Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kondisi Sanitasi yang baik di suatu wilayah merupakan suatu kebutuhan dan sekaligus merupakan
tantangan yang harus dihadapi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Kurangnya pengelolaan dan pelayanan
sanitasi di perkotaan dan pedesaan memiliki konsekuensi meningkatnya resiko kesehatan lingkungan secara
berkelanjutan serta kesejahteraan masyarakat. Tantangan lainnya yaitu komitmen Pemerintah Indonesia dalam
melaksanakan sasaran Millenium Development Goals (MDGs) . Target 7C: Menurunkan hingga separuhnya proporsi
penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015
Indonesia memiliki system sanitasi perkotaan yang terendah di Asia. Kurang dari 10 kota memiliki jaringan
pembuangan limbah dan ini mencapai kurang lebih 1,3 % penduduk kota. Tingkat investasi publik pada sektor
sanitasi kurang, dan kurang jelasnya kewenangan dan tanggung jawab institusional serta minat investasi pada
sanitasi menunjukkan defisiensi struktural pada sektor itu.
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan
kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoadmojo, 2003). Menurut WHO, usaha sanitasi meliputi sanitasi
air, sanitasi udara, pengelolaan limbah, infrastruktur dan kelembagaan, kesehatan pemukiman dan lingkungan serta
kesehatan global.
Keterbatasan lahan dan kawasan permukiman menyebabkan pemerintah berusaha maksimal untuk
menyediakan prasarana dan sarana permukiman yang layak huni, sehat dan aman bagi masyarakat terutama untuk
kalangan menengah ke bawah. Sejalan dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif sangat tinggi, ditambah
keterbatasan lahan perumahan dan permukiman akibat tingginya harga lahan, maka pemerintah bermaksud menata
dan memperbaiki kondisi lingkungan melalui program pengembangan sektor sanitasi.
Dengan adanya kawasan kawasan tersebut, perlu difikirkan pengelolaanya, termasuk pengelolaan limbah
buangan. Untuk itu perlu dilakukan pembangunan percontohan dengan pembuatan Sistem Pembuangan Air Limbah
Terpusat di kawasan-kawasan permukiman guna mewujudkan prasarana dan sarana permukiman yang layak, sehat,
bersih, aman dan serasi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tetap memperhatikan keterjangkauan daya beli
masyarakat.
Sementara itu kondisi eksisting yang ada saat ini berkaitan dengan perilaku masyarakat terhadap limbah
adalah sebagai berikut :
a. Tingkat kesadaran masyarakat akan kualitas lingkungan masih sangat rendah dengan demikian masyarakat
belum banyak terlibat dalam pembangunan prasarana dan sarana air limbah.
b. Pendidikan masyarakat yang rendah mengurangi kecepatan pembangunan prasarana dan sarana air limbah.
c. Kurangnya pengetahuan masayarakat tentang pembuatan pembuangan air limbah setempat secara benar
d. Rendahnya kesadaran dan pengetahuan tentang perilaku hidup besih dan sehat yang mencerminkan bahwa air
limbah bukan merupakan isu penting bagi masyarakat dan kurangnya sosialisasi yang kontinyu tentang limbah
terhadap kesehatan masayarakat.
e. Keterlibatan masayarakat yang masih rendah dalam pembangunan prasarana dan sarana air limbah sering
mengakibatkan pembangunan prasarana dan sarana limbah salah sasaran, tidak efisien, serta keberlangsungan
(sustainability) operasionalisasi prasarana tidak dapat dijamin.
Page 1 of 23

Pembangunan sanitasi masih banyak dilakukan secara parsial, masing-masing institusi melaksanakan
kegiatannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sendiri-sendiri, seringkali kegiatan tersebut sebetulnya dapat
diintegrasikan dalam satu kegiatan yang saling bersinergi. Bahkan masih terdapat pula institusi yang tidak memiliki
tugas menangani sanitasi secara langsung namun sangat dibutuhkan peranannya dalam mendukung pembangunan
sanitasi. Berdasarkan kondisi tersebut Pemerintah Kota Tarakan berupaya meningkatkan layanan sanitasi di Kota
Tarakan dengan turut serta dalam Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP) 20102014. Pada program ini Pemerintah Kota Tarakan menyusun strategi pembangunan sanitasi perkotaan yang bersifat
komprehensif dan koordinatif dengan melibatkan dinas-dinas terkait dengan sanitasi dan pemerintahan provinsi.
Keikutsertaan Kota Tarakan dalam Program Nasional PPSP didahului dengan Surat Walikota Tarakan
nomor: 050/971/Bapp-Set tgl 14 Juni 2010 ditujukan kepada Gubernur Provinsi Kalimantan Timur mengenai
pernyataan Minat Pemerintah Kota Tarakan untuk mengikuti program. Setelah melewati tahapan seleksi akhirnya
ditetapkan Kota Tarakan sebagai salah satu kota yang lolos penjaringan dan menjadi bagian dari 62 kota yang
mengikuti Program PPSP tahun 2011. Keputusan tersebut tertuang dalam Surat Kemendagri nomor:
611/1538/IV/Bangda dengan perihal Penetapan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur peserta Program
PPSP Tahun 2011.
Hal lain yang mendorong keikutsertaan Kota Tarakan dalam Program Nasional PPSP, yaitu...........
Berdasarkan Surat Edaran Mendagri nomor 050/2615/VI/Bangda mengenai Petunjuk Pelaksanaan
Peningkatan Kapasitas dan Kualitas Sanitasi di Daerah, Pemerintah Kota Tarakan membentuk Kelompok Kerja
(Pokja) Sanitasi Kota Tarakan dengan Surat Keputusan Walikota Tarakan Nomor : 610/HK-III/175/2011. Selanjutnya
pada tanggal tgl 14 Juli 2011 dilakukan Kick off Meeting dan Lokalatih sebagai pertanda dimulainya program
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Diharapkan Pokja Sanitasi dapat berfungsi sebagai unit
koordinasi perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan pengawasan serta monitoring pembangunan sanitasi
dari berbagai aspek. Tidak hanya melibatkan unsur pemerintah saja namun juga melibatkan masyarakat serta
swasta secara langsung, baik dalam pokja maupun sebagai mitra pendukung. Untuk memudahkan pekerjaan Pokja
Sanitasi dibentuk Tim Pengarah dan Tim Teknis. Tugas Tim Pengarah mencakup aspek advokasi dan pengarahan
kebijakan bidang kelembagaan, teknis, pemberdayaan dan kerja sama masyarakat, optimalisasi sumber pendanaan
dan peluang investasi oleh swasta dalam program PPSP Kota Tarakan. Tim Teknis bertugas mengkaji, menganalisa,
dan mengumpulkan data untuk memetakan kondisi sanitasi Kota Tarakan. Hasil analisa dan pemetaan kondisi
sanitasi akan disajikan dalam Buku Putih dan selanjutnya dijadikan sebagai dasar Penyusunan Strategi Sanitasi
Kota Tarakan.
1.2. Pengertian Dasar Sanitasi
Sanitasi dapat dipahami sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin
kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan. (Buku
Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi).
Pengertian dasar Penanganan Sanitasi di Kota Tarakan adalah sebagai berikut:
1.

Blackwater adalah limbah rumah tangga yang bersumber dari WC dan urinoir.

2.

Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur
(sisa makanan) dan tempat cuci. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah
rumah tangga (domestik) dengan sistem:
a.

Pengolahan On Site menggunakan sistem septik-tank dengan peresapan ke tanah dalam


penanganan limbah rumah tangga.

b.

Pengelolaan Of Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat.
Page 2 of 23

3.

Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat,
baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS
atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

4.

Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota dan
memutuskan air permukaan.

5.

Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah kota Tarakan untuk menyediakan air bersih bagi
masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang bersumber dari air permukaan maupun
sumur dalam.

1.3. Maksud dan Tujuan


Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan merupakan dasar dan acuan dimulainya pekerjaan sanitasi yang lebih
terintegrasi karena buku putih sanitasi merupakan hasil kerja berbagai komponen dinas atau kelembagaan lain yang
terkait dengan sanitasi. Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan inilah yang menyediakan data dasar yang esensial
mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kota Tarakan, yang nantinya menjadi panduan kebijakan
Pemerintah Kota Tarakan dalam memanajemen kegiatan sanitasi. Kelompok kerja (pokja) sanitasi telah melakukan
analisis situasi dengan mengakses data-data dari kegiatan inilah pemetaan sanitasi Kota Tarakan akan terbentuk.
Pemetaan sanitasi merupakan gambaran awal dan rencana dilakukannya zona-zona sanitasi ditingkat kota.
Dengan adanya zona sanitasi akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan pengembangan
strategi sanitasi skala kota yang didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan
maupun peningkatan sanitasi di Kota Tarakan. Pada masa mendatang penerapan strategi serta pelaksanaanya
dilakukan dengan rencana tindak atau aksi di lapangan. Kemitraan dari berbagai pihak, baik masyarakat (NGO dan
NGS lokal), level kota maupun nasional sangat diperlukan dalam fase ini. Sanitasi di Indonesia memerlukan
perhatian khusus, sehingga peningkatan kepedulian dan penggalakan hidup bersih dan sehat untuk merubah
kebiasaan buruk masyarakat dalam bidang sanitasi tidak terlepas dari program ini. Kegiatan-kegiatan studi pasar
untuk mengetahui permintaan juga dilakukan. Monitoring dan evaluasi tidak bisa ditinggalkan dalam implementasi
program sehingga strategi monitoring dan evaluasi yang tepat perlu diolah dengan matang. Manfaat pengalaman
nasional dalam kerangka pemberdayaan nasional adalah: memperdalam pengkajian sektor sanitasi,
mengembangkan kapasitas pembuat kebijakan dan stakeholders, memperkuat kebijakan dan kerangka peraturan,
mengembangkan kerangka kelembagaan pada tingkat nasional, mengembangkan dan menyebarluaskan strategi
atau rencana tindak serta pedoman bagi pemerintah daerah.
1.4. Metode Penyusunan
1.4.1. Metode Penyusunan Buku Putih
Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih ini secara menyeluruh, akan disajikan
beberapa hal penting yang berkaitan dengan aspek metodologi yang digunakan dalam penulisan ini yang secara
singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Sumber Data
a.

Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing dinas/ kantor terkait,
baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan
peta.
Page 3 of 23

b.

Narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/ kantor terkait
untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan tokoh masyarakat serta LSM

Untuk mendukung data sekunder tersebut juga dilakukan beberapa survey terkait dengan pengelolaan
sanitasi seperti: Enviromental Health Risk Assesment (EHRA), Survey peran media dalam perencanaan
sanitasi, survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survey
keuangan, survey priority setting area beresiko serta survey peran serta masyarakat dan gender.
2. Pengumpulan Data
Proses seleksi dan kompilasi data sekunder berada dalam tahap ini. Teknik kajian dokumen dipergunakan
tim untuk mengkaji data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu memberikan informasi mengenai
apa yang terjadi di masa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini.
1.4.2. Tahapan Penyusunan Buku Putih
Tahapan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pendahuluan
Dalam tahap ini diawali dengan suatu latar belakang di buatnya Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan ini
yang didasari dengan permasalahan kondisi sanitasi Kota Tarakan pada saat ini, sehingga diambillah suatu
tujuan untuk membuat Buku Putih ini agar Buku Putih ini dapat dipergunakan untuk perbaikan sanitasi Kota
Tarakan. Dalam tahap ini dipaparkan metodelogi yang digunakan, studi literatur dan survey-survey (Survey
EHRA, Survey peran media dalam perencanaan sanitasi, survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak
swasta dalam pengelolaan sanitasi, survey keuangan, survey priority setting area beresiko dan survey
peran serta masyarakat dan gender).

