Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN KEGIATAN

DOKTER INTERNSHIP PUSKESMAS PANGKAJENE


KABUPATEN SIDRAP
PERIODE MEI - SEPTEMBER 2015
PENYULUHAN GIZI
A. Latar Belakang Permasalahan atau Kasus
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat
dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka
kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat.
Memasuki era globalisasi Indonesia masih menghadapi masalah gizi
ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih dengan resiko penyakit
yang ditimbulkan. Masalah gizi ganda ini terdapat di masyarakat perdesaan dan
perkotaan. Masalah gizi ganda pada hakekatnya merupakan masalah perilaku.
Untuk mengoreksi masalah gizi ganda tersebut dapat dilakukan dengan
pendekatan melalui pemberian informasi tentang perilaku gizi yang baik dan
benar, di samping pendekatan lain. Untuk itu diperlukan acuan/bahan
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang perilaku gizi yang baik dan
benar.
Pendidikan gizi merupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan
status gizi masyarakat untuk jangka panjang. Melalui sosialisasi dan penyampaian
pesan gizi yang praktis akan membentuk sutau kesimbangan bangsa antara gaya
hidup dengan pola konsumsi masyarakat. Pengembangan pedoman gizi seimbang
baik untuk petugas maupun masyarakat adalah salah satu strategi dalam
pencapaian pola konsumsi makanan yang ada di masyarakat dengan tujuan akhir
yaitu tercapainya status gizi masyarakat yang baik.
Setiap keluarga mempunyai masalah gizi yang berbeda-beda tergantung
pada tingkat sosial ekonominya. Pada keluarga yang kaya dan tinggal diperkotaan,

masalah gizi yang sering dihadapi adalah masalah kelebihan gizi yang disebut gizi
lebih. Anggota keluarga ini mempunyai risiko tinggi untuk mudah menjadi gemuk
dan rawan terhadap penyakit jantung, hipertensi, diabetes dan kanker. Pada
keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah atau sering disebut keluarga
miskin, umumnya sering menghadapi maslah kekurangan gizi yang disebut gizi
kurang. Risiko penyakit yang mengancamnya adalah penyakit infeksi terutama
diare dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), rendahnya tingkat intelektual
dan produktivias kerja.
Apabila besaran ke dua masalah gizi tersebut cukup bermakna, akan
menjadi masalah kesehatan masyarakat dan selanjutnya menjadi masalah bangsa.
Masyarakat yang terdiri dari keluarga yang menderita masalah gizi, akan
mengahadapi masalah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas rendah.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan tantangan berat dalam
menghadapi persainan bebas di era globalisasi. Untuk mencapai sasaran global
dan perkembangan gizi masyarakat, perlu ditingkatkan daya tangkal dan daya
juang pembangunan melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
dilakukan secara berkelanjutan.
B. Permasalahan di Keluarga, Masyarakat dan Kasus
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap negara, baik negara
miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin dan negara
berkembang cenderung dengan masalah gizi kurang (penyakit infeksi) dan negara
maju cenderung dengan masalah gizi lebih (penyakit degeneratif).
Negara berkembang seperti Indonesia mempunyai masalah gizi ganda
yakni perpaduan masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Pada satu sisi
penanggulangaqn masalah gizi masih terkonsentrasi pada empat masalah utama
gizi yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang
Vitamin A, dan Gangguan akibat Kurang Yodium (GAKY). Di sisi lain masalah
kelebihan gizi muncul ke permukaan.
Munculnya masalah kelebihan gizi diakibatkan oleh adanya perubahan
perilaku dan

gaya hidup masyarakat di era sekarang ini serta situasi

lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya


aktifitas fisik, dan meningkatnya pencemaran lingkungan. Perubahan tersebut

tanpa disadari telah memberi kontribusi terhadap terjadinya transisi epidemiologi


dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti;
Penyakit Jantung Koroner (PJK), Kanker, Diabetes Mellitus (DM) dan Hipertensi.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 juga menunjukkan adanya
peningkatan kasus penyakit tidak menular secara cukup bermakna.
Untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan

masyarakat

mengkonsumsi makanan, perlu dimasyarakatkan perilaku yang baik dan benar


sesuai dengan kaidah Ilmu Gizi. Perilaku ini diwujudkan dalam bentuk pesan
dasar gizi seimbang, yang pada hakikatnya merupkan perilaku konsumsi makanan
yang baik dan sesuai untuk bangsa Indonesia
C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Sehubungan dengan hal di atas, maka perlu dilakukan intervensi melalui
promosi kesehatan dalam bentuk kegiatan penyuluhan kesehatan dengan materi
Gizi Seimbang. Dengan adanya materi ini diharapkan setiap keluarga berupaya
untuk menerapkan gizi seimbang dalam pola konsumsinya sehari-hari.
D. Pelaksanaan
Kegiatan Penyuluhan Gizi diadakan pada tanggal 22 Agustus 2015 pada
kegiatan Puskesmas Pembantu Desa Maluku dengan jumlah 14 orang peserta.
Penyuluhan Gizi ini cukup menarik minat masyarakat dan petugas kesehatan dan
mereka terlihat cukup antusias mendengarkan. Kegiatan awal dibuka dengan
penyampaian materi mengenai Gizi. Setelah penyampaian materi, dilanjutkan
dengan tanya jawab mengenai hal-hal yang mungkin kurang jelas bagi peserta
penyuluhan. Penyuluhan ditutup dengan santap siang bubur jagung.
Berdasarkan hasil evaluasi dari hasil tanya jawab didapatkan tingkat
pemahaman dan kesadaran masyarakat meningkat setelah diadakan penyuluhan.
Hal ini dapat terlihat dari pertanyaan serta saran yang diberikan oleh peserta
penyuluhan. Beberapa peserta, yaitu masyarakat yang kebetulan telah
memeriksakan kondisinya di puskesmas hari itu, memberikan respon yang cukup
positif mengenai perlunya seseorang mengetahui mengenai gizi. Selain itu, ada
beberapa pertanyaan yang diberikan oleh petugas kesehatan di puskesmas.

Peningkatan pengetahuan masyarakat dan petugas kesehatan mengenai gizi dapat


membantu pelayanan kesehatan di puskesmas dalam hal program pengembangan
gizi masyarakat di puskesmas.
E. Monitoring dan Evaluasi
Kesimpulan
Penyuluhan dilakukan berbarengan dengan kegiatan Puskesmas Keliling
sehingga lebih mudah untuk mengarahkan ibu-ibu yang datang untuk mengikuti
penyuluhan sekaligus monitoring kesehatan balita mereka. Beberapa orang
dewasa

dan

lansia

yang

penyuluhanPelaksanaan

telah

penyuluhan

selesai

berobat

berjalan

lancar

turut

pula

seperti

mengikuti
yang

telah

direncanakan.
Peserta cukup antusias mengikuti penyuluhan, hal itu terlihat dari adanya
respon yang baik dengan menyimak saat materi dipaparkan. Pada saat sesi tanyajawab, peserta aktif untuk bertanya, meskipun ada beberapa peserta yang bertanya
di luar materi penyuluhan.

Saran
Program penyuluhan gizi ini penting untuk dilaksanakan bukan hanya di
pustu namun juga dapat dilakukan di Puskesmas pembantu lainnya dan sebaiknya
di sertakan dengan kegiatan Posyandu sehingga jumlah peserta dapat maksimal.
Terlebih karena banyaknya ibu yang belum terlalu paham mengenai gizi
seimbang. Anggapan bahwa makanan bergizi adalah makanan yang mahal perlu
untuk diluruskan kembali. Demikian juga dengan pola makan yang berlebihan,
tidak teratur, dan tidak sehat. Dengan penyuluhan ini setiap keluarga mampu
memperbaiki pola konsumsi sehari-hari terutama bagi keluarga yang memiliki
balita atau anak yang masih dalam proses pertumbuhan.

Pada pelaksanaan penyuluhan gizi selanjutnya, persiapan sarana terutama


tempat perlu diperhatikan agar peserta penyuluhan dapat mengikuti penyuluhan
dengan lebih nyaman. Jumlah peserta diharapkan lebih banyak, tidak hanya
terbatas pada ibu yang mengikuti kelas ibu dan anak namun juga seluruh
masyarakat daerah cakupan. Materi dan metode penyuluhan juga sebaiknya lebih
variatif sehingga peserta lebih tertarik untuk mengikuti materi penyuluhan.
Pangkajene, 26 Agustus 2015
Peserta Internship

Pendamping

(dr. Agus Durman)

( dr. Hj. Eny Nuraeny)

Anda mungkin juga menyukai