Anda di halaman 1dari 2

Defek Septum Ventrikel (VSD)

Carko Budiyanto, G 0007049, Tutor : dr. Imam Syafii, M.Kes


Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
2009
Pendahuluan
Istilah defek septum ventrikel menggambarkan suatu lubang pada sekat ventrikel. Defek
tersebut dapat terletak di manapun pada sekat ventrikel, dapat tunggal atau banyak, dan
ukuran serta bentuknya dapat bervariasi (Fyler, 1996).
VSD merupakan kelainan jantung bawaan yang tersering dijumpai, yaitu 33% dari seluruh
kelaianan jantung bawaan (Rilantono, 2003). Tergantung pada umur anak yang diperiksa
dan jenis pemeriksaan, angka berkisar 1 sampai 7 per 1000 kelahiran hidup diketahui
sebagai insidens defek sekat ventrikel. Perlu direncanakan pelayanan diagnostik dan
terapeutik pada bayi atau anak dengan kelainan tersebut (Fyler, 1996).
Embriologi
Defek septum ventrikel disebabkan oleh keterlambatan penutupan sekat interventrikuler
sesudah kehidupan interauterin 7 minggu pertama, alasan penutupan terlambat atau tidak
sempurna belum diketahui. Kemungkinan faktor keturunan berperan dalam hal ini. Defek
septum ventrikel adalah jelas lebih sering pada bayi prematur dan pada mereka yang berat
badan lahir rendah, dengan laporan insidensi setinggi 7,06 per 1000 kelahiran prematur
hidup (Fyler, 1996).
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi lubang, dibagi 3 : tipe perimembran (60%), tipe subarterial (37%), dan
tipe muskuler (3%) (Chandrasoma, 2006; Purwaningtyas, 2007).
Patofisiologi
Adanya lubang pada septum interventrikuler memungkinkan terjadinya aliran dai ventrikel
kiri ke ventrikel kanan, sehingga aliran darah yang ke paru bertambah. Presentasi klinis
tergantung besarnya aliran pirau melewati lubang VSD serta besarnya tahanan pembuluh
darah paru. Bila aliran pirau kecil umumnya tidak menimbulkan keluhan. Dalam
perjalanannya, beberapa tipe VSD dapat menutup spontan (tipe perimembran dan
muskuler), terjadi hipertensi pulmonal, hipertrofi infundibulum, atau prolaps katup aorta
yang dapat disertai regurgitasi (tipe subarterial dan perimembran) (Rilantono, 2003; Masud,
1992).
Gambaran Klinis
Defek kecil asimtomatik, defek sedang hingga besar menimbulkan keluhan seperti kesulitan
waktu minum atau makan karena cepat lelah atau sesak dan sering mengalami batuk serta
infeksi saluran napas berulang. Ini menyebabkan pertumbuhan yang lambat.
Pada pemeriksaan fisik biasanya terlihat takipneu, aktivitas ventrikel kiri meningkat, dapat
teraba thrill sistolik, bunyi jantung II mengeras bila telah terjadi hipertensi pulmonal,
terdengar bising pansistolik di SIC 3-4 parasternal kiri yang menyebar sepanjang
parasternal dan apeks. Pada pirau yang besar dapat terdengar bising middiastolik di apeks
akibat aliran berlebihan, dapat ditemukan gagal jantung kongestif. Bila telah terjadi
penyakit vaskuler paru dan sindrom eisenmenger, penderita tampak sianosis dengan jari
tabuh, bahkan mungkin disertai tanda gagal jantung kanan (Purwaningtyas, 2008;
Rilantono, 2003).
Pemeriksaan
1.

Foto thorax : dapat ditemukan kardiomegali dengan LVH, vaskularisasi paru


meningkat, bila terjadi penyakit vaskuler tampak pruned tree disertai penonjolan a.
pulmonal.

2.

Elektrokardiografi : LVH, LAH.

3.

Ekokardiografi : dengan M-mode dapat diukur dimensi atrium kiri dan ventrikel kiri,
dengan ekokardiografi 2 dimensi dapat dideteksi dengan tepat ukuran dan lokasi defek
septum ventrikel, dengan defek doppler dan warna dapat dipastikan arah dan besarnya
aliran yang melewati defek tersebut.

4.

Kateterisasi jantung : dilakukan pada penderita dengan hipertensi pulmonal, dapat


mengukur rasio aliran ke paru dan sistemik serta mengukur tahanan paru; angigrafi
ventrikel kiri dilakukan untuk melihat jumlah dan lokasi VSD (Joto, 2001; Kertohusodo,

1987; Rakhman, 2003).


Penatalaksanaan
Operasi merupakan tindakan definitif berdasarkan rasio aliran ke paru terhadapa sistemik
dan rasio tahanannya. Indikasi bila ratio > 2 (highflow). Kontraindikasi bila ratio < 1
(lowflow) (Purwaningtyas, 2007).
Daftar Pustaka
1.

Chandrasoma dan Taylor. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Ed: ke-2.Jakarta : EGC.

2.

Fyler, Donald. 1996. Kardiologi Anak Nadas. Yogyakarta : Gajah Mada University
Press.

3.

Joto, Santa. 2001. Diagnosis Penyakit Jantung. Jakarta : Penerbit Widya Medika.

4.

Kertohoesodo, Soeharto. 1987. Pengantar Kardiologi. Jakarta : Penerbit UI.

5.

Masud, Ibnu. 1992. Dasar-Dsar Fisiologi Kardiovaskuler. Jakarta : EGC.

6.

Purwaningtyas, Niniek. 2007. Klasifikasi Klinis Penyakit Jantung Anak Kongenital.


Dalam : Catatan Kuliah IPD Jantung Semester 7. Surakarta : Forinsik 04.

7.

Purwaningtyas, Niniek. 2008. Klasifikasi Klinis Penyakit Jantung Anak Kongenital.


Dalam : Cardiology After Mid. Surakarta : Filamen 05.

8.

Rakhman, Otte. 2003. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik pada Penyakit Jantung.
Dalam : Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

9.

Rilantono, Lily. 2003. Defek Septum Ventrikel. Dalam : Buku Ajar


Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai