Anda di halaman 1dari 56

Wabah dan Pencegahan

Prof. Dr. dr Sudarto Ronoatmodjo, SKM, M.Sc

Definisi wabah (1)


Wabah adalah suatu peningkatan kejadian
kesakitan atau kematian yang telah meluas
secara cepat, baik jumlah kasusnya
maupun daerah terjangkit .
(P2PL Kemenkes, 2012).

Definisi wabah (2)


Wabah penyakit menular adalah kejadian
berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari keadaan yang lazim pada
waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.
(UU No 4 th. 1984, Bab I, Pasal 1)

Definisi KLB
KLB adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan/kematian yang bermakna
secara epidemiologis pada suatu daerah dlm
kurun waktu tertentu, dan merupakan
keadaan yang dapat menjurus kepada
terjadinya wabah
(PP 40, th 1991, Bab 1, Pasal 1)

Kriteria KLB (1)


1. Penyakitnya tak pernah ada/tak dikenal
sebelumnya
2. Penyakit/kematian meningkat terus
selama 3 kurun waktu berturut-turut
3. Kejadiannya meningkat > 2 x dibanding
periode sebelumnya

Kriteria KLB (2)


4. Penderita baru dalam 1 bulan naik 2 x
dibanding rata-rata per bulan dalam tahun
sebelumnya
5. Angka rata-rata per bulan selama 1 th naik
> 2 x dibanding rata-rata per bulan tahun
sebelumnya
6. Untuk beberapa penyakit, 1 kasus dianggap
KLB

Pencegahan Penyakit
Tindakan yang ditujukan untuk
mencegah, menunda, mengurangi,
membasmi, mengeliminasi penyakit dan
kecacatan dengan menerapkan sebuah
atau sejumlah intervensi yang telah
dibuktikan efektif
(Kleinbaum, et al., 1982; Last, 2001)

Tahap Pencegahan
Tingkat pencegahan disesuaikan dengan
riwayat alamiah penyakit:
1. Pencegahan primordial
2. Pencegahan primer
3. Pencegahan sekunder
4. Pencegahan tersier

5 levels of Prevention
1. Peningkatan kesehatan (health Promotion)
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap
penyakit-penyakit tertentu (General and specific
protection)
3. Penegakan diagnosa secara dini dan
pengobatan yang cepat dan tepat (Early
diagnosis and prompt treatment)
4. Pembatasan kecacatan (Dissability limitation)
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitationa)

Pencegahan Primordial
Tujuan: menghindari terbentuknya pola hidup
sosial ekonomi dan kulturan yang diketahui
mempunyai kontribusi untuk meningkatkan risiko
penyakit.
Pencegahan primordial efektif memerlukan
adanya peraturan yang ketat dari pemerintah

Pencegahan Primer
Adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat
proses penyakit belum mulai (pada periode prepatogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi
proses penyakit
Tujuan: mengurangi insiden penyakit dengan
cara mengendalikan penyebab penyakit dan
faktor risikonya
Upaya yang dilakukan adalah untuk memutuskan
mata rantai infeksi agent- host environment

Terdiri dari
Health promotion
Specific protection
Dilakukan melalui 2 strategi: Populasi
dan individu

Pencegahan Primer
Fase Penyakit
Faktor-faktor penyebab khusus
Target
Total populasi
Kelompok terseleksi
Individu sehat

Tingkat Pencegahan Primer


Promosi Kesehatan
Pendidikan kesehatan, penyuluhan
Gizi yang cukup sesuai dengan
perkembangan
Penyediaan perumahan yang sehat
Konseling
Pemeriksaan kesehatan berkala

Pencegahan Sekunder
Adalah upaya pencegahan yang
dilakukan saat proses penyakit
sudah berlangsung namun belum
timbul tanda/gejala sakit
(patogenesis awal) dengan tujuan
proses penyakit tidak berlanjut

Pencegahan Sekunder
Tujuan: menghentikan proses
penyakit lebih lanjut dan
mencegah komplikasi
Bentuknya berupa deteksi dini dan
pemberian pengobatan yang tepat

Pencegahan Sekunder
Fase Penyakit
Tahap dini penyakit
Target
Pasien

Tingkat Pencegahan Sekunder


Diagnosis dini dan Pengobatan Segera
1. Penemuan kasus (individu atau massal)
2. Skrining
3. Pemeriksaan khusus dengan tujuan
Menyembuhkan dan mencegah penyakit berlanjut
Mencegah penyebaran penyakit menular
Mencegah komplikasi dan akibat lanjutan
Memperpendek masa ketidakmampuan
Pengobatan yang cukup untuk menghentikan proses
penyakit
Penyediaan fasilitas khusus untuk membatasi
ketidakmampuan dan mencegah kematian

Pencegahan Tersier
Adalah pencegahan yang dilakukan
saat proses penyakit sudah lanjut
(akhir periode patogenesis) dengan
tujuan untuk mencegah cacat dan
mengembalikan penderita ke status
sehat

Pencegahan Tersier
Tujuan: menurunkan kelemahan dan
kecacatan, memperkecil penderitaan
dan membantu penderita-penderita
untuk melakukan penyesuaian terhadap
kondisi yang tidak tepat diobati lagi
Terdiri dari:
Disability limitation
Rehabilitation

Pencegahan Tersier
Fase Penyakit
Penyakit tahap lanjut
(pengobatan dan rehabilitasi)
Target
Pasien

Tingkat Pencegahan Tersier


1. Rehabilitasi
Penyediaan fasilitas untuk pelatihan hingga
fungsi tubuh dapat dimanfaatkan sebaikbaiknya
Pendidikan pada masyarakat dan industriawan
agar menggunakan mereka yang telah
direhabilitasi

Tingkat Pencegahan Tersier


1. Rehabilitasi
Penempatan secara selektif
Terapi di rumah sakit
Menyediakan tempat perlindungan khusus

TAHAP INVESTIGASI WABAH


1. Persiapan kerja
lapangan
2. Pastikan kejadian
wabah
3. Verifkasi diagnosis
4. Definisikan & identifikasi
kasus
5. Deskripsikan berdasar
orang, tempat & waktu

6. Kembangkan hipotesis
7. Evaluasi hipotesis
8. Temukan kembali
hipotesis dan lakukan
studi tambahan
9. Implementasikan upaya
cegah & kendali
10. Laporkan hasil
investigasi

Langkah 1:

PERSIAPAN KERJA LAPANGAN


Sebelum pergi ke lapangan:
1. Teliti penyakit yg dilaporkan
2. Himpun supplai & peralatan
3. Buat perjanjian admin & personal yang diperlukan
4. Konsultasi bersama tim menentukan peranan anda
pd investigasi tersebut
5. Identifkasi Kontak lokal segera setelah tiba pada
tempat yg direncanakan.

LANGKAH 2:

PASTIKAN WABAH
Suatu wabah mungkin terjadi jika jumlah kasus yang
diamati melebihi jumlah yg diharapkan.
Pengecualian:
Perubahan Laporan
Perubahan defenisi kasus
Peningkatan kewaspadaan masyarakat
Perbaikan uji diagnostik

LANGKAH 2:

PASTIKAN WABAH
Faktor-faktor yg pengaruhi investigasi wabah:
a. Keparahan penyakit
b. Potensi penyebaran
c. Pertimbangan politik
d. Relasi publik
e. Ketersediaan simber daya

Pseudo-epidemik
Pseudo-epidemik: Peningkatan laporan
jumlah kasus yg bukan merupakan wabah
1.
2.
3.
4.
5.

Perubahan cara pelaporan


Perbaikan cara diagnosis
Ada penyakit dg gejala sama
Peningkatan proporsi penderita yg
Berobat

Pastikan Wabah

29

Is a suspected outbreak a real outbreak?


Some are true outbreaks with common cause
Some are unrelated cases of the same disease
Others are unrelated cases of similar, but
unrelated, diseases
To determine if an outbreak exists (i.e., whether the
observed number of cases exceeds the expected
number), first the expected number of cases for the
area in the given time frame must be determined.

Pastikan Wabah
Compare current cases with
previous occurrences
Check health department
records
Consult local data sources
Make estimates from
neighboring states or
national data

30

31

Pastikan Wabah
If current number of reported cases exceeds
expected number, further investigation is needed
Many factors affect changes in total number of cases
reported
1. Change in reporting procedures or case

definition
2. Increased local interest or public awareness
3. Improved diagnostic procedures
4. Seasonal population changes

PERLUKAH DILAKUKAN INVESTIGASI


PADA SEMUA KLB

Tidak semua KLB perlu dilakukan penyelidikan


dan tindakan khusus.
Dalam mengambil keputusan untuk melakukan
penyelidikan atau tidak perlu dipertimbangkan
hal-hal dibawah ini :
1. Jumlah kasus yang terkena KLB
2. Adanya gejala-gejala klinis yang berat dan tidak
biasa
3. Tidak ada keterangan yang jelas mengenai pola
kejadian penyakit
4. Diperlukan implementasi kontrol yang tepat
5. Dapat memberikan kontribusi kepada ilmu
pengetahuan dibidang medis

STUDI KASUS PENYELIDIKAN KLB

Profil Pasien
Seorang mahasiswa (pria) usia 23 tahun pada jam 10.30
malam tanggal 17 Januari datang ke klinik kampus
dengan keluhan rasa sakit pada perut, mual, muntah
dan diare yang datangnya tiba-tiba
Walaupun pasien tidak parah, tidak ada muntah yang berat
dan demam, tapi kondisinya sangat lemah
Sejumlah mahasiswa lainnya datang dengan gejala-gejala
yang sama setelah 20 jam kemudian
Semua pasien diobati dengan bed-rest dan pemberian cairan
intravena
Semua pasien sembuh secara total dalam waktu 24 jam
setelah timbulnya gejala

Wabah /KLB
KLB gastroenteritis telah terjadi di kampus
Hipotesa kerja : epidemi karena bakteri patogen dari
sumber yang sama (common source)
Dicurigai adanya satu pengantar yang sama dari agen
ke orang yang terkena
dan karena KLB mencapai puncaknya terjadi
dengan cepat pengantar (vehicle) dari agen akan
telah habis dengan cepat pula
Investigasi dilakukan oleh petugas kesehatan

Perlukah dilakukan investigasi ?


Kondisi diatas bukan merupakan kondisi yang mengancam
jiwa/berbahaya
Gejala jelas menunjukkan kearah gastroenteritis akut
Berdasarkan kondisi kriteria diatas , investigasi tidak
perlu dilakukan
Tetapi dilain fihak sejumlah besar mahasiswa yang
terserang kausanya tak jelas, dan anggota komunitas
kampus tersebut takut akan adanya penyebaran penyakit
lebih lanjut
Dengan pertimbangan diatas dilakukan investigasi
terhadap KLB tersebut

Tingkat prioritas investigasi

Sumber/Cara penularan
Diketahui
Tidak
Diketahui
Investigasi +
Investigasi +++
Agent
Control +++
Control +
penyebab
Investigasi +++
Investigasi +++
Tidak
Control +++
Control +

Pemastian kejadian wabah


Data sekunder (1)

Dari data yang ada (rutin) pastikan ada


peningkatan:
1. Jumlah penderita
2. Pola (trend) penyakit. Meningkat?
3. Attack rate.
Ingat!!!
Definisi kasus dan populasi berisiko dpt
berubah sesuai dg informasi yg didapat !!!

LANGKAH 3:

VERIFIKASI DIAGNOSIS
Goal:
1) Yakinkan bahwa masalah tersebut
didiagnosis secara benar & tepat.
2) Untuk penyakit infeksi & pajanan toxic,
abaikan kesalahan laboratorium

LANGKAH 3:

VERIFIKASI DIAGNOSIS
1.
2.
3.
4.

Rangkum temuan klinik (gejala, gambaran


penyakit)
Rangkum temuan laboratorium
Rangkum teknik & prosedur laboratorium
Sapatkan sediaan, isolat, material untuk uji
laboratorium khusus

LANGKAH 3.

VERIFIKASI DIAGNOSIS
5) Wawancarai kasus
Amati tanda-tanda, gejala-gejala, perilaku secara
langsung
Tanyakan tentang pajanan
Tanyakan persepsi pasien tentang kausa.
Tanyakan tentang kasus-kasus yg lain
Tanyakan pertanyaan berdasar informasi dari
responden yg lain cari commonalitas

6) Formulasikan gagasan tentang kausa,


sumber, penyebaran

LANGKAH 4:

DEFINISI & IDENTIFIKASI KASUS


1) Kembangkan definisi kasus
Informasi klinik terkait penyakit
Karakteristik populasi yg dipengaruhi
Karakteristik Lokasi atau tempat
Karakteristik waktu
2) Definisi kasus perlu cukup luas utk
menangkap sebagian besar atau semua
kasus penyakit

LANGKAH 4:

DEFINISI & DENTIFIKASI KASUS


3.

