Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Varicella terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perberdaan ras maupun
jenis. Varicella terutama mengernai anak anak yang berusia 20 tahun terutama
pada usia 3-6 tahun dan hanya sekitar 2 % terjadi pada orang deewasa. Di
Amerika, vericella sering terjadi pada anak- anak di bawah usia 10 tahun dan 5
% kasus terjadi pada anak-anak di bawah 6 tahun sebanyak 81,4 %.
Insiden terjadinya herpes zoster meningkat sesuai dengan pertambahan
umur dan biasanyua jarang mengernai anak anak. Di Amerika, herpes zoster
jarang terjadi pada anam-anak, Dimana lebih dari 66 % mengenai usia lebih
dari 50 tahun, kurang dari 10% mengenai usia dibawah 20 tahun 5% mengenai
usia kurang dari 15 tahun. Walaupun herpes zoster merupakan penyakit yang
sering di jumpai pada orang dewasa, namun herpes zoster dapat juga terjadi
pada bayi yang baru lahir apabila ibunya menderita herpes menderita herpes
zoster pada masa kehamilan. Dari hasil penelitian, di temukan sekitar 3%
herrpes zoster pada anak, biasanya di temukan pada anak-anak yang
imonokompromis dan menderita penyakit keganasan.
Pada tahun 1767, Heberden dapat membedakan dengan jelas antara
chickenpox dan smallpox, yang di yakini kata chickenpox berasal dari
bahasa inggris yaitu gican yang maksudnya penyakit gatal ataupun berasal
dari kata prancis yaitu chiche-pois, yang menggambarkan ukuran dari vesikel.
Pada tahun 1888, Von Bokay menemukan hubungan antara vericella dan herpes
zoster, ia menemukan bahwa varicella di curugai berkembang dari anak-anak
yang terpapar dengan seorang yang menderita herpes zoster akut. Pada tahum
1943, Garland mengetauhui terjadinya herpes zoster akibat reaksi virus yang
laten. Pada tahun 1952, weller dan stoddard melakukan penelitian secara
invitro, mereka menemukan varicella dan herpes zoster disebabkan oleh virus
yang sama.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari varicella ?
2. Apa etiologi dari varicella ?
3. Bagaimana patofisiologi dari varicella ?
4. Apa saja tanda dan gejala dari penyakit varicella ?
5. Bagaimana WOC dari penyakit varicella ?
6. Apa saja manifestasi klinis dari varicella ?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik varicella ?
8. Bagaimanakah penatalaksanaan pada varicella ?
9. Bagaimana pencegahan dari varicella ?
10. Apa saja komplikasi dari varicella ?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada varicella ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari varicella
2. Untuk mengetahui etiologi dari varicella
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari varicella
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari penyakit varicella
5. Untuk mengeetahui WOC dari penyakit varicella
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari varicella
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik varicella
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada varicella
9. Untuk mengetahui pencegahan dari varicella
2

10. Untuk mengetahui komplikasi dari varicella


11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada varicella
D.

Manfaat
Manfaat Bagi mahasiswa
Agar mahsiswa mengetahui dan memahami cara asuhan keperawatan
integumen dengan cepat dan tanggap dan meningkatkan potensi diri
sehubungan dengan penanggulangannya.

BAB II
3

PEMBAHASAN
A. Definisi Varicella

Varicella berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini


dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama
Chickenpox. Varicella adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh
virus Varicella Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit. Varicella atau
cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus
Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik merah
yang kemudian mengandung cairan.
Varicella merupakan suatu inveksi yang di sebabkan oleh virus varicella
zoster yang menyerang kulit dan mukosa dengan kelainan berbentuk vasikula
yang tersebar. Inveksi ini terutama menyerang anak-anak dan bersif mudah
menular.
Varicella adalah suatu penyakit infeksi virus akut dan menular, yang
disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV) dan menyerang kulit serta
mukosa, ditandai oleh adanya vesikel-vesikel. (Rampengan, 2008).
Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya
terjadi pada anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus
Varicella Zoster.

B. Etiologi Varicella
4

Varicella disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), termasuk


kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus
disebut Capsid, terdiri dari protein dan DNA dengan rantai ganda, yaitu rantai
pendek (S) dan rantai panjang (L) dan membentuk suatu garis dengan berat
molekul 100 juta yang disusun dari 162 capsomir dan sangat infeksius.
Varicella Zoster Virus (VZV) dapat ditemukan dalan cairan vesikel dan
dalam darah penderita Varicella sehingga mudah dibiakkan dalam media yang
terdiri dari Fibroblast paru embrio manusia.
Varicella Zoster Virus (VZV) dapat menyebabkan Varicella dan Herpes Zoster.
Kontak pertama dengan penyakit ini akan menyebabkan Varicella, sedangkan
bila terjadi serangan kembali, yang akan muncul adalah Herpes Zoster,
sehingga Varicella sering disebut sebagai infeksi primer virus ini.
C. Patofisiologi
Virus masuk kedalam tubuh melalui mukosa traktur respiratorius bagian atas orofaring
yaitu virus berpindah dari satu orang keorang lain melalui precikan ludah yang berasal dari
batuk atau bersing penderita yang di terbangkan melalui udara dan kontak langsung melalui
kulit yang terinfeksi, kemudian virus tersebut mengalami multiplikasi awal setempat dan
virus yang menyebar kepembuluh darah dan saluran linfe ( viramia primer ). Kemudian akan
dimakan oleh sel-sel system retikuloendotial. Di sini terjadi replikasi virus lebih banyaka lagi (
pada periode inkubasi ). Pada masa ini, inveksi di hambat oleh imunitas non spesifik. Pada
kebanyakan individu, replikasi virus lebih menonjol atau lebih dominan di bandingkan
imunitas tubuhnya sehingga dalam waktu dua minggu setelah inveksi, terjadi viremia yang

lebih hebat (viremia sekunder). Hal ini menyebabkan panas dan malaise, serta virus
menyebar keseluruh tubuh lewat aliran tubuh, terutama di kulit dan membran mukosa.
D. Tanda dan Gejala
1.

Stadium prodromal
Gejala timbul setelah 14-15 hari masa inkubasi dengan timbulnya ruam
kulit disertai demam, malaise,. Pada anak lebih besar-besar dan dewasa
didahului oleh demam selam 2-3 hari sebelumnya, mengigil, malaise,
nyeri, kepala, anoreksia, nyeri punggung, dan pada beberapa kasus nyeri
tenggorok dan batuk.

2.

Stadium Eupsi
Ruam kulit muncul dimuka, dan kulit kepala, badan dan ekstremitas.
penyebaran lesi varicella menjadi krusta 8-12 jam dan akan akan lepas
dalam waktu 1-3 minggu tergantung kepada dalamnya kelainan kulit.

E. WOC
Imunitas tubuh

Riwayat kontak dg px
varicella

Virus varicella zooster


Invasi virus melalui saluran pernapasan / kontak langsung
Mukosa napas

Orofaring
Virus bereplikasi
Virus menyebar melalui

Pembuluh darah

Limfe (viremia primer)

Pasien tidak mengetahui


penyakitnya

Virus bereplikasi ke organ-organ


Virus mencapai kulit

Kurang sumber informasi


Varicella

MK : Defisiensi
pengetahuan

Pelepasan
mediator kimia
(prostaglandin)
Pelepasan
mediator kimia
(prostaglandin)
Gangguan di
hypothalamus
Suhu tubuh
MK :
Hipertermi

Reaksi inflamasi

Kerusakan saraf
perifer

Replikasi di sel
epidermal

Kerusakan
saraf perifer

Replikasi di sel
epidermal

MK : Nyeri
akut

Vakuolisasi sel
dan lisis
Terjadi makula
Timbul papula
Vesikula
Pasien malu
dengan
kondisinya
MK :
Gangguan citra
tubuh

Cairan vesikula mengeruh


menjadi pustula
Pustula pecah
Pustula mengering
menjadi krusta

Respon
menggaruk

Timbul gatal saat proses


penyembuhan

Lesi pada kulit

Pasien mengeluh gatal

MK :
Kerusakan
integritas kulit

Kualitas dan kuantitas


tidur
MK : Gangguan pola
tidur

F. Manifestasi Klinis
Diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh.
1. Pusing.
2. Demam dan kadang-kadang diiringi batuk.
3. Dalam 24 jam timbul bintik-bintik yang berkembang menjadi lesi (mirip
kulit yang terangkat karena terbakar).
Terakhir menjadi benjolan - benjolan kecil berisi cairan. Sebelum
munculnya erupsi pada kulit, penderita biasanya mengeluhkan adanya rasa
tidal enak badan, lesu tidak nafsu makan dan sakit kepala. 1-2 hari
kemudian muncul erupsi kulit yang kas.
Munculnya erupsi pada kulit diawali dengan bintik-bintik berwarna
kemerahan (makula), yang kemudian berubah menjadi papula (penonjolan
kecil pada kulit), papula kemudian berubah menjadi vesikel (gelembung
kecil berisi cairan jernih) dan akhirnya cairan dalam gelembung tersebut
menjadi keruh (pustula). Bila tidak terjadi infeksi, biasanya pustel akan
mengering tanpa meninggalkan abses.
G. Pemeriksaan diagnostic
Untuk pemeriksaan varicella dapat dilakukan beberapa test yaitu :
1. Tzanck smear
a. Preparatdiambil dari discping dasar vesikel yang masih baru, kemudian
diwarnai

dengan

pewarnaan

yaitu

hematoxylin-eosin,

Giemsas,

Wrights, toluidine blue ataupun papanicolaous. dengan mengunaklan


mikroskop cahaya akan di jumpai multinucleated giant cells.
b. Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.
8

c. Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan
herpes simpleks virus.
2. Direct fluorescent assay ( DFA )
a. Preparat dari scraining dasar vesicell tetapi apa bila sudah berbentuk
b.
c.
d.
e.

krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif


Hasil pemeriksaan cepat
Membutuhkan mikroskop fluorescence .
Test ini dapat menemukan antigen virus varicella zoster.
Pemeriksaan ini dapat menemukan antigen virus varicella zoster

simpleks virus.
3. Polymerase chain reaction ( PCR )
a. Pemeriksaan dengan metode ini sangat sensitif
b. Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti
scraping dasar vesikel dan apa bila sudah berbentuk krusta dapat juga di
gunakan sebagai preparat, dan CSF
c. Sensitifitasnya berkisar 97-100%
d. Test ini dapat menemukan nucleic acid dari virus varicella zoster
4. Biopsi kulit
Hasil pemeriksaan histopalogis : tampak vesikel intraepidermal dengan
degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada bagian atas dijumpai
adanya lymphpocytic infiltrate
G. Penatalaksanaan
Varicella pada anak imunokompeten, biasanya tidak di perlukan pengobatan
yang spesifik dan pengobatan yang di berikan bersifat simtomatis yaitu :
1. Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak mudah
pecah.
2. Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat di berikan
salep antibiotik Untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
3. Dapat di berikan antipiretik dan analgetik, tetapi tidak boleh golongan
salisilat ( aspirin ) untuk menghindari terjadinya sindroma Reye.
4. Kuku jari tangan harus di potong untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder akibat garukan.
Obat antivirus
1. Pemberin antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu
penyembuhan akan lebih singkat.
2. Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48-72 jam
setelah erupsi dikulit muncul.
3. Golongan anti virus yang dapat di berikan yaitu asiklovir dan famasiklovir.
9

4. Dosis anti virus ( oral ) untuk pengobatan varicella dan herpes zoster :
Neonatus : Asiklovir 500 mg / m2 IV setiap 8 jam selama 10 hari. Anak ( 212 tahun) : Asiklovir 4 x 20 mg / kg BB/ hari/oral.
H. Pencegahan
Pada anak imunokompeten yang telah menderita varicella tidak diperlukan
tindakan pencegahan, tetapi tindsakan pencegahan di tujukan pada kelompok
yang berisiko tinggi untuk menderita varicella yang fatal seperti neonatus,
pubertas, atau orang dewasa, dengan tujuan mencegah ataupun mengurangi
gejala varicella.
Tindakan pencegahan yang dapat di berikan :
1. Imunisasi pasif
a. Menggunakan PZIG ( Varicella zoster immunoglobulin )
b. Pemberiannya dalam waktu 3 hari ( < 96 jam )setelah terpajan VZV, pada
anak-anak imunokompeten terbukti mencegah varicella sedangkan pada
anak imunokompromais pemberian VZIG dapat meringankan gejala
varicella.
c. VZIG dapat diberikan pada yaitu :
1) Anak-anak yang berusia < 15 tahun yang belum pernah menderita
varicella atau herpes zoster.
2) Usia pubertas > 15 tahun yang belum pernah menderita varicella atau
herpes zoster dan tidak mempunyai antibodi terhadap VZV.
3) Bayi yang baru lahir, dimana ibunya menderita varicella dalam kurun
waktu 5 hari sebelum / 48 jam setelah melahirkan.
4) Bayi prematur dan bayi usia < 14 hari yang ibunya belum pernah
menderita varicella atau herpes zoster.
5) Anak-anak yang menderta leukimia atau lymphoma yang belum perah
menderita varicella
d. Dosis : 125 u/10 kg BB
Dosis minimum : 125 U dan dosis maximal : 625 U.
e. Pemberian secara IM tidak di berikan IV
f. Perlindungan yang di dapat bersifat sementara
2. Imunisasi aktif
a. Vaksinasinya menggunakan vaksin varicella virus (Oka strain) dan
kekebalan yang di dapat dapat bertahan hingga 10 tahun.
b. Digunakan di Amerika sejak tahun 1995
c. Daya proteksi melawan varicella berkisar antara 71-100%
10

d. Vaksin efektif jika diberikan pada umur > 1 tahun dan di rekomendasikan
di berikan pada usia 12-18 bulan.
e. Anak yang berusia < 13 tahun yang tidak menderita varicella di
rekomendasikan di berikan dosis tunggal dan anak lebih tua di berikan
dalam 2 dosis dengan jarak 4-8 minggu.
f. Pemberian secara subkutan
g. Efek samping : kadang-kadang dapat timbul demam ataupun reaksi lokal
seperti ruam makulopapular atau vesikel, terjadi pada 3-5 % anak-anak
dan timbul 10-21 hari setelah pemberian pada lokasi penyuntikan.
h. Vaksin varicella : varivax
i.
Tidak boleh di berikan pada wanita hamil oleh karena dapat
mneyebabkan terjadinya kongenital varicella.
I. Komplikasi
Pada anak imunokompeten, biasanya dijumpai varicella yang rinngan sehingga
jarang dijumpai komplikasi.
Komplikasi yang dapat dijumpai pada varicella yaitu :
1. Infeksi sekunder pada kulit yang di sebabkan oleh bakteri
a. Sering dijumpai infeksi pada kulit dan timbul pada anak-anak yang
berkisar antara 5-10%. Lesi pada kulit tersebut menjadi tempat masuk
organisme yang virulen dan apabila infeksi meluas dapat menimbulkan
impetigo, furunkel, cellulitis, dan erysepelas.
b. Organisme infeksius yang sering menjadi

penyebab

adalah

streptocococcus grup A dan staphylococcus aureus.


2.

Scar
Timbul scar yang berhubungan dengan infeksi staphylococcus atau

streptococcus yang berasal dari garukan.


3. Pneumonia
Dapat timbul pada anak-anak yang lebih tua dan pada orang dewasa, yang
dapat menimbulkan keadaan fatal. Pada orang dewasa insiden varicella
4.

pneumonia sekitar 1:400 kasus.


