Anda di halaman 1dari 21

* PENGGUNAAN OBAT

RASIONAL
Tyas Kusuma, M.Sc., Apt

*Proses pelayanan pasien adalah suatu metode yang


sistematik dan komprehensif dan digunakan untuk
mengidentifikasi, menyelesaikan, dan mencegah
problema-problema dalam terapi obat.

*Suatu problema terapi obat adalah suatu aspek terapi

obat pada pasien yang mengganggu hasil terapi pasien


yang positif dan yang diinginkan.

*Proses pelayanan pasien:


1. melakukan asesmen terhadap kebutuhan pasien akan
obat,
2. pembuatan rencana pelayanan yang memenuhi
kebutuhan pasien akan obat,
3. melakukan evaluasi tindak lanjut untuk menentukan
apakah hasil terapi positif telah diperoleh.

* Asesmen Terhadap Kebutuhan Pasien Akan Obat


* Langkah pertama dalam asesmen ini adalah mengidentifikasi

kebutuhan pasien akan obat dengan cara mengoleksi, menyususn,


dan mengintegrasikan informasi-informasi tentang pasien, obat, dan
penyakit pasien.

* Pasien merupakan sumber informasi primer; termasuk di dalamnya


adalah menanyakan pada pasien apa yang diinginkan dan apa yang
tidak diinginkan, dan pula menentukan seberapa jauh pasien
mengerti terapi obat yang diberikan pada pasien itu.

* Informasi selain dapat diperoleh dari pasien, juga dapat diperoleh


dari anggota keluarga pasien atau orang yang merawat pasien.
Informasi juga dapat diperoleh dari catatan/rekam medik pasien.

Tipe-tipe informasi yang relevan adalah:


1. Informasi tentang pasien

*
*
*
*

Informasi demografi dan latar belakang, seperti


umur, jenis kelamin, bobot, dan tinggi badan.
Riwayat sosial yang meliputi pengaturan
kehidupannya (life-style), pekerjaan, dan
kebutuhan-kebutuhan spesifik.
Riwayat keluarga, yaitu riwayat kesehatan orangtua dan saudara-saudaranya.
Infromasi asuransi/administrasi, misal nama
asuransi yang dipunyai, dokter yang memberikan
pelayanan kesehatan.

2. Infromasi tentang penyakit

*
*
*
*
*

Riwayat penyakit yang lalu,


Problema medik yang dialami sekarang,
Riwayat penyakit sekarang,
Informasi-informasi yang berhubungan dengan system
review, test fisik (physical exam), hasil laboratorium, dan
hasil X-ray.
Diagnosis

3. Informasi tentang obat


* Alergi terhadap obat, efek obat yang tidak
dikehendaki (termasuk nama obat dan reaksi yang
terjadi),
* Obat-obat yang diresepkan,
* Bagaimana obat tersebut diresepkan,
* Bagaimana pasien menggunakan obatnya,
* Efektivitas dan efek samping obat-obat yang
digunakan,
* Obat-obat tanpa resep, vitamin-vitamin, dan terapi
alternatif yang digunakan,
* Obat-obat dengan dan tanpa resep yang pernah
digunakan (yang telah dihentikan penggunaannya
dalam 6 bulan terakhir).

*Informasi tersebut, selanjutnya, disusun, dianalisis, dan


diintegrasikan untuk keperluan:

1. Penentuan apakah terapi obat pada pasien itu telah


rasional (sesuai, efektif, aman, dan menyenangkan
pasien),
2. Identifikasi problema-problema terapi obat yang
mengganggu tujuan terapi, dan
3. Identifikasi problema-problema potensial dalam terapi
obat pada pasien.

*Problema-problema yang berhubungan dengan terapi

obat pada pasien dapat ditemukan dengan melakukan


asesmen sungguh-sungguh terhadap informasi yang
berhubungan dengan pasien, obat, dan penyakit dan
selanjutnya ditentukan kerasionalan tiap regimen obat
yang digunakan oleh pasien.

*Kebutuhan Pasien tentang Obat


* Lima kunci kebutuhan pasien tentang obat:
1. Pasien mempunyai indikasi yang sesuai dengan

tiap obat yang diberikan,


2. Terapi obat yang efektif,
3. Terapi obat yang aman,
4. Pasien patuh/bersesuaian dengan terapi obat
dan segala aspek terapi yang diperolehnya,
dan
5. Pasien telah memperoleh terapi yang
diperlukan untuk indikasi penyakit yang belum
ditangani.

*Kebutuhan pasien tentang obat dapat

menimbulkan problema bila kebutuhan tersebut


tidak dipenuhi.

*Kerasionalan pemberian obat pada pasien

sebetulnya dapat dicapai dengan memenuhi


segala kebutuhan pasien tentang obat tersebut.

*Bila kebutuhan pasien tentang obat tersebut

tidak dipenuhi maka problema terapi obat pada


pasien timbul.

Problema terapi obat pada pasien dapat dikategorikan


menjadi 8 (delapan) tipe utama:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
*
*

Indikasi yang tidak diberi terapi. Pasien memerlukan terapi obat untuk
indikasi spesifik tetapi pasien tidak memperolehnya.
Pemilihan obat yang tidak tepat. Obat yang diberikan pada pasien tidak
efektif atau toksis.
Dosis subterapi. Dosis yang diberikan pada pasien terlalu kecil.
Dosis berlebihan. Dosis yang diterima pasien terlalu besar.
Pasien tidak memperoleh obat. Pasien tidak meminum atau tidak
menerima obat.
Reaksi obat tidak dikehendaki (ROTD). Pasien memperoleh suatu
kondisi sebagai akibat reaksi obat yang tidak dikehendaki.
Interaksi obat. Problem medik dapat timbul sebagai akibat interaksi
antara:
Obat obat; Obat makanan; Obat nutrisi,
Obat minuman; Obat penyakit; dan Obat bahan dari lingkungan.

8. Pasien memperoleh obat tanpa ada indikasi. Pasien memperoleh obat


tetapi pasien itu tidak mempunyai indikasi valid bagi obat tersebut.

* Berbagai Penyebab Terjadinya Problema Terapi Obat


Problema Terapi Obat (PTO)

Penyebab PTO

Terapi obat yang tidak diperlukan

. Tidak ada indikasi medis


. Obat yang adiktif/ obat
rekreasional
. Terapi non obat lebih sesuai
. Terapi duplikasi
. Terapi terhadap ADR yang
dpt dihindari

Pemilihan obat yang tidak tepat

.
.
.
.

Sediaan obat yang tidak sesuai


Adanya kontraindikasi
Kondisi refraktori thd obat
Obat tidak diindikasikan utk
kondisi tertentu pasien
. Adanya obat yang lebih efektif

Problema terapi obat (PTO)

Penyebab PTO

Dosis subterapi

. Dosis keliru
. Frekuensi pemakaian yang
tidak tepat
. Lama pemakaian yang tidak
tepat
. Penyimpanan tidak benar
.Cara/rute penggunaan yang
tidak benar

Interaksi obat

.
.
.
.
.
.

Interaksi obat-obat
Interaksi obat-makanan
Interaksi obat-minuman
Interaksi obat-nutrisi
Interaksi obat-penyakit
Interaksi obat-bahan dari
lingkungan

Problema terapi obat (PTO)

Penyebab PTO

Reaksi obat tidak dikehendaki


(ROTD)

.
.
.
.

(Adverse drug reaction (ADR))

Dosis terlalu besar

Obat tidak aman untuk pasien


Reaksi alergi
Pemakaian tidak benar
Kenaikan/penurunan dosis
terlalu cepat
. Efek tidak dikehendaki

. Dosis keliru
. Frekuensi pemakaian tidak tepat
. Lama pemakaian tidak tepat

Problema terapi obat (PTO)

Penyebab PTO

Komplians tidak terpenuhi

.
.
.
.
.

Memerlukan tambahan terapi


obat

. Kondisi pasien yang belum ditangani


. Terapi sinergistik
. Terapi profilaktik

Produk obat tidak tersedia


Tidak mampu menebus obat
Tidak dpt menelan/memekai obat
Tidak mengerti aturan pemakaian
Pasien memilih tidak memakai obat

*Problema Terapi Obat Aktual dan Potensial


* Problema terapi obat aktual:

Problema yang telah terjadi dan problema itu harus diupayakan


untuk dibenahi.

* Problema terapi obat potensial:

Problema yang sangat mungkin dapat terjadi dan pasien yang


mendapat terapi itu mempunyai risiko untuk memproleh problema
terkait bila intervensi tidak dilakukan.

* Contoh:
* Seorang pasien diketahui pernah mendapat reaksi hipersensitivitas
terhadap amoksisilin. Kemudian, pasien itu mendapat amoksisilin
dengan resep dokter.

* Apakah pasien menghadapi problema terapi obat actual atau


potensial ?

