Contoh Lapsus
Contoh Lapsus
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan medula tulang baik karena infeksi
piogenik atau non-piogenik misalnya mikobakterium tuberkulosa. Osteomielitis
masih merupakan permasalahan di negara kita karena tingkat higienis yang masih
rendah dan pengertian mengenai pengobatan yang belum baik, diagnosis yang
sering terlambat sehingga biasanya berakhir dengan osteomielitis kronis. Fasilitas
diagnostik yang belum memadai di puskesmas-puskesmas, serta angka kejadian
tuberkulosis di Indonesia pada saat ini masih tinggi sehingga kasus-kasus
tuberkulosis tulang dan sendi juga masih tinggi.
Pengobatan osteomielitis memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang
tinggi juga menjadi permasalahan di negara kita, banyak juga penderita dengan
fraktur terbuka yang datang terlambat dan biasanya datang dengan komplikasi
osteomielitis. Dengan diagnosis dini dan obat-obat antibiotik/tuberkulostatik yang
ada pada saat ini, angka kejadian osteomielitis diharapkan berkurang.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.2.1
Bagaimana
etiologi,
patogenesis,
pemeriksaan
fisik,
diagnosis
dan
pemeriksaan
fisik,
diagnosis
dan
penatalaksanaan osteomielitis?
1.3
TUJUAN
1.3.1
Mengetahui
etiologi,
patogenesis,
penatalaksanaan osteomielitis.
1.4
MANFAAT
1.4.1
I.4.2
BAB II
STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Nn. A
Umur
: 13 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Pelajar
Agama
: Islam
Alamat
: Kepanjen
: Jawa
Tanggal MRS
Tanggal periksa
No. Reg
: 252831
B. ANAMNESA
1. Keluhan utama
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum (Tanggal 04 Mei 2011)
Tampak kesakitan, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6).
2. Tanda Vital
Tensi
: 120/80 mmHg
Nadi
Pernafasan
: 20 x /menit, regular
Suhu
: 36,8 oC
3. Kepala
Bentuk mesocephal, rambut tidak mudah dicabut.
4. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
5. Telinga
Bentuk normotia, sekret (-), pendengaran berkurang (-).
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).
7. Mulut dan tenggorokan
Bibir pucat (-), bibir cianosis (-), gusi berdarah (-),tonsil membesar (-),
pharing hiperemis (-).
8. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-).
9. Paru
Suara nafas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-).
10. Jantung
Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-).
11. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Status Lokalis
Regio cruris dextra
Look : Terdapat luka/sinus dengan diameter 1 cm yang mengeluarkan pus dan
darah, kemerahan di sekitar luka/sinus, oedem (+), hipervaskularisasi (-)
Feel
: Teraba lebih hangat dibanding regio cruris sinistra, nyeri tekan (+),
krepitasi (-), sensibilitas (+)
D. RESUME
Nn. A 13 tahun datang ke Poli Bedah Orthopedi dengan nyeri pada tungkai kanan
bawah dan ada luka yang mengeluarkan nanah dan darah sejak 2 tahun yang lalu.
Bengkak (+), kemerahan, teraba lebih hangat dibanding tungkai sebelah kiri. Nyeri
tekan (+), ada riwayat jatuh sebelumnya, riwayat pengobatan (+).
Pada pemeriksaan lokalis regio cruris dextra didapatkan luka/sinus dengan
diameter 1 cm yang mengeluarkan pus dan darah, kemerahan di sekitar luka/sinus,
oedem (+), teraba lebih hangat dibanding regio cruris sinistra, nyeri tekan (+),
sensibilitas (+), gerakan aktif pasif normal.
E. DIAGNOSA
Diagnosa Kerja
Osteomielitis kronis cruris dextra
Diagnosa Banding
Selullitis
Tumor Ewing
F. PLANNING DIAGNOSA
Planning pemeriksaan
Lab
Planning Terapi
1. Non operatif
a. Medikamentosa
Antibiotik : Broadspectrum
Analgesik : NSAID
b. Non medikamentosa
Istirahat
2. Operatif
Pro debridement
6
Pro sequesterectomy
G. Follow Up
Nama : Nn. A
Umur : 13 tahun
Tgl
04/05/11
Pasien
masih
merasa
kesakitan, pasien mengeluh
masih keluar nanah dan darah
dari luka terus menerus
T=120/80mmh
g
N= 83x/mnt
RR= 20x/mnt
S= 36,8oC
Osteomielitis
kronis
tibia
dextra
05/05/11
T=110/80mmhg
N= 85x/mnt
RR= 18x/mnt
S= 36,5oC
Osteomielitis
kronis
tibia
dextra
Pro debridement
+
sequesterectomy,
AB
broad
spectrum,
analgesik
NSAID
Pro debridement
+
sequesterectomy,
AB
broad
spectrum,
analgesik
NSAID
H. DISKUSI
Pada kasus ini diambil kesimpulan bahwa pasien menderita osteomielitis kronis
cruris dextra berdasarkan temuan pada :
1. Anamnesa
Pada pasien ini didapatkan keluhan nyeri pada tungkai kanan bawah dan
terdapat luka yang mengeluarkan nanah serta darah sejak 2 tahun yang lalu,
didapatkan bengkak dan berwarna kemerahan di sekitar luka, terasa nyeri bila
ditekan. 2 tahun yang lalu pasien sering demam tinggi dan susah berjalan,
tetapi sejak 1 tahun belakangan ini pasien jarang mengalami demam, nyeri
juga hilang timbul, bengkak sudah mulai mengecil, dan tidak susah lagi bila
berjalan, berat badan pasien juga tidak pernah menurun. Pasien sebelumnya
memiliki riwayat jatuh pada tungkai yang sakit.
2. Pemeriksaan Fisik
Pasien nampak kesakitan,
Status Lokalisata
Regio cruris dextra
Look : Terdapat luka/sinus dengan diameter 1 cm yang mengeluarkan pus
dan
darah,
kemerahan
di
sekitar
luka/sinus,
oedem
(+),
hipervaskularisasi (-)
Feel
: Teraba lebih hangat dibanding regio cruris sinistra, nyeri tekan (+),
krepitasi (-), sensibilitas (+)
Anemia sel sabit dijadikan diagnosa banding karena pada anemia sel sabit di mana
sel-sel darah merah menjadi berbentuk bulan sabit dan sulit untuk melewati
pembuluh darah terutama di bagian pembuluh darah yang menyempit, karena sel
8
darah merah ini akan tersangkut dan akan menimbulkan rasa sakit, infeksi serius,
dan kerusakan organ tubuh. Lokasi yang sering terkena serangan tersebut salah
satunya adalah pada tulang panjang. Jika terjadi iskemik pada tulang maka akan
terjadi nekrosis, selain itu juga bisa menjadi osteomielitis.
Namun diagnosa ini dapat disingkirkan jika pada pemeriksaan laboratorium (Hb,
Ht) hasilnya dalam batas normal, karena pada anemia sel sabit akan di temukan
hemolisis yang kronik, hematokrit biasanya 20-30%.
Tumor Ewing dijadikan diagnosa banding karena tumor ewing bisa tumbuh di
bagian tubuh manapun, dan paling sering di tulang panjang. Gejala yang paling
sering dikeluhkan adalah nyeri dan kadang pembengkakan di bagian tulang yang
terkena, penderita juga mungkin mengalami demam.
Namun diagnosa ini dapat disingkirkan jika pada anamnesa tidak ditemukan
adanya pembesaran pada daerah yang dikeluhkan, tidak ada penyebaran ketempat
lain, berat badan pasien tidak menurun secara drastis, dan pada pemeriksaan foto
rontgen tidak didapatkan adanya gambaran massa tumor. Karena pada tumor
ewing pertumbuhannya cepat, penyebarannya juga cepat ketempat lain, pada
pemeriksaan foto rontgen ditemukan adanya massa tumor.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
OSTEOMIELITIS
DEFINISI
Osteomielitis adalah suatu proses inflamasi akut ataupun kronis dari tulang dan
struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Infeksi
tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya
asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involucrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang
mati). Osteomeilitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas
hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli memberikan
definisi terhadap osteomielitis sebagai berkut :
ETIOLOGI
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (mis. tonsil yang terinfeksi, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas
atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana
10
terdapat trauma dan dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma
subklinis.
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
(misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi
langsung pada tulang (misalnya fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak,
dan pembedahan tulang). Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah
mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes.
PATOGENESIS
Infeksi dalam sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui beberapa cara.
Kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka penetrasi langsung, melalui
penyebaran hematogen dari situs infeksi didekatnya ataupun dari struktur lain yang
jauh, atau selama pembedahan dimana jaringan tubuh terpapar dengan lingkungan
sekitarnya. Osteomielitis hematogen adalah penyakit masa kanak-kanak yang
biasanya timbul antara usia 5 dan 15 tahun.
11
12
13
INSIDEN
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II, tetapi dapat pula ditemukan
pada bayi dan infant. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1).
Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius,
humerus, ulna, dan fibula.
Penyebab osteomielitis pada anak-anak adalah kuman Staphylococcus aureus (8990%),Streptococcus (4-7%), Haemophilus influenza (2-4%), Salmonella typhii dan
Eschericia coli(1-2%).
KLASIFIKASI
Beberapa sistem klasifikasi telah digunakan untuk mendeskripsikan ostemielitis.
Sistem tradisional membagi infeksi tulang menurut durasi dari timbulnya gejala: akut,
subakut, dan kronik. Osteomielitis akut diidentifikasi dengan adanya onset penyakit
dalam 7- 14 hari. Infeksi akut umumnya berhubungan dengan proses hematogen pada
anak. Namun pada dewasa juga dapat berkembang infeksi hematogen akut khususnya
setelah pemasangan prothesa dan sebagainya.
Durasi dari osteomielitis subakut adalah antara 14 hari sampai 3 bulan. Sedangkan
osteomielitis kronik merupakan infeksi tulang yang perjalanan klinisnya terjadi lebih
dari 3 bulan. Kondisi ini berhubungan dengan adanya nekrosis tulang pada episentral
yang disebut sequester yang dibungkus involucrum. Sistem klasifikasi lainnya
dikembangkan oleh Waldvogel yang mengkategorisasikan infeksi muskuloskeletal
14
Mengenai anak-anak
Laki-laki : wanita = 3 : 1
Lokasi tulang tersering : paha, tibia (tulang kering), radius dan ulna (lengan
bawah), dan fibula
Penyebab
Bakteri yang menjadi penyebab tersering terjadinya penyakit ini adalah bakteri
Stafilokokus aureus. Bakteri ini ditemukan sekitar > 90% pada setiap penyakit ini.
Bakteri lain yang juga dapat menjadi penyebab penyakit ini adalah golongan
Streptokokus dan Pneumokokus.
Gejala Klinis
Pada anak-anak, dapat ditemukan adanya riwayat infeksi bakteri di tempat lain
selain tulang. Seperti halnya infeksi pada kulit atau saluran pernapasan bagian atas.
Sekitar 50% ditemukan riwayat benturan atau trauma pada tulang. Pada anak-anak
yang sudah dapat berkomunikasi, dapat dikeluhkan perasaan nyeri yang hebat pada
15
ujung tulang panjang sehingga anak tidak mau menggunakan ekstremitas yang
terkena tersebut. Dalam 24 jam pertama, jika tidak dilakukan penanganan, maka akan
terjadi septikemia yang ditandai dengan gejala anak menjadi lemas, demam, dan
anoreksia. Pada pemeriksaan fisis, dapat ditemukan adanya pembengkakan pada
daerah yang terkena (biasanya pembengkakan timbul setelah beberapa hari).
Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan tambahan lain untuk menunjang ditegakkannya diagnosis
osteomielitis hematogen akut
adalah :
Foto polos tulang : kelainan pada foto polos ini baru dapat dilihat setelah 1
minggu, yaitu seperti kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
MRI : jika terdapat fokus yang gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2,
maka kemungkinan besar adalah osteomielitis
6. Teruskan pemberian antibiotik selama 3-4 minggu hingga nilai LED normal
Komplikasi Dini
Septikemia
Abses
Artritis septic
Komplikasi Lanjut
Osteomielitis kronik
Fraktur patologis
Kontraktur sendi
Gangguan pertumbuhan
Osteomielitis Subakut
Insiden hampir sama dg osteomielitis akut, biasanya pd anak-anak dan remaja.
Etiologi
Stafilokokus aureus, lokasi di distal femur dan proksimal tibia
Patologi
Cairan seropurulen
Penebalan trabekula
Gambaran Klinis
Nyeri lokal
Sedikit odema
17
Atrofi otot
Pincang
Laboratorium
LED meningkat
Radiologis
Ditemukan kavitas diameter 1-2 cm :
-
Pengobatan
Osteomielitis Kronik
Osteomielitis kronis merupakan hasil dari osteomielitis akut dan subakut yang
tidak diobati. Kondisi ini dapat terjadi secara hematogen, iatrogenik, atau akibat dari
trauma tembus. Infeksi kronis seringkali berhubungan dengan implan logam ortopedi
yang digunakan untuk mereposisi tulang. Inokulasi langsung intraoperatif atau
perkembangan hematogenik dari logam atau permukaan tulang mati merupakan
tempat perkembangan bakteri yang baik karena dapat melindunginya dari leukosit
dan antibiotik. Pada hal ini, pengangkatan implan dan tulang mati tersebut harus
dilakukan untuk mencegah infeksi lebih jauh lagi.
Patologi dan Patogenesa:
18
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan laju endap darah,
leukositosis serta peningkatan titer antibody anti stafilokokus. Pemeriksaan kultur dan
uji sensitivitas diperlukan untuk menentukan organisme penyebabnya.
Pemeriksaan Radiologis
1. Foto polos pada foto rontgen dapat ditemukan adanya tanda-tanda porosis
dan sklerosis tulang, penebalan periosteum, elevasi periosteum dan mungkin
adanya sequestrum.
19
2. Radioisotop
scanning
dapat
membantu
menegakkan
diagnosis
20
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
a. Foto polos
Pada osteomielitis awal, tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan radiograf.
Setelah 7-10 hari, dapat ditemukan adanya area osteopeni, yang mengawali destruksi
cancellous bone. Seiring berkembangnya infeksi, reaksi periosteal akan tampak, dan
area destruksi pada korteks tulang tampak lebih jelas. Osteomielitis kronik
diidentifikasi dengan adanya detruksi tulang yang masif dan adanya involucrum, yang
membungkus fokus sklerotik dari tulang yang nekrotik yaitu sequestrum. Infeksi
jaringan lunak biasanya tidak dapat dilihat pada radiograf kecuali apabila terdapat
oedem. Pengecualian lainnya adalah apabila terdapat infeksi yang menghasilkan
udara yang menyebabkan terjadinya gas gangrene. Udara pada jaringan lumak ini
dapat dilihat sebagai area radiolusen, analog dengan udara usus pada foto abdomen.
21
b. Ultrasound
Berguna untuk mengidentifikasi efusi sendi dan menguntungkan untuk
mengevaluasi pasien pediatrik dengan suspek infeksi sendi panggul.
c. Radionuklir
Jarang dipakai untuk mendeteksi osteomielitis akut. Pencitraan ini sangat sensitif
namun tidak spesifik untuk mendeteksi infeksi tulang. Umumnya, infeksi tidak bisa
dibedakan dari neoplasma, infark, trauma, gout, stress fracture, infeksi jaringan lunak,
dan artritis. Namun, radionuklir dapat membantu untuk mendeteksi adanya proses
infeksi sebelum dilakukan prosedur invasif dilakukan.
d. CT Scan
CT scan dengan potongan koronal dan sagital berguna untuk mengidentifikasi
sequestrum pada osteomielitis kronik. Sequestrum akan tampak lebih radiodense
dibanding involucrum disekelilingnya.
22
EVALUASI DIAGNOSTIK
Pada osteomielitis akut, pemeriksaan sinar x awal hanya menunjukkan
pembengkakan jaringan lunak. Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi
ireguler, nekrosis tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI dapat membantu diagnosis
definitif awal. Pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan leukosit dan
peningkatan laju endap darah. Kultur darah dan kultur abses diperlukan untuk
menentukan jenis antibiotika yang sesuai.
Pada osteomielitis kronik, besar, kavitas iregular, peningkatan periosteum,
sequestrum atau pembentukan tulang padat terlihat pada sinar x. pemindaian tulang
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi area infeksi. Laju sedimentasi dan jumlah sel
darah putih biasanya normal. Anemia, dikaitkan dengan infeksi kronik. Abses ini
dibiakkan untuk menentukan organisme infektif dan terapi antibiotik yang tepat.
TERAPI
Osteomielitis akut harus diobati segera. Biakan darah diambil dan pemberian
antibiotika intravena dimulai tanpa menunggu hasil biakan. Karena Staphylococcus
merupakan kuman penyebab tersering, maka antibiotika yang dipilih harus memiliki
spektrum antistafilokokus. Jika biakan darah negatif, maka diperlukan aspirasi
subperiosteum atau aspirasi intramedula pada tulang yang terlibat. Pasien diharuskan
untuk tirah baring, keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan, diberikan
antipiretik bila demam, dan ekstremitas diimobilisasi dengan gips. Perbaikan klinis
biasanya terlihat dalam 24 jam setelah pemberian antibiotika. Jika tidak ditemukan
perbaikan, maka diperlukan intervensi bedah.
Terapi antibiotik biasanya diteruskan hingga 6 minggu pada pasien dengan
osteomielitis. LED dan CRP sebaiknya diperiksa secara serial setiap minggu untuk
memantau keberhasilan terapi. Pasien dengan peningkatan LED dan CRP yang
persisten pada masa akhir pemberian antibiotik yang direncanakan mungkin memiliki
infeksi yang tidak dapat ditatalaksana secara komplit. Kondisi dapat terjadi pada
23
pasien dengan retensi alat ortopedi, debridemant jaringan nekrotik yang inkomplit,
immunocompromised, atau resistensi terhadap antibiotik. Idealnya, eksplorasi bedah
harus dilakukan pada pasien ini untuk menentukan apakah dibutuhkan terapi
tambahan.
Keberhasilan terapi pada infeksi muskuloskeletal membutuhkan intervensi bedah
untuk menghilangkan jaringan mati dan benda asing. Jaringan nekrotik melindungi
kuman dari leukosit dan anitibiotik. Pada fraktur terbuka, semua soft tissues yang
mati dan semua fragmen tulang bebas harus dibersihkan dari luka. Pada osteomielitis
kronik, sequestrum harus dibuang seluruhnya dengan meninggalkan involucrum tetap
ditempatnya. Kulit, lemak subkutan, dan otot harus di debridemant secara tajam
hingga berdarah. Untuk mendeteksi viabilitas dari cancellous bone, ditandai dengan
adanya perdarahan dari permukaan trabekula.
Pada beberapa kasus, infeksi sudah terlalu berat dan luas sehingga satu-satunya
tindakan terbaik adalah amputasi dan pemasangan prothesa. Bila proses akut telah
dikendalikan, maka terapi fisik harian dalam rentang gerakan diberikan. Kapan
aktivitas penuh dapat dimulai tergantung pada jumlah tulang yang terlibat. Pada
infeksi luas, kelemahan akibat hilangnya tulang dapat mengakibatkan terjadinya
fraktur patologis. Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah
bila involucrum telah cukup kuat, mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan.
Kegagalan pemberian antibiotika dapat disebabkan oleh :
a. Pemberian antibiotika yang tidak sesuai dengan mikroorganisme penyebab
b. Dosis yang tidak adekuat
c. Lama pemberian tidak cukup
d. Timbulnya resistensi
e. Kesalahan hasil biakan
f. Antibiotika antagonis
g. Pemberian pengobatan suportif yang buruk
h. Kesalahan diagnostik
KOMPLIKASI
24
25
BAB IV
KESIMPULAN
Osteomielitis adalah suatu proses inflamasi akut ataupun kronis dari tulang dan
struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Infeksi
dalam suatu sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui dua cara, baik melalui
peredaran darah maupun akibat kontak dengan lingkungan luar tubuh.
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan
pada bayi dan infant. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1).
Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius,
humerus, ulna, dan fibula. Penyebab osteomielitis pada anak-anak adalah kuman
Staphylococcus aureus (89- 90%),Streptococcus (4-7%), Haemophilus influenza (24%), Salmonella typhii dan eschericia coli(1-2%).
26
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., infeksi piogenik, dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm. 903.
Rasjad, Chairudin, infeksi dan inflamasi, dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi,
Edisi 3. Yarsif Watampone, Jakarta, 2007,hlm. 133.
Osteomielitis Akut. Available http://jurnaldokter.com/?s=osteomielitis. Diakses
tanggal 06 Mei 2011.
Harri Prawira. 2010. Osteomielitis. available at http//:Scribs.com. diakses tanggal 06
Mei 2011.
27
Dr. Johan Bastian, Sp.OT. 2009. Kuliah Infeksi Tulang Dan Sendi FK UNISMA.
W.A. Newman Dorland; alih bahasa Huriawati Hartanto et al. Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC.
28