Anda di halaman 1dari 8

Nama : Mia Esta Poetri Afdal Faisal

NIM
: 04011281320033
Kelas : PSPD A 2013

ANALISIS MASALAH
Apa dampak kejang pada ibu dan janin pada kasus ?
Akibat Preeklampsia pada ibu
Akibat gejala preeklampsia, proses kehamilan maternal terganggu karena terjadi
perubahan patologis pada sistem organ, yaitu :
Jantung
Perubahan pada jantung disebabkan oleh peningkatan cardiac afterload akibat hipertensi dan
aktivasi endotel sehingga terjadi ekstravasasi cairan intravaskular ke ekstraselular terutama
paru. Terjadi penurunan cardiac preload akibat hipovolemia.
Otak
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan autoregulasi tidak berfungsi. Jika autoregulasi
tidak berfungsi, penghubung penguat endotel akan terbuka menyebabkan plasma dan sel-sel
darah merah keluar ke ruang ekstravaskular.
Mata
Pada preeklampsia tampak edema retina, spasmus menyeluruh pada satu atau beberapa arteri,
jarang terjadi perdarahan atau eksudat. Spasmus arteri retina yang nyata dapat menunjukkan
adanya preeklampsia yang berat, tetapi bukan berarti spasmus yang ringan adalah preeklampsia
yang ringan.
Skotoma, diplopia dan ambliopia pada penderita preeklampsia merupakan gejala yang
menunjukan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah
pada pusat penglihatan di korteks serebri maupun didalam retina (Wiknjosastro, 2006).
Paru
Edema paru biasanya terjadi pada pasien preeklampsia berat yang mengalami kelainan
pulmonal maupun non-pulmonal setelah proses persalinan. Hal ini terjadi karena peningkatan
cairan yang sangat banyak, penurunan tekanan onkotik koloid plasma akibat proteinuria,
penggunaan kristaloid sebagai pengganti darah yang hilang, dan penurunan albumin yang
diproduksi oleh hati.
Hati
Pada preeklampsia berat terdapat perubahan fungsi dan integritas hepar, perlambatan ekskresi
bromosulfoftalein, dan peningkatan kadar aspartat aminotransferase serum. Sebagian besar
peningkatan fosfatase alkali serum disebabkan oleh fosfatase alkali tahan panas yang berasal
dari plasenta. Pada penelitian yang dilakukan Oosterhof dkk, dengan menggunakan sonograf
Doppler pada 37 wanita preeklampsia, terdapat resistensi arteri hepatika.
Nekrosis hemoragik periporta di bagian perifer lobulus hepar menyebabkan terjadinya
peningkatan enzim hati didalam serum. Perdarahan pada lesi ini dapat mengakibatkan ruptur
hepatika, menyebar di bawah kapsul hepar dan membentuk hematom subkapsular
(Cunningham, 2005).
Ginjal
Lesi khas pada ginjal pasien preeklampsia terutama glomeruloendoteliosis, yaitu pembengkakan
dari kapiler endotel glomerular yang menyebabkan penurunan perfusi dan laju fltrasi ginjal.
Konsentrasi asam urat plasma biasanya meningkat terutama pada preeklampsia berat. Pada
sebagian besar wanita hamil dengan preeklampsia, penurunan ringan sampai sedang laju fltrasi
glomerulus tampaknya terjadi akibat berkurangnya volume plasma sehingga kadar kreatinin
plasma hampir dua kali lipat dibandingkan dengan kadar normal selama hamil (sekitar 0,5 ml/dl).
Namun pada beberapa kasus preeklampsia berat, kreatinin plasma meningkat beberapa kali lipat
dari nilai normal ibu tidak hamil atau berkisar hingga 2-3 mg/dl. Hal ini disebabkan perubahan
intrinsik ginjal akibat vasospasme yang hebat (Cunningham, 2005).
Kelainan pada ginjal biasanya dijumpai proteinuria akibat retensi garam dan air. Retensi garam
dan air terjadi karena penurunan laju fltrasi natrium di glomerulus akibat spasme arteriol ginjal.
Pada pasien preeklampsia terjadi penurunan ekskresi kalsium melalui urin karena meningkatnya
reabsorpsi di tubulus (Cunningham,2005). Kelainan ginjal yang dapat dijumpai berupa
glomerulopati, terjadi karena peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein
dengan berat molekul tinggi, misalnya: hemoglobin, globulin, dan transferin. Protein protein
molekul ini tidak dapat difltrasi oleh glomerulus.

Darah
Kebanyakan pasien preeklampsia mengalami koagulasi intravaskular (DIC) dan destruksi pada
eritrosit (Cunningham, 2005). Trombositopenia merupakan kelainan yang sangat sering,
biasanya jumlahnya kurang dari 150.000/l ditemukan pada 15 20 % pasien. Level fbrinogen
meningkat pada pasien preeklampsia dibandingkan dengan ibu hamil dengan tekanan darah
normal. Jika ditemukan level fbrinogen yang rendah pada pasien preeklampsia, biasanya
berhubungan dengan terlepasnya plasenta sebelum waktunya (placental abruption).
Pada 10 % pasien dengan preeklampsia berat dapat terjadi HELLP syndrome yang ditandai
dengan adanya anemia hemolitik, peningkatan enzim hati dan jumlah platelet rendah.
Sistem Endokrin dan Metabolisme Air dan Elektrolit
Pada preeklampsia, sekresi renin oleh aparatus jukstaglomerulus berkurang, proses sekresi
aldosteron pun terhambat sehingga menurunkan kadar aldosteron didalam darah.
Pada ibu hamil dengan preeklampsia kadar peptida natriuretik atrium juga meningkat. Hal ini
terjadi akibat ekspansi volume yang menyebabkan peningkatan curah jantung dan penurunan
resistensi vaskular perifer. Pada pasien preeklampsia terjadi pergeseran cairan dari intravaskuler
ke interstisial yang disertai peningkatan hematokrit, protein serum, viskositas darah dan
penurunan volume plasma. Hal ini mengakibatkan aliran darah ke jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia.
Akibat preeklampsia pada janin
Penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Hal ini
mengakibatkan hipovolemia, vasospasme, penurunan perfusi uteroplasenta dan
kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta sehingga mortalitas janin meningkat
(Sarwono prawirohardjo, 2009). Dampak preeklampsia pada janin, antara lain:
Intrauterine growth restriction (IUGR) atau pertumbuhan janin terhambat,
oligohidramnion, prematur, bayi lahir rendah, dan solusio plasenta.

Bagaimana penyebab dan mekanisme : Penglihatan kabur ?


Penyebab penglihatan yang kabur yang Ny. Adis adalah karena PEB yang dialaminya. Preeklampsia
mempunyai beberapa gejala salah satunya adalah hipertensi. Efek hiperte nsi ini melibatkan
vaskularisasi retina, koroid, dan nervus optikus. Pada keadaan hipertensi terhadi
keadaan vascular narowwing atau vasokontriksi yang dapat fokal maupun general.
vasokontriksi yang terjadi pada pembuluh darah retina menyebabkan peningkatan
resistensi aliran darah kedaerah retina yang notabene merupakan sistem yang terlibat
dalam visual pathway. meningkatan resistensi aliran darah inilah yang dapat
menimbulkan keluhan pada visus pasien dengan preeklampsia. Selain itu, pada bumil
dengan severe preeclampsia detemukan adanya cerebral edema pada hemispher otak
bagian posterior yang juga merupakan bagian penting dalam fsiologi penglihatan,
kesemua kejadian itu dapat berujung pada gangguan visus yang terjadi.

Bagaimana klasifikasi tekanan darah ?


TD yang diukur saat Ny.
Adis MRS menunjukkan
bahwa TDnya masuk ke
tadium 2 atau cenderung
ke Hipertensi Malignant.

Bagaimana interprestasi dan mekanisme abnormal Vaginal Toucher ?


portio was tender, effacement 100 %, dilatation 7cm, vertex presentation, amniotic fluid (+), HII,
transverase UUK

Data Pada Kasus


Portio lunak

Effacement 100%

Dilatasi 7 cm

Interpretasi
Normal

ketika seviks 100%


effaced, itu artinya
serviks secara sempurna
telah menipis, hanya
meninggalkan
pembukaan pada bagian
bawah uterus untuk jalan
janin keluar.

Keterangan
Pelunakan serviks terjadi karena peningkatan vaskularisasi,
hipertrofi stroma, hipertrofi dan hiperplasi kelenjar, dan
perubahan komposisi atau struktur matriks ekstrasel.
Terjadi pula peningkatan kelarutan kolagen yang
mencerminkan perubahan pada pemrosesan kolagen atau
perubahan pada jumlah atau tipe ikatan silang kovalen
antara heliks-heliks tripel kolagen yang normalnya
diperlukan untuk pembentukan serabut kolagen. Kesemua
proses tersebut membantu terjadinya proses perlunakan
serviks.
Pendataran
serviks
adalah
obliterasi
atau penyerapan serviks. Proses ini bermanifestasi secara
klinis oleh pemendekan kanalis servisis uteri dari panjang
sekitar 2 cm menjadi hanya satu lubang dengan tepi nyaris
setipis kertas.

Menunjukkan bahwa
proses persalinan sudah
masuk kala I fase aktif

Dilatasi serviks terjadi karena adanya tarikan sentrifugal yang


mengenai serviks akibat resistensi yang lebih rendah pada
segmen bawah uterus dan serviks ketika kontaksi uterus
terjadi atau ketika his terjadi. Tarikan sentrifugal ini
menyebabkan serviks berdilatasi secara progresif seiring
dengan penurunan

Vertex presentatiom Presentasi yang paling


sering diantara jenisjenis presentasi kepala,
bagian yang
terpresentasi adalah
fontanel posterior,
diamana kepala janin
terfleksi maksimal
sehingga dagu
menyentuh dada janin.

Amniotic fluid (+)

Menunjukkan bahwa
ketuban telah pecah,
sehingga air ketuban
dapat terlihat. Dalam
keadaan normal
menunjukkan bahwa
persalinan akan segera
terjadi.

Semakin tua kehamilan seorang ibu atau semakin menuju


aterm usia kehamilan seorang ibu, sel-sel amniotic
membrane mulai mengalami apoptosis dan mulai
mengsekresikan
berbagai
MMP
(matriks
metalloproteinase) yang dapat mendegradasi struktur
kolagen yang membentuk selaput ketuban, ketuban secara
fisiologis menjadi rapuh dan mudah untuk terjadi ruptur,
yang ditambah juga karena aktivitas kontraksi dari
miometrium bagian fundus uteri yang terjadi secara siklik
dan progresif. Kesemua proses tersebut dapat menjelaskan
mengapa selaput ketuban bisa mengalami ruptura baik
kecil maupun besar sehingga air ketuban dapat terlihat
keluar dari jalan lahir atau terlihat saat pemeriksaan fisik
obstetrik.

Hodge II

Kepala janin berada di


pinggir bawah simfisis
pubis. Kepala bayi telah
masuk ke pintu atas
panggul.

Pengukuran bidang Hodge menunjukkan kemajuan


persalinan yang dialami oleh serang bumil yang masuk pada
kala I.

Tranverse UUK

UUK melintang berarti


bayi dalam posisi left
occipito transverse atau
right occipito transverse.
Merupakan posisi kepala
yang paling umum
ditemukan ketika janin
memasuki panggul ibu.
Keadaan ini normal jika
ditemukan sebelum
dilatasi sempurna terjadi
yaitu sebelum
pembukaan serviks
mencapai 10 cm.
Apabila posisi kepala
janin masih dalam
keadaan transvere
sampai akhir kala I
menuju kala II, maka ini
merupakan suatu
malposisi keadaan yang
disebut persistent
occipito transverse
position atau deep
transverse arrest yang
berhubungan dengan
kejadian KPD

Apa definisi dari diagnosis pada kasus?


Kejang yang disebabkan preeklampsia yang terjadi pada seorang wanita hamil sebelum persalinan
terjadi. Eklampsia didefinisikan sebagai kejadian kejang tonik klonik umum maupun motorik lokal
pada wanita dengan usia kehamilan setelah 20 minggu dengan preeklampsia yang ditandai dengan
hipertensi yang tiba-tiba (TD diastolik >90 mmHg), dan proteinuria tanpa ada kelainan sebelumnya.
Bagaimana penatalaksanaan dari segi farmakologi dan non farmakologi pada kasus?
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung
dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia. Penanganan kejang:
Beri obat anti kejang (anti konvulsan)
Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas,
penghisap lendir, masker oksigen, oksigen)
Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
Aspirasi mulut dan tenggorokan
Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi
Trendelenburg untuk mengurangi risiko aspirasi
Berikan O2 4-6 liter/menit

Penanganan umum
Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai
tekanan diastolik antara 90-100 mmHg
Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih
Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan
proteinuria
Infus cairan dipertahankan 1,5 - 2 liter/24 jam
Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu
dan janin
Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam
Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi merupakan tanda adanya
edema paru. Jika ada edema paru, hentikan pemberian cairan dan berikan diuretik (mis. Furosemide
40 mg IV)
Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak terjadi setelah 7 menit,
kemungkinan
terdapat koagulopati
Anti konvulsan : Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang
pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diasepam, dengan risiko terjadinya depresi
neonatal.
Cara pemberian MgSO4 dosis awal :
Sebelum memberikan MgSO4 perlu diperhatikan syarat pemberiannya yaitu tersedia Ca Glukonas
10%, ada refleks patella, dan jumlah urin minimal 0,5 ml/kgBB/jam. Ambil 4 g larutan MgSO4 (10 ml
larutan MgSO4 40%0 dan larutkan dalam 10 ml akuades, berikan secara perlahan IV selama 20 menit.
Jika akses IV sulit, berikan masing masing 5g Mgso4 (12,5 ml larutan MgSO4 40%) secara IM di
bokong kanan dan bokong kiri).
Cara Pemberian dosis rumatan :
Ambil 6g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dalam 500 mllarutan RL atau Ringer
Asetat, lalu berikan secara IV dengan kecepatan 28 tetes/menit selama 6 jam, dan diulang hingga 24
jam setelah persalinan atau kejang berakhir (bila eklampsia).
Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi TD, PR, RR, refleks patella, dan jumlah urin. Bila RR <
16 x/menit, dan/atau tidak didapatkan refleks tendon patella, dan/atau terdapat oliguria (perodksi urin
<0,5 ml/kgBB/jam), segera hentikan pemberian MgSO4.
Jika terjadi depresi nafas, berikan Ca Glukonas 1 g IV (10 ml larutan 10%) bolus dalam 10 menit.
Pada ibu dengan eklampsia, bayi harus segera dilahirkan dalam 12 jam sejak terjadinya kejang. Jika
terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam (pada eklampsia), lakukan bedah
Caesar.
Jika bedah Caesar akan dilakukan, perhatikan bahwa:
Tidak terdapat koagulopati. Koagulopati kontra indikasi anestesi spinal. Anestesia yang
aman/terpilih adalah anestesia umum untuk eklampsia dan spinal untuk PEB. Dilakukan anestesia
lokal, bila risiko anestesi terlalu tinggi.
Jika serviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan Oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml
Dekstrose 10
tetes/menit atau dengan cara pemberian prostaglandin/misoprostol.
Perawatan post partum
Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang yang terakhir
Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolik masih > 90 mmHg
Lakukan pemantauan jumlah urin

Karena tekanan darah Ny. Adin yang begitu tinggi, diindikasikan untuk memberi terapi anti
hipertensi.dapat diberikan Nifedipin 4 x 10-30 mg PO untuk yang short acting atau 1x 20-30 mg PO
untuk yang long acting. Dapat juga diberikan Nicardipin 5 mg/jam, atau Metildopa 2x 250-500 mg PO
(dosis maksimum 2000 mg/hari).
Bagaimana KIE (Komunikasi informasi edukasi) pada kasus?
KIE sebaiknya dilakukan saat ANC . Karena pada kasus kehamilan pertamnya karena ANC yang
kurang baik, eklmapsia yang dialami Ny. Adis tidak dapat dicegah. Maka dari itu seorang dokter
umum atau bidan yang melakukan ANC pada pasien pasien dengan preeklampsia harus
menginformasikan bahwa kehamilannya merupakan kehamilan yang berisiko sehingga perlu dibantu
tenaga medis yang berkompetensi saat persalinan nanti. Diinformasikan kepada bumil dengan PE
untuk rajin untuk mengontrol TD, agar tidak terjadi eklampsia, diinformasikan juga tanda-tanda PE
yang neglected atau impending eclampsia agar dapat dihindari terjadi eclampsia dengan pemberian
profilaksis anti konvulsan secepatnya.
Perempuan yang pernah mengalami preeklampsia lebih berisiko mengalami komplikasi hipertensi dan
metabolik pada kehamilan berikutnya. Perempuan yang terdiagnosis hipertensi saat ia sedang hamil
harus dievaluasi dalam beberapa bulan pasca partum, semakin lama hipertensi yang terdiagnosis
dalam kehamilan menetap pasca persalinan, semakin besar kemungkinan perempuan tersebut
mengalami hipertensi kronis. Dan hipertensi kronis kita tahu bersama bagaimana dampak jangka
panjang, morbiditas dan mortalitas nya terhadap seseorang, mulai dari dampak ke sistem
kardiovaskular dan lainnya. Apabila hasil evaluasi dalam beberapa bulan pasca persalinan Ny. Adis
menunjukkan bahwa ia cenderung mengalami hipertensi kronis, dokter atau bidan harus
menginformasikan bahayanya jika ia mengandung lagi karena kemungkinan untuk relaps kembali
preeklampsia yang superimposed dengan hipertensi kronisnya. Jika Ny. Adis mengalamai perbaikan
pasca persalinan dan TD kembali ke normal, dokter dan bidang juga harus menginformasikan bahwa
bukan tidak mungkin kejadian yang sama yang dialami Ny Adis dikehamilan pertama akan terulang
kembali pada kehamilan keduanya, dengan ANC yang baik, kontrol tekanan darah yang baik,
profilaksis MgSO4, dan usaha untuk pelahiran pervaginam, prognosis bagi Ibu dan Janin dubia ad
bonam, tentu dengan pengawasan ketat, dan pemberian informasi yang menyeluruh mengenai tandatanda kegawatdaruratan dalam kasus preeklampsia terhadap keluarga dekat atau suami Ny. Adis.

Anda mungkin juga menyukai