Bedakan tingkat kepastian

Confirmed: Verifikasi laboratorium


Probable: Gambaran klinik tipikal tanpa konfirmasi
laboratorium
Possible: Gambaran klinik tipikal yg lebih kecil

4) Mulai dg definisi kasus yg longgar


5) Definisi kasus yg lemah sebagai prosedur
investigasi (pertimbangkan utk mengeluarkan
kasus-kasus possible)

LANGKAH 4:

DEFINISI & DENTIFIKASI KASUS


6. Identifikasi dan hitung kasus
Gunakan sebanyak mungkin sumber.
Tentukan apakan memberitahu
masyarakat umum
Pertimbangkan untuk mensurvei
seluruh populasi pada setting terbatas
(kapal pesiar, sekolah)

LANGKAH 4:

DEFINISI & IDENTIFIKASI KASUS


7.

Dapatkan informasi dari kasus-kasus


Informasi identifikasi & kontak person
(nama, alamat, telepon)
Informasi demografik (umur, ras, jenis
kelamin, etnik, pekerjaan)
Informasi klinik (tanda, gejala, tanggal onset,
pencarian & penerimaan layanan medis)
Informasi faktor risiko

LANGKAH 5:

JELASKAN ORIENTASI DATA


EpidemiologI deskriptif
1) Identifikasi bahwa data informatif & reliable
2) Orientasi data dengan
) Orang (Siapapopulation yg dipengaruhi)
) Tempat (Dimana luas geographic)
) Waktu (Kapantrend)

LANGKAH 5:

JELASKAN ORIENTASI DATA


3. Ditandai oleh waktu
Construk kurve epidemik
Perkirakan kemungkinan waktu pajanan
Interpretasikan kurve epidemic
Shape (defining time course)
Slope
Periode pajanan
Mininum, maximum, median masa
inkubasi

LANGKAH 5:

JELASKAN ORIENTASI DATA


4. Karakteristik tempat (luas geografik)
Bangun spot map
5. Karakteristik orang
Karakteristik personal (umur, race, jenis
kelamin)
Pajanan (pekerjaan, faktor-faktor risiko)

LANGKAH 6.

KEMBANGKAN HIPOTESIS
Kembangkan hiotesis yg dapat diuji sehubungan
dengan:

1) Sumber agent
2) Mode transmisi
3) Pajanan yg sebabkan penyakit

LANGKAH 6.

KEMBANGKAN HIPOTESIS
Kembangkan hipotesis berdasarkan pengetahuan ttg
penyakit:
1) Reservoir
2) Mode(s) transmisi
3) Kendaraan & vector
4) Faktor risiko yg diketahui

LANGKAH 7:

EVALUASI WABAH
Dua pendekatan:
1) Bandingkan hipothesi dg fakta-fakta
yang ada
2) Uji hipotesis secara analitik
Studi Cohort
Studi Case-control

LANGKAH 7:

EVALUASI WABAH
Studi Kohort:
1) Tanyakan terkait pajanan
2) Hitung attack rates
3) Pola: laju serangan tinggi pada pajanan
dikombinasikan dengan laju serangan rendah
pada kelompok tidak terpajan
4) Hitung risiko relatif
5) Uji kemaknaan statistik

LANGKAH 7:

EVALUASI WABAH
Studi Kasus Kontrol:
1) Tanya kasus dan kontrol tentang pajanan
masal lalu
2) Estimasi odds untuk casus dan kontrol
3) Hitung Rasio odds
4) Uji kemaknaan statistik

LANGKAH 8:

RUMUSKAN KEMBALI HIPOTESIS


Alasan:
1) Studi analitik awal gagal untuk
mengkonfirmasi hipotesis
2) Perlu untuk menyempurnakan hipotesis
meskipun jika data initial mendukung
3) Supplement temuan epidemiologi
dengan bukti laboratorium dan bukti
lingkungan

IMPLEMENTASIKAN
UPAYA CEGAH KENDALI
1. Implementasikan upaya kendali segera
setelah sumber penularan diketahui
2. Putuskan rantau penularan
3. Agen sasaran, sumber atau reservoir
4. Putuskan transmisi atau pajan
5. Kurangi kerentanan

KOMUNIKASIKAN TEMUAN
Jenis komunikasi:
1) Briefing oral untuk otoritas kesehatan
2) Format Penulisan laporan
Pendahuluan
Latar belakang
Metode
Hasil
Diskusi
Rekomendasi

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai