Anda di halaman 1dari 2

SUPERFOSFAT

Asidulasi batuan fosfat untuk menghasilkan superfosfat sudah merupakan cara pembuatan
yang penting untuk mrnghasilkan fosfat untuk pupuk selama lebih dari satu abad. Lihat Bab
26 mengenai agrokimia. Reaksinya adalah
Ca3(PO4)2+2H2SO4+4H2O

CaH2(PO4)2+2(CaSO4.2H2O)
Monokalsium fosfat Gipsum

CaF2+H2SO4+2H2O
4HF+SiO2
3SiF4 +2H2O

CaSO4.2H2O+2HF

SiF4 1+2H2O
SiO2+2H2SiF6

Reaksi utamanya mungkin lebih tepat digambarkan sebagai berikut.


CaF3.3Ca3(PO4)2 + 7H2SO4+3H2O

3CaH4(PO4)2.H2O+ 2HF + 7CaSO4

Asam fluorida bereaksi seperti diatas dan menghasilkan asamm fluosilikat tetapi
pennyingkiran fluornya tidak berlangsung sempurna. Konsumsi asam sulfat agak berlebihan
karena adanya ketidakmurnian yang terdapat didalam batuan fosfat seperti CaCO3, Fe2O3,
Al2O3 dan CaF2. Produk itu menjadi lebih berat dari batuan fosfat 70 BPL sampai 75 BPL
yang digunakan dan sampai 70 persen menjadi superfosfat dengan kadar P2O5 tersedia 16%
sampai 20 %. Pembuatan imperfosfat meliputi empat langkah :
1.
2.
3.
4.

Persiapan batuan fosfat


Pencampuran dengan asam
Pematangan dan pengeringan bubur asli dengan penyelesaian reaksi
Ekskarvasi, penggilingan, dan pengantongan produk jadi.
Walaupun pabrik yang lebih baru menggunnakan proses kontinu, namun masih ada
pabrik yang menngunakan cara operasi bertahap ini. Semua pabrik itu terlebih dahulu
harus menggiling batuannya. Dengan menggunakan peralatan modern untuk
penggilingan dan pemisahan dengan bantuan udara, batuan itu biasanya dapat digiling
sampai kehalusan 70 sampai 80 % lolos ayak 200 mesh. Keuntungannya ialah :
1) Reaksi dapat berlangsung lebih cepat
2) Penggunaan asam sulfat lebih efisien dan kebutuhan asamnya lebih sedikit
3) Hasil yang didapatkan berkualitas tinggi dan dalam kondisi lebih baik
SUPERFOSFAT NORMAL
Proses yang kontinu dilukiskan pada gambar 16.3, yaitu batuan fosfat yang telah
digiling (90 persen minus 100 mesh) diumpankan dengan pengumpan timbang ke dalam
pencampuran dua kerucut (TVA), dimana bubuk itu dicampur secara telitti dengan sejumlah
asam sulfat yang ditakar. Asam sulfat itu diencerkan dengan air didalam kerucut sampai
konsentrasinya 51oBe dan kalor pengenceran yang keluar dimanfaatkan untuk memanaskan
asam sulfat sampai suhu reaksi yang tepat,, sedang kalor yang kelebihan diserap dengan
menguapkan kelebihan air yang ditambahkan. Laju penambahan air dan konsentrasi asam

dapat diubah-ubah untuk mengendalikan kebasahan produk. Asam dan air diumpankan
kedalam pencampur kerucut itu secara tangensial sehingga pencampuran dengan batuan
fosfat berlangsung baik. Superfosfat segar lalu jatuh keatas konveyor, yang bergerak dengan
sangat lambat sehingga tersedia wakktu selama satu jam bagi superfosfat untuk memadat
sebelum sampai kedalam desintegrator. Desintegrator itu lalu menyayat massa produk mentah
yang padat itu sehingga dapat dibawa ke penimbunan tumpuk untuk pematangan (curing)
atau penyelesaian reaksi kimia, yang berlangsung selama 4 sampai 6 minggu untuk mencapai
tingkat ketersediaan P2O5 yang memenuhi syarat untuk pupuk tanaman. Konveyor tadi
disungkap agar uapnya tidak lepas kedaerah kerja manusia. Uap itu dibasuh dengan
semprotan air untuk menyingkirkan asam serta fluorida sebeluum dibuang ke atsmosfer. Air
basuhan tersebut dibuang ke unggun batu gamping untuk menetralisasi asamnya.
Asidulasi batuan fosfat dengan asam nittrat dan asam campuran. Penggunaan asam
nitrat dan asam campuran untuk asidulasi batuan fosfat agaknya pertama kali dilakukan
dieropa. Penggantian asam sulfat dengan asam nitrat lebih menguntungkan karena nitrogen
mempunyai nillai penting sebagai makanan tanaman dan dapat dijual sesuai dengan harga
pembeliannya. Asidulasi batuan fosfat secara sederhana dengan asam nitrat menghasilkan
superfosfat yang higroskopik, karena mengandung kalsium nitrat. TVA dan instansi-instansi
lain telah meneliti dan mengajukan beberapa proses komersial. Pada salah satu proses itu
batuan fosfat diskstrasi dengan campuran asam nitrat dan asam sulfat, diikuti dengan
amoniasi pengeringan dan penambahan kalium klorida (kadang-kadang), proses lain
melakukan asidulasi dengan campuran asam nitrat dan fosfat, diikuti dengan langkah-langkah
yang biasa, dan adapula yang menggunakan asam nitrat saja. Proses-proses ini, demikian juga
pengolahsesuaian agar tahan absorpsi kebasahan sebagaimana dilakukan terhadap amonium
nitrat, telah menyebabkan perluasan asidulasi dengan asam nitrat.

Anda mungkin juga menyukai