Anda di halaman 1dari 5

1.

Perbedaan ISPA dan Pneumonia


Jawab: Gejala ISPA yaitu demam, pilek, dan tidak enak badan. Sedangkan Pneumonia
pada umumnya penderita adalah Balita dan Lansia. Gejala mirip dengan ISPA ditambah
sesak napas, napas cepat, pada saat bernafas ada tarikan dinding dada kedalam dan sakit
kepala. ISPA memiliki morbalitas tinggi tetapi mortalitas rendah sedangkan Pneumonia
memiliki morbalitas rendah tetapi mortalitas tinggi.
2. Perbedaan TB Paru dan TB Ekstra Paru! Berikan contoh!
Jawab: TB Eksta Paru. Bila infeksi Tuberkulosis yang timbul menjadi aktif, sekitar
90%-nya selalu melibatkan paru-paru. Gejala-gejalanya antara lain berupanyeri dada dan
batuk berdahak yang berkepanjangan. Sekitar 25% penderita tidak menunjukkan gejala
apapun (yang demikian disebut "asimptomatik"). Kadangkala, penderita mengalami
sedikit batuk darah. Dalam kasus-kasus tertentu yang jarang terjadi, infeksi bisa mengikis
ke dalam arteri pulmonalis, dan menyebabkan pendarahan parah yang disebut Aneurisma
Rasmussen. Tuberkulosis juga bisa berkembang menjadi penyakit kronis dan
menyebabkan luka parut luas di bagian lobus atas paru-paru. Paru-paru atas paling sering
terinfeksi. Alasannya belum begitu jelas. Kemungkinan karena paru-paru atas lebih
banyak mendapatkan aliran udara atau bisa juga karena drainase limfa yang kurang baik
pada paru bagian atas.
TB ekstra paru Dalam 1520% kasus aktif, terjadi penyebaran infeksi hingga ke luar
organ pernapasan dan menyebabkan TB jenis lainnya. TB yang terjadi di luar organ
pernapasan disebut "tuberkulosis ekstra paru". TB ekstra paru umumnya terjadi pada
orang dewasa dengan imunosupresi dan anak-anak. TB ekstra paru muncul pada 50%
lebih

kelompok

pengidap

HIV. Lokasi

TB

ekstra

paru

yang

bermakna

termasuk: pleura (pada TB pleuritis), sistem saraf pusat (pada meningitisTB), dan sistem
kelenjar getah bening (padaskrofuloderma leher). TB ekstra paru juga dapat terjadi
di sistem urogenital (yaitu pada Tuberkulosis urogenital) dan pada tulang dan persendian
(yaitu pada penyakit Pott tulang belakang). Bila TB menyebar ke tulang maka dapat
disebut "TB tulang", yang merupakan salah satu bentuk osteomielitis. Ada lagi TB yang
lebih serius yaitu TB yang menyebar luas dan disebut sebagai TB diseminata, atau
1

biasanya dikenal dengan nama Tuberkulosis Milier. Di antara kasus TB ekstra paru, 10%nya biasanya merupakan TB Milier.
3. Perbedaan TB anak dan TB dewasa!
Jawab: Sekalipun penyebab penyakit tuberkulosis (TB) pada anak dan dewasa sama,
yaitu bakteri Mycobacterium tuberculosis, namun ternyata gejala dan mekanisme TB
berbeda pada keduanya. Karena itulah dibutuhkan penanganan khusus untuk kasus-kasus
TB pada anak.
TB pada anak menginfeksi primer di parenkim paru yang tidak menyebabkan refleks
batuk, sehingga jarang ditemukan gejala TB yang khas seperti batuk berdahak. Pada
parenkim paru ini juga kuman cenderung lebih sedikit, maka TB tidak menular antara
sesama anak. Penyakit TB sangat mudah menular dari orang tua ke anak, tapi TB tidak
menular dari anak ke anak.
Spesialis anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Wahyuni Indawati,
Sp.A mengatakan, penanganan TB pada anak berbeda dengan orang dewasa, khususnya
pada identifikasi gejala, pemeriksaan, dan diagnosis.
Identifikasi gejala perlu dibedakan karena gejala TB pada anak tidak sama dengan orang
dewasa. Gejala TB pada anak tidak khas dan dapat disebabkan oleh penyakit lain. Namun
orangtua perlu mencurigai anak terinfeksi bakteri TB apabila anak demam lama lebih dari
dua minggu, batuk lebih dari tiga minggu tetapi tidak berdahak (tapi seringkali ini
merupakan gejala asma), anak lesu dan tidak seaktif biasanya, napsu makan turun, berat
badan tidak naik selama dua bulan, terjadi kontak dengan pasien TB paru dewasa, dan
teraba

