BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Badan Kesehatan Dunia sebanyak 100-150 juta penduduk dunia adalah
penyandang asma, dan jumlah itu terus bertambah sebanyak 180.000 orang tiap tahun.
Sejumlah informasi seperti di Kanada pada tahun 2003, asma merupakan penyebab hilangnya
24,5 juta hari kerja.
Rata-rata jumlah pasien perhari berkisar 25 orang. Sebagian besar adalah kelompok
lanjut usia. Peralihan musim hujan ke kemarau membuat penderita asma meningkat,
khususnya pada kelompok lanjut usia saat peralihan. Udara di malam hari sangat dingin
sehingga faktor pencetus asma berubah menjadi manifestasi.
B. Tujuan Penulis
1. Memenuhi tugas mata kuliah Askep Gerontik
2. Untuk menambah pengetahuan penulis terutama lanjut usia tentang asma, sebagai
informasi bagi tenaga kesehatan khususnya perawat tentang askep gerontik.
3. Memberitahu pembaca terutama lanjut usia supaya menjaga kondisi tubuh dan kesehatan
dengan tidak terkena asma.
C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka, yaitu
penulis mengambil informasi dari buku yang berkenaan dengan judul di atas.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Menurut Stein (1998), asma adalah obstruksi akut pada bronkus yang disebabkan oleh
penyempitan yang intermitten pada saluran napas di banyak tingkat mengakibatkan
terhalangnya aliran udara, sedangkan menurut Surya (1990), asma adalah obstruksi jalan
napas generalisata yang bervariasi dalam hal spontanitas atau responnya terhadap
pengobatan.
Asma adalah penyakit obstruksi jalan napas yang dapat pulih dan intermitten yang
ditandai oleh penyempitan jalan napas, mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi
(Baughman, 2000).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan asma adalah penyakit
inflamasi obstruksi yang ditandai oleh episodik spasme otot polos dalam dinding saluran
udara bronchial (spasme bronkus). Spasme bronkus ini menyempitkan jalan napas sehingga
membuat pernapasan menjadi sulit (dispnea), menimbulkan bunyi mengi dan batuk.
B. Klasifikasi
Ada 2 bentuk asma : asma bronkhial menurut Subuea (2005), yaitu :
1. Asma esktrinsik, mulai pada usia muda, sering pada anak kecil
Gejala awal berupa ekzema/hay fever (bersin-bersin dengan ingus yang encer) hay fever
dan eksema dapat timbul pada penderita yang berdasarkan sifat imunologik, peka
terhadap alergen yaitu bahan yang terdapat dalam udara. Keadaan ini disebut atopi.
Alergen yang telah lama dikenal ialah tepung sari dari bunga, rumput-rumputan, pohon,
bulu kucing atau debu rumah.
2. Asma bronkhial intrinsik timbul pada usia yang lebih lanjut, hampir sepanjang hidup
penderita ini tidak kita temukan suatu faktor alergi yang menjadi penyebabnya tetapi
ditemukan kepekaan yang berlebihan dari bronkus terhadap sejumlah stimulus yang non
alergi, misal : infeksi virus/bakteri dari bronkus, kadang-kadang kegiatan jasmani,
kadang-kadang karena menghirup udara dingin.
C. Etiologi
Menurut Surya (1990) dalam buku Manual Ilmu Penyakit Paru, penyebab asma
yaitu :
1. Faktor Predisposisi
a. Atopi
Gejala seperti rinitis musiman (hay fever) atau eksema maupun secara imunologis
(berupa tes prick kulit yang positif terhadap satu atau lebih alergen, atau peningkatan
kadar IgE serum.
b. Riwayat keluarga
Suatu riwayat keluarga asma seringkali diperoleh pada anamnesis.
2. Faktor Presipitasi
a. Latihan
Asma, terutama pada remaja, seringkali dicetuskan oleh latihan.
b. Suhu udara
Inhalasi udara kering dan dingin seringkali mencetuskan asma dan beberapa pasien
mungkin mengalami mengi pada perubahan udara dingin menjadi panas.
c. Musim
Musim mempengaruhi asma melalui efeknya pada suhu udara, melalui terjadinya
infeksi saluran napas atas atau melalui alergen air borne musiman.
d. Alergi
Alergen domestol yang paling umum menyebabkan asma adalah bulu binatang dan
debu rumah, tetapi itu mungkin tidak mungkin diketahui atau dibuktikan
hubungannya. Musiman terdiri dari serbuk sari pohon (musim semi), serbuk sarik
rumput (musim panas) lumut (musim gugur) dan banyak yang lainnya.
e. Pekerjaan
f. Makanan dan minuman
Bahan pengawet (sulfur dioksida dalam minuman dan beberapa makanan kalengan),
bahan pewarna (terutama tartrazine dalam makanan dan minuman) atau campuran
(seperti rezin dan bahan lain dalam anggur).
g. Emosi
Emosi mungkin berperan dalam mencetuskan serangan asma pada orang yang sudah
diketahui menderita asma.
h. Obat-obatan
Obat-obatan beta blocker akan memperburuk asma yang sudah ada, analgetik
(terutama tetapi tak selalu aspirin) mungkin mencetuskan asma terutama pada pasien
yang lebih tua yang juga mempunyai polip hidung.
i. Infeksi saluran napas atas
Merupakan pencetus yang umum untuk kambuhnya asma (Surya, 1990).
D. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya penyempitan saluran nafas pada asma disebabkan oleh adanya
proses :
1. Kontraksi otot polos bronkus (bronkospasme)
2. Adanya hiperreaktifitas bronkus
3. Proses peradangan (inflamasi) saluran napas
(Samekto, 2002)
E. Manifestasi Klinis
Menurut Baughman (2002) adalah :
1. Gejala umum
a. Batuk
b. Dispnea
c. Mengi
2. Serangan asma
a. Seringkali terjadi pada malam hari
b. Mulai secara mendadak dengan batuk dan sensasi sesak dada
c. Kemudian pernapasan lambat, laborius, mengi
d. Ekspirasi lebih kuat dan lama dari inspirasi
e. Obstruksi jalan napas membuat sensasi dispnea
f. Batuk sulit dan kering pada awalnya, diikuti dengan batuk yang lebih kuat dengan
sputum yang berbeda dari lendir encer.
g. Total serangan dapat berlangsung 30 menit sampai beberapa jam dan dapat menghilang
secara spontan
3. Tanda-tanda lanjut
a. Sianosis sekunder akibat, hipoksia berat
b. Gejala-gejala retensi karbon inonoksida (misal : berkeringat, takikardia dan desakan
nadi melebar)
4. Reaksi yang berhubungan
a. Eksem
b. Urtikaria
c. Edema angioneurotik
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurur Samekto (2002) dan Suryo (1990) adalah :
1. Foto ronsen data
Biasanya normal pada saat diantara serangan asma kecuali pada asma yang berat
dan lama (ketika terjadi inflamasi berlebihan dan penebalan dinding dada) atau jika tak
terjadi komplikasi, seperti aspergilosis bronkhopulmonal.
2. Pemeriksaan laboratorium
- Darah : cosinofilia (5-15% total leukosit)
- Sputum : eosinofilis, spiral crushman, kristal charcot leyden
- Tes kulit dengan alergen
- Pengukuran kadar IgE serum
3. Pemeriksaan Radiologi
- Normal atau hiperinflasi
- Penting untuk mengetahui adanya komplikasi : pneumothorak, pneumonia, atelektasit,
pneumomediastinum, dan lain-lain
4. Tes provokasi bronkus
Untuk menunjukkan adanya hiperreaktifitas bronkus :
- Provokasi beban kerja
- Provokasi dengan hiperventilasi isokaonik udara dingin
- Provokasi inhalasi dengan bahan :
a. Spesifik : alergen tertentu
b. Non spesifik : histamin, metakilin, prostaglandin F2 alfa
5. Anlisa gas darah
Pemeriksaan ini atas indikasi untuk menentukan derajat beratnya asma atau gagal nafas.
6. Pemeriksaan EKG
Untuk menentukan seberapa jauh pengaruh serangan asma terhadap jantung.
G. Penatalaksanaan
Menurut Baughman (2000) adalah :
1. Terapi obat
- Agonis beta
- Metilsantin
- Antikolinergik
- Kortikosteroid
- Inhibitor sel mast
2. Penatalaksanaan asma tergantung atas beratnya serangan, berdasarkan anjuran WHO
penatalaksanaan asma secara global (GINA : Global Initiative for Asthma) sebagai
berikut :
Menurut Samekto (2000)
Tujuan umum terapi asma adalah :
a. Pertahankan aktifitas normal, pekerjaan sehari-hari
b. Pertahankan faal paru mendekati normal
c. Cegah gejala kronik dan eksaserbasi
d. Hindari efek samping obat-obatan asma
3. Pencegahan
Menurut Baughman (2000) adalah :
a. Evaluasi dan identifikasi protein asing yang mencetuskan serangan
b. Lakukan uji kulit terhadap bahan dan matras dan bantal jika serangan terjadi pada
malam hari
c. Lakukan uji kulit yang dibuat dengan senyawaan kerokan antigen dari rambut atau kulit
jika serangan tampak berkaitan dengan binatang
d. Hindari pemajanan terhadap bercak serbuk yang membahayakan, misal : tinggal dalam
ruangan ber-AC selama musim serbuk atau jika memungkinkan ubah zona iklim
e. Cegah asma yang diakibatkan oleh latihan (EIA) dengan melakukan inspirasi udara
pada 37C dan kelembaban relatif 100%
f. Tutup hidung dan mulut dengan masker untuk aktivitas yang menyebabkan serangan
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Menurut Nugroho (2000) :
1. Temperatur
- Mungkin serendah 95F (hipotermi) 35C
- Lebih teliti diperiksa di sublingual
2. Pulse (denyut nadi)
- Kecepatan, irama, volume
- Apikal, radial, pedal
3. Respirasi (pernafasan)
- Kecepatan, irama, kedalaman
- Tidak teraturnya pernafasan
4. Tekanan darah
- Saat baring, duduk, berdiri
- Hipotensi akibat posisi tubuh
5. Berat badan perlahan-lahan hilang pada tahun-tahun terakhir
6. Tingkat orientasi
7. Memory (ingatan)
8. Pola tidur
9. Penyesuaian psikososial
a. Status gizi
b. Pemasukan diet
c. Anoreksia, tidak dicerna, mual dan muntah
d. Mengunyah dan menelan
e. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
f. Auskultasi bising usus
g. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
h. Apakah ada konstipasi (sembelit) diare adan inkondinensia alui
13. Sitem genitourinarius
a. Warna dan bau urine
b. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk buang air kecil)
c. Frekuensi, tekanan atau desakan
d. Pemasukan dan pengeluaran cairan
e. Disuria
f. Seksualitas
- Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
- Adanya kecacatan sosial yang mengarah keaktivitas seksual
14. Sistem kulit
a. Kulit
- Temperatur, tingkat kelembaban
- Keutuhan luka, luka bakar, robekan
- Turgor (kekenyalan kulit)
- Perubahan pigmen
b. Adanya jaringan parut
c. Keadaan kuku
d. Keadaan rambut
e. Adanya gangguan-gangguan umum
15. Sistem mukuloskeletal
a. Kontraktur
- Atrofi otot
- Mengecilkan tendo
- Ketidakadekuatannya gerakan sendi
b. Tingkat mobilitas
- Ambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatan
- Keterbatasan gerak
- Kekuatan otot
- Kemampuan melangkah atau berjalan
c. Gerakan sendi
d. Paralisis
e. Kifosis
16. Psikososial
a. Menunjukkan tanda-tanda meningkatkannya ketergantungan
b. Fokus-fokus pada diri bertambah
c. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
d. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan
B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi serta Rasional
1. Diagnosa : Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan bronkospasme,
peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental
(Doenges, 1999)
Intervensi
1. Auskultasi bunyi napas
Catat adanya bunyi napas, misal :
Rasional
1. Beberapa derajat spasme bronkus
terjadi dengan obstruksi jalan napas
dan dapat tak dimanifestasi-kan
Intervensi
mengi, krekels, ronchi
Rasional
adanya bunyi napas adventisius,
misal : penyebaran krekels basah
(bronkhitis), bunyi napas redup
dengan ekspirasi mengi (emfisema)
atau tidak adanya bunyi napas (asma
berat)
2. Kaji/pantau frekuensi pernapasan.
2. Takipnea biasanya ada pada beberapa
Catat rasio inspirasi/ekspirasi
derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama stres/adanya
proses infeksi akut
3. Catat adanya/derajat dispnea, misal : 3. Disfungsi pernapasan adalah variabel
keluhan lapar udara, gelisah,
yang tergantung pada tahap proses
ansietas, distres pernapasan,
kronis selain proses akut yang
penggunaan otot bantu
menimbulkan perawatan di rumah
sakit, misal : infeksi, reaksi alergi
4. Kaji pasien untuk posisi yang
4. Peninggian kepala tempat tidur
nyaman, misal : peninggian kepala
mempermudah fungsi pernapasan
tempat tidur, duduk pada sandaran
dengan menggunakan gravitasi
tempat tidur
5. Pertahankan polusi lingkungan
5. Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan
minimum, misal : debu, asap dan
yang dapat mentriger episode akut
bulu bantal yang berhubungan
dengan kondisi individu
6. Dorong/bantu latihan napas
6. Memberikan pasien beberapa cara
abdomen/bibir
untuk mengatasi dan mengontrol
dispnea dan menurunkan jebakan
udara
7. Kolaborasi dalam pemberian obat, 7. Merilekskan otot halus dan
misal
menurunkan kongesti lokal,
menurunkan spasme jalan napas,
mengi dan produksi mukosa. Obat- Bronkodilator : Biagonis,
obatan mungkin per oral, injeksi,
epinefrin
inhalasi
- Xantin : aminofilin, oxtrifilin
2. Diagnosa : Pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan
napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara) (Doenges, 1999)
Intervensi
Rasional
1. Kaji frekuensi kedalaman
1. Berguna dalam evaluasi derajat distres
pernapasan. Catat penggunaan otot
pernapasan dan/atau kronisnya proses
aksesori, napas bibir,
penyakit
ketidakmampuan
bicara/berbincang
2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu 2. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki
pasien untuk memilih posisi yang
dengan posisi duduk tinggi dan
mudah untuk bernapas. Dorong
latihan napas untuk menurunkan
napas dalam perlahan atau napas
kolaps jalan napas, dispnea dan kerja
bibir sesuai kebutuhan/ toleransi
napas
individu
3. Kaji/awasi secara rutin kulit dan
3. Sianosis mungkin perifer (terlihat pada
warna membran mukosa
kuku) atau sentral (terlihat sekitar
bibir/daun telinga). Keabu-abuan dan
sianosis sentral mengindikasi
beratnya hipsemia.
4. Dorong mengeluarkan sputum :
4. kental, tebal dan banyaknya sekresi
penghisapan bila diindikasikan
adalah sumber utama gangguan
pertukaran gas pada jalan napas
kecil. Penghisapan dibutuhkan bila
batuk tak efektif.
Intervensi
Rasional
5. Awasi tingkat kesadaran/status
5. Gelisah dan ansietas adalah
mental, selidiki adanya perubahan
manifestasi umum pada hipoksia.
GDA memburuk disertai bingung/
somnolen menunjukkan disfungsi
sentral yang berhubungan dengan
hipoksemia
3. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual/muntah. (Doenges, 1999)
Intervensi
Rasional
1. Kaji kebiasaan diet, masukan
1. Pasien distres pwernapasan akut sering
makanan saat ini. Catat derajat
anoreksia karena dispnea, produksi
kesulitan makan. Evaluasi BB dan
sputum dan obat
ukuran tubuh.
2. Auskultasi bunyi usus
2. Penurunan/hipoaktif bising usus
menunjukkan penurunan motilitas
gaster dan konstipasi (komplikasi
umum) yang berhubungan dengan
pembatasan masukan cairan, pilihan
makanan buruk, penurunan aktivitas
dan hipoksemia.
3. Berikan perawatan oral sering,
3. Rasa tidak enak, bau dan penampilan
buang sekret, berikan wadah
adalah pencegahan utama terhadap
khusus untuk sekali pakai dan tisu.
nafsu makan dan dapat membuat
mual dan muntah dengan
peningkatan kesulitan napas.
4. Hindari makanan penghasil gas dan 4. Dapat menghasilkan distensi abdomen
minuman karbonat.
yang mengganggu napas abdomen
dan gerakan diafragma dan dapat
meningkatkan dispnea.
5. Hindari makanan yang sangat panas 5. Suhu ekstrem dapat
atau dingin.
mencetuskan/meningkatkan spasme
batuk.
4. Diagnosa : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan utama. (Doenges, 1999)
Intervensi
Rasional
1. Awasi suhu
1. Demam dapat terjadi karena infeksi/
dehidrasi
2. Kaji pentingnya latihan napas, batuk 2. Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi
efektif, perubahan posisi sering
dan pengeluaran sekret untuk
dan masukan cairan adekuat.
menurunkan risiko terjadinya infeksi
paru.
3. Observasi warna, karakter, bau
3. Sekret berbau, kuning atau kehijauan
sputum.
menunjukkan adanya infeksi paru.
4. Dorong keseimbangan antara
4. Menurunkan konsumsi/kebutuhan
aktivitas dan istirahat.
keseimbangan oksigen dan
memperbaiki pertahanan pasien
terhadap infeksi, meningkatkan
penyembuhan.
5. Diagnosa : Kurang pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan kurang informasi
(Doenges, 1999)
Intervensi
Rasional
Genogram :
Ket :
: laki-laki
: perempuan
: laki-laki meninggal
: perempuan meninggal
: pasien
15
d) TTV
TD : 150/80mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 37C
Rr : 22 x/menit
e) Sistem kardiovaskular
Nyeri dada tidak ada, sesak napas ada jika klien melakukan aktivitas berat.
f) Sistem pernafasan
Inspeksi : tidak ada benjolan, ketika bicara seperti terengah-engah
Palpasi : foral femitus kanan dan kiri sama
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : suara vesikuler
Sesak jika aktivitas berat, batuk biasanya pada malam hari
g) Sistem integumen
Kulit sudah tidak elastis, Turgor kulit dicubit kembali ke keadaan semula agak
lama tidak priritus, ada perubahan pigmentasi seperti ada bercak-bercak hitam
dibagian tubuh pasien, rambut berwarna kelabu (beruban), kuku sudah tidak
bening.
h) Sistem perkemihan
Klien mengatakan urin keluar lancar dan tidak ada keluhan
i) Sistem muskuloskeletal
Klien mengatakan persendiannya sering sakit, sendi kaku, tapi tidak ada
deformitas, nyeri punggung dan sering pegal
j) Sistem endokrin
Adanya pigmentasi kulit berupa bercak-bercak hitam pada tubuh klien, rambut
berwarna keabu-abuan (beruban)
k) Sistem imun
Sistem imun agak berkurang yaitu dengan seingnya pasien terkena flu,
demam, sakit kepala, kaki sering gemetar
l) Sistem Gatrointestinal
Mual jika gosok gigi kadang ingin muntah, tidak hemoroid, defekasi lancar
tapi kadang konstipasi, nafsu makan masih baik
m) Sistem Reproduksi
Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit kelamin
n) Sistem Persyarafan
Klien mengatakan sering pusing, kesemutan, gemetaran terutama pada bagian
kaki
o) Hemopoetik
Tidak ada pembekakan kelenjat limfe, tidak anemia (konjungtiva merah
muda), tidak pernah transfusi darah
p) Kepala
Tidak ada luka di kepala, sakit kepala
q) Mata
Tidak memakai lensa kontak, penglihatan sudah agak kabur
r) Telinga
Fungsi pendengaran sudah agak berkurang
s) Hidung
Fungsi penciuman masih normal, keluhan kadang flu (dalam seminggu ini)
t) Mulut/Tenggorokan
Perubahan suara (ketika berbicara terengah-engah), tidak memakai gigi palsu,
tidak sakit tenggorokan
u) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar titoid
v) Payudara
Tidak ada benjolan
k. Status Kognitif/Afektif/Sosial
1) Status kognitif : mengetahui fungsi intelektual, dengan shart pottable mental status
questionare (SPMSQ)
Pertanyaan Jawaban
Urutan
0
C. Rasa Kegagalan
0
Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0
D. Ketidakpuasan
0
Saya tidak merasa tidak puas
1
E. Rasa Bersalah
0
Saya merasa sangat bersalah
1
0
0
upaya
tambahan
untuk
memulai
L. Keletihan
Saya tidak lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya
Penilaian : Jumlah 5 depresi ringan. Ket : (Jumlah 5 7 depresi ringan)
3) Status sosial : Apgar Keluarga
APGAR KELUARGA
No Fungsi
Uraian
Skor
1. Adaptasi
2. Hubungan
3. Pertumbuhan
5. Pemecahan
6
Penilaian :
Nilai 4 6 : disfungsi keluarga sedang
Milai 6 maka disfungsi keluarga sedang
1. Pengelompokan Data
DS : - Tn. S mengatakan jika terjadi perubahan cuaca klien merasa sesak nafas
- Tn. S mengatakan asma jarang kambuh
- Tn. S mengatakan menggunakan garam lebih
- Tn. S mengatakan nafsu makan baik tidak ada masalah
- Tn. S mengatakan sesak nafas jika melakukan aktivitas berat
- Tn. S mengatakan persendian sakit
- Tn. S mengatakan nyeri punggung dan sering pegal
- Tn. S mengatakan kadang pilek, demam, dan batuk
- Tn. S mengatakan ada riwayat asma dikeluarga sebelumnya
- Tn. S mengatakan bahwa klien belum mengerti dan belum tahu bagaimana cara
menanggulangi asma
- Tn. S mengatakan bahwa dahulu tidak menjalani imunisasi
DO : - Dalam berbicara terengah-engah
- Waktu duduk kedua tangan memegang lutut, badan di condongkan ke depan
No
Diagnosa
- Sesak nafas jika
melakukan aktivitas
berat
Tujuan
Intervensi
Rasional
- Sesak berkurang
jika beraktivitas
yang mudah
untuk bernafas
No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
mengngat, ditandai dengan
untuk latihan
pengobatan
:
- Klien tahu tentang nafas dan batuk
- Nafas bibir dan nafas
efektif
asma dan tanda
abdominal/diagfragmati
DS :
gejalanya
k menguatkan otot
pernafasan, membantu
- Klien mengatakan bahwa - Klien tahu cara
meminimalkan kolaps
klien belum mengerti
menanggulangi
jalan nafas kecil dan
dan belum tahu
asma/mencegah
membentu mengontrol
bagaimana cara
asma
dispnea
menanggulangi asma
DO :
- Ketika ditanya bagaimana
cara mengatasi asma,
klien mengatakan tidak
tahu
- Fungsi intelektual sedang
- Pasien lansia umu 68
tahun
IMPLEMENTASI
No.
Dx
1.
Tindakan
1. Mengukur TTV
Respon
S : klien mengatakan sering pusing,
kadang sesak
2.
1. Mengukur suhu
SOAP
S : - Klien mengatakan sering pusing, kadang sesak
- Klien mengatakan sputum yang dihasilkan sedikit
O : S : 37C - Klien tidak merokok
N : 86 x/menit - Sputum sedikit
Rr : 22 x/menit
TD : 150/180 mmHg
A : Masalah resiko asma kambuh belum teratasi
P : Lanjutkan rencana tindakan
- Anjurkan klien untuk mengeluarkan sputum jika sputum yang dihasilkan
banyak
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik ed 2. Jakarta : EGC.
Samekto, Widiastuti. 2002. Asma Bronkiale. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Subuea, Hardin, dkk. 2005. Ilmu Penyakit Dalam, cet kedua. Jakarta : Rineka Cipta.
Stein, jay H. 1998. Panduan Klinik Penyakit Dalam ed. 3. Jakarta : EGC.
Surya A, Djaja. 1990. Manual Ilmu Penmyakit Paru. Jakarta : Binarupa Aksara.