Anda di halaman 1dari 4

Gambar 4.

(a) Batuan dengan kedudukasn yang miring searah dengan kelerengan

Gambar 2. Pemotongan oleh erosi


sungai. (A) pemototongan bagian dasar lereng akan meningkatnya sudut lereng. (B)
menyebabkan kehilangan kestabilan lereng. Penggalian untuk jalan dan bangunan
di perbukitan adalah penyebab utama kerusakan lereng (slope failure). Peningkatan
lereng yang semakin terjal atau pemotongan bagian sisinya akan meningkatkan
tegasan pada batuan atau tanah (soil) sehingga keseimbangan menjadi terganggu
dan terjadilah longsor. Hal inilah yang menjelaskan seringnya terjadi longsor pada
jalan-jalan di pegunungan (gambar 3).

Gambar 3. (A) Pemotongan lereng akan mengganggu kesetimbangan lereng. (B)


Pemindahan bagian lereng karena pemotongan menyebabkan pencuraman lereng.
(C) Pemotongan tersebut menyebabkan terjadinya longsor (rockfall) hingga
menutupi jalan.

REKAYASA TEKNIK PENANGGULANGAN GERAKAN TANAH


Hasil Penyelidikan dan analisis pengujian / digunakan untuk upaya penanggulangan
kerawanan gerakan tanah
Beberapa metoda rekayasa teknik terhadap gejala gerakan tanah yang ditujukan
terutama untuk mengurangi gaya geser (shear-stress), peningkatan resistensi geser
(shear-strength) atau kedua-keduanya.
6.1. Rekayasa Teknik Pengurangan Kejenuhan Airtanah.
Pengendalian air dipermukaan dan air bawah tanah : air yang jatuh dan mengalir di
permukaan lahan yang berlereng harus di alirkan dan diusahakan jangan sampai
diam ditempat. Pada beberapa lereng perlu dibuat agar supaya aliran air lancar
serta dihindarkan jangan sampai air terjebak pada bagian undak lereng. Untuk
mencegah aliran air yang masuk ke dalam rekahan (kekar) batuan, maka batuan
harus ditutup dengan lempung, aspal atau dengan material yang impermeable.
Aliran air bawah tanah harus dikurangi guna menghindari meningkatnya resistensi
geser batuan. Mengurangi aliran air bawah tanah dilakukan dengan
memindahkannya melalui terowongan air yang dibuat secara horizontal atau

dengan bantuan pipa perforasi, sumur vertikal atau dibuat paritan (trench) yang
diisi kembali dengan material yang kasar dan permeable.
6.2. Rekayasa Teknik Perkuatan Dinding Lereng.
Menstabilkan struktur untuk meningkatkan resistensi geser dilakukan perkuatan
dinding. Perkuatan dinding lereng dengan tembok penahan merupakan bangunan
penambat tanah dari bronjong batu, semen semprot atau beton bertulang dan tiang
pancang, Tipe tembok penahan terdiri dari dinding gaya berat (gravity wall), semi
gaya berat (semi gravity wall) dan dinding pertebalan (counterfort wall). Pembuatan
tembok berguna untuk menahan laju masa batuan/tanah yang tidak stabil.
Resistensi geser pada massa batuan atau tanah yang tidak stabil dapat meningkat
karena pemadatan dan pengerasan internal melalui injeksi semen, aspal atau
bahan kimia tertentu. Untuk gerakan tanah yang berada di lereng bukit,
pencegahan dengan memasang tiang pancang. (untuk luncuran massa
batuan/tanah yang aktif cara ini kurang efektif menahan gerakan massa,
disebabkan karena perpindahan debris tanah mampu melewati tiang pancang atau
membuat tiang pancang menjadi miring, mematahkannya atau bahkan dapat
terbawa bersamaan dengan meluncurnya batuan/tanah. Tembok penahan harus
diberi fasilitas drainase seperti lubang penetes (weep hole) dan pipa salir yang
diberi bahan penyaring (filter) supaya tidak tersumbat, sehingga tidak menimbulkan
tekanan hidrostatis yang besar.
Tembok penahan ini disamping digunakan untuk menahan gerakan tanah juga
untuk melindungi bangunan dari runtuhan.
6.3. Rekayasa Teknik Pengurangan Sudut Lereng.
Menstabilkan struktur dapat juga dilakukan dengan pelandaian lereng model
sengkedan (teras bangku) atau dapat juga dilakukan dengan cara pemotongan dan
penimbunan (bagian yang dipotong disesuaikan dengan geometri daerah longsoran,
sedangkan penimbunan dilakukan pada bagian kaki lereng)
Mengurangi keterjalan lereng serta memindahkan permukaan tanah yang tidak
stabil. Pengurangan derajat kelerengan akan berdampak pada berkurangnya beban
massa batuan/tanah. Pemindahan masa batuan/tanah yang ada di bagian muka
luncuran sekaligus akan mengurangi beban dan gaya geser. Rekayasa teknik ini
umumnya diterapkan pada tipe gerakan tanah longsoran rotasional (slumping),
resistensi geser batuan akan semakin meningkat jika massa batuan/tanah
dipindahkan ke arah bagian belakang luncuran. Keuntungan utama dari cara ini
merupakan penanggulangan permanen tergantung pada besarnya faktor
keamanan yang diperoleh.

Gbr. 3. Model Rekayasa Perkuatan Lereng

Hubungan antara topografi dan geologi suatu daerah sangatlah penting dalam menentukan
kestabilan lereng. Jika batuan memiliki kemiringan kedudukan yang paralel dengan kelerengan,
maka kemungkinan longsor lebih besar dari lereng dengan kedudukan batuan yang horizontal
atau berlawanan arah terhadap kelerengan. Ketika kemiringan batuan searah dengan lereng, air
mengalami perkolasisepanjang
bidang-bidang
perlapisan
sehingga
menyebabkan
menurunnya kohesivitas dan friksi antara satuan batuan yang berdampingan (lihat gambar 4a).
Pada keadaan tertentu bila hadir lapisan batulempung, maka batuan ini dapat menjadi bidang
gelincir ketika kondisinya basah. Walaupun batuan mempunyai kedudukan horizontal atau
miring berlawanan dengan kelerengan, dapat saja rekahan memiliki arah yang sama dengan
kelerengan. Air akan dapat bermigrasi melaluinya kemudian melapukkan dan memperbesar
bukaan hingga beban berat dari lapisan diatasnya tidak sanggup lagi untuk ditahan dan terjadi
longsor (lihar gambar 4a.).

Anda mungkin juga menyukai