Guide Book PDL
Guide Book PDL
Guide Book
PDL FK UNSRI
Nico Irca Verdi Putri Agus Puspa Cipta Erty Ria Putu -= Fahmi
Penyusun
My Book :
Z@ Ev
Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
ISBN NO : 04-0131-000-33
Z@ Ev
Z@ Ev
Kenang-kenangan kecil
Untuk teman-teman yang terbaik,
Koas FK UNSRI
RC/ RA
(Atul Gawande)
S/ : Keluhan :
O/: TD :
/ mmHg
Nadi :
x/menit
RR :
x/menit
Temp : oC
Sense :
Konjungtiva palpebra pucat -/Sklera ikterik -/Leher JVP (52) cm H2O
Cor :
Pulmo :
Abdomen :
Ekstremitas :
Dan hal-hal penting lainnya.
A/ :
P/ :
Hari ini kita melakukan apa yang tidak dilakukan orang lain,
Hari esok kita menerima apa yang tidak diterima orang lain
Resep :
Siapkan resep kuning untuk pasien ASKIN dan resep merah untuk
pasien ASKES yang telah di cap sesuai ruangan masing-masing.
Lihat CPO (Catatan Pemberian Obat) pada masing-masing pasien, cek
apakah obat-obat tersebut masih ada atau habis. Obat-obat yang telah
terdapat pada CPO diberikan untuk 3 hari dan setelah itu harus
meresepkan kembali. Aturan pakai dapat dilihat pada CPO. Obat-obat
yang tidak terdaftar dalam ASKIN/ASKES diresepkan pada resep putih.
Permintaan malaria :
Tambahkan kata-kata Kepada Yth. Laboratorium FK UNSRI
Ambil darah 2 cc dan tampung ke dalam botol oksalat
Minta keluarga pasien mengantarkan sampel darah tersebut ke
laboratorium FK Madang
Jangan lupa ingatkan untuk membawa uang Rp 5.000 Rp 8.000
Ingatkan keluarga pasien utnuk mengambil hasilnya (antara jam 12:00
13:00)
Z@ Ev
Z@ Ev
Z@ Ev
Jam 08:00 sudah harus tiba di poliklinik, ditolerir hingga jam 08:30.
Sebelum ke poliklinik, titiplah dulu pasien-pasien Anda di bangsal ke
teman yang tidak ke poliklinik, sehingga jika ada sesuatu dan lain hal
dapat diatasi lebih dahulu oleh teman Anda tersebut.
Setiap pasien di pilkilinik harus ditensi dulu sebelum diperiksa.
Tapi jangan mau cuma jadi tukang tensi, kita kan juga mau jadi dokter,
jadi kalau ada kesempatan cobalah diskusi dengan kakak residen dan
pelajari pasien-pasien di poliklinik.
Setelah detail masuk, berarti itu saatnya kita kembali ke bangsal.
Pasien pulang
Jangan lupa resepkan obat pulang
Berikan Surat kontrol
Di belakang surat kontrol tuliskan semua hasil laboratorium pasien
tersebut
BSS
Berikan penjelasan dahulu kepada pasien dan keluarganya bahwa gula
darahnya akan diperiksa
Lalu beri penjelasan bahwa ia akan diperiksa dengan alat yang tidak
ditanggung ASKIN/ ASKES sehingga ia perlu membayar.
Setelah mereka setuju untuk membayar, baru robek stick BSS.
Masukkan stick ke dalam alat BSS.
Setelah muncul tulisan apply blood, ambil sampel darah jari pasien
dengan nald steril.
Teteskan darah pada stick BSS (hati-hati jangan terlalu sedikit karena
bisa-bisa tidak
terbaca).
Tunggu sekitar 20 detik, maka akan muncul nilai BSS pada monitor.
Tuliskan hasilnya pada lembar follow up beserta hari dan jam
pemeriksaan.
Setiap pemeriksaan BSS harus dicatat pada buku catatan BSS, lalu
dipertanggungjawabkan pada akhir jaga.
Z@ Ev
EKG
EKG adalah rekaman grafik dari aktifitas listrik yang dibangkitkan oleh jantung
EKG alat yang sangat esensial dalam investigasi al:
Aritmia jantung
Kelainan Jantung
Pengetahuan mengenai bentuk EKG normal dan abnormal diperlukan, sebagai
pemeriksaan penunjang untuk diagnosis penyakit kardiak dan non kardiak
Nico Irca Verdi Putri Agus Puspa Cipta Erty Ria Putu -= Fahmi
Sadapan V1
Sadapan V2
Sadapan V3
Sadapan V4
Sadapan V5
Sadapan V6
0,04 s
0,1 mV
1 mm
Z@ Ev
Z@ Ev
1. Irama
Syarat irama normal (iramasinus) :
Gelombang P berasal dari SA node,
P : Positif di II dan Negatif di aVR.
Setiap gelombang P selalu diikuti gel QRS, T
Bentuk gelombang P pada satu lead sama & konstan
Interval P-P konstan
Interval PR normal 0,12 0,20 detik
Frekuensi Jantung (HR) 60 100 /menit
2. Heart rate
1500/jumlah kotak kecil R-R (gelombang R ke R)
3. Aksis
Lead NORMAL AXIS
RIGHT AXIS
LEFT AXIS
Positif
Negatif
Positif
II
Positif
Negatif
III
Positif
Negatif
4. Rotasi
Z@ Ev
Z@ Ev
EKG NORMAL
11. Gelombang U
Gel U terlihat setelah gelombang T
Arti gelombang U sampai saat ini tidak jelas
Gelombang U yang menonjol dapat terlihat pada:
a. Hipokalemia.
Z@ Ev
Kelainan EKG
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kriteria LVH
1. Gel R di V5 atau V6 26 mm
2. R di V5 atau V6 + S di V1 35 mm
3. R di lead I 15 mm
4. R di lead I + S di lead III 25 mm
5. R di aVL 13 mm atau R II,III,
atau aVF 20 mm
6. Perubahan sekunder T di V5-6 (strain)
Aksis kiri
Prekordial lead
V5 & V6:
R tinggi
Depresi ST
T terbalik
R v5/v6 + S v1:
35mm
Lead standar
R I + SIII : > 25 mm
ST depresi: I
T terbalik: di I, aVL
Z@ Ev
Kriteria RVH
1. Aksis ke kanan (RAD)
2. R tinggi (atau relatif tinggi) di V1
3. RR di V1
4. S dalam di I, aVL, dan V4-6
5. Defiasi aksis posterior dengan RAD
6. Perubahan sekunder T (strain) di V1-3
7. P mitral (left atrial hipertrofi)
Miokard Infark
Kriteria MI (acute / old)
Dapat di diagnosis hanya dengan adanya Q wave
Acute MI: biasanya ST dan T
ST (subepicard injury) dan
T (subendocard injury) saja tidak bisa untuk
diagnosis MI, tapi diduga kuat MI
Penting untuk di ingat: MI di diagnosis hanya bila abnomalitas terjadi pada 2
atau lebih lead
LETAK INFARK
LEAD
Anteroseptal MI
Anterior (localized) MI
Anterolateral MI
High laterral MI
Extensive antrior MI
Inferior (diafragmatik) MI
Posterior MI
Q atau QS di V1-3
Q atau QS di V2-4
Q atau QS di I, aVL, V4-5
Q atau QS di I, aVL
Q atau QS di I, aVL, V1-6
Q atau QS di II, III, aVF
R tall (or relatively tall) di V1-3
EKG
A.Koronaria
Kiri, LM
Kiri
Cab
a.Koronaria
LAD, LCX
LAD
Kiri
LCX
80% kanan, 20%
PDA
kiri
Posterior murni V1-2 (resiprok) Bervariasi kiri dan LCX, PL
kanan
LM=left mean artery, LAD=left anterior decending, LCX=left circumflex,
PDA=posterior decending artery, PL=posteriolateral artery
Z@ Ev
Z@ Ev
I,aVL, V4-6
II,III, aVF
Catatan :
P mitral = P notch pasien MS
Gelombang Normal
1 mV = 10 mm
RVH
axis kanan
R/S di Vi > 1 (Normalnya < 1)
S persisten di V5 dan V6
Contoh: pasien Cor Pulmonal: R/S >1, V5 dan V6 masih ada gel.S, V3 = V4 , R
dan S sama tinggi
Catatan:
- pada pasien Cor Pulmonal terjadi RVH
liver bisa kongestif (besar) karena jantung
- Pada pasien PPOK :
hepar tidak membesar, tetapi melainkan karena turunnya diafragma
ECG(Echocardiografi)
Bimbingan kakak residen (thanks kak)
EDD
ESD
IVS
PW
E/A
AO
LA
FS
LV1DD
LV1Ds
PWd
Ao
= EDD
= ESD
= PWs
=LA ( satu gambar )
LVH
axis kiri
ST depresi di I, II, aVL, V5, V6
S di V1 + R di V5 > 35
PPOK
P peak
RVH
Low voltage ( gelombang kecil dan pendek)
Z@ Ev
Z@ Ev
- hipertensi
- unstable
- infark selavasi , Televasi
Liquo
1. Faktor pencetus :
- terlalu banyak minum
- terlalu banyak makan
- demam
Axis :
Taruh telapak tangan kiri di lead I dan tangan kanan di lead III.
Lead I atas, lead III atas axis normal
Lead I atas, lead III bawah axis kiri
Lead I bawah, lead III atas axis kanan
Gelombang QRS lebih dari 3 kotak pada LBBB/ RBBB (Left/ Right Bundle
Branch Block)
RBBB R di V1
Left di V4, V5, dan V6
Interpretasi : Sinus, Axis, HR, PR interval, QRS, ST change, R/S di V1, S di V1
+ R di V5/V6.
Catatan
PPOK :
- I = cembung, sela iga melebar
- P = stemfremitus menurun
- P = hipersonor
- A = Ves ( + ) menurun
Bronkhitis kronis : produksi sputum
Emfisema : gangguan elastisitas paru
PPOK
: neutrofil ( cek merokok )
PPOK kongenital def - 1 antotripsin
Bronkoskopi diameter kecil = 0,5 cm
Endoskopi Esofagus gaster duodenum ( 1 m)
Gagal ginjal GGK = ireversible
GGA = reversible
PPOK
- spirometer
- Ro thorax
Z@ Ev
Sirosis Hepatis
2. Perut membesar karena cirhosis ditandai oleh ascistes dari perut dulu baru ke
lainnya.
Sedangkan pada ginjal dari jar longgar, lalu ke kaki
Pada gagal jantung dari kaki
Pada malnutrisi dari kaki
3. Berak
Melena seperti teh / kopi (encer)
Berak biasa (desidasi) keras
4. Pola tidur
Pagi ngantuk , malam susah tidur : tanda ensefalopati
( disebabkan pemakaian deuretik , infeksi , malnutrisi berat )
5. Tanda komplikasi lain
PBS = Peritoneal bacterial Sepsis
demam
sakit pada perut
adanya nyeri tekan : pada ascistes bermeksia ( tegay ) karena translokasi
kuman non
patogen menuju peritoneum.
6. Hipoglikemia
Tandanya : demam, ngantuk, keringat dingin. Disebabkan karena kerusakan
hepar.
- Hepar sbg cad.glikogen menjadi tidak berfungsi
- Penurunan nafsu makan
- Infeksi membutuhkan metabolisme yang tinggi.
Simulasi
KU : perut membesar sejak + mgg SRMS
1. DD : Ascistes non gradual, berubah posisi
Tumor gradual, tidak berubah posisi.
Z@ Ev
- hipoglikemia
- PBS
7. Pengobatan PBS :
- Cotrimoksasol
Z@ Ev
Z@ Ev
10
1. Pastikan benar nama pasien dan data lainnya cocok dengan label pada
darah/komponendarah.
2. Dihangatkan dulu ( jika tersedia dapat gunakan blood warmer )
3. Pemberian darah pada suhu dingin aritmia ventricular sampai kematian,
pendarahan pada suhu > 40 C hemolisis
4. Sebelum transfusi darah/ komponen darah diberikan injeksi deksametason IV
( BB < 50 kg = 5 mg , BB > 50 kg =10mg ) dan difenhidramin 1 ampul i.m
( jira diberi i.v encerkan sampai 10 cc )
5. Pasien harus diawasi + 5 10 menit pertama, kemudian diawasi secara
periodik.
6. Dokter harus berada di area yang terjangkau dari RS
7. Kecepatan transfusi darahnya melebihi 100 ml/jam ( + 1ml/menit ) resiko
hati jantung.
8. Jangan menyimpan darah pada suhu kamar lebih lama.
9. Jangan menambah obat ke dalam darah / komponen darah dan jangan
memberi obat suntik bersamaan dengan pemberian transfusi.
Cara pemberian steroid
Prednison -1mg/kgBB 5 mg/tab (retensi air meningkat, menyebabkan
oedem)
Metil prednisolon 4 mg/tab
1 mg/kgBB selama 4 minggu (ex : 50 mg = 10 tablet)
1 bulan berikutnya :
minggu I : turun 5 mg 45 mg (9 tablet)
minggu II : turun 40 mg
minggu II : turun 35 mg
minggu IV : turun 30 mg
Turunkan menjadi 5 10 mg sampai sembuh
TB (Udara)
PPOK
Effusi
Pleura(cairan)
Tumor(massa)
Asma
Pneumothorax
(udara)
Pneumonia
(Udara)
SD Simetris
Barrel Chest
Sela iga melebar
S: >
D: tertinggal
S: >
D: tertinggal
SD simetris
S>
D : Tertinggal
SD simetris
SF naik
SF turun
SF turun
Redup
Ves naik R(+)
Hipersonor Ves turun W(+)
R(+) inf. Sek
Redup
Ves turun
SF naik
Pekak
SF =
SF turun
Sonor
Ves +, M, W+
Hipersonar Ves turun hilang
SF naik
Redup
Ves naik
Gagal jantung
- gagal jantung kiri
- gagal jantung kanan ( ex : car pulmonal )
- Kongestif = kedua-duanya
Kanan
Kiri
Vena Cava
Superior
Z@ Ev
Z@ Ev
11
4. ASHD T inverted
5. Kardiomiopati
- PPHD
- Anemia heart disease
- THD
NYHA I IV
NYHA IV = decomp
HHD fungsional MYHA III
Kalau NYHA IV saat istirahat sesak
CHF : kedua-duanya
Sesak nafas :
- paru
- jantung
- ginjal (kusmaul cepat dalam)
- otak
Jika keluhan sesak berlebihan, cek obyektif bila obyektif baik curigai psikis
MI = murmur sistolik
AI = diastol = 0 , seagle murmur
MS : mitrae buka saat diastolik
Z@ Ev
Z@ Ev
- AHD
12
- Tiroid THD
- ASHD
- CHF
HHD ada riwayat hipertensi, jantung pasti membesar.
Pada PF : batas jantung kanan kiri melebar.
Jadi kalau dulu hipertensi dan sekarang tdk lagi berarti Ejection Fraction
sudah rendah
HHD beri digoksn.
Whole blood utk pendarahan akut
PRC untuk pendarahan kronik
THD nilai index wayne, nilai dari anamnesa, pada THD beri propanolol,
ASHD elongasi aorta , OMI
Catatan
Abses hepar NT (+), hepar teraba, tepi tumpul
Pemberian steroid pada Tb untuk mengobati fibrosisnya
Collitis Tb seperti GE, tetapi encer
Amuba di kamar mandi lama, mules, tapi yang keluar sedikit. Berikan
metronidazole.
HCC (Hepato Celuler Carcinoma)
- tepi tumpul, cembung, tegamg, permukaan berdungkul
- ada bendungan di hepar lien teraba, shifting dulness positif
Asma
-
Tumor Paru :
Hemaptoe dapat dari tumor paru atau bekas Tb
Rencana pemeriksaan tumor paru e.c Tb paru : sitologi sputum dan bronkoskopi
RBW :
BB os/ BB ideal x 100%
BB ideal = (TB-100) x 0.9
RBW
< 90 %
90 110 %
110 170 %
> 170 %
= underweight
= normoweight
= overweight
= obese
Asma terdapat sesak, whezing, dan kadang-kadang batuk. Bedakan dari PPOK
dengan spirometri.
Z@ Ev
Z@ Ev
13
Disentriform
Koleriform (obat : tetrasiklin)
Z@ Ev
Z@ Ev
14
Pemeriksaan Laboratorium
Z@ Ev
Pemeriksaan Hb
A. Cara Sahli
Prinsip : hemoglobin dirubah menjadi hematin asam, kemudian
warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat Hb
Sahli.
Reagen : 5 tetes HCl 0,1 n
B. Cara fotoelektrik : sianmethemoglobin
Prinsip : hemoglobin darah diubah menjadi sianmethemoglobin
(hemiglobinsianida) dalam larutan yang berisi kaliumferrisianida dan kalium
sianida.
Absorbansi larutan diukur pada gelombang 540 nm atau filter hijau.
Larutan yang dipakai : larutan Drabkin.
Pemeriksaan Leukosit :
Darah diencerkan dalam pipet leukosit, kemudian dimasukkan ke dalam kamar
hitung. Jumlah leukosit dihitung dalam voluma tertentu; dengan menggunakan
faktor konversi jumlah leukosit per ul darah dapat diperhitungkan.
Larutan pengencer : larutan Turk ( komposisi : lar. Gentianviolet 1% dalam air
1ml, asam asetat glasial 1 ml; aqua dest ad 100 ml, saring sebelum dipakai).
Pemeriksaan Trombosit
A. Cara langsung (Ress dan Ecker)
Darah diencerkan dengan larutan Rees Ecker dan jumlah trombosit
dihitung dalam kamar hitung. Larutan Rees Ecker : natriumsitrat 3,8 g; lar.
Formaldehid 40% 2 ml; brilliantcresylblue 30 mg; aqua dest ad 100 ml. Larutan
harus disaring sebelum dipakai.
B. Cara tidak langsung (Fonio)
Larutan yang digubakan : magnesiumsulfat 14%.
Pemeriksaan LED
A. Cara Wintrobe
Dengan memakai pipet Wintrobe dan tabung Winrobe.
B. Cara Westergren
Larutan natriumsitrat 3,8% sebanyak 0,4 ml; pipet Westegren.
Pemeriksaan Hematokrit
A. Makrometode menurut Wintrobe
B. Mikrometode
Z@ Ev
15
Pre Hipertensi
Hipertensi
Stadium I
Hipertensi
Stadium II
cw
_|xt ^t h}|t
Nico Poundra Mulia, S.Ked
Sindroma Nefrotik
Ginjal melakukan fungsi vital sebagai pengatur volume dan komposisi
kimia darah (dan lingkungan dalam tubuh) dengan mengekskresikan solute dan
air secara selektif. Fungsi vital ginjal dilakukan dengan filtrasi plasma darah
melalui glomerulus diikuti resorbsi sejumlah solute dan air dalam jumlah yang
tepat di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan solute dan air akan diekskresikan
keluar tubuh sebagai kemih melalui system pengumpul.
Jika kedua ginjal gagal melakukan fungsinya karena sesuatu hal, makia
kematian akan terjadi dalam waktu 3-4 minggu. Kematian yang diakibatkan
gagal ginjal umumnya disebabkan oleh glomerulonefritis kronik. Walupun
banyak penderita glomerulonefritis kronik menderita proteinuria persisten
asimtomatik selama perjalanan penyakitnya, tetapi hanya 50% di antaranya yang
Z@ Ev
II.1. Definisi
Sindroma Nefrotik (SN) merupakan suatu kelainan ginjal yang tidak
jarang dijumpai didalam klinik. Diagnosisnya mudah ditegakkan tetapi
etiologinya seringkali tidak dapat diketemukan.
Secara definisi, SN merupakan suatu kumpulan gejala yang terdiri dari
edema anasarka, proteinuria masif (lebih dari 3,5 gram per hari),
hipoalbuminemia (<3 g/ml), lipiduria dan hiperlipidemia.
II.2. Etiologi
Menurut etiologi SN terbagi dalam 2 kelompok :
1. kelainan ekstra renal : Diabetes Melitus (DM), infeksi, keganasan,
amiloidosis, Lupus Eritematosus (SLE), obat-obatan, preeklamsia,
congenital.
2. kelainan primer glomerulus : Glomerulonefritis
Istilah SN idiopatik dipergunakan untuk kelainan primer glomerulus di
mana factor etiologinya tidak diketahui.
a.
Z@ Ev
16
Sekunder :
a. Glomerulonefritis post infeksi
b. Penyakit sistemik, DM, SLE
c. Keganasan
d. Toxin-toxin spesifik
I.3. Patofisiologi
Seperti halnya penyakit lain, pengertian tentang perubahan patofisiologi
yang terjadi pada SN penting untuk terapi. Perubahan yang paling awal terjadi
sehingga menyebabkan terjadinya gejala SN adalah proteinuria.
Proteinuria terjadi karena kerusakan pada dinding kapiler glomerulus,
sehingga permeabilitasnya terhadap protein darah meningkat. Selain oleh faktor
Z@ Ev
Z@ Ev
17
Z@ Ev
Z@ Ev
I.4. Gejala
Gejala awal SN bisa berupa :
- Berkurangnya nafsu makan
- Pembengkakan kelopak mata
- Nyeri perut
- Pengkisutan otot
- Pembengkakan jaringan akibat penimbunan garam dan air
- Air kemih berbusa]
Perut bisa membengkak karena terjadi penimbunan cairan dan sesak nafas
timbul akibat adanya cairan di rongga sekitar paru-paru (efusi pleura).
Gejala lainnya adalah pembengkakan lutut dan kantung zakar (pada
pria). Pembengkakan yang terjadi seringkali pindah-pindah; pada pagi hari cairan
tertimbun di kelopak mata dan setelah berjalan cairan akan tertimbun
dipergelangan kaki.pengkisutan otot bisa tertutupi oleh pembengkakan.
Pada anak-anak bisa terjadi penurunan tekanan darah (yang bisa
mengakibatkan syok).sedangkan pada orang dewasa bisa rendah, normal atau
tinggi.
Produksi air kemih bisa berkurang dan bisa terjadi gagal ginjal karena
rendahnya volume darah dan berkurangnya aliran darah ke ginjal.kadang gagal
ginjal disertai penurunan pembentukan air kemih terjadi secara tiba-tiba.
Kekurangan gizi bisa terjadi akibat hilangnya zat-zat gizi (misalnya
glukosa) dalam air kemih.pertumbuhan anak-anak bisa terhambat. Kalsium akan
diserap dari tulang. Rambut dan kuku menjadi rapuh dan bisa terjadi kerontokan
rambut. Pada jari tangan akan terbentuk garis horizontal putih yang penyebabnya
tidak diketahui.
Lapisan perut bisa mengalami peradangan (peritonitis). Sering terjadi
infeksi oportunistik (infeksi akibat bakteri yang dalm keadaan normal tidak
berbahaya).
Terjadi kelainan pembekuan darah, yang akan meningkatkan resiko
terbentuk bekuan di dalam pembuluh darah (trombosis), terutama di dalam vena
ginjal utama. Di lain pihak, darah bisa tidak membeku dan menyebatkan
perdarahan hebat.
Tekanan darah tinggi disertai komplikasi pada jantung dan otak paling
mudah terjadi pada penderita yang memiliki diabetes dan penyakit jaringan ikat.
18
I.5. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk mengatasi penyebabnya. Mengobati
infeksi penyebab sindroma nefrotik bisa menyembuhkan sindrom nefrotik itu
sendiri. Jika penyebab adalah penyakit yang dapt diobati (misalnya penyakit
kanker), maka mengobatinya akan mengurangi gejala-gejala.
Jika penyebabnya adalah kecanduan heroin maka menghentikan
pemakaian heroin pada stadium awal akan menghilangkan gejala-gejalanya.
Penderita yang peka terhadap cahaya matahari, racun pohin ek, gigitan serangga
sebaiknya menghindari bahan-bahan tersebut.
Jika tidak ditemukan penyebab yang pasti, maka diberikan
kortikosteroid dan obat-obatan yang menekan system kekebalan (misalnya
siklofosfamid).
Pengobatan yang umum adalah diet yang mengandung protein dan
kalium jumlah yang normal dengan lemak jenuh dan natrium yang rendah.
Terlalu banyak protein akan meningkatkan kadar protein dalm air kemih.
ACE Inhibitor (misalnya cartopril, enalapril) biasanya menurunkan
pembuangan protein protein dalam air kemih dan menurunkan konsentrasi lemak
dalam darah. Tapi pada penderita yang memiliki kelainan fungsi ginjal yang
ringan sampai berat, obat tersebut akan meningkatkan kadar kalium darah.
Tekanan darah tinggi biasanya diatasi dengan diuretik. Diuretik juga
dapat mengurangi penimbunan cairan dan pembengkakan jaringan tetapi bisa
juga meningkatkan resiko terbentuknya bekuan darah. Antikoagulan bisa
membantu mengendalikan pembentukan bekuan darah.
menderita sirosis (2 4,5 : 1), terbanyak pada dekade lima. Dari hasil biopsi
ternyata kekerapan sirosis mikro dan makronodular hampir sama (1,6 : 1,3).
Sirosis Hepatis
Sirosis hati adalah penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi
arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul
regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskular normal. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati
akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur
akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersbut. Sirosis dapat mengganggu
sirkulasi darah intrahepatik, dan pada kasus yang sangat lanjut menyebabkan
kegagalan fungsi hati secara bertingkat.
Angka kejadian sirosis hati dari hasil autopsi sekitar 2,4% (0,9% 5,9%) di Barat. Angka kejadian di Indonesia menunjukkan pria lebih banyak
Z@ Ev
Z@ Ev
19
Kombinasi skor :
Child A : 5-6
Child B : 7-9
Child C : 10-15
Mortalitas:
Child A pada operasi sekitar 15%
Child B 30%
Child C diatas 60%
Z@ Ev
Gagal Jantung
Definisi
Menurut Braunwald gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis adanya
kelainan fungsi jantung yang mengakibatkan jantung gagal memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel.1
Ciri terpenting dari definisi ini adalah pertama, definisi gagal adalah relatif
terhadap kebutuhan metabolik tubuh, yang kedua penekanan arti gagal ditujukan
pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan.
Gagal jantung kongestif adalah suatu sindrom dengan gejala dan tanda yang
komplek serta bervariasi yang meliputi sesak nafas, cepat lelah, takipnea,
takikardia, suara ronkhi pada auskultasi paru, kardiomegali, suara gallop
ventrikel, dan edema perifer.
1.2
Etiologi
Gagal jantung merupakan komplikasi paling sering dari segala jenis penyakit
kongenital maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal
jantung meliputi keadaan yang meningkatkan beban awal (preload), beban akhir
(after load), atau menurunkan kontraktilitas miokardium.
Seluruh penyebab dari gagalnya jantung sebagai pompa dapat diklasifikasikan
dalam tiga kategori utama yaitu:
A. Kelainan Mekanis
1. Peningkatan beban tekanan
a. sentral (stenosis aorta, dsb.)
b. perifer (hipertensi sistemik, dsb.)
Z@ Ev
20
Gagal jantung kiri dalam jangka panjang dapat diikuti dengan kegagalan pada
jantung kanan, demikian juga gagal jantung kanan dalam jangka waktu lama
juga dapat menyebabkan gagal jantung kiri. Bilamana kedua gagal jantung
tersebut terjadi pada saat yang sama, maka keadaan ini disebut gagal jantung
kongestif (Congestive Heart Failure).
Dengan demikian, secara klinis gejala gagal jantung kongestif merupakan
gabungan dari gejala jantung kiri dan kanan. Gagal jantung kongestif biasanya
didahului oleh gagal jantung kiri (disfungsi ventrikel kiri) dan perlahan-lahan
akan diikuti kegagalan pada jantung kanan.
B.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
C.
1.
2.
3.
4.
Kelainan Miokardium
Primer
kardiomiopati
miokarditis
kelainan metabolik
toksisitas (alkohol, kobalt dsb)
presbikardia
Kelainan dis-dinamik sekunder (sekunder terhadap kelainan mekanis)
kekurangan oksigen (penyakit jantung koroner)
kelainan metabolik
Inflamasi
Penyakit sistemik
Penyakit paru obstruktif menahun
Perubahan curah jantung dan Konduksi
Henti jantung
Fibrilasi
Takikardia atau bradikardia yang berat
Asinkroni listrik, gangguan konduksi
1.3
Patofisiologi
1.3.1
Mekanisme Dasar
Banyak faktor yang berperan dalam menimbulkan gagal jantung. Faktor-faktor
ini kemudian merangsang terjadinya mekanisme kompensasi, yang apabila
berlebihan dapat menimbulkan gejala-gejala gagal jantung. Gejala gagal jantung
sering merupakan manifestasi kelainan fungsi kontraktilitas ventrikel (disfungsi
sistolik) atau gangguan relaksasi ventrikel (disfungsi diastolik).2 Tetapi menurut
American Heart Association sebagian besar gejala gagal jantung tersebut
ditimbulkan oleh gangguan fungsi ventrikel kiri (disfungsi sistolik).3
1.3.2
Z@ Ev
1.3.3
Mekanisme Kompensasi 2,4
Bila curah jantung karena suatu keadaan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh, maka jantung akan melakukan mekanisme kompensasi
untuk mempertahankan curah jantung kembali ke batas normal. Mekanisme
kompensasi ini biasanya dipakai untuk mengatasi beban kerja atau pun pada saat
menderita sakit. Bila mekanisme ini telah digunakan secara maksimal tetapi
curah jantung tetap tidak cukup, barulah timbul gejala gagal jantung.
Mekanisme kompensasi ini terdiri dari :
Mekanisme Frank-Starling
Pada gagal jantung, berkurangnya isi sekuncup mengakibatkan pengosongan
ventrikel yang tidak sempurna saat jantung berkontraksi, sehingga volume darah
yang menumpuk dalam ventrikel saat fase diastol lebih tinggi dibanding normal.
Keuntungan adanya mekanisme ini adalah peningkatan beban awal (atau volume
akhir diastolik) akan menyebabkan isi sekuncup yang lebih besar pada kontraksi
berikutnya, sehingga bisa membantu mengosongkan ventrikel kiri yang
membesar.
1.
Aktivasi saraf simpatis
Menurunnya curah sekuncup pada gagal jantung akan merangsang timbulnya
respon simpatis. Aktivitas adrenergik simpatis sehingga denyut jantung dan
kekuatan kontraksi akan meningkat untuk menambah curah jantung. Peningkatan
aktivitas saraf simpatik juga menyebabkan vasokonstriksi vena-vena dan arteri
sistemik. Vasokonstriksi arteri perifer akan menstabilkan tekanan arteri dengan
Z@ Ev
21
2.
Aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron
Sistem renin angiotensin aldosteron diaktivasi pada keadaan gagal jantung.
Rangsang untuk mensekresi renin dari sel-sel juxtaglomerular meliputi (1)
penurunan perfusi arteri renalis sehubungan dengan curah jantung yang rendah,
(2) pelepasan renin dari sel-sel juxtaglomerular, (3) interaksi renin dengan
angiotensinogen dalam sirkulasi menjadi angiotensin I, (4) konversi angiotensin
I menjadi angiotensin II. Peningkatan angiotensin II akan meningkatkan tahanan
perifer total dan memelihara tekanan darah sistemik. Angiotensin II juga bekerja
meningkatkan volume intravaskuler melalui dua mekanisme, yaitu di
hipotalamus (merangsang rasa haus yang menyebabkan peningkatan masuknya
cairan) dan pada korteks adrenal (meningkatkan sekresi aldosteron). Selanjutnya,
aldosteron akan meningkatkan reabsorpsi natrium dari tubuli distal ke dalam
sirkulasi. Kenaikan volume intravaskular ini menyebabkan peningkatan beban
awal yang selanjutnya menaikkan curah jantung melalui mekanisme FrankStarling.
3.
Aktivasi Hormon Antidiuretik
Sekresi hormon ini oleh kelenjar hipofisis posterior meningkat pada gagal
jantung, yang mungkin diperantarai oleh adanya rangsang terhadap baroreseptor
di arteri dan atrium kiri, serta oleh peningkatan kadar angiotensin II dalam
sirkulasi. Aktivasi hormon antidiuretik akan menimbulkan retensi cairan, karena
terjadi peningkatan meningkatkan reabsorbsi air pada duktus coligentes.
Kenaikan volume intravaskular ini akhirnya meningkatkan beban awal ventrikel
kiri dan curah jantung.
4.
Peningkatan peptida natriuretik atrium
Peptida natriuretik atrium merupakan suatu hormon kontraregulasi yang
disekresikan oleh atrium sebagai respon terhadap peningkatan tekanan
intrakardiak. Kerjanya berlawanan dengan dengan hormon-hormon lain yang
diaktivasi dalam keadaan gagal jantung, sehingga mensekresi natrium dan air,
menimbulkan vasodilatasi, inhibisi sekresi renin, dan mempunyai sifat antagonis
terhadap efek angiotensin II pada vasopresin dan sekresi aldosteron.
5.
Z@ Ev
1.4
Manifestasi Klinis
Pada awal perjalanan penyakit, secara khas gejala-gejala hanya dirasakan pada
saat latihan/aktivitas fisik. Dengan bertambah beratnya gagal jantung, toleransi
terhadap latihan semakin menurun dan gejala-gejala muncul lebih awal dengan
aktivitas yang lebih ringan, bahkan saat istirahat.
Dyspnea, atau perasaan sulit bernafas, merupakan manifestasi paling umum dari
gagal jantung. Dyspnea disebabkan oleh peningkatan kerja pernafasan akibat
kongesti vaskular paru sehingga mengurangi kelenturan paru. Seperti spektrum
kongesti paru yang berkisar mulai dari kongesti vena-vena paru sampai edema
interstisial dan akhirnya edema alveolar, maka sesak yang dirasakan penderita
pun berkembang progresif. Dyspnea d Effort, atau sesak saat beraktivitas
menunjukan gejala awal dari gagal jantung kiri. Orthopnea, atau sesak saat
berbaring, terutama disebabkan oleh redistribusi cairan dari abdomen dan
ekstremitas bawah ke dalam dada saat berbaring, sehingga menyebabkan naiknya
tekanan hidrostatik kapiler paru yang akan memperburuk kongesti vaskular paru.
Pasien dengan orthopnea biasanya tidur dengan beberapa bantal untuk
Z@ Ev
22
Z@ Ev
Z@ Ev
23
bising jantung (murmur) di lokasi yang berbeda-beda. Pada kedua paru dapat
didengar adanya ronkhi basah halus di daerah basal paru, sedangkan bila ada
edema paru maka akan terdengar ronkhi basah halus di seluruh lapangan paru.
Bila telah terjadi gagal jantung kanan, maka terdapat peningkatan tekanan vena
jugularis, disertai hepatomegali, edema, dan asites.
Gambaran EKG pada pasein gagal jantung kongestif tergantung pada penyakit
yang mendasarinya. Tetapi pada gagal jantung kongestif akut, karena selalu
terjadi iskemik dan gangguan konduksi ventrikel, maka hampir semua EKG
dapat ditemukan gambaran takikardia, left bundle branch-block, perubahan
segmen ST dan gelombang T.
Pada foto torak, sering ditemukan pembesaran jantung dan tanda-tanda
bendungan paru. Apabila terjadi edema paru, dapat ditemukan gambaran kabut di
daerah perifer, penebalan interlobar fissure (Kerleys line). Sedang pada kasus
yang berat dapat ditemukan efusi pleural.
Pemeriksaan echocardiography perlu dilakukan karena dapat menunjukan
besarnya ventrikel kiri maupun kanan, tebalnya dinding ventrikel, faal sistolik
ventrikel kiri, apakah ada kelainan katup yang menjadi penyebab gagal jantung
atau timbulnya kelainan katup (misalnya insufisiensi mitral) akibat ventrikel kiri
yang membesar. Pada gagal jantung kongestif seringkali didapatkan ventrikel
kiri yang membesar, dengan faal sistolik yang terganggu karena daya kontraksi
yang menurun. Hal ini ditunjukan dengan fractional shortening yang menurun
dan ejection fraction yang menurun.
1.
Diuretik
Obat ini bekerja dengan mengurangi cairan intravaskular, sehingga beban
jantung berkurang, bendungan di paru berkurang yang pada akhirnya akan
mengurangi gejala sesak nafas.
Diuretik yang biasa digunakan pada awal terapi adalah loop diuretic atau tiazid.
Loop diuretic yang dipakai yaitu furosemid dengan dosis 1-2 x 40 mg per hari.
Biasanya diberikan bersama penghambat ACE.
Bila efek diuresis kurang memuaskan dosis dapat dinaikkan, atau dapat
dikombinasi dengan tiazid. Jika GFR < 30 ml/menit jangan menggunakan tiazid,
kecuali sinergitik dengan loop diuretic. Pada gagal jantung yang berat, dimana
terjadi juga penurunan perfusi ginjal sehingga terjadi retensi cairan dapat
diberikan metolazon dan dipantau kadar kreatinin serum dan elektrolit.
