dengan bantuan pipa perforasi, sumur vertikal atau dibuat paritan (trench) yang
diisi kembali dengan material yang kasar dan permeable.
6.2. Rekayasa Teknik Perkuatan Dinding Lereng.
Menstabilkan struktur untuk meningkatkan resistensi geser dilakukan perkuatan
dinding. Perkuatan dinding lereng dengan tembok penahan merupakan bangunan
penambat tanah dari bronjong batu, semen semprot atau beton bertulang dan tiang
pancang, Tipe tembok penahan terdiri dari dinding gaya berat (gravity wall), semi
gaya berat (semi gravity wall) dan dinding pertebalan (counterfort wall). Pembuatan
tembok berguna untuk menahan laju masa batuan/tanah yang tidak stabil.
Resistensi geser pada massa batuan atau tanah yang tidak stabil dapat meningkat
karena pemadatan dan pengerasan internal melalui injeksi semen, aspal atau
bahan kimia tertentu. Untuk gerakan tanah yang berada di lereng bukit,
pencegahan dengan memasang tiang pancang. (untuk luncuran massa
batuan/tanah yang aktif cara ini kurang efektif menahan gerakan massa,
disebabkan karena perpindahan debris tanah mampu melewati tiang pancang atau
membuat tiang pancang menjadi miring, mematahkannya atau bahkan dapat
terbawa bersamaan dengan meluncurnya batuan/tanah. Tembok penahan harus
diberi fasilitas drainase seperti lubang penetes (weep hole) dan pipa salir yang
diberi bahan penyaring (filter) supaya tidak tersumbat, sehingga tidak menimbulkan
tekanan hidrostatis yang besar.
Tembok penahan ini disamping digunakan untuk menahan gerakan tanah juga
untuk melindungi bangunan dari runtuhan.
6.3. Rekayasa Teknik Pengurangan Sudut Lereng.
Menstabilkan struktur dapat juga dilakukan dengan pelandaian lereng model
sengkedan (teras bangku) atau dapat juga dilakukan dengan cara pemotongan dan
penimbunan (bagian yang dipotong disesuaikan dengan geometri daerah longsoran,
sedangkan penimbunan dilakukan pada bagian kaki lereng)
Mengurangi keterjalan lereng serta memindahkan permukaan tanah yang tidak
stabil. Pengurangan derajat kelerengan akan berdampak pada berkurangnya beban
massa batuan/tanah. Pemindahan masa batuan/tanah yang ada di bagian muka
luncuran sekaligus akan mengurangi beban dan gaya geser. Rekayasa teknik ini
umumnya diterapkan pada tipe gerakan tanah longsoran rotasional (slumping),
resistensi geser batuan akan semakin meningkat jika massa batuan/tanah
dipindahkan ke arah bagian belakang luncuran. Keuntungan utama dari cara ini
merupakan penanggulangan permanen tergantung pada besarnya faktor
keamanan yang diperoleh.
Hubungan antara topografi dan geologi suatu daerah sangatlah penting dalam menentukan
kestabilan lereng. Jika batuan memiliki kemiringan kedudukan yang paralel dengan kelerengan,
maka kemungkinan longsor lebih besar dari lereng dengan kedudukan batuan yang horizontal
atau berlawanan arah terhadap kelerengan. Ketika kemiringan batuan searah dengan lereng, air
mengalami perkolasisepanjang
bidang-bidang
perlapisan
sehingga
menyebabkan
menurunnya kohesivitas dan friksi antara satuan batuan yang berdampingan (lihat gambar 4a).
Pada keadaan tertentu bila hadir lapisan batulempung, maka batuan ini dapat menjadi bidang
gelincir ketika kondisinya basah. Walaupun batuan mempunyai kedudukan horizontal atau
miring berlawanan dengan kelerengan, dapat saja rekahan memiliki arah yang sama dengan
kelerengan. Air akan dapat bermigrasi melaluinya kemudian melapukkan dan memperbesar
bukaan hingga beban berat dari lapisan diatasnya tidak sanggup lagi untuk ditahan dan terjadi
longsor (lihar gambar 4a.).