berfungsi
sebagai
alat
yang unik
Si pembelajar diharapkan memiliki Si pembelajar bisa memiliki pemahaman
pemahaman yang sama dengan pengajar yang berbeda terhadap pengetahuan yang
terhadap pengetahuan yang dipelajari
dipelajari
Segala sesuatu yang ada di alam telah Segala sesuatu bersifat temporer, berubah,
terstruktur,
teratur,
rapi. dan
tidak
menentu.
Pengetahuan juga sudah terstruktur rapi Kitalah yang memberi makna terhadap
realitas
Masalah Belajar dan Pembelajaran
Keteraturan
Ketidakteraturan
Si pembelajar dihadapkan pada aturan- Si pembelajar dihadapkan
aturan yang jelas yang ditetapkan lebih lingkungan belajar yang bebas
dulu secara ketat
kepada
atau
esensial
ketidak-mampuan Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan
menambah
pengetahuan atau
ketidakmampuan
dilihat
sebagai
Keberhasilan
kemampuan
dikategorikan
atau dihargai
sebagai
aturan
dipegang
oleh
si
mampu
telah
mengungkapkan nyata
secara
bermakna
Mengikuti urutan kurikulum ketat
Mengikuti pandangan si Pembelajar
Aktivitas belajar mengikuti buku teks
Aktivitas belajar dalam konteks nyata
Menekankan pada hasil
Menekankan pada proses
Masalah Belajar dan Pembelajaran: Evaluasi
Respon pasif
Penyusunan makna secara aktif
Menuntut satu jawaban benar
Menuntut pemecahan ganda
Evaluasi merupakan bagian terpisah dari Evaluasi merupakan bagian utuh dari
belajar
Perbedaan
belajar
karakteristik
antara
pembelajaran
tradisional
(behavioristik)
dengan
Teori Behavioristik
Teori Konstruktivistik
pandangan
konstruktivisme,
belajar
merupakan
suatu
proses
pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa belajar. Ia harus
aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang halhal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata
lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya
paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan
istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.
Paparan penerapan teori Konstruktivisme di kelas sebagai berikut :
a. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar.
Dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong
siswa berpikir mandiri, berarti guru telah membantu siswa menemukan identitas
intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian
menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap
proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solvers).
b. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat
intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasangagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk mengemukakan apa yang mereka
pikirkan dan mendengarkan gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun
pengetahuan sendiri yang didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika merasa nyaman dan
aman untuk mengemukakan gagasan-gagasannya, maka dialog yang sangat bermakna
akan tercipta di kelas.
e. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi.
Pembelajaran
seharusnya melibatkan negosiasi sosial dan mediasi (Doolittle & Camp.1999). Pedagogis
lebih ditekankan pada diskusi, kolaborasi, negosiasi dan makna bersama (Ernest.1991).
5. Perlu diciptakan situasi pembelajaran yang merangsang keingintahuan siswa, sekaligus
merangsang siswa untuk dapat mengkomunikasikan ide-ide mereka.
Jika siswa harus mengaplikasikan pemahaman mereka saat ini dalam situasi baru ke bentuk
pengetahuan baru, guru harus sungguh-sungguh melibatkan siswa dalam pembelajaran
(Rakes.,et.al,1999).