Potassium sparring diuretic seperti spironolakton, triamteren, dan amiloride
digunakan hanya jika terjadi hipokalemi menetap walaupun telah diberikan
penghambat ACE dan diuretik. Dimulai dengan dosis rendah (spironolakton 1 x
25 mg) selama satu minggu, periksa kalium serum dan kreatinin setelah 57 hari
dan titrasi. Ulangi kembali setiap 57 hari sampai kadar kalium stabil.
2.
ACE Inhibitor
Pada pasein yang mempunyai gangguan sistolik dan belum mempunyai gejala,
pemberian ACE Inhibitor dapat mengurangi risiko terjadinya gagal jantung
kongestif. Pada pasien gagal jantung yang sudah timbul gejala gejala, pemberian
ACE Inhibitor dapat mengurangi keluhan, memperbaiki keadaan klinis, dan
penurunan mortalitas. ACE Inhibitor juga memperlambat kemunduran disfungsi
miokardium.
1.6
Penatalaksanaan 1,2,4,5
Penatalaksanaan gagal jantung didasarkan pada usaha-usaha untuk menentukan
diagnosis yang tepat, penilaian beratnya gejala yang timbul, menentukan etiologi,
identifikasi faktor-faktor pencetus, identifikasi penyakit penyerta, perkiraan
prognosis, antisipasi komplikasi, penjelasan pada keluarga pasien, pilihan
penanganan yang tepat, memonitor perkembangan dan penanganan secara rutin.
Strategi penatalaksanaan gagal jantung meliputi:
1.
Tindakan umum
Pada umumnya semua penderita gagal jantung dianjurkan untuk membatasi
aktivitas sesuai dengan beratnya keluhan (kelas fungsional). Pasien juga diminta
untuk membatasi intake air dan garam, sehingga dapat menurunkan kebutuhan
akan diuretik.
2.
Mengurangi beban kerja dan kelebihan cairan
Beban awal (preload) dapat dikurangi dengan pembatasan cairan, pemberian
diuretik, nitrat, atau vasodilator lainnya. Beban akhir (afterload) dikurangi
dengan obat-obat vasodilator seperti penghambat ACE dan lainnya.
Semua pasien dengan gangguan fungsi ventrikel kiri yang simptomatik perlu
diberikan ACE Inhibitor. Pengobatan dimulai denagn dosis yang rendah seperti
misalnya captopril 23 x 6,25 mg per hari atau enalapril 2 x 2,5 mg per hari
untuk mencegah hipotensi dan azotemia. Bila dosis permulaan tidak memberikan
efek yang memuaskan pada pasien, dosis dapat dinaikkan perlahan-lahan.
Misalnya captoril menjadi 3 x 12,525 mg per hari, enalapril 2 x 510 mg per
hari. Pada pemberian ACE Inhibitor, perlu dimonitor tekanan darah setelah
beberapa jam pemberian, fungsi ginjal dan elektrolit pada interval 12 minggu
setelah peningkatan dosis, 3 bulan dan 6 bulan.
3.
-Blocker
Pemberian -blocker pada pasien gagal jantung harus memenuhi dua syarat
berikut ini: (1) penderita harus dalam terapi ACE Inhibitor dan tidak ada
kontraindikasi, (2) penderita harus dalam keadaan stabil, tanpa inotropik
intravena serta tanpa ada tanda-tanda retensi cairan yang nyata. Pemberian blocker dimulai dengan dosis yang sangat rendah dan dititrasi sampai dosis yang
efektif. Misalnya karvediol dimulai dengan dosis 2 x 3,125 mg per hari dan
dinaikkan menjadi 2 x 6,25 mg per hari dan seterusnya sampai mencapai dosis 2
Z@ Ev
Z@ Ev
24
4.
Beberapa tindakan dan pembedahan 6
1. Biventricular pacing
2. Percutaneous coronary intervention (PCI)
3. Bedah pintas jantung koroner
4. Operasi cangkok jantung (heart transplantation)
5. Kardiomioplasti
6. Tindakan operasi rekonstruksi ventrikel kiri
1.7
Prognosis5
Prognosis pasien Gagal Jantung Kongestif selalu berhubungan dengan etiologi
yang mendasari. Pasien penyakit jantung rematik sering menderita gejala gagal
jantung yang parah, tetapi dengan pembedahan bisa mendekati rentang hidup
yang normal. Dilain pihak, pasien kardiomiopatikongesti idiopatik mempunyai
prognosis yang buruk, dengan lebih dari 50% pasien meninggal dalam 5 tahun.
Tetapi hampir semua pasien dapat mengalami perbaikan gejala dengan terapi
moderen.
3.
Memperkuat kontraktilitas miokard
Digitalis
Indikasi pemberian digitalis (digoksin) ialah denyut ventrikel yang cepat, lebihlebih bila disertai fibrilasi artrium, pada semua tingkat gagal jantung karena
gangguan fungsi ventrikel kiri. Pada pasien dengan fibrilasi atrial tanpa gagal
jantung, pemberian digoksin dapat untuk mengkontrol irama jantung. Pemberian
digoksin bersama dengan diuretik dan penghambat ACE dapat memperbaiki
keluhan pasien, tetapi tidak ada perubahan mortalitas dengan pemberian digoksin
saja. Digoksin dapat memperbaiki faal jantung kiri, menaikkan fraksi ejeksi, dan
memperbaiki kondisi klinis pasien.
Z@ Ev
Nico Irca Verdi Putri Agus Puspa Cipta Erty Ria Putu -= Fahmi
Z@ Ev
25