Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya, sehingga penulis dan akhwan-ikhwat sekalian dalam keadaan Islam hingga
sekarang, serta penulis juga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Agama Islam pada semester genap ini.
Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah
menyumbangkan ide, kritik, saran dan juga tenaga. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1

Bapak Ir. Zainul Arifin selaku dosen mata kuliah Agama Islam dan Aswaja yang
telah memberikan bimbingan sehingga makalah ini selesai tepat waktu yang
telah ditentukan.

Orang tua penyusun yang telah mendorong kami baik mental maupun spiritual
dalam menyelesaikannya makalah ini.

Serta banyak pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Meskipun penulis yakin telah berusaha seoptimal mungkin dalam menyelesaikan


makalah ini, penulis pun yakin dan menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, seperti kata pepatah, Tak ada gading yang tak retak, tak ada sesuatu yang
sempurna. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik, saran dan tegur sapa dari semua pihak
yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya penyusunan
selanjutnya.
Dengan selesainya makalah ini, penulis berharap semoga apa yang penulis sajikan
dalam makalah ini dapat memberikan sumbangan dan ada gunanya bagi bangsa dan negara,
Universitas Islam Malang dan penulis khususnya dan para pembaca pada umunya, meskipun
hanya ibarat setitik air bagi samudera yang luas.

Malang, Juli 2011


PENYUSUN

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1

Latar Belakang Masalah................................................................................ 3

Rumusan Masalah.......................................................................................... 5

Tujuan Penulisan............................................................................................ 5

Manfaat Penulisan.......................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
1
2
3
4
5

Pengertian qadha dan qadar.......................................................................... 6


Ruang lingkup qadha dan qadar.................................................................... 7
Tingkatan Taqdir ........................................................................................... 8
Macam-macam taqdir.................................................................................... 13
Hikmah beriman kepada taqdir Allah............................................................ 15

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan.................................................................................................... 17
2. Saran.............................................................................................................. 17
BAB IV DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 18

BAB I
PE N DAH U LUAN
1.1 LatarBelakang
Percaya kepada takdir termasuk salah satu rukun iman yang ke 6. Dari Umar bin
Khaththab ra., bahwasanya Rasulullah SAW bersabda ketika ditanya oleh Malaikat Jibril
tentang iman yaitu, Kamu beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab kitab-Nya,
para Rasul-Nya, hari kiamat dan kepada takdir yang baik dan yang buruk.
(HR Imam Muslim).
Orang yang percaya kepada taqdir, mengetahui dan menyadari bahwa segala sesuatu
ini yang merencanakan Allah. Masalah apapun tidak menjadikan jatuhnya kepercayaan
dirinya sendiri. Percaya kepada taqdir adalah sebagai obat yang mujarab terhadap hati yang
terluka. Dia percaya dan tau bahwa hidup bukan untuk bersenang-senang saja. Tetapi adalah
untuk hidup, dalam hidup itu pasti kita akan menghadapi kesulitan dan kegagalan. Maka dari
itu kita tidak boleh putus asa, kita harus sabar dan rajin dalam membina dan menegakkan
suatu usaha dan cita-cita yang belum berhasil akan ditekuni walaupun dengan jeri payah dan
banyak pengorbanan. Orang yang menjadi sabar karena Allah tidak akan menyia-nyiakan
jerih payah manusia.
Takdir merupakan hal penting yang harus dipercayai oleh setiap muslim. Karena
sesesungguhnya takdir telah ditentukan oleh Allah jauh sebelum kita diciptakan oleh Allah.
Jadi, mempercayai takdir dengan sepenuh hati merupakan cerminan keimanan seseorang.
Semakin tinggi iman seseorang semakin yakinlah bahwa segala yang diberikan Allah
kepadanya merupakan ketentuan yang telah ditentukan. Dan jikalau imannya rendah maka
dia akan menyesali setiap musibah yang ditimpakan kepadanya. Perlu diingat bahwa, setiap
hal yang telah ditentukan pasti terjadi. Dan takdir itu ada yang bisa dirubah dengan
berusaha, yaitu dengan do'a dan usaha. Jikalau kita berhasil maka sesungguhnya Allahlah
yang memindahkan kita dari takdir yang jelek ke takdir yang baik. Seperti dalam firman
Allah dalam Surat AR-RADU ayat 11 :
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka
dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,
3

maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.

Segala Sesuatu Telah Ditulis dalam Lauhul Mahfudz


Kita sering membaca buku, koran, majalah, ensiklopedi yang ditulis manusia tentang
kejadian yang telah terjadi. Kadang yang ditulis itu ternyata tidak benar meski mereka
berusaha menulis seakurat mungkin.Allah Maha Mengetahui segala hal yang ghaib dan
tersembunyi bahkan ketika semua yang lain tidak mengetahuinya. Semua hal, bukan hanya
yang sudah terjadi, namun yang akan terjadi sudah ditulis Allah dalam Lauhul Mahfudz.
Jangan heran karena ilmu Allah sangat luas.
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan,
dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh
sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering,
melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz) (Q.S. Al An'aam:59)
Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam
kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh). (Q.S. An Naml:75)
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). (Q.S.
Huud:6)
Sebagai Tuhan yang Maha Tahu, maka seluruh tulisan yang ditulis Allah itu adalah
benar.Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami
membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang
sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh). (Q.S. Al Israa'
:58)

Allah Maha Berkehendak


Kita harus meyakini bahwa Allah adalah yang Maha Berkehendak. Allah dengan
mudah dapat mewujudkan segala keinginannya.Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila
Dia menghendaki sesuatu, maka Dia hanya mengatakan kepadanya: Jadilah! Lalu jadilah
ia. (Q.S. Al Baqarah:117)
Oleh karena itu Nabi dan para sahabat tidak gentar menghadapi musuh baik kelompok
kafir Quraisy, Yahudi, bahkan dua negara adidaya Romawi dan Persia. Mereka tahu bahwa
Allah sudah menentukan kematian mereka. Tak ada satu pun yang dapat memajukan atau
4

memundurkannya meski hanya sedetik saja.Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka
apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan
tidak dapat (pula) memajukannya. (Q.S. Al A'raaf:34)

Menerima Ketetapan/Takdir Allah


Sering kita dihadapkan pada situasi yang kita benci atau sesuatu yang buruk menimpa
kita. Hendaknya kita tawakkal kepada Allah karena boleh jadi itu baik bagi kita.Diwajibkan
atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi
kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
(Q.S. Al Baqarah:216)

1.2 Rumusan Masalah


1)
2)
3)
4)

Pengertian qadha dan qadar


Ruang lingkup qadha dan qadar
Macam-macam takdir
Hikmah Beriman kepada takdir Allah

1.3 Tujuan Penulisan


1)
2)
3)
4)

Untuk mengetahui dan memahami makna dari takdir kepada Allah yang sebenarnya
Bagaimana kita menyikapi takdir Allah
Sebagai sarana belajar bersama dalam hal Pendidikan Agama Islam di UNISMA
Sebagai bentuk penyelesaian tugas mahasiswa PPD UNISMA yang mengikuti MKDU

1.4 Manfaat Penulisan


1) Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat meningkatkan iman dan taqwa bagi para
pembaca
2) Meningkatkan pemahaman para pembaca termasuk penyusun akan pentingnya Iman
Kepada Takdir Allah
3) Mahasiswa dan mahasiswi dapat menambah wawasan tentang pentingnya Iman
Kepada Allah
4) Mahasiswa dan Mahasiswi dapat menambah pengetahuan tentang hadist dan bukti
tentang Iman Kepada Allah

BAB II
PE M B AH AS AN
2.1 PENGERTIAN QADHA DAN QADAR
5

Secara etimologis Qadha adalah bentuk mashdar dari kata kerja qadha yang berarti
kehendak atau ketetapan hukum. Dalam hal ini qadha adalah kehendak atau ketetapan hukum
Allah swt terhadap segala sesuatu.
Sedangkan Qadar secara etimologis adalah bentuk mashdar dari qadara yang berarti
ukuran atau ketentuan. Dalam hal ini qadar adalah ukuran atau ketentuan Allah swt terhadap
segala sesuatunya
Secara terminologis ada ulama yang berpendapat kedua istilah tersebut mempunyai
pengertian yang sama, dan ada pula yang membedakannya. Yang membedakan, qadar
sebagai: Ilmu Allah swt tentang apa-apa yang akan terjadi pada seluruh makhluk-Nya pada
masa yang akan datang. Dan qadha adalah: Penciptaan segala sesuatu oleh Allah swt
sesuai dengan ilmu dan iradah-Nya. Sedangkan Ulama yang menganggap istilah Qadha dan
qadar mempunyai pengertian yang sama memberikan definisi sebagai berikut: Segala
ketentuan, udang-undang, peraturan dan hukum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah swt
untuk segala yang ada (maujud), yang mengikat antara sebab dan akibat segala sesuatu
yang terjadi.
Pengertian di atas sejalan dengan penggunaan kata qadar di dalam al-Quran dengan
berbagai macam bentuknya yang pada umumnya mengandung pengertian kekuasan Allah swt
untuk menentukan ukuran, susunan, aturan, undang-undang terhadap segala sesuatu,
termasuk hukum sebab dan akibat yang berlaku bagi segala yang maujud, baik makhluk
hidup maupun yang mati.
Takdir adalah ketentuan yang telah ditentukan oleh Allah kepada makhluknya
sebelum makhluk itu diciptakan, dan takdir ini pasti terjadi. Iman kepada Takdir adalah rukun
iman yang keenam. Oleh karena itu orang yang mengingkarinya termasuk ke dalam golongan
orang kafir. Dalil yang menunjukkan wajibnya iman kepada takdir terdapat dalam Al-Qur'an
dan sunnah, yaitu :
Tiada sesuatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu
sendiri

melainkan telah tertulis

dalam

kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum

kami

menciptakannya.Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Q.S. AlHadid:22)
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut qadar (ukuran). (Q.S.
Al-Qamar: 49).
Adapun dari hadits adalah ketika malaikat Jibril bertanya kepada Nabi Muhammad
tentang iman, maka Nabi Muhammad bersabda, Iman adalah beriman kepada Allah,

malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir baik
dan buruk." (HR. Bukhari Muslim).
Allah telah menulis (menentukan) takdir seluruh makhluk sebelum menciptakan
langit dan bumi lima puluh ribu tahun . (HR. Muslim) .
2.2 RUANG LINGKUP QADHA DAN QADAR
1. Iman kepada takdir mencakup keyakinan bahwa:
a) Allah mengetahui segala sesatu sebelum terjadi. Karena tidak ada sesutu pun yang luput
dari pengetahuan Allah.
b) Semua yang yang terjadi di alam semesta ini terjadi karena kehendak Allah yang
terlaksana dan tidak ada peran siapa pun di sana.
c) Bahwa semua yang terdapat di alam semesta ini adalah ciptaan Allah dan karena
kehendak-Nya.
d) Allah mencatat segala sesuatu sejak awal mula penciptaan dalam kitab-Nya (lauhul
Mahfuzh).
2. Takdir Allah itu mencakup:
1) Tata aturan alam semesta, seperti peredaran planet, aliran air, hembusan angin, susunan
atom dan lain-lain.
2) Yang terjadi pada kita dan kita tidak kemapuan untuk memilih dan ikhtiyar, seperti
dijadikan laki-laki atau perempuan, dilahirkan di Indonesia atau di Arab, di Eropa dan
lain-lain.
3) Perbuatan-perbuatan yang berdasarkan pilihan, meliputi perbuatan mubah, ketaatan dan
perbuatan maksiat.
Banyak orang yang keliru dalam memahami takdir, mereka menyangka bahwa Allah
menakdirkan suatu akibat terpisah dari sebabnya, menakdirkan suatu hasil terpisah dari usaha
untuk mencapainya. Maka jika ada orang yang mengatakan tidak akan menikah dengan alas
an jika Allah telah menakdirkannya punya anak pasti dia punya anak walau tanpa menikah.
Atau dia tidak mau makan dengan alasan jika Allah menakdirkan dia kenyang, dia pasti
kenyang walau tanpa makan.
Maka orang yang ditakdirkan untuk masuk surga dia akan beramal shaleh. Dan jika dia
berbuat maksiat, maka dia akan ditakdirkan masuk neraka. Jadi Allah menakdirkan sebab dan
akibat secara bersama-sama. Artinya usaha dan sebab adalah bagian dari takdir Allah .
Inilah yang ditunjukkan oleh hadits Rasulullah dan pemahaman para sahabat.
Rasulullah pernah ditanya seseorang, Wahai Rasulullah, apa pendapatmu tentang
obat-obatan yang kami pergunakan untuk berobat, bacaan-bacaan tertentu untuk penyakit
7

