernakulum
tumbuh dari regio inguinal ke arah penebalan skortum dan disebut sebagai
gubernakulum ekstra abdomen. Ketika testis melalui kanalis inguinalis,
gubernakulum ekstra abdomen bersentuhan dengan dasar skrotum.
Pada keadaan normal, penurunan testis dari abdomen ke regio inguinal terjadi
pada minggu ke-12, dan melalui kanalis inguinalis pada minggu ke-28, kemudian
mencapai skrotum pada minggu ke-33.
3. OUE
4. Testis
5. Epididmis
6. Ductus deferens
7. Ductus ejakulatorius
8. Prostat
SCROTUM
Kantong
yg
menonjol keluar dr
bag. Bawah dinding
anterior abdomen.
Berisi testis & epididimis.
Lapisan Scrotum:
1. Cutis
2. Fascia superficialis
3. Fascia spermatica eksterna
4. Fascia cremasterica
5. Fascia spermatica interna
6. Tunika veginalis
Pendarahan :
Plexus subcitaneus &anastomiasis arteriovenosa suhu & membantu
mengontrol temperature lingkungan.
Arteri : a. pudenda eksterna,a.femoralis,& rami scrotales arteriae pudenda interna
Persarafan :
Anterior n.ilio inguinalis & ramus genitalis n.genitofemoralis.
Posterior cabang n.perinealis & n.cutaneus femosris post.
PENIS
Mempunyai radix penis yg terfiksasi dan corpus yg bergantung bebas.
1. Radix penis :
Dibentuk o/ 3 massa jar.erektil:
bulbus penis
crus penis dextra dan sinistra
2. Corpus penis:
Terdiri dari 3 jar. Erektil :
Pendarahan:
Arteri:
TESTIS
EPIDIDIMIS
Panjang : 6m (berkelok-kelok)
Sal. Pjg ini merupakan tmpt penyimpnan spermatozoa untuk menjadi
matang.
Terletak di posterior terhadap testis dgn ductus deferens pd sisi medialnya.
Terdiri dari :
Caput ,corpus,cauda
DUCTUS DEFERENS
Panjang : 45 cm
Sal. yg menyalurkan sperma matang dr epididimis ke ductus ejaculatorius
& uretra.
Bag. terminal melebar mmbntk ampula ductus deferens
Ujung ampula menyempit & bergabung dgn ductus vesucula seminalis
mmbntk ductus ejaculatorius.
DUCTUS
EJAKULATORIUS
Panjang < 1 inchi
Dibentuk dr gab. Ductus deferens & ductus vesicula seminalis
Bermuara ke uretra pars prostatika
Menembus facies posterior prostatae.
PROSTAT
Kel.
Fobromuskular
yg mengelilingi uretra
pars prostatica
Panjang : 3 cm
Letak
antara
collum
vesicae
&
diafragma urogenital
di bawah
Pendarahan
Arteri : cabang a.vesicalis inferior & a.rectalis media
Vena : membntk plexus prostaticus
Persarafan : asalnya dr hypogastricus inferior.Saraf simpatis merangsang otot
polos prostata saat ejakulasi.
satu
waktu,
tiap
tubulus
seminiferus
sedang
melakukan
tahap
spermatogenesis yang berbeda. Karena itulah sperma dapat dihasilkan tiap hari.
Diawali dari spermatogonia (stem cell-diploid) yang berada di dekat membran
basal tubulus seminiferus bermitosis, dan menembus tight junction dari sawar
darah testis. Sebagian sel yang telah bermitosis tetap tinggal pada tempatnya
semula. Kemudian spermatogonia berdiferensiasi menjadi spermatosit primer
(masih diploid). Kemudian spermatosit primer akan mengalami meiosis I menjadi
2 spermatosit sekunder (haploid), lalu dilanjutkan dengan meiosis II, masingmasing menjadi 2 spermatid.
Keunikan yang terjadi pada spermatogenesis adalah ketidaksempurnaan proses
sitokinesis dari proses mitosis, membuat sel-sel tetap berhubungan dalam
jembatan sitoplasma. Hal ini penting memungkinkan perpindahan sitoplasma. Hal
ini dikarenakan kromosom X memiliki gen yang mengkode produk sel yang
penting bagi perkembangan sperma, sedangkan kromosom Y tidak.
Tahap terakhir adalah spermiogenesis. Merupakan serangkaian perubahan
yang menimbulkan transformasi spermatid menjadi spermatozoa. Perubahan ini
meliputi: (a) Pembentukan akrosom yang menutupi setengah permukaan inti; (b)
kondensasi inti; (c) pembentukan leher, bagian tengah, dan ekor; dan (d)
Gambar 1. Spermatogenesis
Gambar 3. Sperma
Sel Sertoli yang terdekat dengan membran basal menciptakan sawar darah
testis yang menghalangi substansi darah langsung masuk ke dalam lumen tubulus
seminiferus, sehingga menciptakan kompisisi yang unik dari cairan dalam
tubulus. Sekret ini juga yang akan mendorong sperma dari tubulus ke epididimis.
Selain itu, sawar darah ini berfungsi untuk mencegah pembentukan antibodi pada
spermatozoa. Sel Sertoli juga berfungsi untuk memberi nutrisi pada sel sperma
yang berkembang dengan mengubah glukosa menjadi laktat, karena sel sperma
menggunakan laktat sebagai sumber energi. Androgen-binding protein merupakan
struktur penting yang dimiliki sel sertoli, yang berfungsi untuk menahan
testosteron agar tidak terbuang dari lumen tubulus karena testosteron dibutuhkan
dalam jumlah yang banyak dalam testis untuk produksi sperma. Sel Sertoli adalah
kontrol spermatogenesis yang diatur oleh testosteron dan FSH. Sertoli akan
menghasilkan hormon inhibin, yang merupakan feedback negatif untuk FSH.
B. Pengaturan Hormon
GnRH
(Gonadotropin
releasing
hormone)
hipotalamus.
Testosteron dan inhibin mempengaruhi sekresi LH
dan FSH. Testosteron memiliki feedback negative
terhadap sekresi LH dalam dua cara: mengurangi
pelepasan GnRH oleh hipotalamus dan secara
langsung mengurangi produksi LH pada hipofisis. Maka, efek testosterone lebih
besar pada penghambatan pelepasan LH daripada FSH yang hanya dihambat oleh
inhibin secara langsung pada hipofisis.
TSH dan testosteron berperan dalam mengontrol spermatogenesis dengan
bekerja pada sel sertoli. Testosteron bekerja pada saat mitosis dan meiosis,
sedangkan FSH bekerja saat remodeling spermatid. Testosteron disintesis dari
kolesterol di testis. Karena merupakan hormon yang lipid-soluble, hormo in
ilangsung berdifusi keluar dari sel Leydig ke interstitial dan darah. Pada genitalia
eksterna dan prostat, testosteron diubah menjadi dihidrotestosteron (DHT).
Testosteron telah disekresi testis sejak fetus, menyebabkan maskulinisasi
sistem reproduksi, Namun setelah lahir, testis akan dorman hingga masa pubertas.
Masa pre-pubertas penting untuk mempersiapkan fisik untuk reproduksi. Selama
pre-pubertas, LH dan FSH tidak disekresi adekuat untuk menstimulasi aktivitas
testis. Selain itu, aktivitas GnRH juga diinhibisi selama pre-pubertas.
Pubertas (usia 8-12 tahun) dimulai dengan sekresi GnRH (banyak pada malam
hari), menyebabkan kenaikan level testosteron yang menyebabkan munculnya
karakteristik sex sekunder. Faktor yang menginisiasi pubertas belum diketahui
secara jelas. Beberapa teori mengarah pada peran hormon Melatonin yang
fungsi
utamanya
adalah
untuk
mempertahankan
sperma
dari
yang asam, karena sperma lebih aktif berada dalam lingkungan yang agak basa.
Juga terdapat secret yang memicu penggumpalan sperma. Kelenjar
bulbouretra
FISIOLOGI BERKEMIH
MIKSI (BERKEMIH)
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Proses ini terdiri dari dua langkah utama: (1) kandung kemih secara progresif
terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang, yang
kemudian mencetuskan langkah kedua; (2) timbul refleks saraf yang disebut
refleks miksi (Refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih
atau jika ini gagal setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk
berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis,
refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau
batang otak.
Anatomi Fisiologik dan Hubungan Saraf pada Kandung Kemih
Kandung kemih, yang diperlihatkan pada gambar 31-1, adalah ruangan
berdinding otot polos yang terdiri dari dua bagian besar: (1) badan (korpus),
merupakan bagian utama kandung kemih dimana urin berkumpul, dan (2) leher
(kollum), merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk corong, berjalan secara
inferior dan anterior ke dalam daerah segitiga urogenital dan berhubungan dengan
uretra. Bagian yang lebih rendah dari leher kandung kemih disebut uretra
posterior karena hubungannya dengan uretra.
Otot polos kandung kemih disebut otot destrusor. Serat-serat ototnya meluas
ke segala arah dan bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan dalam kandung
kemih menjadi 40 sampai 60 mmHg. Dengan demikian, kontraksi otot detrusor
adalah langkah terpenting untuk mengosongkan kandung kemih. Sel-sel otot polos
dari otot detrusor terangkai satu sama lain sehingga timbul aliran listrik
berhambatan rendah dari satu sel otot ke sel otot lain.
Pada dinding posterior kandung kemih, tepat dia atas bagian leher dari
kandung kemih, terdapat daerah segitiga kecil yang disebut trigonum. Trigonum
dapat dikenali dengan melihat mukosanya, yaitu lapisan dalam dari kandung
kemih, yang halus, berbeda dengan mukosa kandung kemih bagian lainnya, yang
berlipat-lipat membentuk rugae. Masing-masing ureter, pada saat memasuki
kandung kemih berjalan secara oblique melalui otot detrusor.
Persarafan Kandung Kemih
Persarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang berhubungan
dengan medula spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhubungan dengan
medula spinalis segmen S-2 dan S-3. Berjalan melalui nervus pelvikus ini adalah
serat saraf sensorik dan serat saraf motorik. Serat sensorik mendeteksi derajat
regangan pada dinding kandung kemih. Tanda-tanda regangan dari uretra posterior
bersifat sangat kuat dan terutama bertanggung jawab untuk mencetuskan refleks
yang menyebabkan pengosongan kandung kemih.
Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat parasimpatis.
Serat ini berakhir pada sel ganglion yang terletak dalam dinding kandung kemih.
Saraf postganglion pendek kemudian mempersarafi otot destrusor.
Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang penting untuk
fungsi kandung kemih, yang terpenting adalah serat otot lurik yang berjalan
melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus kandung kemih. Ini adalah
serat saraf somatik yang mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter.
Juga, kandung kemih menerima saraf simpatis melalui nervus hipogastrikus,
terutama berhubungan dengan segmen L-2 medula spinalis. Serat simpatis ini
mungkin terutama merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi
kontraksi kandung kemih. Beberapa serat saraf sensorik juga berjalan melalui
saraf simpatis dan mungkin penting dalam menimbulkan sensasi rasa penuh dan,
pada beberapa keadaan, rasa nyeri.
Transpor Urin dari Ginjal melalui Ureter dan Masuk ke dalam Kandung
Kemih
Urin mengalir ke kaliks renalis, kemudian meregangkan kaliks renalis dan
meningkatkan aktivitas pacemakernya, yang kemudian mencetuskan kontraksi
peristaltik yang menyebar ke pelvis renalis dan kemudian turun sepanjang ureter.
Dinding ureter terdiri dari otot polos dan dipersarafi oleh saraf simpatis dan
parasimpatis. Seperti halnya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi
peristaltik pada ureter ditingkatkan oleh perangsangan parasimpatis dan dihambat
oleh simpatis.
Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di daerah trigonum
kandung kemih. Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kandung kemih
cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik urin dari
kandung kemih waktu tekanan di kandung kemih meningkat selama berkemih
atau sewaktu terjadi kompresi kandung kemih.
kandugn kemih hanya terisi sebagian, kontraksi berkemih ini biasanya secara
spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot detrusor berhenti berkontraksi,
dan tekanan turun kembali. Karena kandung kemih terus terisi, refleks berkemih
menjadi bertambah sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusor lebih kuat.
Mekanisme refleks berkemih
FIMOSIS
Definisi:
Suatu kelainan dimana prepusium penis yang tidak dapat diretraksi(ditarik) ke
proksimal sampai ke korona glandis
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir krn terdapat adhesi
alamiah antara prepusium dgn glans penis(hanya 4% yg tdk)
Epidemiologi:
>> pd bayi/anak2 hingga usia 3 atau 4 thn
Sekitar 1% trjd pd usia 16-17 thn
Sebagian >> disertai tanda2 peradangan penis distal(apapun penyebabnya)
Klasifikasi:
1. Fimosis kongenital/fisiologi
Timbul sejak lahir
Merupakan kondisi normal pd anak2,bahkan s/d remaja
Saat lahir,kulit prepusium sll melekat erat pd galns penis&tdk dpt ditarikseiring
b++ usia (+ hormon&f.pertumbuhan)keratinisasi lap epitel&deskuamasi antara
glans penis&lap dlm prepusium(smegma mengumpul)kulit prepusium terpisah
dari glans penis
Ereksi penis yg tjd scr berkalaprepusium terdilatasi perlahan2prepusium jd
retraktil&dpt ditarik ke proksimal
Tapi dapat terjadi kegagalan prepusium utk melonggar dlm proses
pertumbuhanpatologik
2. Fimosis didapat/patologik
Etiologi:
1. kebersihan/higiene yg buruk
2. Peradangan kronik glans penis(balanitis)&kulit prepusiumbalanopostitis
3. Penarikan berlebihan kulit prepusium pd fimosis kongenital
Manifestasi klinis:
Ujung prepusium penis menggelembung krn tumpukan urin(balloning)
saat BAK
Sulit kencing
Air seni keluar tdk lancar,kdg menetes,kdg memancar dgn arah tdk
terduga(pancaran mengecil)
Kulit penis tdk dpt ditarik
Biasanya bayi menangis&mengejan saat BAK(krn nyeri)
Kdg dibawa ortu krn (+)korpus smegma
Dpt disertai demam
Iritasi pd penis
Diagnosis:
Anamnesis
Pf fisik
Talak :
1. Terapi konservatif
salep kortikoid(0,05-0,1%) 2x shri slm 20-30 hri
o Indikasi :anak usia 3 thn
o Kontra indikasi:bayi&anak yg msih pakai popok
salep deksametason 0,1% 3/4x slm 6 mgg
o Indikasi:fimosis yang disertai BXO
2. Sirkumsisi (dhn teknik dorsumsisi)
Indikasi:
Fimosis patologik
Fimosis dgn keluhan miksi
Fimosis dgn infeksi sal kemih bulang
Balloning kulit prepusium saat miksi
Komplikasi:
Nyeri
Retensi urin
Ballonitis
Infeksi sal kemih
Akumulasi sekret&smegma yg kemudian tkena infeksi sekunder(+)jar
parut
Diagnosis banding:
Parafimosis
Prognosis:
Prognosis
Akan semakin baik jika kondisi ini semakin dini dan cepat pula di diagnosis dan
di tangani
Komplikasi
Resiko terjadinya nekrosis
Gangren maupun hilangnya ujung penis
HIPOSPADIA
Definisi
Kelainan congenital dengan asosiasi tiga anomali penis:
1. abnormalitas letak meatus uretra yang dapat ditemukan di mana saja dari
aspek ventral glans hingga perineum.
2. abnormalitas dari kelengkungan penis (chordee) jadi penis angulasi ke ventral
3. tidak didapatkan prepusium ventral sehingga prepusium dorsal menjadi
berlebihan (dorsal hood)
Tapi Karakteristik kedua dan ketiga tidak selalu hadir dalam semua kasus
Klasifikasi
Derajat 1 : OUE terletak pada permukaan ventral glans penis dan atau
korona glans.
Pada derajat 2/3 dapat disertai angulasi penis ke arah penis (chordee penis)
Etiologi
Manifestasi Klinis
Tatalaksana (Operasi)
aspek normal
dari
genialia
eksterna
(kosmetik)
Pembedahan paling baik dilakukan pada usia prasekolah
Komplikasi
Striktur uretra
EPISPADIA
Definisi
Merupakan kelainan kongiental berupa tidak adanya dinding uretra bagian atas.
Kelainan ini terjadi pada laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering pada
laki-laki. Ditandain dengan terdapat nya lubang uretra di suatu tempat pada
permukaan dorsum penis
Etiologi
1.
Idiopatik.
2.
Manifestasi Klinis
Terdapat penis yg melengkung ke arah dorsal, tampak jelas pada saat ereksi
Terdapat chordae
Klasifikasi
Epispadi penis meatus uretra terletak di titik variabel antara kelenjar dan
simfisis pubis
Tatalaksana
Pemanjangan penis
Uretroplasti
disebut testis ektopik, dan yang terletak di jalur normal tetapi tidak didalam
skrotum dan dapat didorong masuk ke skrotum serta naik lagi bila dilepaskan
disebut pseudokritorkismus atau testis retraktil
Epidemiologi
Besar insidensi UDT berbeda pada tiap-tiap umur. Bayi baru lahir (3 6%), satu
bulan (1,8%), 3 bulan (1,5%), Satu tahun (0,5 0,8%). Bayi lahir cukup bulan 3%
diantaranya kriptorkismus, sedang lahir kurang bulan sekitar 33% . Pada berat
badan bayi lahir (BBL) dibawah 2000 gram insidensi UDT 7,7% BBL 2000-2500
(2,5%), dan BBL diatas 2500 (1,41%) Insidensi kriptorkismus unilateral lebih
tinggi dibanding kriptorkismus bilateral. Sedang insidensi sisi kiri lebih besar (kiri
52,1% vs kanan 47,9%). Di Inggris, insidensinya meningkat lebih dari 50% pada
kurun waktu 1965 1985. di FKUI RSUPCM kurun waktu 1987 1993
terdapat 82 anak kriptorkismus, sedang di FKUSU RSUP. Adam Malik Medan
kurun waktu 1994 1999 terdapat 15 kasus.
Etiologi
Penyebab pasti kriptorkismus belum jelas. Beberapa hal yang berhubungan
adalah
Patogenesis
Skrotum adalah regulator suhu yang efektif untuk testis, dimana suhu
dipertahankan sekitat 1 derajat Celsius (1,8 derajat Fahrenheit) lebih dingin
dibanding core body temperature. Sel spermatogenesis sangat sensitif terhadap
temperatur badan. Mininberg, Rodger dan Bedford (1982) mempelajari
ultrastruktur kriptorkismus dan mendapatkan perubahan pada kurun satu tahun
kehidupan. Pada umur 4 tahun didapatkan deposit kolagen masif. Kesimpulan
mereka adalah testis harus di skrotum pada umur 1 tahun
Penelitian biopsi testis kriptorkismus menunjukkan bukti yang mengagetkan
dimana epitel germinativum dalam testis tetap dalam ukuran normal untuk 2 tahun
pertama kehidupan. Sementara umur 4 tahun terdapat penurunan spermatogonia
sekitar 75 % sehingga menjadi subfertil / infertil
Setelah umur 6 tahun tampak perubahan nyata. Diameter tubulus seminiferus
: 40%
2. Intrakanalikuli (inguinal)
: 20 %
3. Intraabdominal (abdomen)
: 10 %
4. Terobstruksi
: 30%
Ada juga yang membagi lokasi sebagai berikut : (1) intraabdominal (2) Inguinal
(3) Preskrotal (4) Skrotal (5) Retraktil
Major, 1974 membagi kriptorkismus (dalam pengertian umum) membagi menjadi
1.
eksternus.
b. The Pendulant testicle (Lower Retractile Type)
Testis bergerak bolak-balik antar bagian terbawah skrotum dan anulus inguinalis
eksternus.
Diagnosis
Anamnesis
Diagnosis UDT dapat dibuat oleh orangtua anak atau dokter pemeriksa pertama.
Umumnya diawali orangtua membawa anak ke dokter dengan keluhan skrotum
anaknya kecil. Dan bila disertai dengan hernia inguinalis akan dijumpai
pembengkakan atau nyeri berulang pada skrotum. Anamnesis ditanyakan :
1. Pernahkah testis diperiksa, diraba sebelumnya di skrotum.
2. Ada tidaknya kelainan kongenital yang lain, seperti hipospadia, interseks,
prunne belly syndroma, dan kelainan endokrin lain
3. Ada tidaknya riwayat UDT dalam keluarga
Tanda kardinal UDT ialah tidak adanya satu atau dua testis dalam skrotum. Pasien
dapat mengeluh nyeri testis karena trauma, misal testis terletak di atas simpisis
ossis pubis. Pada dewasa keluhan UDT sering dihubungkan dengan infertilitas
Pemeriksaan Fisik
1. Penentuan lokasi testis
Beberapa posisi anak saat diperiksa : supine, squatting, sitting . Pemeriksaan
testis harus dilakukan dengan tangan hangat. Pada posisi duduk dengan tungkai
dilipat atau keadaan relaks pada posisi tidur. Kemudian testis diraba dari inguinal
ke arah skrotum dengan cara milking. Bisa juga dengan satu tangan di skrotum
sedangkan tangan yang lain memeriksa mulai dari daerah spina iliaka anterior
superior menyusuri inguinal sampai kantong skrotum. Hal ini mencegah testis
retraksi karena pada anak refleks muskulus kremaster cukup aktif yang
menyebabkan testis bergerak ke atas / retraktil sehingga menyulitkan penilaian.
Penentuan posisi anatomis testis sangat penting sebelum terapi karena
berhubungan dengan keberhasilan terapi. Testis retraksi tidak perlu terapi. Testis
yang retraktil sudah turun saat lahir, tetapi pada pemeriksaan tidak ditemukan di
dalam skrotum kecuali anak relaks.
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan bila testis impalpable atau meragukan beberapa modalitas penunjang
diperlukan.
1. Ultrasonografi (USG)
2. Merupakan modalitas pertama dalam menegakkan kriptorkismus.
Alasan :
a. Sekitar
b.
c.
d.
e.
72%
kriptorkismus
terletak
intrakanalikuler
sehingga
2. MRI
Dapat mendeteksi degenerasi maligna pada kriptorkismus. Kelemahannya loop
usus dan limfonodi dapat menyerupai kriptorkismus
3. Angiografi
Akurat tetapi invasif sehingga tidak disukai. Venografi Gadolium dengan MRI
lebih akurat dibanding MRI tunggal
Penanganan
Tujuan dari penanganan UDT adalah :
1. Meningkatkan vertilitas
2. Mencegah torsio testis
3. Mengurangi resiko cidera khususnya bila testis terletak di tuberkulum
pubik
4. Mengkoreksi kelainan lain yang menyertai, seperti hernia
5. Mencegah / deteksi awal dari keganasan testis
6. Membentuk body image
Terapi non Bedah
Berupa terapi hormonal. Terapi ini dipilih untuk UDT bilateral palpabel inguinal.
Tidak diberikan pada UDT unilateral letak tinggi atau intraabdomen. Efek terapi
berupa peningkatan rugositas skrotum, ukuran testis, vas deferens, memperbaiki
suplay darah, dan diduga meningkatkan ukuran dan panjang vasa funikulus
spermatikus, serta menimbulkan efek kontraksi otot polos gubernakulum untuk
membantu turunnya testis. Dianjurkan sebelum anak usia 2 tahun, sebaiknya
bulan 10 24. Di FKUI terapi setelah usia 9 bulan karena hampir tidak dapat lagi
terjadi penurunan spontan.
Hormon yang diberikan :
a. HCG
Hormon ini akan merangsang sel Leydig menproduksi testosteron. Dosis :
Menurut Mosier (1984) : 1000 4000 IU, 3 kali seminggu selama 3 minggu.
Garagorri (1982) : 500 -1500 IU, intramuskuler, 9 kali selang sehari. Ahli lain
memberikan 3300 IU, 3 kali selang sehari untuk UDT unilateral dan 500 IU 20
kali dengan 3 kali seminggu. Injeksi HCH tidak boleh diberikan tiap hari untuk
mencegah desensitisasi sel Leydig terhadap HCG yang akan menyebabkan
steroidogenic refractoriness.
Hindari dosis tinggi karena menyebabkan efek refrakter testis terhadap HCG,
udem interstisial testis, gangguan tubulus dan efek toksis testis. Kadar testosteron
diperiksa pre dan post unjeksi, bila belum ada respon dapat diulang 6 bulan
berikutnya. Kontraindikasi HCG ialah UDT dengan hernia, pasca operasi hernia,
orchydopexy, dan testis ektopik. Miller (16) memberikan HCG pada pasien
sekaligus untuk membedakan antara UDT dan testis retraktil. Hasilnya 20% UDT
dapat diturunkan sampai posisi normal, dan 58% retraktil testis dapat normal.
b. LHRH
Dosis 3 x 400 ug intranasal, selama 4 minggu. Akan menurunkan testis secara
komplet sebesar 30 64 %.
c. HCG kombinasi LHRH
Dosis : LHRH 3 x 400 ug, intranasal, 4 minggu . Dilanjutkan HCG intramuskuler
5 kali pemberian selang sehari. Usia kurang 2 tahun : 5 x 250 ug, 3 -5 tahun : 5 x
Evaluasi terapi.
Berdasar waktu : akhir injeksi, 1 bulan, 3 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.
Berdasar posisi : respon komplet bila testis berada di skrotum, sedang respon
inkomplet bila testis posisi inguinal rendah Efek samping bersifat reversibel.
Ujud kelainan berupa bertambah ukuran testis, pembesaran penis, ereksi,
meningkatnya rugositas skrotum, tumbuhnya rambut pubis hiperpigmentasi dan
gangguan emosi
Terapi Bedah
Tujuan pembedahan adalah memobilisasi testis, adequatnya suplay vasa
spermatika, fiksasi testis yang adequat ke skrotum, dan operasi kelainan yang
menyertainya seperti hernia.
Indikasi pembedahan :
1. Terapi hormonal gagal
2. Terjadi hernia yang potensial menimbulkan komplikasi
3. Dicurigai torsio testis
4. Lokasi intraabdominal atau di atas kanalis inguinalis.
5. Testis ektopik
Tahapan :satu tahap atau 2 tahap tergantung vasa spermatika apakah panjang atau
pendek.
Tekinik operasi pada UDT :
Orchydopexy Standar
Prinsip dari orchidopexy meliputi 3 tahap
1. Funikulolisis
Adalah pelepasan funikulus spermatikus dari musculus kremester dan
memungkinkan dapat memperpanjang ukurannya. Vasa testicularis di bebaskan
sejauh mungkin ke retroperitoneal dan dimobilisasi lebih ke medial yang akan
meluruskan dan memperpanjang vasa. Terdapat kesulitan ketika memobilisasi
vasa diatas vasa iliaca komunis
Beberapa metode yang digunakan untuk menurunkan testis ke skrotum antara lain
Ombredonne, Bevas, Torek, Cobot Nesbit, Longord, Gersung, Denis Browne.
George Major menolak metode Mauclain (menurunkan testis ke kontralateral),
juga tidak setuju UDT bilateral dikerjakan sekaligus dalam satu tahap oleh karena
ancaman infeksi dari kesulitan fiksasi pada septum skrotum
Funikulolisis dikerjakan melalui insisi inguinal tinggi dan testis diturunkan
dengan bantuan tarikan tali (benang) transcrotal ke paha Bila pasien UDT disertai
hernia inguinalis, kantung hernia kanan dibebaskan dari ligasi seproximal
mungkin, kantong vaginalis propria pada testis dan epidedimis dipertahankan,
karena serosa yang membungkus testis itu penting bagi spermatogenesis.
Teknik funikulolisis menurut Beran (1903) memotong vasa testis bila vasa
tersebut sangat pendek dan diharapkan vaskularisasi yang adequat dari vasa vas
defferens. Tetapi teknik ini kurang bagus dengan alasan maturasi normal
memerlukan suplay vaskuler yang optimal.
Teknik operasi orchydopexy standar
anulus
inguinal
eksternus
dengan
hati-hati
untuk
epigastrika inferior
bila belum cukup panjang untuk memungkinkan testis ke skrotum tanpa
tegang, vasa epigastrika inferior dipotong, sehingga funikulus spermatikus
dapat digeser lebih ke medial. Bila hal ini belum dapat panjang berarti
Bagian skrotum yang akan ditempati testis telah kosong dan menjadi lebih kecil
dibanding ukuran normal. Regangkan dinding skrotum dengan diseksi jari-jari
sehingga menciptakan suatu ruangan. Traksi ditempatkan pada gubernakulum
Testis yang telah bebas dan funikulus spermatikusnya cukup panjang, ditempatkan
pada skrotum, bukan ditarik ke skrotum.
3. fiksasi testis dalam skrotum
Adalah hal prinsip bahwa testis berada di skrotum bukan karena tarikan dan testis
tetap berada di habitat barunya, sehingga menjadi kurang tepat bila keberadaan
testis di skrotum itu karena tarikan dan fiksasi testis.
Fiksasi testis tetap diperlukan.
Kejadian torsio meningkat pada UDT, diduga dipengaruhi oleh dimensi testis
yang bertambah sesuai volume testis. Juga dipengaruhi abnormalitas jaringan
penyangga testis sehingga testis lebih mobil
3. Trauma testis
Testis yang terletak di superfisial tuberkulum pubik sering terkena trauma
4. Keganasan
Insiden tumor testis pada populasi normal 1 : 100.000, dan pada UDT 1 : 2550.
Testis yang mengalami UDT pada dekade 3-4 menpunyai kemungkinan
keganasan 35-48 kali lebih besar . UDT intraabdominal 6 kali lebih besar terjadi
keganasan dibanding letak intrakanalikuler. Jenis neoplasma pada umumnya ialah
seminoma. Jenis ini jarang muncul sebelum usia 10 tahun. Karena alasan ini maka
ada pendapat yang mengatakan UDT usia diatas 10 tahun lebih baik dilakukan
orchydectomy dibandingkan orchydopexy(4). Menurut Gilbert & Hamilton sekitar
0,2 0,4 % testis ektopik menjadi ganas. Sedang testis dystopik angka
keganasannya 8-15%. Campbell menyebut 0,23% untuk ektopik testis dan 11%
untuk dystopik testis. Sementara UDT intrabdominal keganasan 5% dan inguinal
1,2%.
5. Infertilitas
Penyebabnya ialah gangguan antara germ cell . Infertilitas UDT bilateral 90%,
sedang UDT unilateral 50% (2). Lipschultz, 1976 menunjukkan adanya
spermatogenesis yang abnormal post orchydopexy pada laki-laki umur 21-35
tahun UDT unilateral. Dan menduga bahwa ada abnormalitas bilateral testis pada
UDT unilateral
6. Psikologis
Timbul perasaan rendah diri fisik atau seksual akibat body image yang muncul.
Biasanya terjadi saat menginjak usia remaja (adoloscence) orang tua biasanya
TESTIS MALDESENSUS
Pada masa janin, testis berada di rongga abdomen dan beberapa saat sebelum bayi
dilahirkan, testis mengalami desensus testikulorum atau turun ke dalam kantung
skrotum. Diduga ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan testis ke
dalam skrotum, antara lain: (1) adanya tarikan dari gubernakulum testis dan
refleks dari otot kremaster, (2) perbedaan pertumbuhan gubernakulum dengan
pertumbuhan badan, dan (3) dorongan dari tekanan intraabdominal.
Oleh karena sesuatu hal, proses desensus testikulorum tidak berjalan dengan baik
sehingga testis tidak berada di dalam kantong skrotum (maldesensus). Dalam hal
ini mungkin testis tidak mampu mencapai skrotum tetapi masih berada pada
jalurnya yang normal, keadaan ini disebut kriptorkismus, atau pada proses
desensus, testis tersesat (keluar) dari jalurnya yang normal, keadaan ini disebut
sebagai testis ektopik.
Testis yang belum turun ke kantung skrotum dan masih berada dijalurnya
mungkin terletak di kanalis inguinalis atau di rongga abdomen yaitu terletak di
antara fossa renalis dan anulus inguinalis internus. Testis ektopik mungkin berada
di perineal, di luar kanalis inguinalis yaitu diantara aponeurosis obligus eksternus
dan jaringan subkutan, suprapubik, atau di regio femoral.
Epidemiologi
Angka kejadian kriptorkismus pada bayi prematur kurang lebih 30% yaitu 10 kali
lebih banyak daripada bayi cukup bulan (3%). Dengan bertambahnya usia, testis
mengalami desensus secara spontan, sehingga pada saat usia 1 tahun, angka
kejadian kriptorkismus tinggal 0,7 0,9 %. Setelah usia 1 tahun, testis yang
letaknya abnormal jarang dapat mengalami desensus testis secara spontan.
Etiologi
Testis maldesensus dapat terjadi karena adanya kelainan pada (1) gubernakulum
testis, (2) kelainan intrinsik testis, atau (3) defisiensi hormon gonadotropin yang
memacu proses desensus testis.
Suhu di dalam rongga abdomen 10C lebih tinggi daripada suhu di dalam
skrotum, sehingga testis abdominal selalu mendapatkan suhu yang lebih tinggi
daripada testis normal; hal ini mengakibatkan kerusakan sel-sel epitel germinal
testis. Pada usia 2 tahun, sebanyak 1/5 bagian dari sel-sel germinal testis telah
mengalami kerusakan, sedangkan pada usia 3 tahun hanya 1/3 sel-sel germinal
yang masih normal. Kerusakan ini makin lama makin progresif dan akhirnya testis
menjadi mengecil.
Karena sel-sel Leydig sebagai penghasil hormon androgen tidak ikut rusak, maka
potensi seksual tidak mengalami gangguan.
Akibat lain yang ditimbulkan dari letak testis yang tidak berada di skrotum adalah
mudah terpluntir (torsio), mudah terkena trauma, dan lebih mudah mengalami
degenerasi maligna.
Gambar 9-1. Letak testis maldesensus. Gambar di sebelah kanan adalah beberapa
letak testis kriptorkismus yaitu 1. Testis retraktil, 2. Inguinal, dan 3. Abdominal,
sedangkan gambar di sebelah kiri menunjukkan testis ektopik, antara lain: 4.
Inguinal superfisial, 5. Penil, 6. Femoral
Gambaran klinis
Pasien biasanya dibawa berobat ke dokter karena orang tuanya tidak menjumpai
testis di kantong skrotum, sedangkan pasien dewasa mengeluh karena infertilitas
yaitu belum mempunyai anak setelah kawin beberapa tahun. Kadang-kadang
merasa ada benjolan di perut bagian bawah yang disebabkan testis maldesensus
mengalami trauma, mengalami torsio, atau berubah menjadi tumor testis.
Inspeksi pada regio skrotum terlihat hipoplasia kulit skrotum karena tidak pernah
ditempati oleh testis. Pada palpasi, testis tidak teraba di kantung skrotum
melainkan berada di inguinal atau di tempat lain. Pada saat melakukan palpasi
untuk mencari keberadaan testis, jari tangan pemeriksa harus dalam keadaan
hangat.
Jika kedua buah testis tidak diketahui tempatnya, harus dibedakan dengan
anorkismus bilateral (tidak mempunyai testis). Untuk itu perlu dilakukan
pemeriksaan hormonal antara lain hormon testosteron, kemudian dilakukan uji
dengan pemberian hormon hCG (human chorionic gonadotropin).
Keberadaan testis sering kali sulit untuk ditentukan, apalagi testis yang letaknya
intraabdominal dan pada pasien yang gemuk. Untuk itu diperlukan bantuan
beberapa sarana penunjang, di antaranya adalah flebografi selektif atau diagnostik
laparoskopi.
Pemakaian ultrasonografi untuk mencari letak testis sering kali tidak banyak
manfaatnya sehingga jarang dikerjakan. Pemeriksaan flebografi selektif adalah
usaha untuk mencari keberadaan testis secara tidak langsung, yaitu dengan
mencari keberadaan pleksus Pampiniformis. Jika tidak didapatkan pleksus
pampiniformis kemungkinan testis memang tidak pernah ada.
Melalui laparoskopi dicari keberadaan testis mulai dari dari fossa renalis hingga
anulus inguinalis internus, dan tentunya laparoskopi ini lebih dianjurkan daripada
melakukan eksplorasi melalui pembedahan terbuka..
Diagnosis Banding
Selain itu maldesensus testis perlu dibedakan dengan anorkismus yaitu testis
memang tidak ada. Hal ini bisa terjadi secara kongenital memang tidak terbentuk
testis atau testis yang mengalami atrofi akibat torsio in utero atau torsio pada saat
neonatus.
Tatalaksana
Medikamentosa
Operasi
torsio testis, (4) melakukan koreksi hernia, dan (5) secara psikologis mencegah
terjadinya rasa rendah diri karena tidak mempunyai testis.
HIDROKEL
Definisi
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis
dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di
dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi
dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.
Epidemiologi
Mayoritas pada bayi atau sangat umum di jumpai pada neonatus. Biasanya
berkembang
selama
minggu
kehamilan. Di Amerika
Serikat Hidrokel
diperkirakan mempengaruhi 1% dari pria dewasa. Lebih dari 80% dari anak lakilaki yang baru lahir memiliki prosesus vaginalis paten, tapi yang paling dekat
secara spontan dalam waktu 18 bulan. Insiden hidrokel meningkat dengan tingkat
peningkatan survival bayi prematur dan dengan meningkatnya penggunaan rongga
peritoneal untuk ventriculoperitoneal (VP) shunts, dialisis, dan transplantasi
ginjal. Hydroceles Kebanyakan kongenital dan dicatat pada anak usia 1-2 tahun.
Kronis atau hydroceles sekunder biasanya terjadi pada pria yang lebih tua dari 40
tahun.
Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena belum
sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosesus vaginalis atau belum sempurnanya sistem limfatik di
daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. Pada bayi laki-laki
hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu,
testis turun dari rongga perut bayi ke dalam skrotum, dimana setiap testis ada
kantong yang mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis
tersebut.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder.
Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau
epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan
di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau
trauma pada testis atau epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi
cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di
dalam funikulus spermatikus.
Klasifikasi
Berdasarkan kapan terjadinya, yaitu :
Hidrokel primer
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus
vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum
embrionik yang melintasi kanalis inguinalis dan membentuk tunika
vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan terapi karena dengan
sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam tunika akan
diabsorpsi.
Hidrokel sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat
dalam suatu masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar
limfe. Dapat disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini
dapat karena radang atau karena suatu proses neoplastik. Radang lapisan
mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya produksi cairan
berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah yang cukup oleh
saluran limfe dalam lapisan luar tunika.
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi Skrotum akan tampak lebih besar dari yang lain. Palpasi pada
skrotum yang hidrokel terasa ada fluktuasi, dan relatif kenyal atau lunak
tergantung pada tegangan di dalam hidrokel, permukaan biasanya halus. Palpasi
hidrokel seperti balon yang berisi air. Bila jumlah cairan minimum, testis relatif
mudah diraba. Sedangkan bila cairan minimum, testis relatif mudah diraba. Juga
penting dilakukan palpasi korda spermatikus di atas insersi tunika vaginalis.
Pembengkakan kistik karena hernia atau hidrokel serta padat karena tumor.
Normalnya korda spermatikus tidak terdapat penonjolan, yang membedakannya
dengan hernia skrotalis yang kadang-kadang transiluminasinya juga positif. Pada
Auskultasi dilakukan untuk mengetahui adanya bising usus untuk menyingkirkan
adanya hernia.
Langkah diagnostik yang paling penting adalah transiluminasi massa hidrokel
dengan cahaya di dalam ruang gelap. Sumber cahaya diletakkan pada sisi
pembesaran skrotum.Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia, penebalan tunika
vaginalis dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai
bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti
hidrokel. Hidrokel berisi cairan jernih, straw-colored dan mentransiluminasi
(meneruskan) berkas cahaya.
Hidrokel biasanya menutupi seluruh bagian dari testis.Jika hidrokel muncul
antar 18 35 tahun harus dilakukan aspirasi. Massa kistik yang terpisah dan
berada di pool atas testis dicurigai spermatokel. Pada aspirasi akan didapatkan
cairan kuning dari massa skortum. Berbeda dengan spermatokel, akan didapatkan
cairan berwarna putih, opalescent dan mengandung spermatozoa.
Pemeriksaan Penunjang
6. Tumor Testis
Keganasan pada pria terbanyak usia antara 15-35 tahun.
Gambaran klinis :
a. Anamnesa :
- Keluhan adanya pembesaran testis yang tidak nyeri.
- Terasa berat pada kantong skrotum
b. Pemeriksaan Fisik :
- Benjolan pada testis yang padat, keras, tidak nyeri pada palpasi.
- Transiluminasi (-)
Terapi
Hidrokel biasanya tidak berbahaya dan pengobatan biasanya baru dilakukan
jika penderita sudah merasa terganggu atau merasa tidak nyaman atau jika
melakukanherniografi.
Pada
hidrokel
testis
dewasa
dilakukan
Teknik Operasi
Secara singkat tehnik dari hidrokelektomi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Komplikasi
Hidrokel dapat mempengaruhi pasokan darah testis. Jika pasokan darah testis
kurang maka akan terjadi Iskemia yang dapat menyebabkan penurunan
kesuburan. Perdarahan ke dalam hidrokel dapat menyebabkan trauma testis.
Hidrokel menetap atau berhubungan dengan rongga peritoneum dapat
menyebabkan terjadinya Hernia Inguinalis. Pada saat bedah dapat terjadi
komplikasi sebagai berikut, cedera ke vas deferens saat operasi ingunal, 2% pasca
operasi dapat terjadi luka, hemoragik pasca operasi, cedera langsung ke pembuluh
spermatika
1. Kompresi pada peredaran darah testis
2. Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan
hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis
sehingga menimbulkan atrofi testis.
3. Perdarahan yang disebabkan karena trauma dan aspirasi.
4. Sekunder Infeksi.
Prognosis
Prognosis untuk hidrokel kongenital sangat baik. Sebagian besar kasus bawaan
menyelesaikan pada akhir tahun pertama kehidupan. Persistent hidrokel
kongenital adalah mudah diperbaiki melalui pembedahan. Prognosis hidrokel
menyajikan kemudian dalam kehidupan tergantung pada etiologi dari hidrokel
tersebut. Dewasa-onset hidrokel ini tidak jarang dikaitkan dengan keganasan yang
mendasarinya.
TESTIS RETRAKTIL
Disebut juga testis yang hypermobile, adalah testis yang telah turun ke
skrotum tetapi dapat berbalik lagi ke atas dengan mudah, yaitu ke arah
selangkangan di dalam kanalis inguinalis. Untuk kebanyakan anak laki-laki,
masalah testis retraktil kadang-kadang akan hilang sebelum atau selama pubertas,
yakni waktu ketika testis keluar/pindah tempat ke lokasi yang benar di skrotum
dan tinggal di sana secara permanen. Sekitar seperempat waktu, testis retraktil
tetap di pangkal paha dan tidak lagi bergerak. Ketika ini terjadi, kondisi ini
disebut testis menaik.
Gejala
Testis terbentuk di perut selama perkembangan janin. Selama bulan-bulan
terakhir pertumbuhan, testis secara bertahap turun ke dalam skrotum. Jika anak
anda memiliki testis retraktil, testis awalnya turun sebagaimana mestinya, tetapi
kemudian tidak tinggal di tempat.
Tanda dan gejala dari testis retraktil meliputi:
sementara waktu.
Testis dapat menghilang lagi secara spontan untuk sementara waktu.
Gerakan testis hampir selalu terjadi tanpa rasa sakit atau tidaknyaman.
Oleh karena itu, testis retraktil ketahuan hanya bila ketika tidak lagi terlihat atau
terasa dalam skrotum. Posisi satu testis biasanya lebih independen dari posisi yang
lain. Misalnya, anak laki-laki mungkin memiliki satu testis normal dan satu testis
retraktil. Testis retraktil berbeda dari testis yang tidak turun (kriptorkismus). Testis
yang tidak turun adalah kondisi salah satu testis yang tidak pernah masuk
skrotum. Jika dokter mencoba untuk memandu sebuah testis yang tidak turun, itu
akan menimbulkan rasa tidak nyaman atau nyeri.
Penyebab
Otot yang terlalu aktif menyebabkan testis menjadi testis retraktil. Otot
cremaster adalah kantong tipis-seperti otot di mana testis terletak. Ketika otot
cremaster berkontraksi, hal tersebut akan menarik testis ke atas ke arah tubuh.
Tugas utama dari otot cremaster adalah untuk mengontrol suhu testis. Agar testis
dapat tumbuh dan berfungsi dengan baik, diperlukan suhu yang sedikit lebih
dingin dari suhu tubuh normal. Ketika lingkungan hangat, otot cremaster akan
santai, ketika lingkungan dingin, otot berkontraksi dan menarik testis menuju
Kabel spermatika yang pendek. Setiap testikel melekat pada ujung kabel
spermatika, yang memanjang ke bawah dari pangkal paha dan ke dalam
skrotum. Saluran pembuluh darah, saraf, dan saluran yang membawa
sperma dari testis ke penis. Jika pertumbuhan korda spermatika tidak
mengimbangi pertumbuhan tubuh lainnya, maka kabel spermatika yang
Komplikasi
Testis ditarik tidak menimbulkan rasa sakit, hanya terdapat risiko yang
lebih besar dari testis ditarik menjadi testis menaik.
Terapi & Obat
Kondisi testis ditarik kemungkinan akan turun sendiri sebelum atau selama
masa pubertas. Jika anak memiliki testis yang tertarik, dokter anak akan
memonitor setiap perubahan posisi testis dalam evaluasi tahunan untuk
menentukan apakah testis tetap dalam skrotum, tetap tertarik atau posisinya naik.
Jika testis telah naik - tidak lagi bergerak dengan tangan - atau jika masih dalam
kondisi tertarik pada usia 14, dokter anak dapat merekomendasikan pengobatan
untuk memindahkan testis secara permanen ke dalam skrotum. Perawatan yang
mungkin dilakukan termasuk:
Remaja laki-laki dan laki-laki yang memiliki perawatan untuk mengoreksi testis
menaik atau retraktil harus memantau posisi testis untuk memastikan tidak naik di
lain waktu.
Gaya hidup & perawatan di rumah
Periksa posisi testis secara teratur selama mengganti popok anak atau pada