Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN KASUS

GLAUKOMA SEKUNDER ET CAUSA KATARAK INTUMESENSI

ABSTRAK
Glaukoma sekunder adalah suatu penyakit mata yang ditandai adanya kenaikan
tekanan intraokular, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata
yang terjadi akibat penyakit mata yang lain atau penyakit sistemik yang menyertainya
yaitu kelainan lensa, kelainan uvea, akibat trauma, post-operasi pemakaian kortikosteroid,
gangguan neovaskular.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis yang terarah dan gejala klinis.
Pemeriksaan khusus lain yang diperlukan misalnya pemeriksaan tajam penglihatan,
tonometri, gonioskopi, oftalmoskopi dan pemeriksaan lapang pandang.

KASUS
Penderita perempuan, 70 tahun, sejak 2 lalu mengeluh sakit di sekitar mata kiri,
mata merah (+), ada yang mengganjal (+), sakit kepala (+), mual muntah (+), melihat
kabur dan lama-kelamaan melihat gelap. Sudah pernah berobat ke mantri dan dukun,
tetapi keluhan belum membaik. Sejak 4 hari lalu, keluhan di mata kiri kambuh. Pasien
mengeluh nyeri di sekitar mata kiri, mata merah (+), sakit kepala (+), mual muntah (-),

blobok (-). Sudah berobat ke mantri, tetapi keluhan belum membaik. Penderita tidak
mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus. Dalam keluarga tidak ada
yang mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus.
Kesan umum pasien: compos mentis. Tanda-tanda vital: TD: 130/80 mmHg, N: 80
x/menit, RR: 16 x/menit, suhu 360C.
Pemeriksaan visus jauh didapatkan okuli dekstra (OD) 5/60 dan okuli sinistra (OS)
0. Pemeriksaan fisik didapatkan OS: gerakan kelopak mata ptosis, gerakan bola mata 6
arah kardinal terhambat, tekanan bola mata N++, terdapat injeksi konjungtiva (+), injeksi
siliaris (+), injeksi episklera (+), kemosis (+), kornea udem dan keruh, terdapat selaput
kemerahan di tepi limbus arah jam 9, camera oculi anterior (COA) dangkal dan keruh,
gambaran iris tidak nyata dan keruh, ukuran pupil 8mm, oval lonjong, sentral dan tepi
reguler, serta lensa tidak dapat dinilai.

DISKUSI
Pada kasus ini, tergolong glaukoma sekunder akibat kelainan lensa yaitu
intumesensi lensa pada katarak. Sejak 2 tahun lalu pasien mengeluh nyeri disekitar mata
kiri, mata merah, sakit kepala dan mual muntah yang kambuh-kambuhan. Awalnya
melihat kabur dan lama-kelamaan melihat gelap. Selama ini, pasien hanya berobat pada
dukun dan mantri sehingga pengobatan tidak adekuat. Pemeriksaan fisik didapatkan OS:

gerakan kelopak mata ptosis, gerakan bola mata 6 arah kardinal terhambat, tekanan bola
mata N++, terdapat injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (+), injeksi episklera (+), chemosis
(+), kornea udem dan keruh, terdapat selaput kemerahan di tepi limbus arah jam 9,
camera oculi anterior (COA) dangkal dan keruh, gambaran iris tidak nyata dan keruh,
ukuran pupil 8mm, oval lonjong, sentral dan tepi reguler, serta lensa tidak dapat dinilai.
Lensa menjadi intumesensi pada katarak senilis imatur. Intumesensi merupakan
proses terjadinya hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi cembung sehingga
indek refraksi berubah, karena daya biasnya bertambah maka mata menjadi miopia. Pada
intumesensi, pembengkakan lensa anterior-posterior sehingga kontak iris bagian belakang
dengan lensa bertambah besar, keadaan ini menambah tahanan pengaliran cairan mata
melalui pupil dari bilik mata belakang ke bilik mata depan. Cairan mata yang mempunyai
tekanan relatif besar pada bilik mata belakang akan mendorong iris sehingga terjadi iris
bombe. Iris bombe ini akan mengakibatkan tertutupnya trabekulum oleh pangkal iris.
Pembendungan yang terjadi mendadak mengakibatkan tekanan intraokuler meninggi dan
timbul glaukoma. Pupil akan berdilatasi akibat tekanan dari belakang disertai dengan
iskemia iris. Bila iskemia ini disertai dengan kongesti maka keadaan tertutupnya sudut
bilik mata akan bertambah. Bilik mata depan terlihat dangkal akibat bertambah
cembungnya lensa disertai adanya iris bombe.

Pengobatan yang dilakukan dengan terapi medikamentosa yaitu Diamox tab 3x250
mg, Aspar K tab 1x1, Asam mefenamat tab 3x1, Timolol tetes mata 2x1 tts, Catarlent tetes
mata 3x1 tts. Terapi pembedahan tidak dilakukan karena visus oculi sinistra (OS) 0.
Pada kasus ini, pasien sudah datang terlambat ke dokter sampai mengalami
kehilangan penglihatan (visus 0). Prognosis ad visam: dubia ad malam; ad sanam: dubia ad
malam; ad vitam: dubia ad bonam; ad kosmetikam: dubia ad malam.

KESIMPULAN
Glaukoma sekunder adalah suatu penyakit mata yang ditandai adanya kenaikan
tekanan intraokular, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata
yang terjadi akibat penyakit mata yang lain atau penyakit sistemik yang menyertainya
yaitu kelainan lensa, kelainan uvea, akibat trauma, post-operasi pemakaian kortikosteroid,
gangguan neovaskular. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis yang terarah
dan gejala klinis. Pemeriksaan khusus lain yang diperlukan misalnya pemeriksaan tajam
penglihatan, tonometri, gonioskopi, oftalmoskopi dan pemeriksaan lapang pandang.
Penatalaksanaan glaukoma sekunder disesuaikan dengan penyebabnya dan
memenuhi 2 kriteria yaitu terapi medikamentosa untuk menstabilkan tekanan intraokuler
dan terapi pembedahan tergantung penyebabnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Epstein, D. 2000 Glaucoma, Manual of Ocular Diagnosis and Therapy 2 nd Ed. USA:
Little, Brown and Company (Inc).
2. Ilyas, S. 2005 Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
3. James, B. 2006 Oftalmologi, 9th Ed. Jakarta: Erlangga.
4. Medicastore.
2009
Glaukoma.
Diakses
26
Desember
2009
dari
http://www.medicastore.com/apotik_online/obat_mata/obat_mata.htm
5. Vaughan, D., Asbury, T., Eva, P., & Riordan, R. 2000 Glaukoma, Oftalmologi Umum,
14th Ed. Jakarta: Widya Merdeka.
6. Wijana, N. 1993 Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Abadi Tegal.

PENULIS
Anindita Setyoningrum (20040310155). Program Profesi Pendidikan Dokter. Bagian Ilmu
Penyakit Mata. RSUD Temanggung.

Anda mungkin juga menyukai