PENDAHULUAN
Pembangunan sanitasi masih banyak dilakukan secara parsial, masing-masing institusi melaksanakan
kegiatannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sendiri-sendiri, seringkali kegiatan tersebut sebetulnya dapat
diintegrasikan dalam satu kegiatan yang saling bersinergi. Bahkan masih terdapat pula institusi yang tidak memiliki
tugas menangani sanitasi secara langsung namun sangat dibutuhkan peranannya dalam mendukung pembangunan
sanitasi. Berdasarkan kondisi tersebut Pemerintah Kota Tarakan berupaya meningkatkan layanan sanitasi di Kota
Tarakan dengan turut serta dalam Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP) 20102014. Pada program ini Pemerintah Kota Tarakan menyusun strategi pembangunan sanitasi perkotaan yang bersifat
komprehensif dan koordinatif dengan melibatkan dinas-dinas terkait dengan sanitasi dan pemerintahan provinsi.
Keikutsertaan Kota Tarakan dalam Program Nasional PPSP didahului dengan Surat Walikota Tarakan
nomor: 050/971/Bapp-Set tgl 14 Juni 2010 ditujukan kepada Gubernur Provinsi Kalimantan Timur mengenai
pernyataan Minat Pemerintah Kota Tarakan untuk mengikuti program. Setelah melewati tahapan seleksi akhirnya
ditetapkan Kota Tarakan sebagai salah satu kota yang lolos penjaringan dan menjadi bagian dari 62 kota yang
mengikuti Program PPSP tahun 2011. Keputusan tersebut tertuang dalam Surat Kemendagri nomor:
611/1538/IV/Bangda dengan perihal Penetapan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur peserta Program
PPSP Tahun 2011.
Hal lain yang mendorong keikutsertaan Kota Tarakan dalam Program Nasional PPSP, yaitu...........
Berdasarkan Surat Edaran Mendagri nomor 050/2615/VI/Bangda mengenai Petunjuk Pelaksanaan
Peningkatan Kapasitas dan Kualitas Sanitasi di Daerah, Pemerintah Kota Tarakan membentuk Kelompok Kerja
(Pokja) Sanitasi Kota Tarakan dengan Surat Keputusan Walikota Tarakan Nomor : 610/HK-III/175/2011. Selanjutnya
pada tanggal tgl 14 Juli 2011 dilakukan Kick off Meeting dan Lokalatih sebagai pertanda dimulainya program
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Diharapkan Pokja Sanitasi dapat berfungsi sebagai unit
koordinasi perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan pengawasan serta monitoring pembangunan sanitasi
dari berbagai aspek. Tidak hanya melibatkan unsur pemerintah saja namun juga melibatkan masyarakat serta
swasta secara langsung, baik dalam pokja maupun sebagai mitra pendukung. Untuk memudahkan pekerjaan Pokja
Sanitasi dibentuk Tim Pengarah dan Tim Teknis. Tugas Tim Pengarah mencakup aspek advokasi dan pengarahan
kebijakan bidang kelembagaan, teknis, pemberdayaan dan kerja sama masyarakat, optimalisasi sumber pendanaan
dan peluang investasi oleh swasta dalam program PPSP Kota Tarakan. Tim Teknis bertugas mengkaji, menganalisa,
dan mengumpulkan data untuk memetakan kondisi sanitasi Kota Tarakan. Hasil analisa dan pemetaan kondisi
sanitasi akan disajikan dalam Buku Putih dan selanjutnya dijadikan sebagai dasar Penyusunan Strategi Sanitasi
Kota Tarakan.
1.2. Pengertian Dasar Sanitasi
Sanitasi dapat dipahami sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin
kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan. (Buku
Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi).
Pengertian dasar Penanganan Sanitasi di Kota Tarakan adalah sebagai berikut:
1.
Blackwater adalah limbah rumah tangga yang bersumber dari WC dan urinoir.
2.
Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur
(sisa makanan) dan tempat cuci. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah
rumah tangga (domestik) dengan sistem:
a.
b.
Pengelolaan Of Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat.
Page 2 of 23
3.
Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat,
baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS
atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
4.
Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota dan
memutuskan air permukaan.
5.
Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah kota Tarakan untuk menyediakan air bersih bagi
masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang bersumber dari air permukaan maupun
sumur dalam.
Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing dinas/ kantor terkait,
baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan
peta.
Page 3 of 23
b.
Narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/ kantor terkait
untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan tokoh masyarakat serta LSM
Untuk mendukung data sekunder tersebut juga dilakukan beberapa survey terkait dengan pengelolaan
sanitasi seperti: Enviromental Health Risk Assesment (EHRA), Survey peran media dalam perencanaan
sanitasi, survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survey
keuangan, survey priority setting area beresiko serta survey peran serta masyarakat dan gender.
2. Pengumpulan Data
Proses seleksi dan kompilasi data sekunder berada dalam tahap ini. Teknik kajian dokumen dipergunakan
tim untuk mengkaji data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu memberikan informasi mengenai
apa yang terjadi di masa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini.
1.4.2. Tahapan Penyusunan Buku Putih
Tahapan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pendahuluan
Dalam tahap ini diawali dengan suatu latar belakang di buatnya Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan ini
yang didasari dengan permasalahan kondisi sanitasi Kota Tarakan pada saat ini, sehingga diambillah suatu
tujuan untuk membuat Buku Putih ini agar Buku Putih ini dapat dipergunakan untuk perbaikan sanitasi Kota
Tarakan. Dalam tahap ini dipaparkan metodelogi yang digunakan, studi literatur dan survey-survey (Survey
EHRA, Survey peran media dalam perencanaan sanitasi, survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak
swasta dalam pengelolaan sanitasi, survey keuangan, survey priority setting area beresiko dan survey
peran serta masyarakat dan gender).
Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi
Kota Tarakan. Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan Tahun 2011 ini, diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis
sanitasi tingkat
kota. Rencana pembangunan sanitasi kota dikembangkan atas dasar permasalahan yang
Data primer
Data primer yang digunakan dalam proses penyusunan Buku Putih adalah sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan merupakan hasil survay atau observasi lapangan yang dilakukan pokja, rekaman hasil
wawancara maupun potret (Foto) kondisi eksisting dilapangan. Studi EHRA akan dilakukan Pokja langsung
sedangkan beberapa kajian yaitu Kajian Komunikasi dan Media, Kajian Pemberdayaan Masyarakat dan
Jender serta Survey Penyedia Layanan Sanitasi dilaksanakan melalui bantuan konsultan.
b. Data sekunder yang diperoleh dari dokumen yang dimiliki tiap dinas/ SKPD yang terlibat, buku-buku umum
mengenai wajah dan karakter Kota Tarakan secara umum seperti :
1) Laporan Final Tahun Anggaran 2004, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tarakan 2005-2015)
2) Buku 1-2 dan 2-2; Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RIPJM) Bidang PU/Cipta
Karya Kota Tarakan 2009 2013
3) Data Pengembangan Profil Daerah Kota Tarakan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Tarakan tahun 2007
4) Profil Kependudukan Kota Tarakan 2008, Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil dan Badan Pusat
Statistik Kota Tarakan.
5) Tarakan Dalam Angka 2009, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Pusat Statistik Kota
Tarakan Tahun Anggaran 2009
6) Buku Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Kota Tarakan 2009, Kerjasama Badan Pusat Statistik dan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tarakan
7) Master Plan Drainase Kota Tarakan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2005
8) Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Tarakan tahun 2009 Badan Lingkungan Hidup Kota
Tarakan 2009.
9) Buku Data Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Tarakan tahun 2009 Badan Lingkungan Hidup Kota
Tarakan 2009.
Page 5 of 23
10) Buku I/II Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Tarakan, tahun anggaran 2010
11) Buku I/III Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Tarakan, tahun anggaran
2009
12) Buku I/II Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Tarakan, tahun anggaran 2009
13) Lampiran Rencana Kerja Tahunan (RKT) Pemerintah Kota Tarakan tahun 2007
14) Lampiran Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) Pemerintah Kota Tarakan tahun 2007
15) Lampiran Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) Pemerintah Kota Tarakan tahun 2007
16) Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerinta (LAKIP) Pemerintah Kota Tarakan tahun 2006
17) Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerinta (LAKIP) Pemerintah Kota Tarakan tahun 2007
18) Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerinta (LAKIP) Pemerintah Kota Tarakan tahun 2008
19) Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerinta (LAKIP) Pemerintah Kota Tarakan tahun 2009
20) Laporan Pelaksanaan Workshop Pembentukan Pokja AMPL Kota Tarakan, tahun 2010
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 tentang Pengaturan Air.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum.
1.7.3.
1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2004-2009.
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan
Sumber Daya Air.
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.
1.7.4. Peraturan Daerah
1. Peraturan Daerah kota Tarakan Nomor 23 Tahun 2000 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan dan
Kebersihan.
2. Peraturan Daerah kota Tarakan Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah Klinis.
3. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 7 tahun 2004 tentang Izin Pembuangan Air Limbah
4. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Persampahan
5. Peraturan Daerah Kota Tarakan No. 5 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tarakan
2005-2015.
6. Peraturan Daerah Kota Tarakan No.6 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Tarakan 2006-2011
7. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 14 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota
Tarakan Nomor 13 tahun 2002 tentang Retribusi Instalasi Pengelolaan Air Limbah
8. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Kota Tarakan.
9. Peraturan Walikota No 6 Tahun 2010 tentang Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) Kota Tarakan.
(Penjelasan pasal-pasal yang relevan dengan sanitasi dan atau buku putih)
Page 7 of 23
No.
Peraturan Perundangan
Ayat (2)
Perlindungan dan pelestarian sumber air sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
d. pengaturan prasarana dan sarana sanitasi;
No.
Peraturan Perundangan
Page 9 of 23
No.
Peraturan Perundangan
No.
Peraturan Perundangan
c.
d.
e.
f.
Ayat (2) :
Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu
dan tempat pemrosesan akhir sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan bagian dari
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
9
dan
pengelolaan
lingkungan
hidup
No.
Peraturan Perundangan
Ayat (2) :
Pengendalian
pencemaran
dan/atau
kerusakan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. pencegahan;
b. penanggulangan; dan
c. pemulihan.
Ayat (3) :
Pengendalian
pencemaran
dan/atau
kerusakan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai
dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab masingmasing.
10.
Ayat 2 :
Penyelenggara pelayanan publik yang selanj utnya
disebut Penyelenggara adalah setiap institusi
penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen
yang dibentuk berdasarkan undangundang untuk kegiatan
pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk
semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
Pasal 3 :
Tujuan undang-undang tentang pelayanan publik adalah:
a.
b.
No.
Peraturan Perundangan
11
Pasal 6
Tentang Kesehatan
a.
b.
c.
d.
limbah cair;
limbah padat;
limbah gas;
sampah yang tidak diproses sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan pemerintah;
e. zat kimia yang berbahaya;
Page 13 of 23
No.
Peraturan Perundangan
PERATURAN PEMERINTAH
1
Pasal 9 :
Pengaturan usaha-usaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 Peraturan Pemerintah ini meliputi hal-hal sebagai
berikut :
a. penetapan rencana prioritas penggunaan air dan/atau
sumber air;
b. penetapan urutan prioritas penggunaan air dan/atau
sumber air di dalam rencana perlindungan,
pengembangan, dan penggunaan sumber air
tersebut;
c. pengaturan penggunaan air dan/atau sumber air;
d. pengaturan cara pembuangan air limbah beserta
bahan-bahan limbah lainnya;
e. pengaturan pembangunan bangunan pengairan
maupun bangunan lain pada sumber air;
f. pengaturan terhadap masalah-masalah lain yang
mungkin timbul.
Pasal 17 :
Penggunaan dan penyediaan air untuk keperluan pokok
kehidupan sehari-hari sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 Peraturan Pemerintah ini, baik oleh perorangan
maupun oleh sekelompok masyarakat, dilakukan sesuai
dengan adat kebiasaan setempat dan persyaratan yang
bersangkutan dengan teknik penyehatan dan kesehatan
lingkungan.
Ayat (3) :
Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
pasal ini harus disertai rencana cara pembuangan air
limbahnya beserta bahan-bahan limbah lainnya baik cair
maupun padat.
Pasal 31 ayat (1) :
Pemerintah baik di Pusat maupun di Daerah, Lembagalembaga dan Badan-badan Hukum tertentu masingmasing sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya menyelenggarakan usaha pengendalian daya
rusak air terhadap sumber air serta lingkungannya.
Page 14 of 23
No.
Peraturan Perundangan
Ayat (2) :
Masyarakat wajib membantu usaha pengendalian daya
rusak air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini.
Pasal 33 :
Masyarakat wajib membantu usaha pengendalian dan
pencegahan terjadinya
pencemaran air yang dapat merugikan penggunaan air
serta lingkungannya
2
Pasal 2 :
Lingkup pengaturan sungai berdasarkan Peraturan
Pemerintah ini mencakup perlindungan, pengembangan,
penggunaan, dan pengendalian sungai termasuk danau
dan waduk.
Pasal 22 ayat (1) :
Pejabat yang berwenang bersama-sama dengan pihak
lain yang bersangkutan, masing-masing sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya, menyelenggarakan
upaya pengamanan sungai dan daerah sekitarnya yang
meliputi :
a. pengelolaan daerah pengaliran sungai;
b. pengendalian daya rusak air;
c. pengendalian pengaliran sungai.
Pasal 27 :
Dilarang membuang benda-benda/bahan-bahan padat
dan/atau cair ataupun yang berupa limbah ke dalam
maupun di sekitar sungai yang diperkirakan atau patut
diduga akan menimbulkan pencemaran atau menurunkan
kualitas air, sehingga membahayakan dan/atau
merugikan penggunaan air yang lain dan lingkungan.
No.
Peraturan Perundangan
Ayat (2) :
Jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang wajib memiliki analisis mengenai
dampak lingkungan hidup ditetapkan oleh Menteri setelah
mendengar dan memperhatikan saran dan pendapat
Menteri lain dan/atau Pimpinan Lembaga Pemerintah
Non-Departemen yang terkait.
No.
6
Peraturan Perundangan
Ayat (2) :
Prasarana dan Sarana Sanitasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi PS Air Limbah dan PS
Persampahan.
Ayat (3) :
Pengembangan Prasarana dan Sarana Sanitasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada
pertimbangan:
a.
Ayat (3) :
Apabila penyelenggaraan pengembangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) belum dapat dilakukan secara
terpadu
pada
semua
tahapan,
keterpaduan
penyelenggaraan pengembangan sekurang-kurangnya
dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam
penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan
teknik.
Ayat (4) :
Dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM dan/ atau
Prasarana dan Sarana Sanitasi Pemerintah Daerah dapat
Page 17 of 23
No.
Peraturan Perundangan
Ayat (3) :
Hubungan kerja antara Tim Koordinasi Pengelolaan
Sumberdaya Air dengan wadah koordinasi pengelolaan
sumberdaya air tingkat daerah bersifat konsultatif dan
koordinatif.
Ayat (4) :
Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah selaku
Ketua Harian Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya
Air menetapkan pedoman untuk pembentukan wadah
koordinasi pengelolaan sumberdaya air tingkat daerah.
2
No.
Peraturan Perundangan
(menurut UU No.10 tahun 2004 ttg Pembentukan Peraturan Perundangan, Kepmen dan Permen bukan lagi
salah satu dari tata urutan perundangan yg berlaku di Indonesia)
1
Pasal 4 :
Subyek Retribusi adalah orang pribadi dan atau badan
Page 19 of 23
No.
Peraturan Perundangan
Pasal 5 :
Wajib Retribusi adalah orang pribadi yang memanfaatkan
dan atau menikmati pelayanan pelayanan persampahan
dan kebersihan.
2
Ayat (2) :
penghasil limbah klinis padat yang tidak mampu
melakukan pengelolaan limbah klinis padat yang
dihasilkan, wajib menyerahkan limbah klinis padat
tersebut kepada pengolah limbah.
Ayat (2) :
Camat bertanggungjawab atas pembinaan masyarakat di
bidang pengelolaan persampahan di Kecamatan.
Ayat (3) :
Lurah bertanggungjawab atas pembinaan masyarakat di
bidang pengelolaan persampahan di Kelurahan.
Ayat (4) :
Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan
(3) meliputi pembinaan terhadap kepatuhan masyarakat
mengenai pengelolaan persampahan di wilayahnya
masing-masing.
Pasal 4 :
Page 20 of 23
No.
Peraturan Perundangan
2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Sasaran RTRW Kota adalah :
Kota Tarakan 2005-2015.
d. Tertatanya kawasan yang berfungsi lindung;
e. Tertatanya jenjang pusat-pusat pelayanan;
f. Tertatanya sistem transportasi;
g. Tertatanya prasarana dan sarana fasilitas sosial,
budaya dan ekonomi;
h. Tertatanya kawasan industri dan produksi;
i. Tertatanya kawasan pemukiman perkotaan dan
perdesaan;
j. Menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
menyangkut tata guna tanah, tata guna air, tata guna
udara, tata guna sumber daya alam, serta
kebijaksanaan-kebijaksanaan penunjang penataan
ruang yang direncanakan.
Peraturan Daerah Kota Tarakan No.6 tahun Dokumen RPJMD Kota Tarakan 2006 - 2011 selain
2006 tentang Rencana Pembangunan memuat Visi, Misi, dan Arah Pembangunan Jangka
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Menengah, juga sebagai arahan terselenggaranya
Tarakan 2006-2011
pembangunan daerah yang demokratis dengan prinsipprinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan serta kemandirian dengan
menjaga keseimbangan kemajuan, kesatuan nasional dan
berorientasi ke masa depan.
Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 13
tahun 2002 tentang Retribusi Instalasi
Pengelolaan Air Limbah
Pasal 2 :
Dengan nama Retribusi Instalasi Pengelolaan Air Limbah
dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan
dan penggunaan instalasi pengelolaan air limbah.
Pasal 3 :
Objek Retribusi adalah setiap rumah tangga, kelompok
hunian dan badan hukum lainnya yang menggunakan
IPAL dan secara resmi dan terdaftar sebagai pelanggan
Pasal 4 :
Tarakan Nomor 14
Perubahan Atas
Tarakan Nomor 13 (perubahan hanya pada pasal 9; besar beban retribusi
Retribusi Instalasi air limbah)
Ayat (2) :
Dalam hal penyediaan air minum kepada masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PDAM harus
mencapai cakupan pelayanan 80% (delapan puluh persen
) dari jumlah penduduk.
9
No.
Peraturan Perundangan
Berbahaya dan Beracun (B3) Kota Tarakan.
Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup dikatakan, bahwa Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum. Dalam Pasal 3 undang-undang di atas dijelaskan lebih jauh, bahwa perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan dan
asas manfaat bertujuan untuk; a) melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup; b) menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia; c) menjamin
kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem; d) menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e) mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup; f) menjamin terpenuhinya keadilan
generasi masa kini dan generasi masa depan; g) menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas nlingkungan
hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia; h) mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;
i) mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan j) mengantisipasi isu lingkungan global.
Menurut Pasal 21 Undang-Undang No.32 Tahun 2004, dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak:
a) mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya; b) memilih pimpinan daerah; c) mengelola aparatur
daerah; d) mengelola kekayaan daerah; e) memungut pajak daerah dan retribusi daerah; f) mendapatkan bagi hasil
dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah; g) mendapatkan sumbersumber pendapatan lain yang sah; dan h) mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam Peraturan
perundangundangan. Selanjutnya Pasal 22 Undang-Undang No.32 Tahun 2004 menetapkan bahwa dalam
menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban yang terkait dengan pengelolaan air limbah, yaitu:
(a) meningkatkan kualitas kehidupan, masyarakat;
(b) menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;
(c) menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;
(d) melestarikan lingkungan hidup.
Di dalam Pasal 14 Undang-Undang No.32 Tahun 2004 terdapat 11 urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota. Dari sebelas urusan
wajib tersebut terdapat beberapa urusan wajib yang terkait pengelolaan air limbah sebagai prasarana dan sarana
pembangunan/publik, yaitu:
(a) perencanaan dan pengendalian pembangunan;
(b) perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
(c) penyediaan sarana dan prasarana umum;
(d) penanganan bidang kesehatan;
(e) penanggulangan masalah sosial;
(f) pengendalian lingkungan hidup.