Neurologik
a. Acute postinfeksius cerebellar ataxia
1) Ataxia sering muncul tiba-tiba, selalu terjadi 2-3 minggu setelah
timbulnya varicella. Keadaan ini dapat menetap selama 2 bulan.
2) Manifestasinya berupa tidak dapat mempertahankan posisi berdiri
hingga tidak mampu untuk berdiri dan tidak adanya koordinasi dan
dysarthria.
3) Insiden berkisar 1:4000 kasus varicella
11

b. Encephalitis
1) Gejala ini sering timbul selama terjadinya akut varicella yaitu
beberapa hari setelah timbulnya ruam, Lethargy, drawsiness dan
confusion adalah gejala yang sering dijumpai.
2) Beberapa anak mengalami seizure dan perkembangan encephalitis
yang cepat dapat menimbulkan koma yang dalam.
3) Merupakan komplikasi yang serius dimana angka kematian berkisar 520%
4) Insiden berkisar 1,7/100.000 penderita.
5. Herpes zoster
a. Komplikasi yang lambat dari varicella yaitu timbulnya herpes zoster,
timbul beberapa bulan hingga tahun setelah terjadinya infeksi primer.
b. Varicella zoster virus menetap pada ganglion sensoris
6. Reye syndrome
a. Ditandai dengan fatty liver dengan encephalophaty
b. Keadaan ini berhubungan dengan penggunaan aspirin, tetapi setelah di
gunakan acetaminophen (antipiretik) secara luas, kasus reye syndrom
mulai jarang di temukan.

12

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
diagnosa medis, no register dan tanggal MRS. Infeksi ini terutama banyak
terserang pada anak-anak dan bersifat mudah menular.
2. Keluhan Utama
Klien datang ke pusat kesehatan dengan keluhan badanya terasa demam
seperti akan flu dan terdapat ruam yang berisi air d sekitar tubuhnya.
3. Riwayat Penyakit Dahulu.
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit kulit sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Sekarang.
Saaat ini klien merasa badanya terasa panas seperti akan flu dan terdapat
ruam merah pada bagian tubuhnya dan tersa nyeri apabila di pegang.
Sebelumnya klien belum pernah periksa kesehatan ke pusat kesehatan.
Klien mengonsumsi obat dari warung berupa obat flu karena klien
menyangka dirinya akan terkena flu.
5. Riwayat Penyakit Keluarga.
Sebelumnya keluarga atau tetangga dari klien pernah mengalami penyakit
cacar air dan klien sering berkunjung ke tetangganya saat cacarnya sudah
mulai kering.
B. Pengkajian fokus
1. Aktivitas / Istirahat
Tanda : penurunan kekuatan tahanan
2. Makan/cairan
Tanda : anorexia, mual/muntah
3. Data subjektif
Pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit kepala.
4. Data Objektif :

13

a. Integumen : kulit hangat, pucat dan adanya bintik-bintik kemerahan pada


kulit yang berisi cairan jernih.
b. Metabolik : peningkatan suhu tubuh.
c. Psikologis : menarik diri.
d. GI : anoreksia.
e. Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan saraf perifer
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi pada kulit
4. Gangguan citra tubuh berhubungan denagn timbulnya papula
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan timbul gatal pada saat
penyembuhan
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
D. Intervensi dan Rasional
1. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam suhu
tubuh menurun
Kriteria hasil : suhu tubuh normal 36,5-37,5 0C
Intervensi

Rasional

a. Monitor suhu tubuh pasien

a. Peningkatan suhu tubuh yang

berkelanjutan
varicella

pada

akan

pasien

memberikan

komplikasi pada kondisi penyakit


yang

lebih

ensefalitis

parah

(seperti

pascavaricella

dan

pneumonia paskavaricella) efek


sekunder dari peningkatan tingkat
metabolisme umum dan dehidrasi
akibat dari hipertermia.
b. Beri kompres di aksila

b. Memberikan respons dingin pada


pembuluh darah besar

c. Pertahankan

asupan

cairan

minimal 2500 ml sehari.

d. Selain sebagai pemenuhan hidrasi


tubuh, juga akan meningkatkan
pengeluaran panas tubuh melalui
sistem perkemihan, maka panas
tubuh juga dapat keluar melalui

14

urin.
e. Kolaborasi pemberian antipiretik .

e. Antipiretik di perlukan untuk


menurunkan panas tubuh dan
memberikan

perasaan

nyaman

pada pasien.
2. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan saraf perifer
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam nyeri
berkurang /hilang atau teradaptasi.
Kriteria Hasil :
Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi.skala

nyeri 0-1 ( 0-4 ).


Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri.
Pasien tidak gelisah.
Intervensi

a. Kaji

nyeri

dengan

Rasional
pendekatan a. Menjadi parameter dasar untuk

PQRST

mengetahui

sejauh

mana

intervensi yang diperlukan dan


sebagai evaluasi keberhahilan dari
intervensi
b. Jelaskan dan bantu pasien dengan
tindakan

pereda

nyeri

nonfarmakologi dan non-invasif.

manajemen

keperawatan.
b. Pendekatan

nyeri
dengan

menggunakan

relaksasi

dan

lainnya

telah

nonfarmakologi

menunjukkan keefektifan dalam


c. Lakukan

manajemen

nyeri

keperawatan
Atur posisi fisiologis.

mengurangi nyeri.
c. Posisi
fisiologis
meningkatkan

d. Istirahat klien

akan

asuhan

02

ke

jaringan

yang

mengalami

iskemia.
d. Istirahat

akan

menurunkan

kebutuhan 02 jaringan perifer dan


15

akan meningkatkan suplai darah


pada
e. Manajemen
lingkungan

lingkungan
tenang

dan

:
batasi

pengunjung.

pada

jaringan

yang

mengalami peradangan.
e. Lingkungan
tenang
menurunkan

akan

stimulus

eksternal

dan

penunjang

nyeri

pembatasan

akan

membantu

meningkatkan kondisi 02ruangan


yang akan berkurang apabila
banyak pengunjung yang ada
diruangan.
f. Ajarkan teknik relaksasi relaksasi
pernapasan dalam.

f. Meningkatkan

02sehingga
nyeri

g. Ajarkan teknik distraksi pada saat


nyeri.

asupan

akan

menurunkan

sekunder dari iskemia

jaringan.
g. Distraksi ( pengalihan perhatian)
dapat

menurunkan

internal

dengan

stimulus
mekanisme

peningkatan produksi endorfin


dan endorfin dan enkefalin yang
dapat memblok reseptor nyeri
untuk

tidak

korteks

dikirimkan

serebri

ke

sehingga

menurunkan persepsi nyeri.


h. Menajemen sentuhan pada saat

h. Lakukan manajemen sentuhan

nyeri berupa sentuhan dukungan


psikologis

dapat

menurunkan
ringan

membantu

nyeri.

dapat

Masase

meningkatkan

aliran darah dan dengan otomatis


membantu
oksigen
i. Tingkatkan pengetahuan tentang
16

ke

suplai

darah

dan

area

nyeri

dan

menurunkan sensasi nyeri.


i. Pengetahuan
yang
akan

sebab-sebab

nyeri

dan

dirasakan

membantu

menghubungkan berupa lama nyeri

mengurangi nyerinya dan dapat

akan berlangsung.

membantu
kepatuhan

mengembangkan
pasien

pasien

terhadap rencana terapeutik.


j. Analgetik memblok lintasan

j. Kolaborasi dengan dokter :


Pemberian analgetik.

nyeri

sehingga

nyeri

akan

berkurang.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi pada kulit
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam
integritas kulit membaik
Kriteria hasil : tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Intervensi

Rasional

a. Kaji kerusakan yang terjadi pada

a. Menjadi

kulit klien
b. Pertahankan

data

dasar

untuk

memberikan informasi intervensi


jaringan

perawatan luka
b. Mengetahui keadaan integritas

nekrotik

dan kondisi sekitar luka.


c. Berikan perawatan kulit

kulit.
c. Menghindari gangguan integritas

d. Kolaborasi dengan dokter untuk

kulit
d. Mencegah aktivitasi kuman yang

pemberian antibiotik

bisa masuk

4. Gangguan citra tubuh berhubungan denagn timbulnya papula


tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 Jam citra
diri pasien meningkat
kriteria Hasil :
Mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi.
Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi.

Intervensi

Rasional

a. Kaji adanya gangguan citra diri

a. Gangguan citra diri akan menyertai

(menghindari

kontak

mata,
17

setiap

penyakit/

keadaan

yang

ucapan

merendahkan

diri

tampak nyata bagi pasien, kesan

sendiri)

orang

lain

terhadap

dirinya

berpengaruh terhadap konsep diri.


b. Berikan

kesempatan

b. Klien membutuhkan penglaman di

pengungkapan perasaan
c. Nilai

rasa

dengarkan dan di pahami.

keprihatinan

dan

c. Memberikan

kesempatan

pada

ketakutan klien, bantu klien

klien untuk menetralkan kecemasan

yang cemas mengembangkan

yang tidak perlu terjadi

kemampuan untuk menilai diri


dan mengenali masalahnya.
d. Dukung

upaya

klien

untuk

d. Membantu

memperbaiki citra diri

penerimaan diri dan sosialisasi.

e. Mendorong sosialisai dengan

e. Membantu

orang lain
5.

meningkatkan

meningkatkan

penerimaan diri dan sosialisasi.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan timbul gatal pada saat


penyembuhan
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam
kebutuhan tidur pasien terpenuhi
Kriteria hasil : pasien dapt tidur 7-8 jam per hari pada orang dewasa, 10-12
jam pada anak.
Intervensi

Rasional

a. Observasi TTV

a. Untuk mengetahui keadaan umum


pasien

b. Ciptakan

lingkungan

yang

b. Lingkungan

nyaman

yang

nyaman

dan

tenang dapat membuat pasien untuk


cepat tidur

c. Berikan

HE

tentang c. Agar

pentingnya tidur

pasien

mengerti

tentang

pentingnya tidur

d. Hindari tidur saat siang atau d. Agar pada malam hari pasien bisa
malam hari

tidur dengan nyenyak.

18

6.

Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber


informasi
Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam pasien
mampu melaksananakan apa yang telah di informasikan
Kriteria evaluasi:
Pasien terlihat mengalami penurunan potensi menularkan penyakit yang
ditunjukkan oleh kegagalan kontak pasien
Intervensi

a. Kaji

tingkat

Rasional

pengetahuan a. Untuk mengetahui sebera paham

pasien tentang penyakitnya


b. Berikan

kepada

health

education

pasien

terhadap

pasien terhadap penyakitnya,


b. Agar pasien mengetahui tenyang
penyakit yang di deritanya.

penyakit yang di deritanya


c. Identifikasi orang lain yang

beresiko,

contoh

c. Orang

anggotan

program

rumah, sahabat

yang

terpajan

terapi

ini

obat

perlu
untuk

mencegah penyebaran infeksi.

d. Kaji tindakan. Kontrol infeksi d. Dapat membantu menurunkan rasa


sementara, contoh kebersihan

terisolasi pasien dengan membuang

dari dan kontrak langsung

stigma sosial sehubungan dengan

kulit.

penyakit menular.

19

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Varicella berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini
dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama
Chickenpox. Varicella adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh
virus Varicella Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit. Varicella atau
cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus
Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik merah
yang kemudian mengandung cairan.
Varicella sering dijumpai pada anak anak sedangkan herpes zoster lebih
sering di jumpai pada usia yang lebih tua. Penanganan yang tepat dari kedua
penyakit diatas dapat mencegah timbulnya komplikasi yang berat pada anak
anak. Pemberian imunisasi pasif maupun aktif pada anak-anak,dapat mencegah
dan mengurangi gejala penyakit yang timbul.
B. SARAN
Kita sebagai perawat sebaiknya memahami dan dapat mengaplikasikan
segala sesuatu yang terdapat dimakalah ini agar terciptanya perawat yang
professional dalam menerapkan asuhan keperawatan secara komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Medi Action.
Wilkiams, Lippincott. 2012. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi
Keperawatan. Jakarta : EGC.
20

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3425/1/08E00895.pdf
http://www.immunize.org/vis/in_var.pdf
https://www.scribd.com/doc/182536412/VARICELLA-patofisiologi

21

Anda mungkin juga menyukai