Beberapa Contoh Problema Terapi Obat

Pemakaian bersama-sama ciprofloxacin dan sucralfat, jumlah


ciprofloxacin yang diabsorpsi dari saluran cerna jauh berkurang
sehingga kegagalan terapi dapat terjadi.

Seseorang menggunakan obat kontrasepsi oral dan obat lain atau bahan
dari lingkungan yang menginduksi enzim pemetabolisme obat.
Kehamilan dapat terjadi.

Interaksi antara digoxin dan verapamil. Verapamil dapat meningkatkan


kadar digoxin dalam darah sebesar 44%; hal ini karena verapamil
menurunkan sekresi digoxin melewati saluran empedu.

Pasien yang mendapatkan obat felodipine dan meminum jus jenis jeruk
(grapefruit juice), kadar felodipine dalam darah meningkat 3 kalinya.
Spence (1997) melaporkan terjadinya kematian seorang pria berumur
29 tahun yang menggunakan terfenadine (antihistamine) dan meminum
jus jenis jeruk 2 3 kali tiap minggunya. Kematian ini diakibatkan oleh
toksisitas terfenadine.

Beberapa Contoh Problema Terapi Obat

5. Obat diuretika dapat menurunkan aktivitas obat antidiabetika, karena diuretika


meningkatkan kadar gula darah.
Obat diuretika juga mempunyai efek meningkatkan kadar asam urat dalam darah,
karenanya penggunaan obat untuk mengurangi kadar asam urat darah perlu
dilakukan penyesuaian.
Obat diuretika dapat meningkatkan kehilangan kalium dan mineral lainnya.
Bila seseorang kekurangan kalium dalam darahnya secara berkelanjutan maka dia
akan dapat mengalami:
a. fragilitas tulang,
b. paralysis,
c. sterilitas,
d. kelemahan otot,
e. kerusakan saraf,
f. detak jantung tidak reguler (arrhythmia), dan
g. kerusakan ginjal.
6. Telah dilaporkan tentang meninggalnya beberapa pasien yang memperoleh terapi
dengan obat monoamine oksidase inhibitor (MAOI) setelah pasien itu
menghentikan pemakaian obat fluoxetine. Direkomendasikan bahwa paling tidak
perlu waktu 5 minggu antara penghentian fluoxetine dan inisiasi terapi dengan
MAOI.

*Kesimpulan

1.
2.
3.
4.
5.

Penggunaan obat menjadi rasional bila terapi obat


memenuhi kebutuhan pasien tentang terapi obat
itu.
Penggunaan obat menjadi rasional bila pasien tidak
mendapat problema yang berhubungan dengan
terapi obat tersebut.
Penggunaan obat secara rasional akan
menghasilkan terapi dengan keuntungan maksimal
dan resiko minimal bagi pasien.
Penggunaan obat secara rasional akan
meningkatkan kualitas hidup pasien.
Tenaga kesehatan harus secara terus menerus
mengusahakan peningkatan positive outcome bagi
pasien.

Safety of antimicrobials in pregnancy

* Probable safe: These antimicrobials have demonstrated no important


consistent risk. For example: cephalosporins, erythromycin (base or
stearate), fusidic acid and penicillins.

* To be used with caution: Drugs in this category should be used only for

specific bacteriologically proven indications, if a safer alternative is not


available, because they are associated with theoretical risk. For example:
1. Aminoglycosides (possible ototoxicity)
2. Antitubercular drugs a(cycloserine, ethambutol,
ethionamide, isoniazid, pyrazinamide, rifampicin)
3. Chloramphenicol (contraindicated at term)
4. Metronidazole (teratogenicity)
5. Nitrofurantoin (neonatal hemolysis contraindicated at
term)
6. Sulfonamides (contraindicated at term)
7. Tinidazole (avoid at 1st trimester risk unknown)
8. Trimethoprim (possible teratogenesis)
9. Vancomycin

Safety of antimicrobials in pregnancy

* Contraindicated: These have defined toxicity and are


contraindicated for use in pregnancy.

For example:
- Chloramphenicol (aplastic anemia in mother, grey-baby syndrome)
- Erythromycin estolate (maternal hepatotoxicity)
- Lincomycin and clindamycin (maternal pseudomembranous colitis)
- Quinolones (possible arthropathy in the fetus)
- Sulfonamides (neonatal hemolysis, methemoglobinemia and
kernicterus)
- Tetracyclines (discoloration and dysplasia of teeth and bones)

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai