Anda di halaman 1dari 7

No.

ID dan Nama Peserta :


/ dr. Nunung Angreani
No. ID dan Nama Wahana:
/ RSUD Arifin Numang Sidrap
Topik: Gangguan Cemas Menyeluruh
Tanggal (kasus) : 04 Agustus 2015
Nama Pasien : Ny. S
No. RM : 012124
Tanggal presentasi :
Pendamping: dr. A. Azizah Yusuf
Tempat presentasi:
Obyek presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi: Seorang perempuan, 61 tahun, datang dengan keluhan jantung berdebar-debar, yang
dialami sejak 8 bulan yang lalu, terutama pada malam hari menjelang tidur. OSI mengeluh susah
tidur dan sering merasa sesak napas.
Tujuan: Mengenal gejala gangguan cemas menyeluruh dan penatalaksanaannya.
Bahan
Tinjauan
Riset
Kasus
Audit
bahasan:
Cara

pustaka
Diskusi

membahas:

Presentasi dan

E-mail

Pos

diskusi

Data Pasien: Nama: Ny. S


No. Registrasi : 012124
Nama tempat Poli Umum RSUD Arifin Numang Sidrap
Data utama untuk bahan diskusi:
Diagnosis/ gambaran klinis : pasien MRS datang dengan keluhan jantung berdebardebar, terutama pada malam hari menjelang tidur. Dialami sejak 8 bulan yang lalu setelah
pasien terdiagnosa DM tipe II. Pasien juga mengeluh susah tidur dan sering merasa sesak
napas. Pemeriksaan Fisis : TD : 130/80mmHg, Nadi : 106x/menit, Pernapasan:
24x/Menit, Suhu: 36.5oC
1. Riwayat pengobatan: pasien pernah berobat sebelumnya di poli jiwa RS .A. Makkasau
Parepare sekitar 2 bulan yang lalu dengan mengambil rujukan dari poli umum RSUD
Arifin Numang
2. Riwayat kesehatan/penyakit: pasien terdiagnosa DM tipe II sejak 1 tahun yang lalu.
3. Riwayat keluarga: Pasien merupakan kepala keluarga, hubungan dengan keluarga baik.
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien
4. Riwayat pekerjaan: ( - )
5. Lain-lain:
DaftarPustaka:
1. Maslim R. F41.1. Gangguan cemas menyeluruh dalam buku PPDGJ-III. Jakarta:
BagianIlmuKedokteranJiwa FK UnikaAtma Jaya, 2003.
2. Maramis WF. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Surabaya: Airlangga University Press, 2004.
3. Mansjoer. A, dkk. Gangguan Cemas Menyeluruh dalam Kapita Selekta Kedokteran. Edisi
Ketiga. Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, 2001.
Hasil pembelajaran:
1. Definisi gangguan gangguan cemas menyeluruh
2. Penegakan diagnosis gangguan cemas menyeluruh
3. Penatalaksanaan gangguan cemas menyeluruh
4. Prognosis gangguan cemas menyeluruh
1

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:


1. Subyektif:
Wanita 61 tahun datang ke Poli umum RSUD Arifin Numang Sidrap dengan diantar oleh
keluarganya, dengan keluhan jantung berdebar-debar, terutama pada malam hari yang
dialami sejak 8 bulan yang lalu setelah pasien terdiagnosa DM tipe II. Pasien juga
mengeluh susah tidur dan sering merasa sesak napas. Pasien merasakan cemas karena
penyakit DM yang dideritanya sejak didiagnosa sekitar 1 tahun yang lalu. Nyeri kepala
(+) ,sulit tidur dan sering terbangun saat tidur serta sulit untuk tidur kembali.
BAB : Biasa
BAK : Lancar
-

Riwayat DM ( + ) sejak 1 tahun yang lalu


Riwayat hipertensi tidak ada.
Riwayat penyakit ginjal tidak ada.

2. Obyektif:
Status present

: Sakit sedang/ Gizi cukup/ Composmentis

Tanda Vital

:
TD

= 130/80 mmHg

= 100 x/menit

= 24x/menit

= 36,50C (axilla)

Kepala

: Anemi (-), ikterik (-), sianosis (-)

Leher

: Massa tumor (-), nyeri tekan (-), pembesaran KGB ( - )

Thorax

: Inspeksi

Cor

Abdomen

: gerakan dada simetris kiri kanan

Palpasi

: Nyeri tekan (-), massa tumor (-), VF ki=ka

Perkusi

: sonor,

Auskultasi

: Bunyi vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

: Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: Pekak

Auskultasi

: Bunyi jantung I/II murni regular,Bunyi tambahan(-)

: Inspeksi

: kesan datar.

Ekstremitas

Palpasi

: nyeri tekan (-), massa tumor (-)

Perkusi

: tymphani (+)

Auskultasi

: Peristaltik (+) kesan Normal

: tidak ada kelainan

Dari pemeriksaan status psikiatrik diperoleh; kesan umum seorang wanita sesuai umur,
tidak tampak sakit jiwa, rawat diri baik. Kesadaran composmentis; orientasi orang, waktu, tempat,
dan situasi baik. Sikap/tingkah laku tenang dan kooperatif; roman muka terbatas; afek
appropriate. Proses arus pikir kualitatif relevan dan koheren; isi pikir berupa kecemasan
berlebihan. Bentuk pikir realistik, gangguan persepsi tidak ada serta perhatian dan insight baik.
Status mental pasien dalam batas normal, dan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan neurologis tidak ditemukan kelainan. Tidak terdapat halusinasi, ilusi, depersonalisasi
dan derealisasi. Arus pikiran, produktivitas

cukup, kontinuitas relevan koheren, tidak ada

hendaya berbahasa.
Diagnosis sementara : gangguan cemas menyeluruh
3. Assesment
Gangguan cemas menyeluruh adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati
disertai berbagai gejala somatik, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau
pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien.
Pada gangguan ini, terdapat hipotesis bahwa pasien mewujudkan respons secara tidak
tepat dan tidak akurat terhadap bahaya yang dihadapinya. Dikatakan pula terdapat gejala konfik
bawah sadar yang tidak terpecahkan.
Gejala yang ditunjukkan pasien ini menunjukkan adanya kecemasan yang tidak terbatas
pada situasi khusus tertentu. Penderita dengan kecemasan umumnya menyadari bahwaia sedang
terganggu. Untuk memahami suatu gangguan cemas tidak dapat dilihat hanya pada gejalagejalanya saja. Gejala- gejala hanya menunjukkan bahwa individu itu sedang terganggu karena
keadaan tegang atau cemas. Gejala dapat menunjukkan jalan ke jenis konflik yang sedang dialami
pasien.
Dokter harus dapat mencari sumber kecemasan, peristiwa atau keadaan yang
menimbulkan rasa cemas pada pasien. Gangguan cemas mudah terjadi dalamkeadaan yang
menimbulkan perubahan besar dalam kehidupan manusia dan individu itu harus menyesuaikan
diri dengan keadaan baru itu. Pasien ini diketahui adalah seorang pensiunan pegawai negeri.
Keluhan ini dirasakan oleh pasien sejak 8 bulan yang lalu sejak terdiagnosa DM tipe II setahun
yang lalu.
Faktor yang menyebabkan gangguan ini terletak terutama pada bidang emosi.
Kebanyakan penyebab gangguan cemas terdapat dalam perasaan yang direpresi, didesak lalu
diubah atau dialihkan menjadi dorongan rasa kebencian, permusuhan, kebutuhan akan persetujuan
3

dan keamanan, ketidak mampuan untuk mengadakan ketertiban dan keamanan dalam
penghidupan. Hal- hal ini sering menimbulkan konflik dan menimbulkan kecemasan.
Diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut PPDGJ-III ditegakkan berdasarkan :

Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung


hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya

free floating atau mengambang).


Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
berkonsentrasi, dsb)
2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
3. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebardebar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya
depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal tersebut
tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F.32.-), gangguan anxietas fobik (F.40.-),
gangguan panik (F42.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F.42.-).

Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Gejala-gejala Gangguan Cemas Menyeluruh:
Ketegangan Motorik

Hiperaktivitas Otonomik

Kewaspadaan berlebihan dan


Penangkapan berkurang

1. Kedutan otot/ rasa gemetar


2. Otot tegang/kaku/pegal
3. Tidak bisa diam
4. Mudah menjadi lelah
5. Nafas pendek/terasa berat
6. Jantung berdebar-debar
7. Telapak tangan basah/dingin
8. Mulut kering
9. Kepala pusing/rasa melayang
10. Mual, mencret, perut tak enak
11. Muka panas/ badan menggigil
12. Buang air kecil lebih sering
13. Perasaan jadi peka/mudah ngilu
14. Mudah terkejut/kaget
15. Sulit konsentrasi pikiran
16. Sukar tidur
17. Mudah tersinggung

Pengobatan yang efektif adalah kombinasi psikoterapi, farmakoterapi dan pendekatan


suportif. Psikoterapi dan suportif gangguan cemas menyeluruh adalah dengan mencari dan
membicarakan konflik yang dialami pasien, menjamin kembali (reassurance), gerak badan serta
rekreasi yang baik. Obat tranquilaizer dan benzodiazepin biasanya dapat menghilangkan dengan
4

segera suatu gangguan cemas menyeluruh.


1.

Psikoterapi

a.

Psikodinamik (Insight), ditujukan untuk mengungkap konflik masa lalu yang mendasari dan
merupakan sumber kecemasan yang sebenarnya

b.

CBT (Cognitive-Behavioral Therapy), dengan cognitive restructuring, yaitu mengidentifikasi


pikiran-pikiran yang berhubungan dengan kecemasan lalu menggantinya dengan respon
copingyang lebih positif

c.

Relaxation Training, latihan untuk menurunkan bangkitan fisiologik yang berlebihan

d.

Suportif

2.

Somatoterapi

a.

Ansiolitik Benzodiazepin,
Ansiolitik yang paling sering digunakan
Tidak mengurangi kekhawatiran, namun mengatasi kecemasan dengan menurunkan
kewaspadaan dan dengan menghilagkan gejala somatik seperti ketegangan otot
Semua benzodiazepin memiliki efikasi yang sama, menyebabkan sedasi, gangguan kosentrasi,
dan amnesia anterograde. Spektrum klinis benzodiazepin meliputi:

Ansiolitik
Antikonvulsan
Antiinsomnia
Premedikasi bedah
Beberapa contoh benzodiazepin:

b.
)

Diazepam dan Chlordiazepoxide, merupakan benzodiazepin broadspectrum


Nitrazepam dan Flurazepam, lebih efektif sebagai antiinsomnia karena dosis
antiinsomnia berdekatan dengan dosis anticemas
Midazolam, onset cepat dan kerja singkat, cocok untuk premedikasi bedah
Bromazepam, Lorazepam, dan Clobazam, lebih efektif sebagai anticemas karena
dosis antiinsomnia dan anticemas yang berjauhan
Clobazam, efek samping terhadap performa psikomotor paling kecil, cocok untuk
pasien dewasa atau pasien lansia yang ingin aktif
Lorazepam, benzodiazepin dengan waktu paruh pendek dan tidak ada akumulasi
obat yang signifikan pada dosis terapi, cocok untuk pasien dengan kelainan fungsi
hati dan ginjal
Alprazolam, efektif untuk ansietas antisipatorik, memiliki onset cepat dan komponen
anti depresi

Ansiolitik Non Benzodiazepin


Sulpiride, efektif untuk meredakan gejala somatik dari sindrom ansietas dan resiko
ketergantungan paling kecil

b)

Buspirone, obat yang sering digunakan untuk pasien dengan kecemasan kronik, pasien yang
relaps setelah terapi dengan benzodiazepin, dan pasien dengan riwayat penyalahgunaan zat.
Tidak seperti benzodiazepin, buspirone lebih mengurangi kecemasan daripada gejala somatik
pada Gangguan cemas menyelurh (Generalized Anxiety Disorder, GAD). Buspirone sama
efektifnya dengan benzodiazepin untuk terapi pasien dengan GAD. Buspiron juga tidak
menyebabkan ketergantungan dan toleransi. Namun perlu diinformasikan pada pasien bahwa,
tidak seperti benzodiazepin yang dapat langsung menghilangkan gejala kecemasan, onset
Buspirone perlu 2-3 minggu.

c.

Antidepresan Trisiklik, Imipramine, efektif dalam mengendalikan kecemasan pada GAD,


namun belum diteliti efektivitasnya jika dibandingkan dengan Benzodiazepin atau Buspirone.
Dapat juga digunakan alternatif Desmipramine atau Nortriptiline dengan efek samping
antikolinergik dan antiadrenergik yang lebih ringan.

d.

Antidepresan Atipikal, Trazodone, untuk pasien yang tidak merespon pada agen yang lain,
penggunaan dibatasi karena efek samping sedasi dan priapismus yang tinggi. Nefazodone dapat
digunakan sebagai alternatif karena efek sampingnya lebih dapat ditoleransi

e.

Antidepresan Atipikal, Venlafaxine, memiliki efek anticemas dan antidepresi untuk pasien
dengan GAM disertai Depresi Mayor
4. Plan
Diagnosis:
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisis, ditemukan gejala dan tanda yang mengarah ke
diagnosis gangguan cemas menyeluruh (F41.1).
Pengobatan:
Pasien dianjurkan untuk berkonsultasi dengan ahli psikiatrik untuk dapat mengobati lebih
lanjut penyakit yang sedang dideritanya.
Konsultasi dan Rujukan:
Konsultasi diperlukan untuk memberikan penatalaksanaan yang optimal kepada pasien.
Pasien ini kemudian dirujuk kepada dokter ahli psikiatrik untuk mendapatkan advis
pengobatan selanjutnya.
Prognosis:
Prognosis pasien pada umumnya tergantung pada kepribadian sebelumnya, bila relatif
stabil, maka prognosa lebih baik. Bila akut, prognosa juga lebih baik. Bila stres yang
menyebabkan kecemasan itu mudah diatasi, maka prognosa juga baik. Tetapi jika kronik
mungkin dapat berlangsung seumur hidup.

Rappang , 25 Agustus 2015


Peserta

Pendamping

dr. Nunung Angreani R

dr. A. Azizah Yusuf

Anda mungkin juga menyukai