2. Tahap Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan adalah mengenai data karakteristik umum kota (kondisi
administrasi, demografi, geografi, topografi, geohidrologi, sosial masyarakat, kesehatan, visi dan misi Kota,
Institusi dan organisasi pemda dan tinjauan tata ruang kota dan kebijakan RTRW), Karakteristik Profil
Sanitasi Kota (Kondisi umum sanitasi, pengelolaan limbah cair, pengelolaan persampahan, pengelolaan
drainase, penyediaan air bersih, komponen sanitasi lainnya, pembiayaan pengelolaan sanitasi)
3. Tahap Perencanaan
Dalam tahap ini akan dibahas perencanaan-perencanaan ke depan bagaimana rencana-rencana
peningkatan pengelolaan sanitasi (limbah cair, sampah, saluran drainase lingkungan dan penyediaan air
minum) yang ada di Kota Tarakan yang diawali dengan semangat visi dan misi sanitasi Kota Tarakan.
4. Tahap Opsi Pengembangan Sanitasi
Dalam tahap ini akan digambarkan kondisi area beresiko tinggi dan permasalahan utamanya, serta
bagaimana opsi pengembangannya dalam skala kota, peran media dan peningkatan kepedulian sosial
dalam rangka Promosi Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), peran serta masyarakat dan jender, keterlibatan
sektor swasta dalam layanan sanitasi dan sub sektor limbah cair domestik.
1.5. Posisi Buku Putih
Page 4 of 23

Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi
Kota Tarakan. Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan Tahun 2011 ini, diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis
sanitasi tingkat

kota. Rencana pembangunan sanitasi kota dikembangkan atas dasar permasalahan yang

dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi.


Setiap tahun data yang ada akan dibuat Laporan Sanitasi Tahunan yang merupakan gabungan antara
laporan Tahunan SKPD dan status proyek sanitasi. Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih Sanitasi
2011dan setelah 3 tahun, semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi Buku Putih Sanitasi.
1.6. Sumber Data
Dalam rangka Penyusunan Buku Putih sebagai kumpulan data kondisi sanitasi sebenarnya, maka sumber data
menjadi sangat penting karena sangat berpengaruh pada faliditas data yang diinginkan yang akan berdampak pada
analisa dan penyusun strategi dalam perencanaan pembangunan sanitasi.
Sumber data yang digunakan meliputi data primer dan data skunder yang meliputi :
a.

Data primer
Data primer yang digunakan dalam proses penyusunan Buku Putih adalah sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan merupakan hasil survay atau observasi lapangan yang dilakukan pokja, rekaman hasil
wawancara maupun potret (Foto) kondisi eksisting dilapangan. Studi EHRA akan dilakukan Pokja langsung
sedangkan beberapa kajian yaitu Kajian Komunikasi dan Media, Kajian Pemberdayaan Masyarakat dan
Jender serta Survey Penyedia Layanan Sanitasi dilaksanakan melalui bantuan konsultan.

b. Data sekunder yang diperoleh dari dokumen yang dimiliki tiap dinas/ SKPD yang terlibat, buku-buku umum
mengenai wajah dan karakter Kota Tarakan secara umum seperti :
1) Laporan Final Tahun Anggaran 2004, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tarakan 2005-2015)
2) Buku 1-2 dan 2-2; Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RIPJM) Bidang PU/Cipta
Karya Kota Tarakan 2009 2013
3) Data Pengembangan Profil Daerah Kota Tarakan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Tarakan tahun 2007
4) Profil Kependudukan Kota Tarakan 2008, Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil dan Badan Pusat
Statistik Kota Tarakan.
5) Tarakan Dalam Angka 2009, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Pusat Statistik Kota
Tarakan Tahun Anggaran 2009
6) Buku Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Kota Tarakan 2009, Kerjasama Badan Pusat Statistik dan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tarakan
7) Master Plan Drainase Kota Tarakan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2005
8) Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Tarakan tahun 2009 Badan Lingkungan Hidup Kota
Tarakan 2009.
9) Buku Data Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Tarakan tahun 2009 Badan Lingkungan Hidup Kota
Tarakan 2009.
Page 5 of 23

10) Buku I/II Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Tarakan, tahun anggaran 2010
11) Buku I/III Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Tarakan, tahun anggaran
2009
12) Buku I/II Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Tarakan, tahun anggaran 2009
13) Lampiran Rencana Kerja Tahunan (RKT) Pemerintah Kota Tarakan tahun 2007
14) Lampiran Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) Pemerintah Kota Tarakan tahun 2007
15) Lampiran Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) Pemerintah Kota Tarakan tahun 2007
16) Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerinta (LAKIP) Pemerintah Kota Tarakan tahun 2006
17) Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerinta (LAKIP) Pemerintah Kota Tarakan tahun 2007
18) Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerinta (LAKIP) Pemerintah Kota Tarakan tahun 2008
19) Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerinta (LAKIP) Pemerintah Kota Tarakan tahun 2009
20) Laporan Pelaksanaan Workshop Pembentukan Pokja AMPL Kota Tarakan, tahun 2010

1.7. Peraturan Perundangan


Kegiatan penyusunan Buku Putih Sanitasi di Kota Tarakan didasarkan pada beberapa peraturan perundangan
yang meliputi :
1.7.1. Undang-Undang
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antar
Pemerintah Pusat dan Daerah.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005-2025.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
7. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
10.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
11. Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
1.7.2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Page 6 of 23

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 tentang Pengaturan Air.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum.
1.7.3.

Keputusan dan Peraturan Presiden Republik Indonesia

1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2004-2009.
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan
Sumber Daya Air.
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.
1.7.4. Peraturan Daerah
1. Peraturan Daerah kota Tarakan Nomor 23 Tahun 2000 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan dan
Kebersihan.
2. Peraturan Daerah kota Tarakan Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah Klinis.
3. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 7 tahun 2004 tentang Izin Pembuangan Air Limbah
4. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Persampahan
5. Peraturan Daerah Kota Tarakan No. 5 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tarakan
2005-2015.
6. Peraturan Daerah Kota Tarakan No.6 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Tarakan 2006-2011
7. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 14 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota
Tarakan Nomor 13 tahun 2002 tentang Retribusi Instalasi Pengelolaan Air Limbah
8. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Kota Tarakan.
9. Peraturan Walikota No 6 Tahun 2010 tentang Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) Kota Tarakan.

(Penjelasan pasal-pasal yang relevan dengan sanitasi dan atau buku putih)
Page 7 of 23

No.

Peraturan Perundangan

Pasal yang relevan


UNDANG-UNDANG

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Pasal 4 :


Tentang Perumahan dan Pemukiman
Penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk :
(b) mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak
dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi,
dan teratur.
Pasal 5 ayat (1) :
Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati
dan/atau menikmati dan/atau memiliki rumah yang layak
dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.

Pasal 7 ayat (1) :


Setiap orang atau badan yang membangun rumah atau
perumahan wajib :
a.

mengikuti persyaratan teknis, ekologis, dan


administratif;
b. melakukan pemantauan lingkungan yang terkena
dampak berdasarkan rencana pemantauan
lingkungan;
c. melakukan pengelolaan lingkungan berdasarkan
rencana pengelolaan lingkungan.
Pasal 24 :
Dalam membangun lingkungan siap bangun selain
memenuhi ketentuan pada Pasal 7, badan usaha dibidang
pembangunan perumahan wajib :
a.

membangun jaringan prasarana lingkungan


mendahului
kegiatan
membangun
rumah,
memelihara, dan mengelolanya sampai dengan
pengesahan dan penyerahannya kepada pemerintah
daerah;
b. mengkoordinasikan penyelenggaraan penyediaan
utilitas umum;
c. melakukan penghijauan lingkungan;
d. menyediakan tanah untuk sarana lingkungan;
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Pasal 21 ayat (1):
Tentang Sumber Daya Air
Perlindungan dan pelestarian sumber air ditujukan untuk
melindungi dan melestarikan sumber air beserta
lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan atau
gangguan yang disebabkan oleh daya alam, termasuk
kekeringan dan yang disebabkan oleh tindakan manusia.

Ayat (2)
Perlindungan dan pelestarian sumber air sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
d. pengaturan prasarana dan sarana sanitasi;

Penjelasan; yang dimaksud dengan sanitasi meliputi


prasarana dan sarana air limbah dan persampahan.
3

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004


Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional

Pasal 5 ayat (1) :


RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan
Daerahyang mengacu pada RPJP Nasional.
Ayat (2) :
Page 8 of 23

No.

Peraturan Perundangan

Pasal yang relevan


RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan
program Kepala Daerah yang penyusunannya
berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan
RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan
Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum,
dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas
Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program
kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja
dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang
bersifat indikatif.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004


Tentang Pemerintah Daerah

Pasal 2 ayat (1) :


Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerahdaerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
kabupaten dan kota yang masing-masing mempunyai
pemerintahan daerah.
Ayat (2) :
Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Ayat (3) :
Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah, dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
pelayanan umum, dan daya saing daerah.

Pasal 14 ayat (1) :


Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan
daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang
berskala kabupaten/kota meliputi:
a.
b.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004


Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

perencanaan dan pengendalian pembangunan;


perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata
ruang;
c. penyediaan sarana dan prasarana umum;
d. penanganan bidang kesehatan;
e. pengendalian lingkungan hidup;
f.
penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya;
Pasal 3 ayat (1) :
PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada
Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan
otonomi daerah sesuai dengan potensi Daerah sebagai
perwujudan
Desentralisasi.
Pasal 4 ayat (1) :
Penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah dalam
rangka pelaksanaan Desentralisasi didanai APBD.
Pasal 5 ayat (1) :
Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi
terdiri atas Pendapatan Daerah dan Pembiayaan.

Page 9 of 23

No.

Peraturan Perundangan

Pasal yang relevan


Ayat (2):
Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bersumber dari:
a. Pendapatan Asli Daerah;
b. Dana Perimbangan; dan
c. Lain-lain Pendapatan.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Penjelasan:


Tentang Rencana Pembangunan Jangka RPJP Daerah harus disusun dengan mengacu pada RPJP
Panjang Nasional 2005 2025
Nasional sesuai karakteristik dan potensi daerah.
Selanjutnya RPJP Daerah dijabarkan lebih lanjut dalam
RPJM Daerah.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Pasal 11 ayat (1) :


Tentang Penataan Ruang
Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam
penyelenggaraan penataan ruang meliputi:
a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap
pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota
dan kawasan strategis kabupaten/kota;
b. pelaksanaan
penataan
ruang
wilayah
kabupaten/kota;
c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis
kabupaten/kota; dan
d. kerja sama penataan ruang antarkabupaten/kota.
Ayat (2) :
Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam
pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota;


b. pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan
c. pengendalian
pemanfaatan
ruang
wilayah
kabupaten/kota.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Pasal 4 :
Tentang Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta
menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Pasal 5 :
Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin
terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan
berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan
sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Pasal 6 :
Tugas Pemerintah dan pemerintahan daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 terdiri atas:
a. menumbuhkembangkan
dan
meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah;
b. melakukan penelitian, pengembangan teknologi
pengurangan, dan penanganan sampah;
c. memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan
upaya pengurangan, penanganan,dan pemanfaatan
sampah;
d. melaksanakan
pengelolaan
sampah
dan
memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana
Page 10 of 23

No.

Peraturan Perundangan

Pasal yang relevan


pengelolaan sampah;
e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan
manfaat hasil pengolahan sampah;
f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang
berkembang pada masyarakat setempat untuk
mengurangi dan menangani sampah; dan
g. melakukan koordinasi antarlembaga pemerintah,
masyarakat, dan dunia usaha agar terdapat
keterpaduan dalam pengelolaan sampah.
Pasal 9 ayat (1) :
Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah,
pemerintahan kabupaten/kota mempunyai kewenangan:
a.
b.

c.
d.

e.

f.

menetapkan kebijakan dan strategi


pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan nasional
dan provinsi;
menyelenggarakan
pengelolaan
sampah skala kabupaten/kota sesuai dengan
norma,standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan
oleh Pemerintah;
melakukan
pembinaan
dan
pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang
dilaksanakan oleh pihak lain;
menetapkan
lokasi
tempat
penampungan sementara, tempat pengolahan
sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir
sampah;
melakukan
pemantauan
dan
evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan
selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat
pemrosesan akhir sampah dengan sistem
pembuangan terbuka yang telah ditutup; dan
menyusun dan menyelenggarakan
sistem tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai
dengan kewenangannya.

Ayat (2) :
Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu
dan tempat pemrosesan akhir sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan bagian dari
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
9

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 3 :


Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Perlindungan
Lingkungan Hidup
bertujuan:

dan

pengelolaan

lingkungan

hidup

a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik


Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup;
b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan
manusia;
c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup
dan kelestarian ekosistem;
d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. mencapai
keserasian,
keselarasan,
dan
keseimbangan lingkungan hidup;
f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini
dan generasi masa depan;
g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas
lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi
Page 11 of 23

No.

Peraturan Perundangan

Pasal yang relevan


manusia;
h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam
secara bijaksana;
i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
j. mengantisipasi isu lingkungan global.
Pasal 13 ayat (1) :
Pengendalian
pencemaran
dan/atau
kerusakan
lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian
fungsi lingkungan hidup.

Ayat (2) :
Pengendalian
pencemaran
dan/atau
kerusakan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. pencegahan;
b. penanggulangan; dan
c. pemulihan.

Ayat (3) :
Pengendalian
pencemaran
dan/atau
kerusakan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai
dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab masingmasing.
10.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (1):


Tentang Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.

Ayat 2 :
Penyelenggara pelayanan publik yang selanj utnya
disebut Penyelenggara adalah setiap institusi
penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen
yang dibentuk berdasarkan undangundang untuk kegiatan
pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk
semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
Pasal 3 :
Tujuan undang-undang tentang pelayanan publik adalah:
a.

b.

terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas


tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan
kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan publik;
terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan
Page 12 of 23

No.

Peraturan Perundangan

Pasal yang relevan


publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum
pemerintahan dan korporasi yang baik;
c. terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan public
sesuai dengan peraturan perundangundangan; dan
d. terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi
masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
publik.
Pasal 5 ayat (1) :
Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan
barang publik dan jasa publik serta pelayanan
administratif yang diatur dalam peraturan perundangundangan.
Ayat (2) :
Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha,
tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan
hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan,
perhubungan, sumber daya alam, pariwisata, dan sektor
strategis lainnya.

11

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

Pasal 6

Tentang Kesehatan

Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat


bagi pencapaian derajat kesehatan
Pasal 15 :
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan
lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun
sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan
yang setinggi- tingginya.
Pasal 162 :
Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pasal 163 ayat (1) :
Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat
menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak
mempunyai risiko buruk bagi kesehatan.
Ayat (2) :
Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat
rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.
Ayat (3) :
Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan
kesehatan, antara lain:

a.
b.
c.
d.

limbah cair;
limbah padat;
limbah gas;
sampah yang tidak diproses sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan pemerintah;
e. zat kimia yang berbahaya;
Page 13 of 23

No.

Peraturan Perundangan

Pasal yang relevan


f.
g.
h.
i.

kebisingan yang melebihi ambang batas;


radiasi sinar pengion dan non pengion;
air yang tercemar;
udara yang tercemar

PERATURAN PEMERINTAH
1

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982


Tentang Tata Pengaturan Air

Pasal 9 :
Pengaturan usaha-usaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 Peraturan Pemerintah ini meliputi hal-hal sebagai
berikut :
a. penetapan rencana prioritas penggunaan air dan/atau
sumber air;
b. penetapan urutan prioritas penggunaan air dan/atau
sumber air di dalam rencana perlindungan,
pengembangan, dan penggunaan sumber air
tersebut;
c. pengaturan penggunaan air dan/atau sumber air;
d. pengaturan cara pembuangan air limbah beserta
bahan-bahan limbah lainnya;
e. pengaturan pembangunan bangunan pengairan
maupun bangunan lain pada sumber air;
f. pengaturan terhadap masalah-masalah lain yang
mungkin timbul.
Pasal 17 :
Penggunaan dan penyediaan air untuk keperluan pokok
kehidupan sehari-hari sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 Peraturan Pemerintah ini, baik oleh perorangan
maupun oleh sekelompok masyarakat, dilakukan sesuai
dengan adat kebiasaan setempat dan persyaratan yang
bersangkutan dengan teknik penyehatan dan kesehatan
lingkungan.

Pasal 23 ayat (1) :


Kecuali penggunaan air untuk keperluan pertanian dan
ketenagaan, permohonan izin penggunaan air dan/atau
sumber air untuk keperluan sebagaimana dimaksud pada
Bagian Ketiga Bab ini disampaikan kepada pihak yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
Peraturan
Pemerintah ini dengan disertai keterangan dan data yang
diperlukan diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Ayat (3) :
Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
pasal ini harus disertai rencana cara pembuangan air
limbahnya beserta bahan-bahan limbah lainnya baik cair
maupun padat.
Pasal 31 ayat (1) :
Pemerintah baik di Pusat maupun di Daerah, Lembagalembaga dan Badan-badan Hukum tertentu masingmasing sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya menyelenggarakan usaha pengendalian daya
rusak air terhadap sumber air serta lingkungannya.
Page 14 of 23

No.

Peraturan Perundangan

Pasal yang relevan

Ayat (2) :
Masyarakat wajib membantu usaha pengendalian daya
rusak air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini.
Pasal 33 :
Masyarakat wajib membantu usaha pengendalian dan
pencegahan terjadinya
pencemaran air yang dapat merugikan penggunaan air
serta lingkungannya
2

Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991


Tentang Sungai

Pasal 2 :
Lingkup pengaturan sungai berdasarkan Peraturan
Pemerintah ini mencakup perlindungan, pengembangan,
penggunaan, dan pengendalian sungai termasuk danau
dan waduk.
Pasal 22 ayat (1) :
Pejabat yang berwenang bersama-sama dengan pihak
lain yang bersangkutan, masing-masing sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya, menyelenggarakan
upaya pengamanan sungai dan daerah sekitarnya yang
meliputi :
a. pengelolaan daerah pengaliran sungai;
b. pengendalian daya rusak air;
c. pengendalian pengaliran sungai.
Pasal 27 :
Dilarang membuang benda-benda/bahan-bahan padat
dan/atau cair ataupun yang berupa limbah ke dalam
maupun di sekitar sungai yang diperkirakan atau patut
diduga akan menimbulkan pencemaran atau menurunkan
kualitas air, sehingga membahayakan dan/atau
merugikan penggunaan air yang lain dan lingkungan.

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Pasal 2 :


Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan
Berbahaya dan Beracun
menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta
melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah
tercemar sehingga sesuai fungsinya kembali.
Pasal 3 :
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
yang menghasilkan limbah B3 dilarang membuang limbah
B3 yang dihasilkannya itu secara langsung ke dalam
media lingkungan hidup, tanpa pengolahan terlebih
dahulu.
Pasal 4 :
Setiap orang atau badan usaha yang melakukan kegiatan
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,
dan penimbunan limbah B3 dilarang melakukan
pengenceran untuk maksud menurunkan konsentrasi zat
racun dan bahaya limbah B3.
Page 15 of 23

No.

Peraturan Perundangan

Pasal yang relevan


Pasal 9 ayat (1) :
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
yang
menggunakan bahan berbahaya dan beracun dan/atau
menghasilkan limbah B3 wajib melakukan reduksi limbah
B3, mengolah limbah B3dan/atau menimbun limbah B3.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Pasal 3 ayat (1) :


Tentang Analisis Mengenai Dampak
Usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat
Lingkungan
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup meliputi :
a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui
maupun yang tak terbaharui;
c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat
menimbulkan pemborosan, pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan
sumber daya alam dalam pemanfaatannya;
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat
mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan,
serta lingkungan sosial dan budaya;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat
mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi
sumber daya dan/atau perlindungan cagar budaya;
f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan, dan
jenis jasad renik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non
hayati;
h. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai
potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup;
i. kegiatan yang mempunyai resiko tinggi, dan atau
mempengaruhi pertahan negara.

Ayat (2) :
Jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang wajib memiliki analisis mengenai
dampak lingkungan hidup ditetapkan oleh Menteri setelah
mendengar dan memperhatikan saran dan pendapat
Menteri lain dan/atau Pimpinan Lembaga Pemerintah
Non-Departemen yang terkait.

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Pasal 4 ayat (1) :


Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengelolaan kualitas air dilakukan untuk menjamin
Pengendalian Pencemaran Air
kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya agar
tetap dalam kondisi alamiahnya.
Ayat (2) :
Pengendalian pencemaran air dilakukan untuk menjamin
kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air melalui
upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air
serta pemulihan kualitas air.
Ayat (3) :
Upaya pengelolaan kualitas air sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan pada :
1. Sumber air yang terdapat di dalam hutan lindung;
2. Mata air yang terdapat di luar hutan lindung; dan
Page 16 of 23

No.
6

Peraturan Perundangan

Pasal yang relevan

3. Akuifer air tanah dalam.


Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 Pasal 2 :
Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan
Pengaturan pengembangan SPAM diselenggarakan
Air Minum
secara terpadu dengan pengembangan Prasarana dan
Sarana Sanitasi yang berkaitan dengan air minum.
Pasal 14 ayat (1) :
Perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan
pengaturan pengembangan SPAM dan Prasarana dan
Sarana Sanitasi.

Ayat (2) :
Prasarana dan Sarana Sanitasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi PS Air Limbah dan PS
Persampahan.

Ayat (3) :
Pengembangan Prasarana dan Sarana Sanitasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada
pertimbangan:
a.

keberpihakan pada masyarakat miskin dan daerah


rawan air;
b.
peningkatan derajat kesehatan masyarakat;
c.
pemenuhan standar pelayanan; dan
d.
tidak menimbulkan dampak sosial.
Pasal 23 ayat (1) :
Penyelenggaraan
pengembangan
SPAM
harus
dilaksanakan secara terpadu dengan pengembangan
Prasarana dan Sarana Sanitasi untuk menjamin
keberlanjutan fungsi
penyediaan air minum dan terhindarnya air baku dari
pencemaran air limbah dan sampah.
Ayat (2) :
Keterpaduan pengembangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan pada setiap tahapan
penyelenggaraan pengembangan.

Ayat (3) :
Apabila penyelenggaraan pengembangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) belum dapat dilakukan secara
terpadu
pada
semua
tahapan,
keterpaduan
penyelenggaraan pengembangan sekurang-kurangnya
dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam
penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan
teknik.

Ayat (4) :
Dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM dan/ atau
Prasarana dan Sarana Sanitasi Pemerintah Daerah dapat
Page 17 of 23

No.

Peraturan Perundangan

Pasal yang relevan


melakukan kerjasama antardaerah.

KEPPRES DAN PERPRES


1

Keputusan Presiden Nomor 123 Tahun 2001 Pasal 8 Ayat (2) :


Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber
Untuk
mengoptimalkan
pelaksanaan
kebijakan
Daya Air
pengelolaan sumberdaya air di kabupaten/kota,
Bupati/Walikota dapat membentuk wadah koordinasi
pengelolaan sumberdaya air tingkat kabupaten/kota.

Ayat (3) :
Hubungan kerja antara Tim Koordinasi Pengelolaan
Sumberdaya Air dengan wadah koordinasi pengelolaan
sumberdaya air tingkat daerah bersifat konsultatif dan
koordinatif.

Ayat (4) :
Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah selaku
Ketua Harian Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya
Air menetapkan pedoman untuk pembentukan wadah
koordinasi pengelolaan sumberdaya air tingkat daerah.
2

Keputusan Presiden Republik Indonesia Idem


Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan
atas Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres ini hanya mengganti Keangggotaan Tim
Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi yang diatur pada pasal 5)
Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.
Sebelumnya Sekretaris I : Deputi Bidang Produksi,
Perdagangan dan Prasarana, Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional

Diganti oleh: Deputi Menteri Negara Perencanaan


Pembangunan Nasional / Kepala BAPPENAS Bidang
Page 18 of 23

No.

Peraturan Perundangan

Pasal yang relevan


Sarana dan Prasarana.
KEPMEN DAN PERMEN

(menurut UU No.10 tahun 2004 ttg Pembentukan Peraturan Perundangan, Kepmen dan Permen bukan lagi
salah satu dari tata urutan perundangan yg berlaku di Indonesia)
1

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Pasal 1 :


Hidup
Republik
Indonesia
Nomor
35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Program Kali Bersih disingkat dengan PROKASIH adalah
program kerja pengendalian pencemaran air sungai
Bersih.
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas air sungai
agar tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Pasal 8 :


Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003
Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan
tentang Baku Mutu air Limbah Domestik.
permukiman (real estate), rumah makan (restauran),
perkantoran, perniagaan dan apartemen wajib :
a. melakukan pengolahan air limbah domestik sehingga
mutu air limbah domestik yang dibuang ke lingkungan
tidak melampaui baku mutu air limbah domestik yang
telah ditetapkan;
b. membuat saluran pembuangan air limbah domestik
tertutup dan kedap air sehingga tidak terjadi perembesan
air limbah ke lingkungan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor Pasal 1 Point 1:


45 tahun 1990 tentang Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu air adah setiap usaha pencegahan
Air Pada Sumber-sumber Air.
dan penanggulangan prosespenurunan mutu air yang
disebabkan oleh masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
sumber-sumber air dan atau berubahnya tatanan air oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam, dan
atau usaha pemulihannya;

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor Pasal 1 point 5 :


18 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan
membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem
Minum (SPAM).
fisik (teknik) dan non-fisik (kelembagaan, manajemen,
keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam
kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air
minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih
baik.

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN


1

Peraturan Daerah kota Tarakan Nomor 23 Pasal 2 :


Tahun 2000 Tentang Retribusi Pelayanan
Dengan nama Retribusi Pelayanan Persembahan dan
Persampahan Dan Kebersihan
Kebersihan dipungut retribusi atas jasa pelayanan
persampahan dan kebersihan yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah.

Pasal 4 :
Subyek Retribusi adalah orang pribadi dan atau badan
Page 19 of 23

No.

Peraturan Perundangan

Pasal yang relevan


yang mendapatkan jasa pelayanan persampahan dan
kebersihan dari Pemerintah Daerah.

Pasal 5 :
Wajib Retribusi adalah orang pribadi yang memanfaatkan
dan atau menikmati pelayanan pelayanan persampahan
dan kebersihan.
2

Peraturan Daerah kota Tarakan Nomor 23 Pasal 2 ayat (1) :


Tahun 2002 Tentang Pengelolaan Limbah
Setiap orang atau badan penyelenggara pelayanan medis
Klinis
yang menghasilkan limbah klinis padat wajib melakukan
pengelolaan limbah klinis padat yg dihasilkan.

Ayat (2) :
penghasil limbah klinis padat yang tidak mampu
melakukan pengelolaan limbah klinis padat yang
dihasilkan, wajib menyerahkan limbah klinis padat
tersebut kepada pengolah limbah.

Pasal 3 ayat (1) :


Orang atau badan penyelenggara pelayanan medis yang
menghasilkan limbah klinis cair wajib melakukan
pengelolaan limbah klinis cairnya
3

Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 7 Pasal 2 ayat (1) :


tahun 2004 tentang Izin Pembuangan Air
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang akan membuang air
Limbah
limbah ke air dan atau sumber air wajib terlebih dahulu
mendapat izin dari Walikota atau Pejabat.

Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 10 Pasal 2 ayat (1) :


Tahun
2004
Tentang
Pengelolaan
Dinas bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan
Persampahan
pengelolaan persampahan di Daerah.

Ayat (2) :
Camat bertanggungjawab atas pembinaan masyarakat di
bidang pengelolaan persampahan di Kecamatan.

Ayat (3) :
Lurah bertanggungjawab atas pembinaan masyarakat di
bidang pengelolaan persampahan di Kelurahan.
Ayat (4) :
Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan
(3) meliputi pembinaan terhadap kepatuhan masyarakat
mengenai pengelolaan persampahan di wilayahnya
masing-masing.

Peraturan Daerah Kota Tarakan No. 5 tahun

Pasal 4 :
Page 20 of 23

No.

Peraturan Perundangan

Pasal yang relevan

2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Sasaran RTRW Kota adalah :
Kota Tarakan 2005-2015.
d. Tertatanya kawasan yang berfungsi lindung;
e. Tertatanya jenjang pusat-pusat pelayanan;
f. Tertatanya sistem transportasi;
g. Tertatanya prasarana dan sarana fasilitas sosial,
budaya dan ekonomi;
h. Tertatanya kawasan industri dan produksi;
i. Tertatanya kawasan pemukiman perkotaan dan
perdesaan;
j. Menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
menyangkut tata guna tanah, tata guna air, tata guna
udara, tata guna sumber daya alam, serta
kebijaksanaan-kebijaksanaan penunjang penataan
ruang yang direncanakan.
Peraturan Daerah Kota Tarakan No.6 tahun Dokumen RPJMD Kota Tarakan 2006 - 2011 selain
2006 tentang Rencana Pembangunan memuat Visi, Misi, dan Arah Pembangunan Jangka
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Menengah, juga sebagai arahan terselenggaranya
Tarakan 2006-2011
pembangunan daerah yang demokratis dengan prinsipprinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan serta kemandirian dengan
menjaga keseimbangan kemajuan, kesatuan nasional dan
berorientasi ke masa depan.
Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 13
tahun 2002 tentang Retribusi Instalasi
Pengelolaan Air Limbah

Pasal 2 :
Dengan nama Retribusi Instalasi Pengelolaan Air Limbah
dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan
dan penggunaan instalasi pengelolaan air limbah.

Pasal 3 :
Objek Retribusi adalah setiap rumah tangga, kelompok
hunian dan badan hukum lainnya yang menggunakan
IPAL dan secara resmi dan terdaftar sebagai pelanggan

Pasal 4 :

Peraturan Daerah Kota


tahun 2006 tentang
Peraturan Daerah Kota
tahun 2002 tentang
Pengelolaan Air Limbah
8

Subyek Retribusi adalah setiap hunian, rumah tangga dan


badan yang menggunakan IPLT untuk sebagai tempat
pembuangan lumpur tinja disedot tangki septik.

Tarakan Nomor 14
Perubahan Atas
Tarakan Nomor 13 (perubahan hanya pada pasal 9; besar beban retribusi
Retribusi Instalasi air limbah)

Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 3 Pasal 4 ayat (1) :


Tahun 2008 Tentang Perusahaan Daerah Air
Lapangan usaha PDAM adalah penyediaan air minum
Minum Kota Tarakan.
untuk kebutuhan masyarakat dan usaha lainnya di bidang
perairminuman.

Ayat (2) :
Dalam hal penyediaan air minum kepada masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PDAM harus
mencapai cakupan pelayanan 80% (delapan puluh persen
) dari jumlah penduduk.
9

Peraturan Walikota No 6 Tahun 2010 tentang Pasal 4 ayat (1) :


Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan
Page 21 of 23

No.

Peraturan Perundangan
Berbahaya dan Beracun (B3) Kota Tarakan.

Pasal yang relevan


Setiap orang atau badan usaha yang melakukan kegiatan
pengumpulan limbah B3 selain oli bekas dan
penyimpanan sementara limbah B3 wajib terlebih dahulu
memiliki izin dari Walikota.

Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup dikatakan, bahwa Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum. Dalam Pasal 3 undang-undang di atas dijelaskan lebih jauh, bahwa perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan dan
asas manfaat bertujuan untuk; a) melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup; b) menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia; c) menjamin
kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem; d) menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e) mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup; f) menjamin terpenuhinya keadilan
generasi masa kini dan generasi masa depan; g) menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas nlingkungan
hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia; h) mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;
i) mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan j) mengantisipasi isu lingkungan global.

Menurut Pasal 21 Undang-Undang No.32 Tahun 2004, dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak:
a) mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya; b) memilih pimpinan daerah; c) mengelola aparatur
daerah; d) mengelola kekayaan daerah; e) memungut pajak daerah dan retribusi daerah; f) mendapatkan bagi hasil
dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah; g) mendapatkan sumbersumber pendapatan lain yang sah; dan h) mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam Peraturan
perundangundangan. Selanjutnya Pasal 22 Undang-Undang No.32 Tahun 2004 menetapkan bahwa dalam
menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban yang terkait dengan pengelolaan air limbah, yaitu:
(a) meningkatkan kualitas kehidupan, masyarakat;
(b) menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;
(c) menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;
(d) melestarikan lingkungan hidup.
Di dalam Pasal 14 Undang-Undang No.32 Tahun 2004 terdapat 11 urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota. Dari sebelas urusan
wajib tersebut terdapat beberapa urusan wajib yang terkait pengelolaan air limbah sebagai prasarana dan sarana
pembangunan/publik, yaitu:
(a) perencanaan dan pengendalian pembangunan;
(b) perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
(c) penyediaan sarana dan prasarana umum;
(d) penanganan bidang kesehatan;
(e) penanggulangan masalah sosial;
(f) pengendalian lingkungan hidup.

Menurut Pasal 1 ayat (3) Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2005, Air limbah adalah air buangan yang berasal dari
rumah tangga termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman. Sebagaimana Pasal 15 Peraturan Pemerintah
No.16 Tahun 2005, prasarana dan sarana air limbah dilakukan melalui sistem pembuangan air limbah setempat
dan/atau terpusat. Sistem pembuangan air limbah setempat dilakukan secara individual melalui pengolahan dan
pembuangan air limbah setempat. Sedangkan sistem pembuangan air limbah terpusat dilakukan secara kolektif
melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat. Menurut Pasal 15 ayat (5) Dalam hal
prasarana dan sarana Air Limbah belum tersedia, setiap orang perseorangan atau kelompok masyarakat dilarang
membuang air limbah secara langsung tanpa pengolahan ke sumber air baku yang ditetapkan oleh
Pemerintah/Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya.
Sebagaimana ditetapkan di dalam Pasal 23 Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2005, Penyelenggaraan Sistem
Pengelolaan Air Minum (SPAM) harus dilaksanakan secara terpadu dengan pengembangan Prasarana dan Sarana
Sanitasi untuk menjamin keberlanjutan fungsi penyediaan air minum dan terhindarnya air baku dari pencemaran air
limbah dan sampah. Keterpaduan pengembangan sebagaimana dimaksud dilaksanakan pada setiap tahapan
penyelenggaraan pengembangan. Apabila penyelenggaraan pengembangan dapat dilakukan secara terpadu pada
semua tahapan, keterpaduan penyelenggaraan pengembangan sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap
perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik. Dalam penyelenggaraan
pengembangan SPAM dan/atau prasarana dan sarana sanitasi Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama
antardaerah.

1.7.5. Sistematika Dokumen


Sistematika pembuatan Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan ini terdiri dari 6 (enam) Bab, yang masing-masing
bab membahas hal-hal sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Page 22 of 23

Bab ini membahas latar belakang permasalahan, pengertian dasar sanitasi, maksud dan tujuan, metode
penyusunan, kedudukan Buku Putih Sanitasi, dasar hukum penyusunan, serta sistematika dokumen.
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA
Dalam bab ini membahas Kondisi umum kota yang menggambarkan kondisi fisik kota, letak geografi,
topografi dan kondisi geohidrologi dengan batas-batas administrasinya; jumlah penduduk 5 tahun terakhir
dengan kepadatan, sebarannya serta proyeksi jumlah penduduk 5 tahun ke depan; sarana prasarana
pendidikan; sarana prasarana kesehatan; kondisi sosial masyarakat; kondisi ekonomi kota dan
perekonomian masyarakat; harapan umum/visi dan misi kota yang ingin dicapai; institusi dan organisasi
Pemda; dan arah pengembangan pembangunan kota serta rencana tata ruang dan wilayah kota
BAB III PROFIL SANITASI KOTA
Bab ini akan membahas profil sanitasi kota yang menggambarkan kondisi riil sektor sanitasi yang ada saat
ini dan sedang berjalan tentang kondisi umum sanitasi serta kondisi pengelolaan limbah cair, persampahan,
drainase, air bersih di pandang dari landasan hukum, aspek kelembagaan, cakupan layanan, aspek teknis
dan operasional, peran serta masyarakat dan jender dalam penanganan limbah cair serta
permasalahannya. Juga dibahas komponen sanitasi lain seperti penanganan limbah industri, medis dan
kondisi sarana sanitasi sekolah dan kampanye PHBS, dibahas pula mengenai pembiayaan pengelolaan
sanitasi.
BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI
Bab ini akan membahas secara detail mengenai Rencana Pengembangan dan Pembangunan Sektor
Sanitasi yang sedang dan akan dijalankan, berdasarkan Perencanaan Pembangunan yang saat ini masih
berjalan/RPJM Kota yang ada, meliputi Visi dan Misi sanitasi, Strategi Penanganan Sanitasi Kota, Rencana
Peningkatan Pengelolaan Limbah Cair, Sampah, Saluran Drainase Lingkungan, Rencana Pembangunan
Penyediaan Air Minum, dan Rencana Peningkatan Kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI
Dalam bab ini memaparkan hasil kesepakatan Pokja berdasarkan kajian, analisis, obervasi dan survei
lapangan serta merupakan indikasi dan opsi-opsi yang dapat diambil dalam menyusun SSK, dapat diambil
dari kompilasi & analisis data sekunder ataupun Pengumpulan & analisis data primer di area berisiko tinggi:
tentang Jender dan Kemiskinan .
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berisikan rekomendasi/ harapan-harapan dan langkah-langkah tindak lanjut yang harus diambil dalam
penyusunan rencana strategis pembangunan sanitasi kota Tarakan.

Page 23 of 23

Anda mungkin juga menyukai