Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum

Biokimia Umum

Hari/Tanggal
Waktu
PJP
Asisten

: Kamis/18 Februari 2016


: 09.00-11.30 WIB
:
: M Maftuchin Sholeh
Annisa Dhiya Athiyyah K
M Fakhri R

BIOFISIK I
Bobot Jenis, Tegangan Permukaan, dan Emulsi
Kelompok 16
Jonathan Suryo Adi Nugroho
Rr. Sulistyantari Retno Palupi
Hanif Nur Fadli

B04150150
B04150175
B0415xxxx

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

PENDAHULUAN
Bobot jenis adalah suatu rasio massa suatu benda atau suatu zat dengan
massa air pada volume dan temperatur yang sama. Temperatur dapat ditentukan
sendiri atau sesuai dengan alat uang kita gunakan. Bobot jenis dari suatu
larutan bergantung pada komponen yang ada didalam larutan tersebut.
Sehingga menjadikan setiap larutan beebeda bobot jenisnya (Rifki 2009).
Pengukuran Bobot jenis ini dapat dilakukan dengan menggunakan
urinometer. Urinometer memiliki skala 1.000 1.060 g/ml (tiga desimal) dan
umumnya dipergunakan pada temperatur 60oF atau 15.5oC. Bila temperatur
cairan yang akan diukur bukan 15.5oC, maka harus dilakukan koreksi. Koreksi
tersebbut dilakukan dengan cara menambah angka satu pada angka ketiga di
belakang koma untuk setiap 3o di atas temperatur peneraan atau mengurangi
satu angka pada angka ketiga di belakang koma untuk setiap 3 o di bawah
temperatur peneraan (Rifqi 2009).
Tegangan permukaan suatu cairan adalah kemampuan lapisan permukaan
cairan untuk menahan suatu gaya yang dapat mengubah luas permukaannya.
Besarnya tegangan permukaan suatu cairan dipengaruhi oleh solut yang ada di
dalamnya. Jika jumlah solut pada bagian dalam larutan lebih besar daripada
jumlah solut di permukaan cairan, tegangan permukaannya akan semakin besar
dan begitu pula sebaliknya. Selain konsentrasi solut, Tegangan permukaan juga
dipengaruhi oleh arah gaya gravitasi, jenis cairan, bobot jenis, tekanan, suhu,
dan kerapatan (Septiana dan Asnani 2012). Tegangan permukaan suatu cairan
dapat diukur dengan metode pipa kapiler, yaitu mengukur tegangan permukaan
zat cair dan sudut kelengkungannya menggunakan pipa berdiameter. Salah satu
ujung pipa dicelupkan ke dalam zat cair tersebut permukaannya akan naik
sampai ketinggian tertentu. Pengaruh arah gaya gravitasi terhadap tegangan
permukaan dapat diamati pada fenomena menetesnya suatu zat cair melalui
sebuah pipet.
Emulsi merupakan suatu suspensi yang disusun oleh dua atau lebih zat
yang tidak saling melarutkan satu sama lain. Emulsi tergolong jenis koloid
dengan fase pendispersi cair dan fase terdispersi juga cair. Emulsi dapat
digolongkan menjadi 2 tipe, yaitu tipe O/W dan tipe W/O (Nasution et al.
2004). Tipe O/W ialah emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak dan
medium pendispersinya berupa air, misalnya susu dan santan. Tipe W/O adalah
emulsi yang fase pendispersinya berupa air dan medium pendispersinya berupa
minyak, misalnya margarin. Kestabilan suatu emulsi cair dapat rusak akibat
proses pemanasan, pendinginan, sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan
perusakan zat emulsifier (Kinawi et al.2012).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengetahui bobot jenis berbagai larutan alamiah
dan urin, membandingkan tegangan permukaan beberapa fluida, dan
mengetahui stabilitas berbagai emulsi.

