masalah gizi yang sering dihadapi adalah masalah kelebihan gizi yang disebut gizi
lebih. Anggota keluarga ini mempunyai risiko tinggi untuk mudah menjadi gemuk
dan rawan terhadap penyakit jantung, hipertensi, diabetes dan kanker. Pada
keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah atau sering disebut keluarga
miskin, umumnya sering menghadapi maslah kekurangan gizi yang disebut gizi
kurang. Risiko penyakit yang mengancamnya adalah penyakit infeksi terutama
diare dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), rendahnya tingkat intelektual
dan produktivias kerja.
Apabila besaran ke dua masalah gizi tersebut cukup bermakna, akan
menjadi masalah kesehatan masyarakat dan selanjutnya menjadi masalah bangsa.
Masyarakat yang terdiri dari keluarga yang menderita masalah gizi, akan
mengahadapi masalah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas rendah.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan tantangan berat dalam
menghadapi persainan bebas di era globalisasi. Untuk mencapai sasaran global
dan perkembangan gizi masyarakat, perlu ditingkatkan daya tangkal dan daya
juang pembangunan melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
dilakukan secara berkelanjutan.
B. Permasalahan di Keluarga, Masyarakat dan Kasus
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap negara, baik negara
miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin dan negara
berkembang cenderung dengan masalah gizi kurang (penyakit infeksi) dan negara
maju cenderung dengan masalah gizi lebih (penyakit degeneratif).
Negara berkembang seperti Indonesia mempunyai masalah gizi ganda
yakni perpaduan masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Pada satu sisi
penanggulangaqn masalah gizi masih terkonsentrasi pada empat masalah utama
gizi yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang
Vitamin A, dan Gangguan akibat Kurang Yodium (GAKY). Di sisi lain masalah
kelebihan gizi muncul ke permukaan.
Munculnya masalah kelebihan gizi diakibatkan oleh adanya perubahan
perilaku dan
masyarakat
dan
lansia
yang
penyuluhanPelaksanaan
telah
penyuluhan
selesai
berobat
berjalan
lancar
turut
pula
seperti
mengikuti
yang
telah
direncanakan.
Peserta cukup antusias mengikuti penyuluhan, hal itu terlihat dari adanya
respon yang baik dengan menyimak saat materi dipaparkan. Pada saat sesi tanyajawab, peserta aktif untuk bertanya, meskipun ada beberapa peserta yang bertanya
di luar materi penyuluhan.
Saran
Program penyuluhan gizi ini penting untuk dilaksanakan bukan hanya di
pustu namun juga dapat dilakukan di Puskesmas pembantu lainnya dan sebaiknya
di sertakan dengan kegiatan Posyandu sehingga jumlah peserta dapat maksimal.
Terlebih karena banyaknya ibu yang belum terlalu paham mengenai gizi
seimbang. Anggapan bahwa makanan bergizi adalah makanan yang mahal perlu
untuk diluruskan kembali. Demikian juga dengan pola makan yang berlebihan,
tidak teratur, dan tidak sehat. Dengan penyuluhan ini setiap keluarga mampu
memperbaiki pola konsumsi sehari-hari terutama bagi keluarga yang memiliki
balita atau anak yang masih dalam proses pertumbuhan.
Pendamping