Menurut Pasal 1 ayat (3) Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2005, Air limbah adalah air buangan yang berasal dari
rumah tangga termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman. Sebagaimana Pasal 15 Peraturan Pemerintah
No.16 Tahun 2005, prasarana dan sarana air limbah dilakukan melalui sistem pembuangan air limbah setempat
dan/atau terpusat. Sistem pembuangan air limbah setempat dilakukan secara individual melalui pengolahan dan
pembuangan air limbah setempat. Sedangkan sistem pembuangan air limbah terpusat dilakukan secara kolektif
melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat. Menurut Pasal 15 ayat (5) Dalam hal
prasarana dan sarana Air Limbah belum tersedia, setiap orang perseorangan atau kelompok masyarakat dilarang
membuang air limbah secara langsung tanpa pengolahan ke sumber air baku yang ditetapkan oleh
Pemerintah/Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya.
Sebagaimana ditetapkan di dalam Pasal 23 Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2005, Penyelenggaraan Sistem
Pengelolaan Air Minum (SPAM) harus dilaksanakan secara terpadu dengan pengembangan Prasarana dan Sarana
Sanitasi untuk menjamin keberlanjutan fungsi penyediaan air minum dan terhindarnya air baku dari pencemaran air
limbah dan sampah. Keterpaduan pengembangan sebagaimana dimaksud dilaksanakan pada setiap tahapan
penyelenggaraan pengembangan. Apabila penyelenggaraan pengembangan dapat dilakukan secara terpadu pada
semua tahapan, keterpaduan penyelenggaraan pengembangan sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap
perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik. Dalam penyelenggaraan
pengembangan SPAM dan/atau prasarana dan sarana sanitasi Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama
antardaerah.
PENDAHULUAN
Page 22 of 23
Bab ini membahas latar belakang permasalahan, pengertian dasar sanitasi, maksud dan tujuan, metode
penyusunan, kedudukan Buku Putih Sanitasi, dasar hukum penyusunan, serta sistematika dokumen.
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA
Dalam bab ini membahas Kondisi umum kota yang menggambarkan kondisi fisik kota, letak geografi,
topografi dan kondisi geohidrologi dengan batas-batas administrasinya; jumlah penduduk 5 tahun terakhir
dengan kepadatan, sebarannya serta proyeksi jumlah penduduk 5 tahun ke depan; sarana prasarana
pendidikan; sarana prasarana kesehatan; kondisi sosial masyarakat; kondisi ekonomi kota dan
perekonomian masyarakat; harapan umum/visi dan misi kota yang ingin dicapai; institusi dan organisasi
Pemda; dan arah pengembangan pembangunan kota serta rencana tata ruang dan wilayah kota
BAB III PROFIL SANITASI KOTA
Bab ini akan membahas profil sanitasi kota yang menggambarkan kondisi riil sektor sanitasi yang ada saat
ini dan sedang berjalan tentang kondisi umum sanitasi serta kondisi pengelolaan limbah cair, persampahan,
drainase, air bersih di pandang dari landasan hukum, aspek kelembagaan, cakupan layanan, aspek teknis
dan operasional, peran serta masyarakat dan jender dalam penanganan limbah cair serta
permasalahannya. Juga dibahas komponen sanitasi lain seperti penanganan limbah industri, medis dan
kondisi sarana sanitasi sekolah dan kampanye PHBS, dibahas pula mengenai pembiayaan pengelolaan
sanitasi.
BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI
Bab ini akan membahas secara detail mengenai Rencana Pengembangan dan Pembangunan Sektor
Sanitasi yang sedang dan akan dijalankan, berdasarkan Perencanaan Pembangunan yang saat ini masih
berjalan/RPJM Kota yang ada, meliputi Visi dan Misi sanitasi, Strategi Penanganan Sanitasi Kota, Rencana
Peningkatan Pengelolaan Limbah Cair, Sampah, Saluran Drainase Lingkungan, Rencana Pembangunan
Penyediaan Air Minum, dan Rencana Peningkatan Kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI
Dalam bab ini memaparkan hasil kesepakatan Pokja berdasarkan kajian, analisis, obervasi dan survei
lapangan serta merupakan indikasi dan opsi-opsi yang dapat diambil dalam menyusun SSK, dapat diambil
dari kompilasi & analisis data sekunder ataupun Pengumpulan & analisis data primer di area berisiko tinggi:
tentang Jender dan Kemiskinan .
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berisikan rekomendasi/ harapan-harapan dan langkah-langkah tindak lanjut yang harus diambil dalam
penyusunan rencana strategis pembangunan sanitasi kota Tarakan.
Page 23 of 23