METODE
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum materi Biofisik I ini bertempat di Laboratorium Biokimia.
Kegiatan ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 18 Februari 2016. Durasi
waktu yang digunakan untuk praktikum adalah selama 2 jam, mulai jam 09.00
hingga 11.30 WIB.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada percobaan untuk menguji bobot jenis antara
lain air keran, NaCl 0.3 %, NaCl 0.9 %, NaCl 5 %, air kelapa, glukosa 5 %,
albumin 1 %, urine, cairan empedu, air sungai, larutan detergen, NaCl 20 %,
alkohol, minyak tanah, air sabun, minyak kelapa, gum Arab, sudan merah, susu
segar, dan margarin.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah hidrometer, silinder,
termometer, gelas arloji, pipet, gelas, jarum, mortar dan alu, mikroskop.
Prosedur
Bobot Jenis Berbagai Larutan Alamiah
Air keran secukupnya dimasukkan ke dalam .gelas dan diukur suhunya
dengan termometer. Densitometer dimasukkan ke dalam gelas ukur tanpa
menyentuh dinding tabung untuk mengukur BJ air keran. Skala pada
densitometer dibaca dan dilakukan pengoreksian terhadap suhu untuk
menentukan BJ air keran tersebut. Prosedur ini diulang dengan larutan NaCl
0.3 %, NaCl 0.9 %, NaCl 5 %, air kelapa, air keran, glukosa 5 %, albumin 1 %,
dan urine.
Tegangan Permukaaan Cairan
Tegangan Permukaan Alamiah. Cairan empedu, air kelapa, air sungai
dan air detergen masing-masing dimasukkan dalam gelas arloji. Kemudian
masing-masing diletakkan jarum diatasnya secara perlahan. Lalu diamati
apakah jarum tersebut terapung atau tenggelam.
Jumlah Tetesan Dan Tegangan Permukaan. Aquades diambil
mengganakan pipet sebanyak 1 mm. Kemudian pipet didiamkan dalam posisi
tegak selama dua menit. Lalu percobaan diulang terhadap NaCl 20%, alkohol,
minyak tanah, dan air sabun.
Sistem Emulsi
Emulsi Minyak Kelapa dan Air. Sebuah tabung reaksi diisi dengan
minyak kelapa dan air dengan volume sama dan dikocok. Larutan tersebut
dikocok lebih keras untuk memeriksa kestabilannya. Larutan ditambahkan
sudan merah untuk mewarnai minyak kelapa dan diamati di bawah mikroskop.
Emulsi Minyak Kelapa dan Sabun. Sebuah tabung reaksi diisi dengan
minyak kelapa dan sabun dengan volume sama dan dikocok. Larutan tersebut

dikocok lebih keras untuk memeriksa kestabilannya. Larutan ditambahkan


sudan merah untuk mewarnai minyak kelapa dan diamati di bawah mikroskop.
Emulsi Minyak Kelapa dan Gum Arab. Gum Arab ditimbang
sebanyak 1 g dan dicampurkan dengan 5 mL minyak kelapa di dalam mortar
yang benar-benar kering. Campuran itu digerus sampai homogen dan
ditambahkan 3 mL air. Campuran diaduklagi sampai homogen dan
ditambahkan air sebanyak 5 mL sedikit demi sedikit sambil diaduk. Emulsi
tersebut dipindahkan dalam tabung reaksi dan diamati di bawah mikroskop.
Emulsi Alamiah. Susu segar secukupnya dimasukkan ke dalam sebuah
tabung reaksi dan diamati secara langsung stabilitasnya. Stabilitas susu segar
juga diamati di bawah mikroskop.
Emulsi Industri. Sedikit margarin diambil dan diamati stabilitasnya di
bawah mikroskop

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Bobot Jenis
Sampel
Tlarutan (oC) BJterukur
(g/mL)
air keran
26
1.000
NaCl 0.3 %
27
1.000
NaCl 0.9 %
28
1.002
NaCl 5 %
26
1.036
glukosa 5 %
27
1.018
air kelapa
26
1.016
albumin 1 %
26
1.002
Urin
26
1,024

BJterkoreksi
(g/mL)
1.017
1.001
1.003
1.003
1.037
1.019
1.001
1,025

Densitometer digunakan untuk mengukur bobot jenis suatu zat cair


secara langsung yang nilai bobot jenisnya ditunjukkan oleh skala densitometer.
Pengukuran bobot jenis dengan densitometer juga perlu memperhatikan suhu
agar hasil pengukurannya lebih akurat. Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
larutan NaCl 5 % memiliki bobot jenis tertinggi dan albumin 1 % memiliki
bobot jenis terendah di antara yang lain. Hal ini disebabkan oleh jumlah solut
pada NaCl 5 % sangat banyak (pekat), sedangkan jumlah solut pada albumin 1
% relatif lebih sedikit (encer).
Selain pengukuran bobot jenis larutan alamiah, dilakukan juga
pengukuran bobot jenis urine manusia. Beberapa sampel urine diukur bobot
jenisnya dan diperoleh hasil yang berbeda-beda seperti yang tertera pada Tabel
2. Bobot jenis urine manusia dewasa normal adalah 1.010 1.025 g/mL. Dari
data pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa sampel urine 3, 4, dan 6 memiliki bobot
jenis di atas normal. Urine yang memiliki bobot jenis di atas normal
mengindikasikan bahwa konsentrasi solut pada urine sangat tinggi / urine
sangat pekat. Urine yang pekat dapat diakibatkan oleh kurang minum air

hingga indikasi gangguan pada sistem ginjal (Sumarlin et al. 2008).


Pengukuran bobot jenis urine dilakukan untuk mengetahui kondisi klinis
sampel. Dari bobot jenis urine, dapat diperoleh informasi mengenai kebiasaan
minum air, kondisi ginjal, hingga potensi diabetes. Bobot jenis urine manusia
dipengaruhi oleh konsentrasi solut pada urine tersebut berupa urea dan garamgaram mineral
Besarnya tegangan permukaan suatu cairan dipengaruhi oleh solut yang
ada di dalamnya. Jika jumlah solut pada bagian dalam larutan lebih besar
daripada jumlah solut di permukaan cairan, tegangan permukaannya akan
semakin besar dan begitu pula sebaliknya.
Tabel 2 Pengujian tegangan permukaan
Sampel
Akuades
NaCl
Etanol
Air sabun
Minyak

Jumlah tetesan
39
36
61
81
56

Tabel 3. Pengujian Tegangan Permukaan


Sampel
Empedu
Air Kelapa
Air sungai
Sabun

Tenggelam/Terapung
Mengapung
Mengapung
Mengapung
Tenggelam

Selain konsentrasi solut, Tegangan permukaan juga dipengaruhi oleh


arah gaya gravitasi, jenis cairan, bobot jenis, tekanan, suhu, dan kerapatan
(Septiana dan Asnani 2012). Hasil pengamatan tegangan permukaan beberapa
larutan tertera pada Tabel 3. Tegangan permukaan pada beberapa larutan
sampel diamati dari jumlah tetesan yang keluar melalui pipet tetes dan
kemampuan untuk mengapungkan jarum. Dari data pada Tabel 3, dapat terlihat
bahwa etanol tidak memiliki jumlah tetesan yang keluar dari pipet. Hal itu
mengindikasikan bahwa etanol memiliki tegangan permukaan yang besar
karena jumlah tetesan berbanding terbalik dengan tegangan permukaan.
Kemudian, hanya akuades yang dapat membuat jarum terapung. Hal itu juga
mengindikasikan bahwa tegangan permukaan akuades cukup besar dan
memiliki gaya yang cukup kuat untuk mengapungkan sebuah jarum. Surfaktan
(surface active agent) adalah zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan
suatu larutan. Surfaktan memiliki struktur hidrofilik dan hidrofobik sekaligus

yang dapat menjadi penghubung antara dua larutan yang awal tidak dapat
bercampur menjadi dapat bercampur (McMurry 2008).
Emulsi tergolong jenis koloid dengan fase pendispersi cair dan fase
terdispersi juga cair. Emulsi dapat digolongkan menjadi 2 tipe, yaitu tipe O/W
dan tipe W/O. Tipe O/W ialah emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak
dan medium pendispersinya berupa air. Tipe W/O adalah emulsi yang fase
pendispersinya berupa air dan medium pendispersinya berupa minyak (Kinawi
et al. 2012). Adapun hasil pengujian tipe emulsi beberapa sampel tertera pada
Tabel 4. Sampel yang diamati pada pengujian tipe emulsi antara lain, emulsi
minyak kelapa-air, minyak kelapa-air sabun, minyak kelapa-gum Arab,
susu,dan margarin. Emulsi minyak kelapa-air bertipe O/W dan kurang stabil
akibat perbedaan sifat kepolarannya. Air bersifat polar, sedangkan minyak
bersifat nonpolar sehingga kedua cairan tersebut tidak dapat larut. Emulsi
minyak kelapa-air sabun bertipe O/W dan relatif lebih stabil. Hal tersebut
disebabkan oleh sabun yang merupakan surfaktan sehingga dapat membantu
proses pelarutan antara minyak dan air. Emulsi minyak kelapa-gum Arab
bertipe W/O dan relatif stabil karena gum Arab berfungsi sebagai mediator
yang dapat membantu proses pelarutan antara air dengan minyak. Gum Arab
memiliki struktur yang berongga-rongga yang dapat diisi oleh molekul air
sehingga air dapat larut dalam minyak (Hakim dan Chamidah 2013). Susu
merupakan emulsi alamiah yang relatif stabil dan bertipe W/O. Contoh lain
dari emulsi alamiah adalah santan dan lateks. Margarin termasuk emulsi
industri yang juga stabil dan bertipe W/O. Contoh lain dari emulsi industri
adalah fraksi minyak bumi. Semua sampel emulsi diamati di bawah mikroskop
dan sebelumnya diberi pewarna sudan merah. Sudan merah bersifat nonpolar
sehingga akan berikatan dengan gugus nonpolar pada emulsi, yaitu minyak.
Minyak yang berikatan dengan sudan merah akan tampak berwarna
kemerahan pada saat di amati dengan mikroskop.

Tabel 4. Pengujian tipe emulsi


Sampel

Kestabilan

Minyak
kelapa dan
air

Tipe

Fase
Fase
Pendispersi terdispersi

W/O Minyak

(-)

Air

Sampel

Kestabilan

Minyak kelapa
dan gum Arab

Tipe

Fase
Fase
Pendispersi terdispersi

O/W Air

Minyak

O/W Air

Minyak

W/O Minyak

Air

(+)
Susu

(+)
Margarin

(+)
Keterangan : (++) : sangat stabil
(+) : stabil
(-) : kurang stabil
SIMPULAN
Bobot jenis, tegangan permukaan,dan emulsi merupakan sifat
biomolekul yang perlu diketahui sebelum melakukan pengujian lebih lanjut.
Masing-masing sifat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan pengukurannya
membutuhkan alat dan teknik tertentu. Sifat biofisik akan memberikan
gambaran mengenai mutu, kemurnian, serta kemampun suatu senyawa untuk
saling berinteraksi pada prosesproses biokimia.
SARAN
Data pada praktikum ini masih memiliki beberapa kekurangan terutana
pada gambar hasil mikroskop yang belum jelas menunjukkan tipe emulsi W/O
atau O/W. Teknik pengukuran suhu dengan termometer yang dilakukan pada
saat percobaan juga masih belum tepat sehingga data suhu pada pengukuran BJ
masih perlu diperiksa secara teliti

DAFTAR PUSTAKA
Hakim AR, Chamidah A. 2013. Aplikasi gum arab dan dekstrin
sebagai bahan pengikat protein ekstrak kepala udang. JPB
Kelautan dan Perikanan. 8(1): 45-54.
Kinawi OSE, Petersen S, Helmdach L, Ulrich J. 2012. Parameter
Selection of Emulsfication Processes : Condition for Nano- and
Macromolecules. Chemical Engineering and Technology. 35(9): 16041608.
McMurry J. 2008. Organic Chemistry Eight Edition. New York (US): W.H.
Freeman and Company.
Nasution MZ, Suryani A, Susanti I. 2004. Pemisahan dan
karakterisasi emulsifier dalam minyak cacing tanah (Lumbricus
rubellus). Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 13(3): 108-115.
Rifqi A. 2009. Urinometri. [terhubung berkala].
http://arifqbio.multiply.com/journal/item/7 [23 Februari 2016]
Septiana AT, Asnani A. 2012. Kajian sifat fisikokimia ekstrak rumput
laut coklat Sargassum duplicatum menggunakan berbagai pelarut
dan metode ekstraksi. Agrointek. 6(1): 22-28
Sumarlin LO, Muharam S, Vitaria A. 2008. Pemerangkapan
ammonium (NH4+) dari urine dengan zeolit pada berbagai
variasi konsentrasi urine. Jurnal Valensi. 1(3): 110-117.

Anda mungkin juga menyukai