Abstrak : Air Sungai Citarum Hulu telah mengalami perubahan akibat aktivitas manusia. Perubahan ini
mengakibatkan terjadinya perubahan pada dosis koagulan yang digunakan pada Instalasi Pengolahan Air
Minum (IPAM) Ciparay yang menggunakan Sungai Citarum Hulu sebagai sumber air bakunya. Sehingga
dilakukan kajian terhadap parameter-paramater yang mungkin memengaruhi penentuan dosis koagulan.
Parameter yang dikaji yaitu kekeruhan, pH, alkalinitas, dan zat organik. Data sekunder yang digunakan berasal
dari data pengolahan air dan kualitas air baku IPAM Ciparay dengan rentang waktu sejak Januari 2006 hingga
Oktober 2009. Berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan metode regresi ganda, kekeruhan memiliki
nilai koefisien beta baku terbesar yaitu 0,206 dibandingkan dengan parameter lainnya walaupun nilai kurang
signifikan.
Kata kunci : koagulan, kekeruhan, pH, alkalinitas, zat organik, metode regresi ganda
Abstract: Upper Citarum River has undergone a change due to human activities. These changes result in
changes in the coagulant dose used in Ciparay WTP use Upper Citarum River as a source of raw water. Studies
conducted so-paramter parameters that may affect the determination of coagulant dosage. Parameters studied
the turbidity, pH, alkalinity, and NOM (Natural Organic Matters). Data used from the data processing of water
and raw water quality Ciparay WTP the period from January 2006 until October 2009.Based on statistical
analysis using multiple regression methods, turbidity has largest standradized coefficient beta value of 0.206
compared with the other parameters though it is not significant enough.
Keywords : coagulant, pH, alkalinity, NOM, multiple regression methods
PENDAHULUAN
Peningkatan urbanisasi di daerah Bandung, akumulasi dampak negatif dari limbah
domestik yang tidak diolah, pembuangan limbah padat, dan limbah industri telah
menyebabkan peningkatan pencemaran yang signifikan pada Sungai Citarum. Pada bagian
hulu, polusi disebabkan oleh limbah domestik dan industri dari Bandung yang mengalir ke
Waduk Saguling (Hermawan dan Kijima, 2009). Di Bandung, sebagian besar limbah
domestik dan industri khususnya industri yang tidak termasuk dalam Progam Kali Bersih
(Prokasih) tidak diolah dengan baik sehingga menyebabkan pencemaran air semakin buruk.
Oleh karena itu, proses koagulasi yang baik diperlukan untuk mendukung pengolahan air
agar menghasilkan air bersih yang memenuhi baku mutu sehingga perlu dilakukan kajian
pengaruh kualitas air baku terhadap proses pengolahan air.
Koagulasi adalah suatu proses peningkatan kecenderungan partikel-partikel kecil
dalam suspensi agar terikat satu sama lain sehingga dapat terikat pada permukaan filter
(AWWA, 1999). Selain itu, koagulasi juga digunakan dalam penyisihan zat terlarut agar
dapat mengendap. Proses koagulasi umumnya merupakan proses untuk meningkatkan
interaksi antarpartikel agar dapat membentuk aggregat yang lebih besar. Hal ini merupakan
SW1-1
komponen penting pada pengolahan air bersih konvensional yang terdiri atas gabungan
proses koagulasi, sedimentasi, filtrasi, dan disinfeksi untuk menjernihkan air serta
menyisihkan dan menon-aktifkan kontaminan mikrobiologis seperti virus, bakteri, dan telur
bakteri patogen.
Alum sulfat dan feri sulfat telah lama digunakan sebagai koagulan untuk
menghilangkan warna pada air yang disebabkan oleh zat organik (NOM). Zat organik
terdapat pada hampir semua air permukaan dan air tanah. Yu et al. (2007) menemukan bahwa
pengendalian pH pada proses koagulasi yang menggunakan koagulan logam, merupakan
faktor penting dalam penyisihan zat organik pada air dengan alkalinitas yang tinggi.
Peningkatan alkalinitas meningkatkan efisiensi koagulan tradisional disebabkan oleh sweep
flocculation. Pada alkalinitas yang lebih tinggi, koagulan yang dibutuhkan akan lebih besar
untuk mencapai complete charge neutralization (Ye et al., 2007). pH optimum pada
koagulasi dengan Alum bervariasi, tetapi pada umumnya berada pada rentang 5,5 hingga 7,5
(AWWA, 1990). Zat organik umumnya lebih penting daripada kekeruhan dalam penentuan
dosis koagulan. Penyisihan zat organik lebih tinggi pada tingkat pH yang rendah untuk semua
jenis koagulan. Selanjutnya, peningkatan penyisihan COD telah diamati pada sampel dengan
pengurangan pH sebesar 0,5-2 (Vaezi et al., 2005). Berdasarkan penelitian Abdulkarim,
Misau, dan Gambo (2009) Alum sulfat dapat mengurangi kekeruhan pada air yang tercampur
tanah, penambahan dosis koagulan selanjutnya akan mengurangi pH air menjadi 6 6,5.
METODOLOGI
Diagram alir analisa statistik terlihat pada Gambar 1. Sumber data yang digunakan
pada penelitian ini adalah data pengolahan air dan kualitas air baku yang berasal dari IPAM
Ciparay PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung yang menggunakan Sungai Citarum Hulu
sebagai sumber air baku. Data yang digunakan sejak Januari 2006 hingga Oktober 2009.
Parameter-parameter yang dikaji yaitu dosis koagulan sebagai variabel terikat, dan
kekeruhan, pH, alkalinitas, serta zat organik sebagai variabel bebas. Analisa statistik
dilakukan dengan menggunakan piranti lunak SPSS v.17 dan Microsoft Excel 2007.
Identifikasi masalah
Statistik deskriptif
2006
2007
2008
2009
Bulan
Debit Air
(L/detik)
Dosis Koagulan
(ppm)
Kekeruhan
(NTU)
pH
Alkalinitas
(mg/L)
Zat
Organik
Januari
170,00
46,00
188,3
7,50
47,0
22,6
Februari
171,56
47,00
222,0
7,40
42,0
28,2
Maret
165,00
40,00
163,0
7,50
62,0
21,7
April
171,00
46,00
254,0
7,50
58,0
20,8
Mei
180,00
38,00
78,0
7,40
51,0
5,5
Juni
176,00
43,00
65,5
7,40
62,0
6,7
Juli
172,00
44,00
58,1
7,50
77,0
10,7
Agustus
170,00
42,41
177,0
7,50
60,0
9,2
September
174,00
41,00
39,5
7,40
52,0
6,7
Oktober
175,70
41,00
25,5
7,40
97,0
7,4
November
178,30
46,00
79,0
7,50
79,0
12,8
Desember
177,80
58,00
76,8
7,30
91,0
12,8
Januari
172,00
50,02
116,0
7,50
90,0
12,5
Februari
171,00
55,24
69,2
7,50
63,0
13,2
Maret
170,00
44,12
148,0
7,50
70,0
14,7
April
165,20
16,70
139,0
7,40
91,0
19,0
Mei
162,00
36,58
101,0
7,40
75,0
13,2
Juni
161,00
42,41
257,0
7,40
82,0
14,7
Juli
163,00
44,85
81,9
7,40
82,0
14,7
Agustus
182,00
41,95
74,2
7,40
77,0
6,4
September
181,00
39,62
26,4
7,40
100,0
9,5
Oktober
181,00
45,23
69,1
7,50
98,0
9,7
November
179,00
48,58
277,0
7,40
105,0
10,4
Desember
172,00
50,36
118,0
7,30
81,0
9,7
Januari
174,00
41,32
65,1
7,20
64,0
13,1
Februari
177,00
35,47
74,8
7,30
81,0
17,4
Mei
192,00
37,34
59,9
7,50
84,0
21,7
Juni
195,00
34,92
88,7
8,03
56,0
23,1
Juli
196,00
39,69
94,4
7,40
68,0
2,5
Agustus
198,00
39,13
50,0
7,79
59,2
8,7
September
196,50
40,74
77,3
7,24
61,7
4,9
197,00
43,26
47,2
7,85
63,4
6,6
Oktober
SW1-3
Valid
Kekeruhan
pH
Alkalinitas
Zat organik
32
32
32
32
32
Mean
42.4981
108.1531
7.4441
72.7906
12.8375
1.24235
12.12786
.03246
2.92460
1.10325
Median
42.4100
78.5000
7.4000
72.5000
12.6500
46.00
25.50a
7.40
62.00a
14.70
7.02777
68.60552
.18360
16.54406
6.24090
Variance
49.390
4706.717
.034
273.706
38.949
Skewness
-1.121
1.194
1.059
.157
.638
.414
.414
.414
.414
.414
5.431
.519
3.749
-.843
-.211
.809
.809
.809
.809
.809
Range
41.30
251.50
1.03
63.00
25.70
Minimum
16.70
25.50
7.00
42.00
2.50
Maximum
58.00
277.00
8.03
105.00
28.20
1359.94
3460.90
238.21
2329.30
410.80
25
39.6375
65.2000
7.4000
60.4250
7.7250
50
42.4100
78.5000
7.4000
72.5000
12.6500
75
46.0000
145.7500
7.5000
83.5000
16.7250
Missing
Mode
Std. Deviation
Sum
Percentiles
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
Kekeruhan (NTU)
300
250
200
150
100
50
(a)
Januari
Mei
September
Januari
Mei
September
Januari
Mei
September
Januari
Mei
September
0
Januari
Mei
September
Januari
Mei
September
Januari
Mei
September
Januari
Mei
September
Grafik hubungan antara dosis koagulan, kekeruhan, pH, alkalinitas, dan zat organik
terhadap waktu terlihat pada Gambar 2. Dosis koagulan, kekeruhan, dan pH cenderung
berkurang walaupun hanya sedikit (Gambar 2a, 2b dan 2c). Sedangkan alkalinitas, dan zat
organik cenderung mengalami kenaikan walaupun hanya sedikit (Gambar 2d dan 2e).
(b)
SW1-4
Alkalinitas (mg/L)
120
100
80
60
40
20
Januari
Mei
September
Januari
Mei
September
Januari
Mei
September
Januari
Mei
September
0
Januari
Mei
September
Januari
Mei
September
Januari
Mei
September
Januari
Mei
September
pH
8,2
8
7,8
7,6
7,4
7,2
7
6,8
6,6
6,4
6,2
(c)
(d)
35,00
Zat Organik
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
Januari
Mei
September
Januari
Mei
September
Januari
Mei
September
Januari
Mei
September
0,00
(e)
Gambar 2. Grafik hubungan antara waktu dengan (a) dosis koagulan, (b) kekeruhan, (c) pH,
(d) alkalinitas, dan (e) zat organik.
Gambar 3 memberikan prediksi mengenai hubungan antara dosis koagulan dengan
parameter lainnya (kekeruhan, pH, alkalinitas, dan zat organik). Kekeruhan, alkalinitas, dan
zat organik memiliki sedikit kecenderungan korelasi positif, terlihat bahwa seiring dengan
peningkatan kekeruhan, alkalinitas, dan zat organik menyebabkan peningkatan pada dosis
koagulan. Sebaliknya, pH memiliki sedikit korelasi negatif terhadap dosis koagulan, sehingga
jika terjadi peningkatan pH akan menyebabkan penurunan dosis koagulan.
(a)
(b)
SW1-5
(c)
(d)
Gambar 3. Grafik hubungan antara dosis koagulan dengan (a) kekeruhan, (b) pH, (c)
alkalinitas, dan (d) zat organik.
Multiple Regression
Regresi ganda (multiple regression) digunakan untuk menjelaskan (memprediksi)
varian pada interval terikat, berdasarkan kombinasi interval linier, dikotomis, atau dummy
variabel terikat. Multiple regression dapat menetapkan bahwa satu set variabel bebas
menjelaskan proporsi varian pada variabel terikat pada tingkat signifikan (melalui uji R2), dan
dapat membuat prediksi relatif pentingnya variabel bebas (dengan membandingkan bobot
beta).
Tabel 3 menunjukkan korelasi antarparameter yang dianalisa. Berdasarkan tabel,
diketahui bahwa peningkatan kekeruhan atau alkalinitas akan menyebabkan peningkatan
dosis koagulan, karena kekeruhan dan alkalinitas memiliki korelasi positif dengan dosis
koagulan. Sebaliknya, pH dan zat organik memiliki korelasi negatif dengan dosis koagulan,
sehingga peningkatan pH atau zat organik akan menyebabkan penurunan dosis koagulan.
Korelasi pada Tabel 3 hanya menunjukkan hubungan antara dosis koagulan dengan salah satu
parameter lainnya, bukan korelasi antara dosis koagulan dengan seluruh parameter. Pada
kenyataannya dosis koagulan tidak ditentukan oleh satu parameter saja, sehingga perlu
dilakukan analisa selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara dosis koagulan dengan
parameter lainnya. Selain itu, signifikansi korelasi antarparameter pada Tabel 3 kurang
signifikan karena nilai Sig.(1-tailed) lebih besar dari 5% (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
perubahan kekeruhan, pH, alkalinitas, maupun zat organik, tidak selalu menyebabkan
perubahan pada dosis koagulan.
Tabel 3. Korelasi antarparameter
Koagulan
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
Kekeruhan
pH
Alkalinitas
Organik
Koagulan
1.000
.121
-.118
.007
-.101
Kekeruhan
.121
1.000
.002
-.106
.471
pH
-.118
.002
1.000
-.249
.198
Alkalinitas
.007
-.106
-.249
1.000
-.198
Organik
-.101
.471
.198
-.198
1.000
Koagulan
.254
.260
.485
.291
Kekeruhan
.254
.495
.283
.003
pH
.260
.495
.085
.139
Alkalinitas
.485
.283
.085
.139
SW1-6
Organik
.291
.003
.139
.139
Koagulan
32
32
32
32
32
Kekeruhan
32
32
32
32
32
pH
32
32
32
32
32
Alkalinitas
32
32
32
32
32
Organik
32
32
32
32
32
R Square
Adjusted R
Square
1
.233a
.054
-.086
7.32328
a. Predictors: (Constant), Organik, Alkalinitas, pH, Kekeruhan
b. Dependent Variable: Koagulan
Tabel 5. ANOVA
Model
1 Regression
Residual
Sig.
Total
1531.077 31
a. Predictors: (Constant), Organik, Alkalinitas, pH, Kekeruhan
b. Dependent Variable: Koagulan
Std. Error
1 (Constant)
69.243
57.540
Kekeruhan
.021
.022
.206
.966 .343
pH
-3.411
7.535
-.089
-.453 .654
Alkalinitas
-.013
.083
-.030
-.154 .878
-.187
-.852 .402
Organik
-.210
.247
a. Dependent Variable: Koagulan
Beta
Sig.
1.203 .239
Nilai R2 pada model bernilai 0,054 sehingga kurang signifikan (Tabel 4), hasil yang
diharapkan memiliki nilai R2 lebih besar dari 0,8. Hasil perhitungan ANOVA (Tabel 5)
menunjukkan bahwa model memiliki nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,816. Nilai ini lebih
besar dari 0,05 sehingga model yang dianalisa kurang signifikan. Koefisien beta baku
(Standardized Coefficient Beta) digunakan dalam penentuan variabel bebas (kekeruhan, pH,
alkalinitas, dan zat organik) yang paling berpengaruh pada variabel terikat (dosis koagulan).
Kekeruhan memiliki nilai koefisien beta baku terbesar yaitu 0,206 dibandingkan dengan
variabel bebas lainnya (Tabel 6) sehingga kekeruhan memiliki pengaruh terbesar dalam
penentuan dosis koagulan dibandingkan dengan pH, alkalinitas, maupun zat organik. Namun
perlu diperhatikan bahwa keempat variabel bebas yang diuji memiliki nilai signifikansi (Sig.)
lebih besar dari 0,05, sehingga keempat variabel tersebut kurang signifikan terhadap dosis
koagulan.
SW1-7
KESIMPULAN
Pada IPAM Ciparay, dosis koagulan ditentukan oleh lebih dari satu parameter.
Kekeruhan memiliki pengaruh terbesar dalam penentuan dosis koagulan diantara pH,
alkalinitas dan zat organik. Kekeruhan memiliki korelasi positif terhadap dosis koagulan,
sedangkan pH, alkalinitas, dan zat organik memiliki korelasi negatif. Meskipun kekeruhan,
pH, alkalinitas dan zat organik memiliki pengaruh terhadap penentuan dosis koagulan,
keempat parameter tersebut kurang signifikan sehingga perlu dilakukan kembali kajian pada
parameter lain yang mungkin memengaruhi dosis koagulan selain kekeruhan, pH, alkalinitas,
dan zat organik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkarim, M., A.B. Misau dan B. Gambo. 2009. Effects of Coagulants as Mitigation
Measure on Clay Turbidity in Earthen Pond Water. EJEAFChe, 8 (4), [256-262].
AWWA. 1990. Water Treatment Plant Design. New York: McGraw-Hill, Inc.
AWWA. 1999. Water Quality and Treatment A Handbook of Community Water Supplies.
New York: McGraw-Hill, Inc.
Hermawan, P. dan Kijima, K. 2009. Conflict Analysis of Citarum River Basin Pollution in
Indonesia: A Drama-theoretic Model. J Syst Sci Syst Eng (Mar 2009) 18(1): 016037.
Vaezi, F., Mohagheghian, A., Nouri J., Eshraghian, M.R. dan Ghasri, A. 2005. Improvement
of NOM Removal from Water Resources by Modifying the Coagulation Process.
Iranian J Env Health Sci Eng, 2005, Vol. 2, No. 1, pp. 43-49.
Ye, C., Wang, D.S., Shi, B., Yu, J.F., Qu, J., Edwards, M. dan Tang, H. 2007. Colloids and
Surfaces A: Physicochemical and Engineering Aspects. Volume 294, Issues 1-3, 15
February 2007, Pages 163-173.
Yu, J.F., Wang, D.S., Yan, M.Q., Ye, C., Yang, M. dan Ge, X. 2007. Optimized Coagulation
of High Alkalinity, Low Temperature and Particle Water: pH Adjustment and
Polyelectrolytes as Coagulant Aids. Environ Monit Assess (2007) 131:377386.
SW1-8