benjolan

di

leher,

diare

yang

sulit

sembuh

Saat anak terinfeksi bakteri TB, belum tentu ia akan langsung mengalami penyakit TB.
Bila daya tahan tubuh anak kuat, bakteri TB akan "tidak aktif" untuk berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun. Saat daya tahan tubuh anak melemah, barulah penyakit TB
menimbulkan gejala.
Setelah mengetahui gejala orangtua perlu melakukan pemeriksaan TB pada anak. Untuk
meningkatkan diagnosis, pemeriksaan TB anak pun berbeda dengan dewasa. Pada orang
dewasa pemeriksaan TB biasanya dengan dahak. Namun pada anak, pemeriksaan dahak
biasanya akan menimbulkan hasil false negative. Selain itu TB anak jarang disertai
dengan batuk, bakteri TB dalam dahak anak juga terlalu sedikit.
2

Pemeriksaan TB anak dilakukan dengan dua cara, yaitu uji tuberkulin dan rontgen dada.
Uji tuberkulin merupakan pemeriksaan utama yaitu dengan menyuntikkan protein bakteri
TB di bawah kulit untuk menilai adanya respon tubuh terhadap bakteri. Jika positif maka
artinya tubuh pernah terpapar bakteri TB sebelumnya sehingga menimbulkan reaksi.
Sedangkan rontgen dada dilakukan untuk menilai adanya kelainan pada paru.
Pemeriksaan rontgen dada dapat membantu diagnosa tetapi tidak dapat digunakan
sebagai satu-satunya alat diagnosa. Bila hasil pemeriksaan dianggap kurang lengkap,
pemeriksaan dahak juga dapat dilakukan.
Diagnosa TB anak memang tidak semudah diagnosis TB dewasa. Maka perlu dilakukan
beberapa pemeriksaan untuk menghasilkan diagnosa yang tepat.
Perbedaan lain yaitu:
1. TB anak lokasinya pada setiap bagian paru, sedangkan pada dewasa didaerah apeks
dan infra klavikuler.
2. Terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sedangkan pada dewasa tanpa pembesaran
3.
4.
5.
6.

kelenjar limfe regional.


Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan pada dewasa dengan fibrosis.
Lebih banyak terjadi penyebaran hematogen, pada dewasa jarang.
Pada anak jarang terjadi penularan terutama pada bayi.
Anak dapat terinfeksi mycobacterium bovis dari susu yang tidak dipasteurisasi infeksi

M.bovis ini umumnya bermanifestasi sebagai kelenjar getah bening atau TB usus.
7. Pengobatan tb anak terdiri dari 2 fase yaitu, fase intensif dengan paduan 3-5OAT
(INH, Rifampizin dan Pirazinamid) selama 2 bulan awal, dan fase lanjutan dengan
paduan 2 OAT (INH-Rifamipizin).
8. Diagnosa penyakit TB anak sulit karena gejala umumnya yang tidak khas dan sulit
untuk mendapatkan spesimen diagnostik.
9. Sebagian besar anak yang terinfeksi M. Tuberculosis tidak menjadi sakit selama masa
anak-anak, satu-satunya bukti infeksi hanyalah tes tuberkulin kulit yang positif.
Kemudian paling besar anak menjadi sakit da infeksi M. Tuberculosis adalah segera
setelah infeksi dan menurun seiring waktu. Jika anak yang terinfeksi menjadi sakit,
sebagian besar akan menunjukan gejala dalam jangka waktu satu tahun setelah
infeksi. Namun untuk bayi, jangka waktu tersebut mungkin hanya 6-8 minggu.
4. Jelaskan tentang Manajemen DOTS!
Jawab: Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang ditimbulkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit

ini

dulunya

bernama Consumption atau Pthisis dan

semula

dianggap sebagai penyakit turunan. Barulah Leannec (1819) yang pertama-tama


3

menyatakan bahwa penyakit ini suatu infeksi kronik, dan Koch (1882) dapat
mengidentifikasikan kuman penyebabnya. Penyakit ini dinamakan tuberkulosis karena
terbentuknya nodul yang khas yakni tubercle. Hampir seluruh organ tubuh dapat
terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah paru-paru.
Penyakit tuberkulosis (TB) paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hasil
Survey Kesehatan Rumah Tangga DEPKES tahun 1995 menunjukan angka kematian
nomor satu dari seluruh golongan penyakit infeksi. WHO memperkirakan (2000) setiap
tahun terjadi 583.000 kasus tuberkulosis baru dan kematian mencapai 140.000. Secara
kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penduduk baru
dengan BTA positif. Kriteria yang menyatakan bahwa di suatu negara tuberkulosis tidak
lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah bila hanya terdapat satu kasus BTA
(+) per satu juta penduduk. Sampai hari ini belum ada satu negarapun di dunia yang telah
memenuhi kriteria tersebut, artinya belum ada satu negarapun yang bebas tuberkulosis.
Bahkan untuk negara maju, yang pada mulanya angka tuberkulosis telah menurun, tetapi
belakangan ini naik lagi sehingga tuberkulosis disebut sebagai salah satu reemerging
diseases. Untuk Indonesia tuberkulosis bukanlah reemerging diseases, penyakit ini
belum pernah menurun jumlahnya di negara kita, dan bukan tidak mungkin meningkat.
Laporan Internasional (1999) bahkan menunjukan Indonesia adalah penyumbang kasus
penderita tuberkulosis terbesar ke tiga di dunia sesudah Cina dan India. Padahal pada
tahun 1980 berdasarkan survei Departemen Kesehatan tergolong empat besar. Menurut
prediksi WHO pada saat sekarang ini Indonesia menduduki peringkat pertama, sehingga
WHO telah menyarankan untuk diterapkannya program DOTS di negara kita. WHO
menyatakan bahwa kunci keberhasilan penanggulangan tuberkulosis adalah menerapkan
strategi DOTS, yang telah teruji ampuh di berbagai negara. Karena itu, pemahaman
tentang DOTS merupakan hal yang amat penting agar tuberkulosis dapat ditanggulangi
dengan baik.
Apa itu DOTS? Kalau kita tulis dalam huruf kecil, dots, dan kemudian kita balik 180
derajat membacanya, akan terbaca sebagai stop. Memang demikianlah maksudnya stop
tuberkulosis. DOTS (Directly Observed Treatment, Short-course) adalah pengawasan
langsung pengobatan jangka pendek, yang kalau kita jabarkan pengertian DOTS dapat
4

dimulai dengan keharusan setiap pengelola program tuberkulosis

untuk direct

attention dalam usaha menemukan penderita dengan kata lain mendeteksi kasus dengan
pemeriksaan mikroskop. Kemudian setiap penderita harus di observed dalam memakan
obatnya, setiap obat yang ditelan penderita harus di depan seorang pengawas. Selain itu
tentunya penderita harus menerima treatment yang tertata dalam sistem pengelolaan,
distribusi dengan penyediaan obat yang cukup. Kemudian, setiap penderita harus
mendapat obat yang baik, artinya pengobatan short course standard yang telah terbukti
ampuh secara klinis. Akhirnya, harus ada dukungan dari pemerintah yang membuat
program penanggulangan tuberkulosis mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan
kesehatan.
Tujuan dari pelaksanaan DOTS adalah menjamin kesembuhan bagi penderita, mencegah
penularan, mencegah resistensi obat, mencegah putus berobat dan segera mengatasi efek
samping obat jika timbul, yang pada akhirnya dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat tuberkulosis di dunia.
DOTS mengandung lima komponen, yaitu:
1. Komitmen pemerintah untuk mendukung pengawasan tuberkulosis.
2. Penemuan kasus dengan pemeriksaan mikroskopik sputum, utamanya dilakukan pada
mereka yang datang ke pasilitas kesehatan karena keluhan paru dan pernapasan.
3. Cara pengobatan standard selama 6 8 bulan untuk semua kasus dengan pemeriksaan
sputum positif, dengan pengawasan pengobatan secara langsung, untuk sekurangkurangnya dua bulan pertama.
4. Penyediaan semua obat anti tuberkulosis secara teratur, menyeluruh dan tepat waktu.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baik sehingga memungkinkan penilaian terhadap hasil
pengobatan untuk tiap pasien dan penilaian terhadap program pelaksanaan
pengawasan tuberkulosis secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai