ANYANG-ANYANGAN
Seorang perempuan muda, usia 23 tahun, menikah, datang ke dokter puskesmas
dengan keluhan nyeri saat buang air kecil dan anyang-anyangan berulang. Keluhan ini
dirasakan sejak dua hari yang lalu. Dalam pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan
kecuali nyeri tekan supra pubik. Pada pemeriksaan mikroskopis urin didapatkan
peningkatan leukosit. Kemudian pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan
kultur urin.
Permasalahan
1. Mengapa leukosit meningkat dan urin keruh ?
Dikarenakan adanya peradangan. Urin keruh akibat bakteri yang
mengendap di urin.
2. Mengapa pasien nyeri pada saat buang air kecil ?
Karena urin melewati bagian yang terkena inflamasi
3. Apakah factor resiko penyakit ini ?
Wanita lebih mudah terkena isk kareana posisi anatomi uretra dekat
dengan rektum
4. Mengapa nyeri tekan di supra pubic ?
Karena ada perdangan di vesika urinaria
5. Mengapa harus kultur urin ? pemeriksaan lain ?
Karena kultur urin adalah gold standart, pemeriksaan lain bisa dengan
urinalisis
6. Apa diagnosis penyakit ini ?
Infeksi saluran kemih bawah
7. Apakah penyakit ini menular ?
Bisa menular melalui hubungan seksual
8. Apa penyebab utama penyakit ini ?
Bakteri : E.coli dan S.aureus
9. Bagaimana pandangan islam tentang berkemih ?
Sucikan sampai warna dan bau hilang
10. Bagaimanakah penatalaksaan penyakit ini
ISK atas : antibiotic intravena
ISK bawah : antibiotic oral
11. Apakah komplikasi penyakit ini ?
Gagal ginjal
12. Bagaimana cara mencegah penyakit ini ?
Penggantian kateter dengan teratur dan jaga kebrsihan uretra
Hipotesis
Seorang pasien datang dengan keluhan nyeri saat buang air kecil dan nyeri di
supra pubic. Dokter menganjurkan untuk melakukan kultur urin dan urinalisis. Dari
pemeriksaan didapatkan leukosit meningkat dan ditemukan bakteri E.coli dan
S.aureus. Pasien di diagnosis infeksi saluran kemih bawah. Penyakit ini bisa di obati
dengan pemberian antibiotic oral. Wanita menjadi factor resiko dari penyakit ini
disebabkan letak uretra dan rectum yang berdekatan, maka dari itu penyakit ini dapat
menular melalui hubungan seksual. Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga
kebersihan uretra mengganti penggunaan kateter dengan teratur menyucikan urin
sampai warna dan bau hilang.
SASARAN BELAJAR
LI 1.
LI 2.
LI 3.
LI 5.
Sumber :www.inkontinenz.bbraun.de
Perdarahan Vesica Urinaria
Berasal dari Aa.Vesicalis superior dan A.vesicalis inferior cabang dari A.iliaca
interna, sedangkan pembuluh baliknya melalui V.vesicalis menyatu disekeliling VU
membentuk plexus dan akan bermuara ke V.iliaca interna .
Persarafan Vesica Urinaria
VU dipersarafi oleh cabang-cabang plexus hypogastricus inferior yaitu :
a. Serabut-serabut post ganglioner simpatis glandula para vertebralis L1-2
b. Serabut-serabut preganglioner parasimpatis N.S2,3,4 melalui N.splancnicus
dan plexus hypogastricus inferior mencapai dinding vesica urinaria.
Saraf simpatis menghambat kontraksi musculus detrusor vesicae dan merangsang
penutupan musculus sphincter vesicae. Saraf parasimpatis merangsang kontraksi
musculus detrusor vesicae dan menghambat kerja musculus sphincter vesicae.
B. Urethra
Urethra masculina
Urethra feminina
Panjang urethra feminina + 3,8 cm. Urethra terbentang dari collum vesicae urinaria
sampai ostium urethrae externum yang bermuara ke dalam vestibulum sekitar 2,5 cm
distal dari clitoris. Urethra menembus musculus sphinter urethrae dan terletak tepat di
depan vagina. Di samping ostium urethrae externum, terdapat muara kecil dari ductus
glandula paraurethralis. Urethra dapat dilebarkan dengan mudah.
Arteria dorsalis penis dan arteria bulbourethralis yang merupakan cabang dari
arteria pudenda interna.
Persarafan Urethra
Persarafan urethra diurus oleh nervus dorsalis penis yang merupakan cabangcabang dari nervus pudendus.
LO 1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Saluran Kemih Bawah
A. Vesika Urinaria
Tunika mukosa VU dilapisi oleh epitel transisional dengan ketebalan 56 lapisan, namun pada saat sel meregang menjadi 2-3 lapisan. Pada permukaan sel
dapat ditemukan sel payung. Tunika muskularisnya terdiri dari 3 lapisan otot yaitu
bagian luar terdapat otot polos tersusun secara longitudinal, bagian tengan terdapat
otot polos tersusun secara sirkular dan bagian dalam tersusun otot polos tersusun
secara longitudinal.
Sumber:www.wikiskripta.eu
B. Urethra
- Uretra Wanita
Dilapisi oleh
epiter berlapis gepeng
dan terkadang ada
yang dilapisi oleh
epitel
bertingkat
toraks.
Ditengahtengah uretra terdapat
sfingter eksterna /
muscular bercorak.
- Uretra Pria
Pada pars prostatica
dilapisi oleh epitel
transisional. Pada pars membranaceae dilapisi oleh epitel bertingkat
toraks. Pada pars spongiosa umumnya dilapisi oleh epitel bertingkat
torak namun diberbagai tempat terdapat epitel berlapis gepeng.
8
Kandung kemih harus memiliki kapasitas penyimpanan yang cukup, sehingga urin
tidak perlu terus menerus dikeluarkan.
Otot polos kandung kemih banyak mendapatkan persarafan parasimpatis, yang apabila
dirangsang akan menyebabkan kontraksi kandung kemih. Ketika m.detrussor vesicae
berkontraksi terjadi perangsangan urin.
Pintu keluar kandung kemih dijaga 2 sfingter:
Sfingter uretra interna, terdiri dari otot polos dan berada di bawah kontrol
involunter. Sewaktu kandung kemih melemas/ rileks, susunan anatomis uretra
interna menutupi pintu keluar kandung kemih.
Sfingter uretra eksterna, diperkuat seluruh diafragma pelvis, dipersarafi neuron
motorik, di bawah kesadaran karena merupakan otot rangka. Dapat dengan
sengaja dikontraksikan untuk mencegah pengeluaran urin sewaktu kandung
kemih kontraksi & sfingter uretra interna terbuka.
Daya tampung kandung kemih berkisar 250-400ml, semakin banyak terisi urin
maka volume di dalam kandung kemih juga semakin besar dan semakin besar pula
tingkat pengaktifan reseptor regang.
Aktivasi reseptor regangke serat-serat aferenkorda spinalisantar
neuronrangsang parasimpatishambat neuron motorik yang persarafi sfingter
eksterna, kedua sfingter terbuka dan urin terdorong keluar menuju uretra karena gaya
kontraksi kandung kemih.
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Infeksi Saluran Kemih
LO 3.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Infeksi Saluran Kemih
Mikroorganisme
Persentase biakan
(%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Escherichia coli
Klebsiela sp. atau Enterobacter sp.
Proteus sp.
Pseudomonas aeroginosa
Staphylococcus epidermidis
Enterococci sp.
Candida albicans
Staphylococcus aureus
50-90
10-40
5-10
2-10
2-10
2-10
1-2
1-2
A. Enterobacteriacea
Enterobacteriaceae adalah kuman yang hidup diusus besar manusia dan
hewan, tanah, dan air. Enterobacteriaceae adalah kuman berbentuk batang pendek
dengan ukuran 0,5 um x 3,0 um negatif gram tidak berspora, gerak positif dengan
flagel peritrik (Salmonella, Proteus, Escherichia) atau gerak negatif (Shigella,
Klebsiella), mempunyai kapsul/selubung yang jelas seperti pada Klebsiella atau
hanya berupa selubung tipis pada Escherichia atau tidak berkapsul sama sekali.
10
Sebagian besar spesies mempunyai fili atau fimbriae yang berfungsi sebagai alat
perlekatan dengan bakteri lain.
Contoh Enterobacteria yang menyebabkan infeksi saluran kemih
1. Escherichia coli
Morfologi
Kuman ini berbentuk batang pendek, gemuk, berukuran 2,4 u x 0,4 sampai
0,7 u; gram-negatif, tak bersimpai, bergerak aktif dan tidak berspora.
Patogenisitas
Eschericia coli adalah penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran
kemih dan merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama pada kira-kira 90%
wanita muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering kencing, disuria,
hematuria, dan puria. Nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih
bagian atas. Tak satupun dari gejala atau tanda-tanda ini bersifat khusus untuk
bakteri E. coli. Infeksi saluran kemih dapat mengakibatkan bakterimia dengan
tanda-tanda khusus sepsis.
E.coli yang nefropatogenik secara khas menghasilkan hemolisin.
Kebanyakan infeksi disebabkan oleh E.coli dengan sejumlah kecil tipe antigen O.
Antigen K tampaknya penting dalam patogenesis infeksi saluran atas. Pieloneftritis
berhubungan dengan jenis philus khusus, philus P yang mengikat zat golongan
darah P.
Infeksi saluran kemih misalnya sistitis, pielitis dan pielonefritis. Infeksi
dapat terjadi akibat sumbatan saluran kemih karena adanya pembesaran prostat
dan kehamilan. E.coli yang biasa menyebabkan infeksi saluran kemih ialah jenis
01, 2, 4, 6, dan 7. Jenis-jenis pembawa antigen K dapat menyebabkan timbulnya
piolonefritis.
2. Klebsiella
Klebsiella pneumoniae kadang-kadang menyebabkan infeksi saluran kemih
dan bakteremia dengan lesi fokal pada pasien yang lemah. Ditemukan pada selaput
lendir saluran napas bagian atas, usus dan saluran kemih dan alat kelamin. Tidak
bergerak, bersimpai, tumbuh pada perbenihan biasa dengan membuat koloni
berlendir yang besar yang daya lekatnya berlainan.
3. Enterobacter aerogenes
Organisme ini mempunyai simpai yang kecil, dapat hidup bebas seperti
dalam saluran usus, serta menyebabkan saluran kemih dan sepsis. Infeksi saluran
kemih terjadi melalui infeksi nosokomial.
4. Proteus
Kuman ini adalah kuman patogen oportunis. Dapat menyebabkan infeksi
saluran kemih atau kelainan bemanah seperti abses, infeksi luka, infeksi telinga
atau saluran napas. Spesies proteus dapat menyebabkan infeksi pada manusia
hanya bila bakteri itu meninggalkan saluran usus. Spesies ini ditemukan pada
infeksi saluran kemih dan menyebabkan bakterimia, pneumonia dan lesi fokal
pada penderita yang lemah atau pada penderita yang menerima infus intravena.
P.mirabilis menyebabkan infeksi saluran kemih dan kadang-kadang infeksi
lainnya. Karena itu, pada infeksi saluran kemih oleh Proteus urine bersifat basa,
sehingga memudahkan pembentukan batu dan praktis tidak mungkin
mengasamkannya. Pergerakan cepat oleh Proteus mungkin ikut berperan dalam
invasinya terhadap saluran kemih. Spesies Proteus menghasilkan urease
mengakibatkan hidrolisis urea yang cepat dengan pembebasan amonia.
B. Pseudomonas aeroginosa
11
6. Pada wanita menopause, saluran dari vesika urinaria ke uretra menjadi tipis
karena kekurangan hormone estrogen. Hal ini menyebabkan mudahnya terjadi
kerusankan dan infeksi. Wanita juga memproduksi mucus lebih sedikit saat
menopause, dan tanpa mucus ini, bakteri bisa bermultiplikasi dengan mudahnya.
Tapi bila wanita menopause melakukan hormone replacement therapy (HRT)
maka kemungkinan ISK lebih kecil
7. Pada wanita, kerusakan fisik dan memar bisa disebabkan aktivitas seksual yang
sering dan kuat, dan menyebabkan honeymoon cystitis .
Kemih
12
Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat
terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi
prostat dan striktura uretra.
Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari
penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis
Infeksi saluran kemih biasanya terjadi saat bakteri dari luar tubuh masuk ke dalam
saluran urinaria melalui uretra dan mulai bermultiplikasi. Kebanyak dari kasus sistitis
disebabkan oleh bakteri eschericia coli.
Tipe infeksi
Dua tipe utama dari tipe infeksi yang terjadi di sistem urinaria adalah :
o Infeksi komunitas. Infeksi ini terjadi saat seseorang tidak dalam penanganan
fasilitas medis. Pada infeksi ini rasio wanita lebih banyak dari laki-laki
o Infeksi nosokomial. Infeksi ini terjadi pada pasien dalam penanganan fasilitas
medis seperti rumah sakit atau ruang parawatan. Biasanya terjadi pada pasien
dengan pemasangan kateter
o Bakteri agen infeksi :
o Escherichia (E.) coli adalah bakteri yang paling sering menyebabkan sistitis
tanpa komplikasi pada wanita. Terutama para wanita muda. E. coli sebenarnya
adalah flora normal di usus. Apabila ia menyebar ke daerah vagina ia dapat
berkolonisasi dan menyebabkan infeksi. Penyebaran E. coli biasanya terjadi
pada wanita yang membersikan kemaluannya dari belakang ke depan setelah
berkemih atau setelah aktivitas seksual
o Staphylococcus saprophyticus Persentasenya 5 - 15% of sebagai penyebab
infeksi saluran kemih, kebanyakan pada wanita muda
o Klebsiella , Enterococci bacteria, and Proteus mirabilis Biasanya ditemukan
pada wanita dewasa
o Ureaplasma urealyticum and Mycoplasma hominis jarang menyebabkan ISK
Sistitis noninfeksius
Meskipun sistitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, ada banyak faktor
noninfeksius yang meyebabkan saluran kemih mengalami inflamasi. Diantaranya
adalah :
o
Interstitial cystitis. Penyebab dari inflamasi kronik saluran kemih ini masih
belum dapat diketahui. Kebanyakan diderita oleh wanita dan merupakan penyakit
yang sulit didiagnosis dan diobati
14
B. Secara Anatomi
ISK bawah, presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.
Perempuan
o Sistitis adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai bakteriuria
bermakna
o Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril).
Laki-laki
o Presentasi ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis, prostatitis,
epidimidis, dan uretritis.
ISK atas
Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta
refluk vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti
pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik
yang spesifik.
Klinis
o ISK Sederhana/ tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada perempuan
yang tidak hamil dan tidak terdapat disfungsi truktural ataupun ginjal.
o ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria, ISK
pada anak-anak, laki-laki, atau ibu hamil.
antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila
terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
a.
Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko
uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung
kencing menetap dan prostatitis.
b.
Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c.
Gangguan daya tahan tubuh
Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang
memproduksi urease.
16
c.
1)
18
LO 3.6
Kemih
1. Infeksi Saluran Kemih Bagian Atas
Demam, menggigil
Nyeri Pinggang
Malaise
Anoreksia
Nyeri tekan pada sudut kostovertebral dan abdomen
2. Infeksi Saluran Kemih Bagian Bawah
Sering buang air kecil dan nyeri
Nyeri suprapubik
Hematuria
19
adalah yang ditambahkan gula laktosa kedalamnya dan yang kedua tanpa penambahan
gula. Karena E. coli memfermentasi gula menjadi asam maka akan muncuk warna
merah pada agar.
Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur urin
masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang tumbuh >
105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh merupakan
penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah < 103 koloni / ml
urin, maka bakteri yang tumbuh kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi
flora normal dari muara uretra. Jika diperoleh jumlah koloni antara 10 3 - 105 koloni /
ml urin, kemungkinan kontaminasi belum dapat disingkirkan dan sebaiknya dilakukan
biakan ulang dengan bahan urin yang baru. Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah
kuman adalah kondisi hidrasi pasien, frekuensi berkemih dan pemberian antibiotika
sebelumnya.
Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis bakteri
yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah
terkontaminasi.
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) :Uretritia akut akibat organisme menular
secara seksual (misal,klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes
simplek).
Tes- tes tambahan :Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renalatau abses, hodronerosis
atau hiperplasie prostate. Urogram IV atauevaluasi ultrasonic, sistoskopi dan
prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.
Pemeriksaan penunjang
o Urinalisis
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui urin porsi
tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk anak laki-laki dan
perempuan yang sudah bisa berkemih sendiri, maka cara pengumpulan spesimen yang
dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin
porsi tengah (midstream). Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan
memasang kantong steril pada genitalia eksterna. Cara terbaik dalam pengumpulan
spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya paling
tinggi dibanding cara yang lain karena harus dibantu dengan alat USG untuk
memvisualisasikan adanya urine dalam vesica urinaria. Yang dinilai adalah sebagai
berikut:
a) Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi
berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler, seperti batu saluran kemih
dan infeksi saluran kemih. Positif bila ditemukan 5-10 per lapang pandang sedimen
urin.
b) Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan olehStamm, bila
ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau
setara dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di sentrifus.
21
Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per
mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin.
c) Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara lain :
Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal
Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk pielonefritis
Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada
gromerulonefritis akut
Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan
bersamaan dengan proteinuria nefrotik.
d) Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.
e) Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan
infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.
o Bakteriologis
a) Mikroskopis
Pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau
pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri lapangan
pandang minyak emersi.
b) Biakan bakteri
Pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu
bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna, yaitu:
Pengambilan spesimen
Jumlah koloni bakteri per ml urin
Aspirasi supra pubik
>100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme
patogen
Kateter
>20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen
Urine bag atau urin porsi tengah >100.000 cfu/ml
Pemeriksaan penunjang lainnya :
1) Tes Kimiawi
Dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, diantaranya yang paling sering
dipakai adalah tes reduksi griess nitrate (untuk bakteri gram negative). Dasarnya
adalah sebagian besar mikroba kecualienter ococci mereduksi nitrat. Batasannya
bila ditemukan bakteri >100.000. Kepekaannya mencapai 90% dengan spesifitas
99%.
2) Tes Plat-Celup (Dip-Slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan plastik
bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat
khusus. Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan
digenangi urin. Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung plastik
tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37oC selama satu malam.
Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan
kuman yang terjadi dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan pola
kepadatan koloni antara 1000 hingga 10.000.000 cfu per mL urin yang diperiksa.
Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup adekuat. Kekurangannya adalah jenis
kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.
Pemeriksaan penunjang lainnya
22
3) Radiologi
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau
kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat
berupa foto polos abdomen, pielonegrafi intravena, demikian pula dengan
pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT Scan.
B. Diagnosis Banding
1. Sistitis nonbakterial adalah istilah yang mencakup semuanya yang terdiri berbagai
gangguan kesehatan, termasuk nonbakterial infeksi (virus, mikobakteri, klamidia,
jamur, schistosomal) dan tidak menular ( sistitis radiasi , kimia, autoimun,
hipersensitivitas) sistitis, serta menyakitkan sindrom kandung kemih / sistitis
interstisial ( PBS / IC).
24
ISK pada kehamilan: retardasi mental, pertumbuhan bayi lambat, Cerebral palsy,
fetal death.
Sistitis emfisematosa : sering terjadi pada pasien DM.
Pielonefritis emfisematosa syok septik dan nefropati akut vasomotor.
Abses perinefrik
Pielonefritis berulang dapat mengakibatkan hipertensi, parut ginjal, dan gagal
ginjal kronik
Berdasarkan Klinis
Dengan Komplikasi : infeksi saluran kemih atas atau setiap kasus ISK pada
laki-laki, atau perempuan hamil, atau ISK dengan kelainan neurologis atau
struktural yang mendasarinya
LO 3.9. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Infeksi Saluran Kemih
25
26
Tujuan Terapi
Tujuan terapi ISK adalah mencegah atau mengobati akibat sistemik dari
infeksi, membunuh mikroorganisme penyebab infeksi dan mencegah terjadinya
infeksi ulangan.
Strategi Terapi
Terapi tanpa obat pada ISK adalah minum air dalam jumlah banyak agar urine
yang keluar juga meningkat.
Pengobatan ISK adalah menggunakan antibiotik. Idealnya, antibiotik yang
digunakan harus dapat ditoleransi dengan baik, mencapai konsentrasi tinggi dalam
urine dan mempunyai spektrum aktivitas terhadap mikroorganisme penyebab infeksi.
Pemilihan antibiotik untuk pengobatan didasarkan pada tingkat keparahan, tempat
terjadinya infeksi dan jenis mikroorganisme yang menginfeksi.
27
Terapi ISK
dewasa
28
lanjutan
29
Pielonefritis akut
Penyebab tersering
Pilihan antimikroba
E.coli, S.saprophyticus,
Nitrofurantion, ampisilin,
kuman gram negative
trimetroprim
lainnya
E.coli, kuman gram negative Untuk pasien rawat:
lainnya, Streptococcus
Gentamisin(atau
aminoglikosida lainnya),
kotrikmoksazol
parenteral, sefalosporin
generasi III, aztreonam
Untuk pasien berobat
jalan:
Kotrimoksazol oral,
fluorokuinolon,
amoksisilin-asam
klavulanat
Prostatitis akut
Prostatitis kronis
fluorokuinolon, atau
aminoglikosid+ampisilin
parenteral
31
PABA
Dihidropteroat sintetase
Asam dihidrofolat
Dihidrofolat reduktase
trimetroprim
Asam tetrahidrofolat
Purin
DNA
Efek sulfonamide dihambat oleh adanya darah, nanah dan jaringan nekrotik, karena
kebutuhan mikroba akan asam folat berkurang dalam media yang mengandung basa
purin dan timidin.
Kombinasi dengan Trimetoprim
Menyebabkan hambatan berangkai dalam reaksi pembentukan asam tetrahidrofolat.
Farmakokinetik
Absorpsi:
melalui saluran cerna mudah dan cepat, terutama pada usus halus, beberapa jenis sulfa
di absorpsi di lambung.
Distribusi:
Semua sulfonamis terikat dengan protein plasma terutama albumin dalam derajat yang
berbeda-beda. Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh, karena itu berguna untuk
infeksi sistemik.
Obat dapat menembus sawar uri dan menimbulkan efek antimikroba dan efek toksik
pada janin.
Gangguan
system
hematopoetik:anemia
hemolitik
akut,
Agranulositosis(sulfadiazine), anemia aplastik, trombositopenia ringan,
eosinofilia, gejala HPS.
Gangguan saluran kemih: anuria dan kematian dapat terjadi kristaluria atau
hematuria(jarang terjadi)
Reaksi alergi: gambaran HPS pada kulit dan mukosa bervariasi, berupa
kelainan morbiliform, purpura, petekia, eritema nodosum, eritema multiformis
tipe stevens-johnson, dll. Demam obat dapat terjadi(timbul demam tiba2, pada
hari ke tujuh sampai ke 10 pengobatan, di sertai sakit kepala, menggigil, rasa
lemah, dan erupsi kulit, semuanya bersifat reversible).
Lain2:mual dan muntah
Tidak diberikan pada wanita hamil aterm
CORTIMOKSAZOL
Trimetropin + sulfametoksazol
Mikroba yang peka : enterobacter, klebsiella, diphteri, E.coli, S.aureus,
S.viridans, dll
Untuk mikroba yang resisten sulfonamid agak resisten trimetropin
Farmako dinamik : 2 tahap berurutan rekasi enzimatis 1. Sulfo = hambat
PABA,
2. Trime : hambat reaksi dari dehidrofolat tetrahidrofolat
Farmako kinetik : karena trimetropin lipofilik volume distribusi >> besar
dari sulfa
Rasio sulfa : trime 5:1
Diekskresi di urin
Indikasi : ISK, IS nafas, IS cerna, Inf. Genital
E.S : megaloblastosis, leukopenia atau trombositopenia, pada kulit karena
sulfonamid
GOL. PENISILIN
Farmako dinamik :
penisilin menginaktifkan protein yang berada dalam membran sel bakteri
yang penting untuk sintesis dinding sel sehingga bakteri menjadi lisin.
Destruksi dinding sel oleh autolisin / enzim degradatif yang dimiliki
penisilin.
Farmako kinetik : ditentukan oleh stabilitas obat terhadap asam lambung dan
beratnya infeksi.
Cara pemberian :
Ampisilin + sulbaktam
Tikarsilin + as. klavulanat
Amoksisilin
Amoksisilin + as. klavulanat
IV,
IM
ORAL
Absorbsi tidak lengkap secara oral, tetapi amoksisilin hampir lengkap di absorpsi,
absorbsi penisilin lainnya = penurunan jika ada makanan di dalam lambung = 3060 menit sebelum makan / 2-3 jam setelah makan. Distribusi ke seluruh tubuh,
penisilin bisa melewati sawar plasenta = tidak teratogenik. Tidak ke SSP
Ekskresi : melalui ginjal
E.S : hipersensitivitas (angioedem, makulopapular, anafilaktik), diare, nefritis
(metisilin), neurotoksisitas, gangguan pembentukan darah (karbanesilin dan
karsilin = antipseudomonas), toksisitas kation
Tidak bisa untuk kuman B-laktamase
Resistensi E.Coli
Efek samping : reaksi alergi , Syok anafilaksis umumnya tidak toksik pada
manusia
Dapat di gunakan secara oral dan parenteral.
GOL. CEPHALOSPORIN
Generasi 3 tunggal atau dalam kombinasi dengan aminoglikosida merupakan
obat pilihan utama untuk infeksi berat oleh Klebsiella , Enterobacter , Proteus ,
Providencia , Srratia , Dan Haemophillus Spesies.
Farmako dinamik :
a) Generasi I : proteus, E.coli, klebsiella
b) Generasi II : Haemophilus, enterobacter, Neisseria=gram (-)
c) Generasi III : contoh : cefritriaavus, cefotaxim, ceftazidim
(pseudomonas aeruginosa)
Farmako kinetik : IV karena absorbsi oral jelek, distribusi ; luas, ekskresi melaui
empedu ke dalam feses
E.S : alergi, perdarahan jika diberikan bersama sefamandol atau sefoperason =
anti vitamin K
Efek samping : reaksi alergi , anafilaksis , dengan spasme bronkus dan
urtikaria dapat terjadi
Secara oral
Obat Mahal
GOL. TETRACYCLIN
Efektif untuk infeksi Chlamydia
Tidak boleh pada anak-anak dan wanita hamil.
Secara Oral
GOL. FLUOROKUINOLON
Efektif untuk ISK dengan atau tanpa penyulit disebabkan oleh kuman-kuman yang
multiresisten dan P.Aeruginosa.
Siprofloksasin, Norfloksasin, dan Ofloksasin untuk terapi Prostatitis bacterial akut
maupun kronis anak-anak dan ibu hamil tidak boleh.
Farmako dinamik : hambat pemisahan double helix DNA saat replikasi dan transkripsi
dengan bantuan enzim DNA girase hambat DNA girase pada kuman dan bersifat
bakterisid
Untuk bakteri : kuinolon lama (gram (-)) E.coli, proteus, klebsiella, enterobakter
Flurokuinolon baru : gram (+), gram (-) dan kuman atipik (mycoplasma, klamidia)
Farmako kinetik : diserap baik di saluran cerna, dalam sediaan oral, hanya sakit yang
terikat protein, distribusi baik ke berbagai organ, capai kadar tinggi di prostat, T1/2
panjang 2x sehari diperlukan. Di metabolisme di hati, ekskresi ginjal sebagian empedu.
Indikasi : ISK, Infeksi saluran nafas, penyakit menular hubungan sex, infeksi tukak
dan sendi, dll.
E.S : mual, muntah, tidak enak diperut : halunisasi, kejang ; hepatotoksik ; fatotoksif
dll.
Interaksi obat : antasit = habis berkuran, hambat teofilin, tidak dikombinasi dengan
obat yang dapat perpanjang interval Qtc.
AMINOGLIKOSIDA
Farmako dinamik : terhadap MO anaerobik rendah, transpor aminogliko butuh
O2, aktivitas terhadap gram (+) terbatas, aktifitas dipengaruhi pH (alkali lebih
tinggi), aerobik-anarobik, keadaan hiperkapnik. Berdifusi lewat kanal air yang
dibentuk porin protein pada membran luar bakteri gram (-) masuk ke ruang
periplasmik. Setelah masuk sel terikat pada ribosom 30 s dan hambat sintesis
protein kerusakan membran sitosol mati. Bersifat bakterisid.
Farmako kinetik : sangat polar, sukar di absorbsi di saluran cerna, per oral
hanya untuk efek lokal di saluran cerna. Untuk kadar sistemik parenteral,
ikatan protein rendah kecuali streptomisin 30-50%. Distribusi ke dalam
cairan otak sangat terbatas, ekskresi di ginjal, kadar dalam urin capai 50-200
mg/ml, gangguan ginjal hambat ekskresi.
E.S : alergi, reaksi iritasi (rasa nyeri di tempat suntik), toksik (gangguan
pendengaran dan keseimbangan), ototoksik pada N. VII, nefrotoksik.
Kanamisin : untuk E.coli, enterobacter, klebsiella, proteus dll (untuk ISK)
Gentamisin, tobramisin, dan netilmisin Indikasi : infeksi karena proteus,
pseudomanas, klebsiella, E.colli, enterobacter
Amikasin : untuk E.coli, P.aeruginosa, proteus, enterobacter
Sumber : faramakologi dan terapi FKUI ed 5, 2007
ANTISEPTIK
1. Metenamin
Indikasi : Untuk Profilaksis terhadap ISK berulang khususnya bila ada
residu kemih.Tidak diindikasikan untuk infeksi akut saluran kemih.
Untuk berbagai jenis mikroba, kecuali proteus
E.S : iritasi lambung (>500 g ), 4-8 gram/sehari >> 3 mg, iritasi saluran
kemih, proteinuria, hematuria, erupsi kulit.
KI : dengan gangguan hati, tidak untuk gagal ginjal, tidak diberikan
bersama sulfonamid.
Interaksi obat : susu, antasid tidak diberikan meningkatkan pH
Oral 4 x 1 gram/hari
2. Nitrofrantoin
Indikasi : Mengobati bakteriuria yang disebabkan oleh ISK bagian bawah
penggunanya terbatas untuk tujuan profilaksis atau pengobatan supresif
ISK menahun yaitu setelah kuman penyebabnya dibasmi atau dikurangi
dalam antimikroba lain dengan yang lebih sensitive.
Unruk E.coli, proteus, klebsiella, enterobacter, enterokokus
FK : lengkap dan cepat absorbsi di saluran cerna, dengan makanan dapat
menurunkan inhalasi kambung dan menigkatkan bioavailibitasnya, terikat
protein plasma, ekskresi di ginjal, T1/2 20 menit, urin agak cokelat
KI : Untuk gagal ginjal dengan klirens kreatinin < 40 ml/menit, hamil,
bayi < 3 bulan anemia hemolitik
ES : mual, muntah dan siare ; sakit kepala vertigo, nyeri otot.
3. Asam nalidiksat
Indikasi : ISK bawah tanpa penyulit contohnya : Sistitis akut tidak efektif
untuk ISK bagian atas contohnya : Pielonefritis.
Perlu di perhatikan bahwa ada beberapa antibiotik tidak boleh dipergunakan selama masa
kehamilan karena dapat menyebabkan toksik pada janin, seperti nitrofurantion, asam nalidik, dan
tetrasiklin.
Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kencing.
Setiap buang air seni, bersihkanlah dari depan ke belakang. Hal ini akan mengurangi
kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin dari rektum
Membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH balanced (seimbang)
sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih.
Buang air seni sesering mungkin (setiap 3 jam) untuk mengosongkan kandung kemih dan
jangan menunda membuang air seni, karena perbuatan ini justru merupakan penyebab
terbesar dari ISK; Buang air seni sesudah hubungan kelamin, hal ini membantu menghindari
saluran urin dari bakteri.
Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak menyentuh langsung
permukaan toilet dan lebih higienis. Jika terpaksa menggunakan toilet duduk, sebelum
menggunakannya sebaiknya bersihkan dulu pinggiran atau dudukan toilet. Toilet-toilet
umum yang baik biasanya sudah menyediakan tisu dan cairan pembersih dudukan toilet.
Jangan cebok di toilet umum dari air yang ditampung di bak mandi atau ember. Pakailah
shower atau keran.
Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti, bakteri akan berkembang
biak secara cepat dalam pakaian dalam. Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang
menyerap keringat agar tidak lembab.
Bersihkan kulit di sekitar vagina dan anus secara rutin setiap hari.
Buang air kecil sesegera mungkin setelah melakukan hubungan seksual. Minumlah segelas
air untuk membantu mengeluarkan bakteri.
Tidak menggunakan spray deodoran atau produk sejenisnya pada alat kelamin. Produkproduk ini bisa mengiritasi uretra dan juga kandung kemih.
Hindari menggunakan celana dalam yang terlalu kencang dan memiliki sirkulasi udara yang
buruk.
Antibiotik dosis rendah bisa terus diberikan untuk orang-orang yang sering mengalami
infeksi kandung kemih. Namun pemberiannya harus sesuai dengan petunjuk dokter.
Krim estrogen untuk vulva atau estrogen suppositoria untuk vagina bisa diberikan untuk
wanita post-menopause dengan vaginitis atrofik atau uretritis atrofik dan sering mengalami
infeksi kandung kemih.
memakaikan kain atau sesuatu yang lain seperti pembalut pada tempat keluarnya
yang bisa menjaga agar air kencing tersebut tidak jatuh ke tempat shalat.
Dalil tentang salisul-baul
.
"Ubad bin Basyar menderita penyakit mencret dan dia tetap melanjutkan shalatnya (dalam
keadaan mencret tersebut)."
Dari hadis tersebut bisa disimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai penyakit mencret, keluar
kentut/air kencing secara kontinyu tidak memiliki kewajiban untuk mengulang-ulang wudhunya,
namun tetap meneruskan shalat dalam keadaan tersebut.
Syarat-syarat dibolehkan ibadah dalam keadaan salisul-baul
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar ibadah tertentu diperbolehkan dalam keadaan
salisul-baul:
1. Sebelum melakukan wudhu harus didahului dengan istinja'
2. Ada kontinyuitas antara istinja' dengan memakaikan kain atau pembalut dan semacamnya, dan
adanya kontinyuitas antara memakaikan kain pada tempat keluar hadas tersebut dengan wudhu.
3. Ada kontinyuitas antara amalan-amalan dalam wudhu (rukun dan sunnahnya)
4. Ada kontinyuitas antara wudhu dan shalat, yaitu segera melaksanakan shalat seusai wudhu
dan tidak melakukan pekerjaan lain selain shalat. Adapun jika seseorang berwudhu di rumah
maka perginya ke mesjid tidak menjadi masalah dan tidak menggugurkan syarat keempat.
5. Keempat syarat diatas dipenuhi ketika memasuki waktu shalat. Maka, jika melakukannya
sebelum masuk waktu shalat maka batal, dan harus mengulang lagi di waktu shalat.
Apabila telah terpenuhi kelima syarat ini maka jika seseorang berwudhu kemudian keluar air
kencing atau kentut dan lainnya maka dia tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan istinja'
dan berwudhu lagi. Namun cukup dengan wudhu yang telah ia lakukan di awal.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, GF, dkk. 2008. Jawetz, Melnick, & Adelbergs: Mikrobiologi Kedokteran (Medical
Microbiology) Ed. 23. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:EGC
Hooton TM, Scholes D, Hughes JP, Winter C, Robert PL, stapleton AE, Stergachis A, Stamm
WE. A Prospective Study of Risk Factor for Symtomatic Urinary Tract. N Engl J Med. 1996 Aug
15;335(7):468-74.
Junquira, LC, Carneiro J. 2007. Histologi Dasar: Teks dan Atlas Edisi 10. Jakarta: EGC
Purnomo BB. 2003. Dasar-Dasar Urologi Ed 2. Jakarta: Sagung Seto.
Setyabudi, Rianto. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi Revisi edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem, edisi 2, ab. Brahm U. Pendit. Jakarta:
EGC
Sudoyo AW, dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam, edisi V jilid II Infeksi Saluran Kemih Pasien
Dewasa. Jakarta:Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.
Sukandar, Enday. 2009. Infeksi Saluran Kemih dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam oleh
Sudoyo AW dkk Jilid II Edisi V. Jakarta: InternaPublishing
Sofwan, Achmad. 2013. Systema Urogenitale. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
Tessy A, Ardaya, Suwanto. 2001. Infeksi Saluran Kemih, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
oleh Suyono HS. Edisi ke 3. Jakarta: FKUI.
http://islamqa.info/id/2075