Anda di halaman 1dari 3

Cop 9.

1 keanekaragaman hayati
dengan mulainya hilangnya keanekaragaman hayati, maka perlunya penngkatan terhadap konservasi
sumberdaya yang ada. hilangnya keanekaragaman hayati ini akan mempengaruhi sektor pangan dan
pertanian. karena dari sistem ini menyediakan makanan, pakan, serat dan bahan bakar. masalah ini harus
diatasi dengan melakukan kerjasama antar pihak mulai dari masyarakat asli, msyarakat lokal,
peternak,ilmuwan, lembaga internasional, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam
pemanfaatan dan pembangunan berkelanjutan dalam keanekaragaman hayati pangan.
Cop9.2 biofuel
Banyaknya potensi keanekaragaman hayati yang ada maka dari hal tersebut potensi yang besar adalah
penggunaanya sebagai bahan bakar alami atau biasa disebut biofuel. Penggunaan biofuel ini sangat
diharapkan berhasil dalam produksinya taupun dalam penerapannya pada masyarakat, karena mengingat
bahwa bahan bakar fosil kian hari kian menipis. Penggunaan biofuel ini juga memliki dampak positif dan
negatif, sehingga dalam mengusung penggunaan biofuel harus ada kebijakan dan aturan terhadap
keanekaragaman hayati. Dampak positif dari penggunaan biofuel dapat menggantikan bahan bakar fossil
yang kian menipis dan dampak negatifnya adalah terncamnya keanearagaman hayati dengan konversinya
terhdap biofuel sehingga harusnya ada bagian hutan yng digunakan untuk biofuel terjamin kelestarian.
bertujuan mempertimbangkan cara-cara dan sarana untuk mempromosikan positif dan meminimalkan
dampak negatif dari produksi dan penggunaan biofuel pada keanekaragaman hayati, mempertimbangkan
bimbingan relevan dari Konvensi.
Cop9.3 Strategi G lobal untuk Konservasi Tanaman
Dengan meninjau bahwa pentingnya strategi global untuk konservasi tanaman mendorong
keterlibatan masyarakat konservasi botani dan tanaman dalam pekerjaan Konvensi, melalui, antara lain,
pembentukan jaringan nasional, regional dan global, termasuk khususnya Kemitraan Global untuk
Konservasi Tanaman. Mengembangkan strategi nasional dan / atau regional untuk konservasi tumbuhan
dengan target yang sesuai, Menyediakan, seperti, informasi tambahan yang sesuai pada kemajuan yang
dibuat dalam mencapai sasaran Strategi, termasuk data kuantitatif dan informasi dari sektor lain dan
proses seperti di bidang kehutanan dan pertanian, untuk memperkuat ulasan masa depan implementasi
Strategi.

Cop9.4 Kesenjangan dan inkonsistensi dalam kerangka peraturan internasional


Mengembang suatu organisasi dalam perlindungan terhadap keanekaragaman hayati dari
gangguan luar dan dalam serta menjaga ekosistem agar terciptanya kelestarian. Gangguan ini dapat terjadi
oleh penyakit yang menyerang spesies tumbuhan maupun hewan. Menjanga spesies dalam suatu
ekosistem dari spesias alien yg infasiv terhadpat spesies lokal sehingga spesies tersingkirkan. Pihak dan
Pemerintah lainnya untuk mengembangkan dan menerapkan nasional dan, sesuai, regional, kebijakan,
strategi dan / atau program untuk mengatasi spesies asing invasif dan ancaman mereka untuk
keanekaragaman hayati di semua tingkatan dan untuk koordinasi yang efektif antara instansi terkait.
Cop9.5 KEANEKARAGAMAN HAYATI HUTAN
oleh hilangnya keanekaragaman hayati hutan dan dampaknya, termasuk dampak negatif, pada
pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan manusia. mendesak untuk memperkuat pelaksanaan
program kerja pada keanekaragaman hayati hutan untuk mencapai target keanekaragaman hayati 2010
dan 2010 target KTT Dunia tentang Pembangunan Berkelanjutan, melalui pengelolaan hutan
berkelanjutan dan pendekatan ekosistem serta alat-alat lainnya. mempromosikan konservasi dan
pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati hutan, dan pembagian yang adil dan merata dari
keuntungan yang dihasilkan dari pemanfaatan sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional terkait.
pelaksanaan program diperluas bekerja pada keanekaragaman hayati hutan, termasuk melalui peningkatan
kapasitas, yang diperlukan, dan mengatasi hambatan yang diidentifikasi dalam laporan tinjauan dan

laporan yang terkait dengan program kerja pada keanekaragaman hayati hutan, termasuk kurangnya
sistem pemantauan. Maka dari itu dalam hali ini perlu ditingkatkan dalam pengelolaan hutan lestari,
Mempromosikan penelitian ilmiah multidisiplin untuk lebih memahami dampak perubahan iklim,
termasuk mitigasi dan kegiatan adaptasi, dan degradasi lingkungan pada ketahanan ekosistem, konservasi
dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati hutan dan dampak terhadap mata pencaharian
masyarakat adat dan lokal, dengan maksud untuk memaksimalkan positif dampak dan menghindari
dampak negatif dari perubahan iklim.
COP9.6 LANGKAH INTENSIF
Delri menyampaikan bahwa Indonesia telah melaksanakan pemberian insentif baik berupa
financial (monetary) maupun penghargaan (non monetary) pada sektor lingkungan hidup, kehutanan,
pertanian dan perikanan. Delri juga meminta Eksekutif Sekretaris untuk melakukan kajian mengenai
upaya-upaya pemberian insentif yang telah diterapkan di berbagai negara serta mendukung adanya Terms
of Reference (TOR) tentang cara monitoring yang dapat mendukung implementasi perangkat valuasi dan
incentive measures yang positif yang telah disediakan oleh Sekretariat CBD.
Cop9.7 PENDEKATAN EKOSISTEM
penerapan pendekatan ekosistem Pendekatan ekosistem tetap menjadi kerangka normatif berguna untuk
menyatukan nilai-nilai sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan. Kebutuhan yang menerjemahkan
kerangka normatif ini ke metode untuk aplikasi lebih lanjut yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna
tertentu Adopsi yang lebih luas dari pendekatan ekosistem dapat berkontribusi untuk pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium. Lebih memudahkan, partisipasi penuh dan efektif dari masyarakat adat dan
lokal dalam pengembangan alat dan mekanisme untuk memperkuat dan memperluas penerapan
pendekatan ekosistem.
Cop9.8 .

Ulasan dari pelaksanaan tujuan 2 dan 3 dari Rencana Strategis

strategi keanekaragaman hayati nasional dan rencana aksi dan kebijakan dan kerangka kerja
legislatif setara adalah alat pelaksanaan kunci dari Konvensi dan karena itu memainkan peran penting
dalam mencapai target 2010 keanekaragaman hayati. dan strategi pemberantasan pembangunan dan
kemiskinan nasional, dan kurangnya informasi dalam kaitannya dengan pelaksanaan strategi
keanekaragaman hayati nasional dan rencana aksi.
rekomendasi dari pertemuan kedua Kelompok Kerja Ulasan Pelaksanaan Konvensi (UNEP / CBD
/ COP / 9/4) yang timbul dari kajian mendalam dari tujuan 2 dan 3 dari Rencana Strategis memberikan
masukan untuk meninjau Rencana Strategis setelah 2010
COP9.9 Proses untuk revisi Rencana Strategis
Menyoroti pentingnya keanekaragaman hayati bagi pemberantasan kemiskinan dan pencapaian
Tujuan Pembangunan Milenium, dengan mempertimbangkan bahwa konservasi dan pemanfaatan
berkelanjutan keanekaragaman hayati harus memberikan kontribusi untuk pengentasan kemiskinan di
tingkat lokal dan tidak membahayakan mata pencaharian masyarakat miskin. untuk mempertimbangkan
pada pertemuan kesepuluh program multi-tahun kerja untuk periode 2011-2022, konsisten dengan
Rencana Strategis diperbarui dan direvisi, dan periodisitas pertemuan setelah 2010
COP9.10 Persiapan edisi ketiga Global Biodiversity Outlook
Adanyanya kontribusi baru terhadap pendanaan untuk persiapan dan produksi edisi ketiga Global
Biodiversity Outlook dan produk tambahan. pembentukan badan penasehat ilmiah, dengan keterlibatan
Badan Pendukung Ilmiah, penasehat Teknis dan Teknologi, bertanggung jawab untuk menetapkan data
dan metodologi standar, meninjau dan memberi nasihat tentang rencana pembangunan dan output, dan

memberi nasihat tentang jaminan kualitas untuk masukan mereka ke Global Biodiversity Outlook.
membuat data yang tersedia yang relevan pada status dan kecenderungan keanekaragaman hayati,
kemajuan dalam pelaksanaan Konvensi termasuk Rencana dan pelajaran Strategis yang dipelajari dalam
melakukan tindakan yang dirancang untuk berkontribusi signifikan pengurangan laju kehilangan
keanekaragaman hayati dan pencapaian tiga tujuan Konvensi, termasuk dengan ketepatan waktu
penyampaian laporan nasional keempat untuk digunakan dalam edisi ketiga dari Global Biodiversity
Outlook.
COP9.11 Ulasan pelaksanaan A rticles 20 dan 21
Mendanai masyarakat lokal dan pemerintah di negara-negara berkembang, khususnya negaranegara kurang berkembang dan pulau kecil negara berkembang, dalam kegiatan konservasi. Membantu
dalam pembiayaan untuk proyek-proyek yang berkaitan dengan pelaksanaan Konvensi,
dan meminta Global Environment Facility untuk terus memanfaatkan sumber daya keuangan untuk
mendukung tujuan Konvensi.
meninjau pelaksanaan strategi untuk mobilisasi sumber daya pada pertemuan kesepuluh, dan
bahwa Sekretaris Eksekutif harus menyiapkan dokumentasi yang diperlukan berkaitan dengan tujuantujuan ini untuk pertimbangan b y Konferensi Para Pihak
Cop9.12 Acsess and Benefit Shering
Pembagian Acces an benefit shering harus sampai pada masyarakat adat dan lokal, yang dapat
berupa non matrial seperti akses informasi dan memeperhatikan hak-hak masyarakat adat dan lokal dalam
proses benefit shering. Menyelenggarakan pertemuan ke-lima Ad Hoc open-ended working group on
access and benefit sharing dengan tujuan melanjutkan, menguraikan, dan menjalani rezim internasional
COP decision VII/19D.

Anda mungkin juga menyukai