kami, dan perisai yang kami pakai untuk menangkis serangan musuh, apakah itu semua
dapat menolak takdir Allah? beliau menjawab, Itu semua juga adalah takdir Allah.
Rasulullah bersabda, Tidak ada yang dapat menolak takdir selain doa. (Al-Hadits)
Suatu saat Abu Ubaidah memasuki wilayah yang sedang terjangkit wabah Tha'un,
maka Umar memerintahkannya untuk keluar dari wilayah tersebut. Abu Ubaidah menyangkal
dengan mengatakan, Apakah kita akan lari dari takdir Allah.Maka Umar menjawabnya,
Ya kita lari dari takdir Allah kepada takdir Allah yang lain.
Ibnu Qayyim berkata, Orang yang pintar adalah orang yang menolak takdir dengan
takdir, dan melawan takdir dengan takdir. Bahkan sejatinya manusia tidak dapat hidup
kecuali dengan itu. Karena lapar, dahaga, takut adalah bagian dari takdir. Dan semua
makhluk senantiasa berusaha menolak takdir dengan takdir.
Masalah takdir adalah masalah ghaib dan dirahasiakan Allah, kita tidak tahu apakah
akan selamat atau celaka, yang tampak di hadapan kita adalah syariat, maka kewajiban kita
adalah menjalankan syariat dan hasilnya akan sesuai dengan yang ditakdirkanoleh Allah.
2.3 TINGKATAN TAQDIR
Beriman kepada takdir tidak akan sempurna kecuali dengan empat perkara yang disebut
tingkatan takdir atau rukun-rukun takdir. Keempat perkara ini adalah pengantar untuk
memahami masalah takdir. Barang siapa yang mengaku beriman kepada takdir, maka dia
harus merealisasikan semua rukun-rukunnya, karena yang sebagian akan bertalian dengan
sebagian yang lain. Barang siapa yang mengakui semuanya, baik dengan lisan, keyakinan dan
amal perbuatan, maka keimanannya kepada takdir telah sempurna. Namun, barang siapa yang
mengurangi salah satunya atau lebih, maka keimanannya kepada takdir telah rusak.
a) Tingkatan Pertama: al-Ilmu (Ilmu)
Yaitu, beriman bahwa Allah mengetahui dengan ilmu-Nya yang azali mengenai apa-apa yang
telah terjadi, yang akan terjadi, dan apa yang tidak terjadi, baik secara global maupun
terperinci, di seluruh penjuru langit dan bumi serta di antara keduanya. Allah Maha
Mengetahui semua yang diperbuat makhluk-Nya sebelum mereka diciptakan, mengetahui
rizki, ajal, amal, gerak, dan diam mereka, serta mengetahui siapa di antara mereka yang
sengsara dan bahagia.
Allah Taala telah berfirman,

Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada
di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh
Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah. (Qs. Al-Hajj: 70)

,


Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua perkara yang ghaib, tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia Maha Mengetahui apa yang ada di daratan dan
di lautan, dan tidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula),
dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak juga sesuatu yang basah
atau yang kering, melainkan telah tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (Qs. AlAnaam: 59)


Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu. (Qs. At-Taubah: 115)
b) Tingkatan Kedua: al-Kitaabah (Penulisan)
Yaitu, mengimani bahwa Allah Subhanahu wa Taala telah menuliskan apa yang telah
diketahui-Nya berupa ketentuan-ketentuan seluruh makhluk hidup di dalam al-Lauhul
Mahfuzh. Suatu kitab yang tidak meninggalkan sedikit pun di dalamnya, semua yang terjadi,
apa yang akan terjadi, dan segala yang telah terjadi hingga hari Kiamat, ditulis di sisi Allah
Taala dalam Ummul Kitab.
Allah Taala berfirman,


Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).(Qs.
Yaasiin: 12)

Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. (Qs.
Al-Hadiid: 22)
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,



Allah telah menulis seluruh takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum
Allah menciptakan langit dan bumi. (Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya, kitab alQadar (no. 2653), dari Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiyallahu anhuma, diriwayatkan
pula oleh Tirmidzi (no. 2156), Imam Ahmad (II/169), Abu Dawud ath-Thayalisi (no. 557))
Dalam sabdanya yang lain,

: ! : ,
:

Yang pertama kali Allah ciptakan adalah al-qalam (pena), lalu Allah berfirman, Tulislah! Ia
bertanya, Wahai Rabb-ku apa yang harus aku tulis? Allah berfirman, Tulislah takdir segala
sesuatu sampai terjadinya Kiamat.(Shahih, riwayat Abu Dawud (no. 4700), dalam Shahiih
Abu Dawud (no. 3933), Tirmidzi (no. 2155, 3319), Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah (no.
102), al-Ajurry dalam asy-Syariah (no.180), Ahmad (V/317), dari Shahabat Ubadah bin
ash-Shamit radhiyallahu anhu)
Oleh karena itu, apa yang telah ditakdirkan menimpa manusia tidak akan meleset darinya,
dan apa yang ditakdirkan tidak akan mengenainya, maka tidak akan mengenainya, sekalipun
seluruh manusia dan golongan jin mencoba mencelakainya.
c) Tingkatan Ketiga: al-Iraadah dan Al Masyii-ah (Keinginan dan Kehendak)
Yaitu, bahwa segala sesuatu yang terjadi di langit dan di bumi adalah sesuai dengan
keinginan dan kehendak (iraadah dan masyii-ah) Allah yang berputar di antara rahmat dan
hikmah. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dengan rahmat-Nya,
dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dengan hikmah-Nya. Dia tidak boleh ditanya
mengenai apa yang diperbuat-Nya karena kesempurnaan hikmah dan kekuasaan-Nya, tetapi
10

kita, sebagai makhluk-Nya yang akan ditanya tentang apa yang terjadi pada kita, sesuai
dengan firman-Nya,


Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan
ditanyai.(Qs. Al-Anbiyaa: 23)
Kehendak Allah itu pasti terlaksana, juga kekuasaan-Nya sempurna meliputi segala sesuatu.
Apa yang Allah kehendaki pasti akan terjadi, meskipun manusia berupaya untuk
menghindarinya, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya, maka tidak akan terjadi, meskipun
seluruh makhluk berupaya untuk mewujudkannya
Allah Taala berfirman,



Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia
akan melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang
dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit.(Qs.
Al-Anaam: 125)

Dan kamu tidak dapat menhendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah,
Rabb semesta alam. (Qs. At-Takwir: 29)
Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,


, ,
Sesungguhnya hati-hati manusia seluruhnya di antara dua jari dari jari jemari ArRahmaan seperti satu hati; Dia memalingkannya kemana saja yang dikehendaki-Nya.
(Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya (no. 2654). Lihat juga Silsilah al-Ahaadits ashShahihah (no. 1689))
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, Para Imam Salaf dari kalangan umat Islam telah ijma
(sepakat) bahwa wajib beriman kepada qadha dan qadar Allah yang baik maupun yang
buruk, yang manis maupun yang pahit, yang sedikit maupun yang banyak. Tidak ada sesuatu
11

pun terjadi kecuali atas kehendak Allah dan tidak terwujud segala kebaikan dan keburukan
kecuali atas kehendak-Nya. Dia menciptakan siapa saja dalam keadaan sejahtera (baca:
menjadi penghuni surga) dan ini merupakan anugrah yang Allah berikan kepadanya dan
menjadikan siapa saja yang Dia kehendaki dalam keadaan sengsara (baca: menjadi penghuni
neraka). Ini merupakan keadilan dari-Nya serta hak absolut-Nya dan ini merupakan ilmu
yang disembunyikan-Nya dari seluruh makhluk-Nya. (al-Iqtishaad fil Itiqaad, hal. 15)
d) Tingkatan Keempat: al-Khaliq (Penciptaan)
Yaitu, bahwa Allah adalah Pencipta (Khaliq) segala sesuatu yang tidak ada pencipta selainNya, dan tidak ada rabb selain-Nya, dan segala sesuatu selain Allah adalah makhluk.
Sebagaimana firman Allah Taala,


Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. (Qs. Az-Zumar:
62)
Meskipun Allah telah menentukan takdir atas seluruh hamba-Nya, bukan berarti bahwa
hamba-Nya dibolehkan untuk meninggalkan usaha. Karena Allah telah memberikan qudrah
(kemampuan) dan masyii-ah (keinginan) kepada hamba-hamba-Nya untuk mengusahakan
takdirnya. Allah juga memberikan akal kepada manusia, sebagai tanda kesempurnaan
manusia dibandingkan dengan makhluk-Nya yang lain, agar manusia dapat membedakan
antara kebaikan dan keburukan. Allah tidak menghisab hamba-Nya kecuali terhadap
perbuatan-perbuatan yang dilakukannya dengan kehendak dan usahanya sendiri. Manusialah
yang benar-benar melakukan suatu amal perbuatan, yang baik dan yang buruk tanpa paksaan,
sedangkan Allah-lah yang menciptakan perbuatan tersebut. Hal ini berdasarkan firman-Nya,


Padahal Allah-lah yang menciptakanmu dan apa yang kamu perbuat itu. (Qs. AshShaaffaat: 96)
Dan Allah Taala juga berfirman, yang artinya,


Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. (Qs. AlBaqarah: 286)
2.4 MACAM_MACAM TAKDIR
12

1. TAKDIR AZALI (TAKDIR UMUM)


Yaitu meliputi segala hal dalam lima puluh ribu tahun sebelum terciptanya langit dan
bumi, ketika Allah menciptakan al-qalam dan memerintahkannya menulis segala apa yang
ada sampai Hari Kiamat. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi (tidak pula) pada dirimu sendiri,
melainkan telah tertulis dalam kitab (al-Lauhul Mahfuzh), sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yg demikian itu amat mudah bagi Allah. (QS. Al-Hadiid :22)
Dan Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda :
Alloh telah mencatat seluruh takdir makhluk 50.000 tahun sebelum Alloh menciptakan
langit dan bumi. 1)
Yang pertama kali Allah ciptakan adalah Qalam (Pena), lalu Allah berfirman kepadanya :
Tulislah!' Ia menjawab :'Wahai Robb-ku apa yang harus aku tulis?' Allah berfirman :
Tulislah takdir segala sesuatu sampai terjadinya Kiamat.' 2)
2. TAKDIR UMURI
Yaitu takdir yang diberlakukan atas manusia pada awal penciptaannya, ketika
pembentukan sperma (blatokist) sampai pada masa sesudah itu, dan bersifat umum;
mencakup rizki, perbuatan, kebahagiaan dan kesengsaraan.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam :
Sesungguhnya salah seorang dari kamu dikumpulkan di perut ibunya selama 40 hari,
kemudian berbentuk alaqoh (morula/segumpaldarah) seperti itu (lamanya), kemudian
menjadi mudhghoh (embrio/segumpal daging) seperti itu (lamanya). Kemudian Alloh
mengutus seorang malaikat diperintah (menulis) empat perkara : rizkinya, ajalnya, sengsara
atau bahagia.
3. TAKDIR SANAWI (TAHUNAN)
Yaitu yang dicatat pada malam Lailatul Qodar setiap tahun, seperti firman Allah
SubhanahuwaTa'ala :
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar
dari sisi Kami, sesungguhnya Kamu adalah Yang mengutus rasul-rasul.(QS. Ad-Dukhan :45) .
Pada malam itu ditulislah semua apa yang bakal terjadi dalam satu tahun : mulai dari
kebaikan, keburukan, rizki, ajaldan lain-lain, untuk memilah kejadian dan peristiwa dalam
satu tahun, yang kesemuanya itu telah dicatat sebelumnya dalam Lauhul Mahfudz, juga apa

13

yang ditetapkan dalam takdir umuri yang berkaitan khusus dengan individu. Dan Allah
Maha Menjaga segala sesuatu.

4. TAKDIR YAUMI (HARIAN)


Yaitu dikhususkan untuk semua peristiwa yang telah ditakdirkan dalam satu hari,
mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan, mematikan, mengampuni dosa, menghilangkan
kesusahan dan lain sebagainya. Sebagaimana firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala :
Setiap waktu Diadalam kesibukan.(QS. Ar-Rohman : 29)
Maksudnya, apa yang menjadi urusan-Nya menyangkut makhluk-Nya. Takdir ini dan kedua
takdir sebelumnya (umuri dan sanawi) merupakan penjabaran dari taqdir azali.
2.5 HIKMAH BERIMAN KEPADA TAKDIR ALLAH
Diantara hikmah beriman kepada takdir adalah :
a) Dengan iman kapada takdir seseorang akan selalu dalam kebaikan. Bersyukur ketika
Allah SWT memberikan nikmat dan bersabar serta tawakal ketika Allah memberikan
musibah. Hal ini bertolak belakang dengan kebanyakan manusia pada umumnya,
sebagaimana firman-Nya, ''Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia
berpaling dan menjauhkan diri, akan tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia
banyak berdoa.'' (QS. Fushshilat:51).
b) Dengan iman kepada takdir, seseorang akan senatiasa bekerja keras dan istikamah.
Karena, ia percaya dan mengimani bahwa Allah SWT tidak akan mengubah nasib
seseorang kecuali dengan usahanya sendiri. Allah SWT berfirman, ''Sesungguhnya
Allah SWT tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra`du:11).
c) Dengan iman kepada takdir berarti mengimani bahwa musibah dan bencana yang
datang bukan hanya merupakan kodrat Ilahi, namun juga dikarenakan kesalahan
manusia sendiri. Sehingga, akan senantiasa mawas diri, selalu berhati-hati, tidak
menyombongkan diri dan menghentikan segala perbuatan yang dapat mendatangkan
kerusakan dan Adzab Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya, ''Apa saja nikmat yang
kamu peroleh adalah nikmat dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka
dari (kesalahan) dirimu sendiri.'' (QS. An-Nisaa:79).
d) Mendorong manusia untuk berusaha dan beramal dengan sungguh-sungguh untuk
mencapai kehidupan yang baik di dunia dan diakhirat, mengikuti hukum sebab akibat
yang telah ditetapkan oleh Allah swt.
e) Mendorong manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah swt yang
memilikikekuasaandankehendak yang mutlak, di samping memiliki kebijakan,
keadilan,

dan

kasih

saying

kepada

makhluk-Nya.dan

selalu

bertawakkal
14

Mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup, karena meyakini apa pun
yang terjadi adalah atas kehendak dan qadar Allah swt. Di saat memperoleh
kebahagiaan dan nikmat dia segerabersyukurkepada Allah swt dan tidak memiliki
kesombongan karena semuanya itu di dapat atas izin Allah swt. Di saat mendapat
musibah dan kerugian dia bersabar karena meyakini semuanya itu adalah karena
kesalahannya sendiri dan karena cobaan dan ujian dari Allah swt yang kelak
kemudian juga akan mendatangkan kebaikan.

15

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Takdir termasuk kedalam rukun iman. Jadi, takdir harus diyakini oleh setiap muslim
karena tidak ada satu hal pun yang terlepas dari ketentuan Allah. Takdir adalah ketentuan
yang telah ditentukan oleh Allah kepada makhluknya sebelum makhluk itu diciptakan, dan
takdir ini pasti terjadi. Mempercayai takdir dengan sepenuh hati merupakan cerminan
keimanan seseorang. Semakin tinggi iman seseorang semakin yakinlah bahwa segala yang
diberikan Allah kepadanya merupakan ketentuan yang telah ditentukan. Macam-macam
taqdir yaitu takdir azali (takdir umum), Takdir umuri, Takdir sanawi (tahunan), Takdir yaumi
(harian)

3.2. Saran
Dalam hal penyusunan makalah ini tentu tidak terlepas dari kesalahan. Ibarat kata
pepatah, tidak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, kami dari penyusun meminta saran
dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk mencapai kesempurnaan makalah kami.

16

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/iman-kepada-takdir.html
http://muslimah.or.id/aqidah/iman-kepada-takdir-baik-dan-takdir-buruk.html

Al-Maraghi, Ahmad Mushthfa,Terjemah Tafsir al-maraghi, Semarang:Toha Putra:1992


M.s.Khalit, Kunci untuk Mencari Ayat Al-quran, Surabaya:Bina ilmu:1984
Imam Jalaludin Al Mahali,TerjemahTafsir Jalalain,Bandung:1995
Drs.H. Yunahar IiyasLc.KuliahAqidah Islam,Yogyakarta:1992
Quthb Sayyid.Tafsir fi zhalalil Quran, Jakarta:2002 jilid 2
(Abu Umar Abdullah Al-Hammadi, Misteri Shalat Istikharah (Solo: Pustaka Ar Rayyan,
2006), hlm. 29)

17

Anda mungkin juga menyukai