TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Konsep Dasar kecemasan
3.1.1 Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau ketakutan yang
tidak jelas dan hebat (Nugroho, 2008). Sedangkan menurut Videbeck (2008)
kecemasan adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Kecemasan dapat juga diartikan suatu keadaan dimana seseorang
mengalami perasaan gelisah atau cemas dan aktivitas sistem saraf otonom dalam
merespon terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik (Carpenito, 2000).
Kecemasan adaah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki
objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subyektif dan dikomunikasikan
secsra interpersonal. Kecemasan berbeda dengan perasaan takut yang merupakan
penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya dengan objek yang jelas.
Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut (Stuart, 2007)
Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara
subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah
kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang
tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya
(Suliswati, 2005) Kecemasan adalah suatu perasaan subjektif mengenai
ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari
ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman (Hawari,
2006).
3.1.2
Tingkat Kecemasan
Menurut Peplau ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh
individu yaitu : (Suliswati, 2005).
1. Kecemasan ringan
9
10
11
Faktor Predisposisi
Menurut Stuart ( 2007 ) faktor predisposisi atau penyebab
terjadinya kecemasan dapat dikembangkan dan dijelaskan dalam beberapa
teori sebagai berikut :
1. Teori Psikoanalitik
Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting
dan impuls primitive seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh normanorma budaya seseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahi
tuntunan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, danfungsi
kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2. Teori Interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan,
kehilangan yang menimbulakan kelemahan spesifik. Orang dengan
harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan
kecemasan yang berat.
3. Teori Perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya
dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering
menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya.
4. Teori Keluarga
11
12
3.1.5
12
13
13
14
14
15
3.1.6
Respon Kecemasan
Ada beberapa pendapat tentang respon kecemasan menurut beberapa
ahli diantaranya yaitu :
1. Respon kecemasan menurut Videeback (2008) Respon kecemasan
menurut Videebeck dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Sedang
(2+)
Respon Fisik
Respon Kognitif
Respon Emosional
Ketegangan otot
ringan, sadar akan
lingkungan, rileks
atau sedikit
gelisah,penuh
perhatian.
Perilaku otomatis,
sedikit tidak sabar,
aktivitas
menyendiri,terstimul
asi tenang
Ketegangan otot
sedang,TTV
meningkat, pupil
dilatasi, mulai
berkeringat, sering
mondar mandir,
memukulkan tngan,
suara berubah,
bergetar, nada suara
tinggi, kewaspadaan
dan ketegangan
meningkat, sering
berkemih, sakit
kepala, nyeri
punggung.
Lapang persepsi
menurun, tidak
perhatian secara
selektif, fokus
terhadap stimulus
meningkat, rentang
perhatian menurun,
penyelesaian masalah
menurun.
Tidak
nyaman,mudah
tersinggung,
kepercayaan diri
goyah,tidak sabar.
15
16
Berat (3+)
Ketegangan otot
berat, kontak mata
buruk,hiperventilasi,
keringat
banyak,bicara cepat,
nada suara tinggi,
tindakan
serampangan, rahang
menegang,menggerta
kkan gigi, berteriak,
meremas tangan,
gemetar, kebutuhan
ruang gerak
meningkat.
Lapang persepsi
terbatas, proses
berfikir terpecahpecah, sulit berfikir,
penyelesaian masalah
buruk, tidak mampu
mempertimbangkan
informasi, hanya
memperhatikan
ancaman, preokupasi
dengan pikiran
sendiri, egosentris.
Sangat cemas,
agitasi, takut,
bingung, merasa
tidak adekuat,
menarik diri,
penyangkalan, ingin
bebas.
Panik (4+)
Ketegangan otot
sangat berat, agitasi
motorik kasar, pupil
dilatasi, tanda-tanda
vital meningkat
kemudian menurun,
tidak dapat tidur,
hormon stres dan
neurotransmiter
berkurang, wajah
menyeringai, mulut
ternganga.
Persepsi sangat
sempit, pikiran tidak
logis, terganggu,
kepribadian kacau,
tidak dapat
menyelesaikan
masalah, fokus pada
masalah sendiri, sulit
memahami stimulus
eksternal, halusinasi,
waham, ilusi.
Merasa
terbebani,merasa
tidak mampu, tidak
berdaya, lepas
kendali, mengamuk,
putus asa, marah,
sangat takut,
mengharapkan hasil
yang buruk, kaget,
takut, lelah.
16
17
c) Neuromuskuler
Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkeip-kedip,
insomnia, tremor, rigiditas, gelisah wajah tegang, kelemahan
umum, kaki goyah, gerakan yang janggal.
d) Gastrointestinal
Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman
pada abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, diare.
e) Traktus Urinarias
Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.
f) Kulit
Wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan),
gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat,
berkeringat seluruh tubuh.
b. Respon Perilaku, Kognitif dan Afektif Terhadap Kecemasan
a) Perilaku
Gelisah ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang
koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari
hubungan interpersonal, menghalangi, melarikan diri dari
masalah, menghindar, hiperventilasi.
b) Kognitif
Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam
memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berfikir, bidang
persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas
menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat,
kehilangan objektifitas, takut kehilangan kontrol, takut pada
3.1.7
17
18
Nilai 0 : tidak ada gejala atau keluhan (tidak ada gejala sama sekali).
Nilai 1 : gejala ringan (satu gejala dari gejala yang ada).
Nilai 2 : gejala sedang (separuh dari gejala yang ada).
Nilai 3 : gejala berat (lebih dari separuh gejala yang ada).
Nilai 4 : gejala berat sekali (semua gejala yang ada).
Untuk penilaian total skor menurut Hidayat (2007) sebagai berikut:
Kurang dari 14 : tidak ada kecemasan
14 20
: kecemasan ringan
21 27
: kecemasan sedang
28 41
: kecemasan berat
42 56
: kecemasan berat sekali
Sedangkan untuk gejala kecemasannya menurut Hidayat (2007) adalah
sebagai berikut:
1. Perasaan Cemas
Cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
tersinggung.
2. Ketegangan
Merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat tenang, mudah terkejut,
mudah menangis, gemetar, gelisah.
3. Ketakutan
Pada gelap, pada orng asing, ditinggal sendiri, pada binatang
besar, pada keramaian lalu lintas, pada kerumunan orang banyak.
4. Insomnia
Sulit tidur, terbangun malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun
dengan lesu, banyak mimpi-mimpi, mimpi buruk, mimpi
menakutkan.
5. Gangguan
KecerdasanSulit berkonsentrasi, daya ingat menurun, daya ingat
buruk.
6. Perasaan Depresi
Hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih,
bangun dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
7. Gejala Somatik / fisik
Sakit dan nyeri di otot-otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk,
suara tidak stabil.
8. Gejala Sensorik
Tinitus, penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas,
perasaan ditusuk-tusuk.
9. Gejala Kardiovaskuler
18
19
19
20
Fase pre operasi dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi dibuat
dan berakhir ketika pasien dipindahkan kemeja operasi. Kesuksesan dalam
tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini
merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan
berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada fase ini akan berakibat fatal pada
tahap berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi
fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan
suatu operasi (Smeltzer, 2002).
3.2.2 Persiapan Pre Operasi
Persiapan klien di unit perawatan, diantaranya (Ilmu Bedah, 2010):
a. Persiapan fisik
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap
pasien sebelum operasi antara lain:
1)
20
21
Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas,
kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan
nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi
sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup
untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca
operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat
di rumah sakit.
3)
21
22
Personal Hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
No
1
28
29
perhatian
segera,
gangguan
mungkin
mengancam jiwa)
Urgen(pasien
membutuhkan
perhatian segera)
Diperlukaan
(pasien Direncanakan
harus
menjalani dalam beberapa
pembedahan)
minggu
atau
bulan
30
30