Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PREMATURE OVARIAN FAILURE/


PREMATURE OVARIAN INSUFFICIENCY
Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter
di Rumah Sakit Budi Rahayu kota Magelang

Diajukan kepada:
dr. Adi Pramono Sp.OG

Disusun oleh:
Ellyna Aisha Sari
20100310096

BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


RUMAH SAKIT TIDAR KOTA MAGELANG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

HALAMAN PENGESAHAN
Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter
di Rumah Sakit Budi Rahayu kota Magelang

Telah dipresentasikan makalah:

Tanggal : 09 April 2015

Disusun oleh:

Ellyna Aisha Sari


20100310096

Dokter Pembimbing

dr. Adi Pramono Sp.OG

BAB I
PENDAHULUAN
Ovarium berfungsi sebagai organ reproduksi dan organ endokrin. Fungsi keduanya sangat
berhubungan erat. Siklus menstruasi yang dapat diprediksi merupakan pertanda ovarium yang sehat
selama umur reproduktif. Tiap bulan, perubahan hormon yang terkoordinasi serta perubahan
morfologi ovarium menyebabkan perkembangan dan pelepasan oosit matur yang siap untuk dibuahi.
Adanya gangguan pada proses tersebut dapat menyebabkan anovulasi dan penurunan hormon steroid
ovarium. Penuaan dikaitkan dengan penurunan jumlah folikel ovarium, ketidakteraturan menstruasi,
defisiensi hormon ovarium, anovulasi, penurunan kesuburan, dan, akhirnya, penghentian lengkap dan
irreversibel menstruasi yang dikenal sebagai menopause, biasanya terjadi pada usia rata-rata 51 tahun.
Premature ovarian failure (POF) adalah defek ovarium primer yang ditandai dengan tidak
adanya menarke (amenorhea primer) atau deplesi prematur dari folikel ovarium sebelum umur 40
tahun (amenorhea sekunder). Kelainan heterogenous ini terjadi pada 1% perempuan dengan usia <40
tahun, 1:10.000 perempuan pada usia 20 tahun dan 1:1.000 pada usia 30 tahun.Bentuk yang paling
parah dari keadaan ini adalah tidak adanya perkembangan pubertas dan amenorhea primer (50% dari
kasus disebabkan oleh disgenesis ovarium), sedangkan keadaan pada onset post-pubertal memiliki
karakteristik hilangnya siklus menstruasi (amenorhe sekunder) yang berkaitan dengan deplesi folikel.
Seperti yang didefinisikan oleh World Health Organization (WHO), POF atau yang sering kali
disebut dengan insufisiensi ovarium dapat disebabkan oleh gangguan utama dalam ovarium atau dapat
terjadi sebagai akibat dari penyebab sekunder. Insufisiensi ovarium dianggap primer jika ovarium
gagal berfungsi secara normal dalam menanggapi stimulasi gonadotropin yang disediakan oleh
hipotalamus dan hipofisis. Insufisiensi ovarium dianggap sekunder jika hipotalamus dan hipofisis
yang gagal menghasilkan stimulasi gonadotropin yang tepat.
Premature ovarian failure (premature ovarian insufficiency, early menopause, premature
menopause) adalah suatu kondisi yang ditandai dengan amenore, hipoestrogenisme, dan tingkat serum
gonadotropin yang meningkat pada wanita yang lebih muda dari 40 tahun (amenorhe sekunder) atau
tidak adanya menarke pada karena adanya defek primer pada ovarium (amenorhe primer). Meskipun
sering digunakan sebagai sinonim, POF/POI dan menopause tidak setara. Kebanyakan wanita dengan
POF/POI mempertahankan fungsi ovarium intermiten selama bertahun-tahun, dan, tidak seperti
wanita yang menopause, kehamilan dapat terjadi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

Definisi
Premature ovarian failure (POF) adalah defek ovarium primer dimana tidak terjadi
menarke (amenorhea primer) atau hilangnya fungsi ovarium pada wanita dengan umur
kurang dari 40 tahun. Premature ovarian failure dapat pula disebut dengan premature
ovarian insufficiency (POI), premature menopause atau menopause dini.

II.

Patofisiologi
POF/POI dapat dibagi menjadi 2 kategori-patogenetik utama, yaitu yg didapat
(iatrogenik) POI / POF dan spontan POI / POF. Pada makalah ini akan dibahas lebih
lanjut mengenai POI/POF spontan. POI/POF spontan dapat disebabkan oleh beberapa hal,
yang utama diyakini sebagai mekanismenya adalah terjadinya deplesi folikel dan
disfungsi folikel.
Deplesi folikel
Deplesi folikel menjadi penyebab utama dari POI/POF spontan. Jumlah
folikel normal dalam ovarium dibutuhkan untuk ovulasi normal yang periodik.
Jumlah folikel normal kurang lebih 300.000-400.000 pada masa awal pubertas.
Maturasi dari 1 folikel yang dominan bergantung perkembangan dari folikelfolikel nondominan yang lain. Walaupun folikel tersebut akan mengalami atresia,
namun berpengaruh pada pengaturan sekresi estradiol, inhibins, activins dan
androgen. Kondisi patologik yang dapat menurunkan jumlah folikel dapat
menyebabkan terhambatnya proses perkembangan folikel dan ovulasi.
Menurunnya folikel yang berkembang dapat menyebabkan menurunnya
estradiol dan inhibin serta meningkatnya follicle-stimulating hormone (FSH) dan
luteinizing hormone (LH). Cukup jarang terjadi, folikel yang sendiri dapat
berkembang, distimulasi oleh tingginya FSH, namun bukannya mengalami
ovulasi normal, folikel tersebut mengalami luteinisasi yang disebabkan oleh
tingginya LH dan dapat muncul struktur kistik pada USG. Cadangan folikel
dapat habis (mengalami atresia) sebelum waktunya karena rendahnya jumlah
folikel awal dan terjadi percepatan atresia folikel, penjelasannya adalah sbb:
o Rendahnya jumlah folikel awal
Gangguan pada tingkat manapun dari pembentukan germ cell,
migrasi, proliferasi oogonium dan meiosis menyebabkan
rendahnya jumlah folikel awal. Akibatnya dapat menyebabkan
streak gonad dan amenorrhea primer. Seperti contohnya, 46,XX
gonadal dysgenesis-penyakit autosomal dominan dengan sexlinked inheritance.
Pada gangguan yang lain, ditemukan jumlah folikel awal yang
cukup untuk membantu perkembangan pubertas, dimulainya
siklus menstruasi, bahkan fertilitas, namun terjadi kegagalan
ovarium akibat deplesi folikel yang berkembang di awal waktu
reproduktif.
o Percepatan atresia folikel

Monosomi kromosom X/aneuploidi atau mosaicism (Sindrom


Turner atau pada beberapa kasus dengan 47,XXX karyotipe)
Abnormalitas kromosom X
Galaktosemia
Terapi sitotoksik
Radiasi
Inflamasi
o Gen dan kromosom yang dapat menyebabkan perkembangan POI/POF
Gen kromosom X
Xp (short arm) ; Zfx (X-linked zinc finger protein),
USP9X (ubiquitin-specific protease 9 gene)
Xq (long arm) ; FMR1 gene, XIST locus, DIA gene
Abnormalitas autosomal
Trisomi 13 dan 18
Balanced translokasi autosomal
46, XX gonadal dysgenesis/agenesis
Gangguan autosomal resesif
ATM gene (ataxia-teleangiectasia mental retardation
gene)
Disfungsi folikel
Pasien dengan POI/POF spontan memiliki sejumlah folikel dengan oosit yang
diperkirakan normal yang gagal berkembang dan berovulasi terhadap adanya
peningkatan gonadotropin. Kebanyakan dari pasien memiliki penyakit yang
idiopatik, namun dalam beberapa kasus dapat disebabkan oleh kasus yang langka.
o Defek gen spesifik ; FOXL2 gene (forkhead transcription factor gene),
FSH receptor gene abnormality, LH receptor gene defect amenorhea
primer dengan perkembangan payudara yang normal, namun terdapat
peningkatan LH dan FSH serta penurunan jumlah estradiol.
o Defisiensi enzim ; cholesterol desmolase deficiency, defisiensi 17-alphahidroksilase, defisiensi 17-20-desmolase
o Defek
sinyal
;
abnormalitas
reseptor
FSH
dan
LH,
pseudohypoparathyroidism
o Autoimunitas
POI/POF yang berhubungan dengan autoimunitas adrenal
Oophoritis autoimun
Penyakit addison
Hashimoto thyroiditis
Autoimunitas POI/POF tanpa autoimunitas adrenal
o Infeksi
Infeksi varicella, shigella, malaria
Oophoritis cytomegalovirus
Penyakit gondok epidemik

III.

Klasifikasi
POF/POI merupakan sebuah gangguan yang continuum (berkelanjutan dgn gejala
yang mirip namun sebenarnya berbeda). Insufisiensi ovarium dibagi menjadi 4
berdasarkan keadaan klinis untuk memudahkan penjelasan. Keadaan tersebut tidak
permanen. Pasien dapat mengalami perpindahan dari keadaan satu ke keadaan yang lain

dengan cara yang tidak terduga. Dalam beberapa kasus, fungsi ovarium yang normal
bahkan dapat kembali dalam suatu waktu (amenorhea sekunder).
Occult primary ovarian insufficiency merupakan infertilitas yang tidak dapat
dijelaskan pada pasien dengan level serum basal follicle-stimulating hormone
(FSH) yang normal. Pasien-pasien ini memiliki kegagalan yang tidak dapat
dijelaskan dalam merespon terapi FSH selama upaya superovulasi.
Selanjutnya pada continuum, yaitu biochemical primary ovarian insufficiency
dimana pasien mengalami infertilitas yang tidak dapat dijelaskan dengan
peningkatan nilai FSH. Pada keadaan ini, pasien juga gagal dalam merespon
terapi FSH selama upaya superovulasi.
Overt primary ovarian insufficiency merupakan kondisi klinis dimana yang
sebelumnya disebut dengan premature ovarian failure atau menopause dini.
Keadaan klinis ini ditandai dengan peningkatan kadar serum basal FSH yang
berhubungan dengan siklus menstruasi yang tidak teratur seperti ; oligomenore,
polymenorrhea, atau metrorrhagia.
Premature ovarian failure adalah sebuah keadaan ekstrim dimana terjadi
penurunan/deplesi folikel primordial. Keadaan irreversibel ini ditandai dengan
amenore, infertilitas permanen, dan peningkatan gonadotropin menopausal yang
tinggi. Sampai saat ini tidak ada metode yang terbukti dapat menentukan tidak
adanya folikel primordial yang tersisa di ovarium.Maka itu, sumber memilih
untuk tidak menggunakan istilah premature ovarian failure.
Tabel. Keadaan klinis premature ovarian insufficiency dan premature ovarian failure
Keadaan klinis
Menstruasi
Gonadotropin
Fertilitas
ovarium
Occulty insufficiency
Normal
Normal
Menurun
Biochemical
Abnormal
Meningkat
Menurun
insufficiency
Overt insufficiency
Abnormal
Meningkat
Menurun
Premature ovarian
Absen
Meningkat
Nol
failure
Pada insufisiensi ovarium sekunder, stimulasi gonadotropin yang tidak memadai
kepada ovarium, dapat disebabkan oleh berbagai gangguan. Tumor hipofisis, seperti
prolaktinoma, berkaitan dengan hiperprolaktinemia, dan bisa menjadi penyebab
insufisiensi ovarium sekunder. Penyebab lain dari insufisiensi ovarium sekunder adalah
sindrom Cushing, dimana terdapat adenoma pituitari yang memproduksi ACTH. Sindrom
Cushing dapat hadir dengan tanda-tanda kelebihan androgen, dan sulit dibedakan dengan
polycystic ovary syndrome, late-onset congential adrenal hyperplasia dan tumor yang
menghasilkan androgen seperti pada kelenjar adrenal dan ovarium.
Secara fisiologis, pelepasan gonadotropin untuk menyediakan stimulasi pada ovarium
berasal dari pengeluaran pulsatil gonadotropin-releasing hormone (GnRH). Struktur ini
terletak pada nukleus arkuata dari hipotalamus. Pengeluaran GnRH membutuhkan sinyal
positif dari sistem saraf pusat untuk dapat berfungsi dengan baik. Jika terdapat kegagalan
pada pengeluaran pulsatil GnRH, dapat terjadi pembentukan yang tidak adekuat,
penurunan simpanan, dan pengeluaran dari gonadotropin.
Insufisiensi ovarium sekunder dapat disebabkan oleh fungsi abnormal dari
pengeluaran pulsatil GnRH, bahkan dapat terjadi walau tidak terdapat kelainan struktural

pada sistem saraf pusat, seperti tumor. Insufisiensi ovarium sekunder juga bisa
disebabkan oleh olahraga yang berlebihan dan gangguan makan seperti anoreksia
nervosa atau bulimia. Stress, kecemasan, dan depresi, serta berbagai obat yang bekerja
pada sistem saraf pusat dapat mengganggu fungsi pulsatil GnRH, dengan demikian, juga
dapat menjadi penyebab insufisiensi ovarium sekunder.

IV.

Penyebab
Penyebab dari POI/POF dapat dilihat pada bagian sebelumnya, yaitu patofisiologi.
Insufisiensi ovarium dapat berkembang sebagai akibat dari gangguan ovarium. Keadaan
tersebut disebut juga insufisiensi ovarium primer. Insufisiensi ovarium juga dapat
disebabkan karena stimulasi ovarium yang tidak memadai yang berasal dari hipothalamus
dan hipofisis. Keadaan ini disebut juga insufisiensi ovarium sekunder. Insufisiensi
ovarium sentral merupakan sinonim dari keadaan tersebut.
Penyebab insufisiensi ovarium primer
o Iatrogenik
o Kariotipe abnormal
o Isolated autoimmune ovarian failure
o Premutasi pada gen FMR1
o Autoimmune ovarian failure yang berkaitan dengan sindrom lainnya,
yaitu autoimmune polyglandular failure, organ-specific autoimmunity,
atau defisiensi imunoglobulin A
o Penyebab genetik yang langka, defisiensi enzim, sindrom Perrault, dan
defek reseptor FSH
o Gangguan thymic seperti sindrom DiGeorge, ataxia teleangiectasia atau
tumor
o Disgenesis gonad
o Idiopatik
o Pseudo POI pada hipotiroidisme, antibodi pada gonadotropin, defisiensi
gonadotropin terisolasi, adenoma gonadotropin-producing pituitary

V.

Penyebab insufisiensi ovarium sekunder


o Gangguan makan, olahraga, gangguan psikiatri, chronic debilitating
disease
o Obat-obatan
o Tumor pituitari; prolaktinoma, tumor yang memproduksi hormon
pituitari seperti pada Cushing syndrome dan akromegali
o Pituitary necrosis (Sheehan syndrome)
o Tumor hipothalamus
o Craniopharyngioma
o Kallmann syndrome
o Infiltrative hypothalamic process; sarcoidosis

Gejala
Gejala pada pasien dengan POI/POF dapat berbeda satu dengan yang lain dan
kelainan ini dapat terjadi secara tiba-tiba maupun berkembang secara bertahap dalam
beberapa tahun. Bentuk paling parah dari hipergonadotropic ovarian failure adalah tidak
adanya perkembangan pubertas dan amenorhea primer. Tidak adanya menarkhe, dan
pubertal delay menyebabkan tidak adanya maturasi seksual, dan penurunan kecepatan
pertumbuhan. Pubertal delay didefinisikan sebagai tidak adanya perkembangan mammae

dan rambut pubis serta tidak adanya menarkhe pada usia 13 tahun. Hirsutisme moderat
dapat terlihat karena aktivitas androgen yang berasal dari kelenjar adrenal.
Seperti pada menopause fisiologis, POF/POI dapat timbul dengan manifestasi
klimakterium, yaitu infertilitas yang berkaitan dengan palpitasi, intoleransi panas, flushes,
kecemasan, depresi dan kelelahan.Selain ini terdapat menstruasi yang irregular, keringat
malam hari, menurunnya dorongan seksual, iritabilitas, hubungan seks yang menyakitkan,
penipisan dan keringnya vagina. Gejala-gejala tersebut biasanya ditemukan pada
POI/POF dengan amenorhea sekunder.

VI.

Diagnosis

Anamnesis
o Menanyakan siklus menstruasi spontan terakhir
o Riwayat operasi bagian pelvis, radiasi, dan kemoterapi
o Gejala insufisiensi adrenal
Hipotensi orthostatik
Hiperpigmentasi
Sedikitnya rambut pubis dan axilla
o Gejala hipotiroidisme
o Riwayat keluarga dengan POF, lelaki dengan retardasi mental, dan gangguan
autoimun
Pemeriksaan fisik
o Inspeksi :
Moderate hirsutism
Pasien dengan sindrom Turner dengan stigmata fisik
o Perawakan pendek
o Webbed neck
o Posisi telinga yang rendah
o Garis rambut rendah posterior
o Cubitus valgus
o Shield chest
o Metakarpal IV dan V pendek
Perubahan pigmentasi, seperti rambut beruban yang berhubungan dengan
hipotiroidisme autoimun
Vitiligo atau peningkatan pigmentasi pada gusi atau lipatan kulit pada
penyakit Addison
Berkurangnya rambut ketiak dan rambut kemaluan karena menurunnya
produksi ovarium dan androgen adrenal
o Palpasi :
Vaginitis atropik yang disebabkan oleh penurunan estrogen
Temuan lendir servix pada pemeriksaan panggul tidak dapat
mengesampingkan diagnosis insufisiensi ovarium
Pemeriksaan bimanual dapat ditemukan pembesaran ovarium pada pasien
dengan oovoritis limfositik atau defek enzim steroid
Pembesaran tiroid akibat Hashimoto tiroiditis dan penyakit Graves
Pembesaran atau tidak terabanya ovarium
Laboratorium
Terdapat tiga jenis uji yang perlu dilakukan pada pasien suspek ovarian failure.
Jenis pemeriksaan tersebut adalah pemeriksaan untuk mendiagnosis POI/POF,

pemeriksaan untuk mengetahui etiologi, serta pemeriksaan screening untuk penyakit


lain yang belum diketahui. Tes kehamilan merupakan tes yang perlu dilakukan
pertama kali pada setiap pasien wanita yang mengeluh tidak haid (amenorrhea).
o Pemeriksaan untuk mendiagnosis POI/POF :
Pemeriksaan jumlah FSH
Tes ini dilakukan setelah tes kehamilan sudah dilakukan, dan
kehamilan dapat ditapis. Diperlukan 2 kali pemeriksaan agar
mendapat hasil yang spesifik ( >40 IU/mL dgn radioimmunoassay)
dengan jarak waktu 1 bulan.
Pemeriksaan jumlah LH
Pada beberapa kasus POI/POF, FSH biasanya lebih tinggi
daripada LH. Jika autoimun oophoritis terjadi, FSH tidak terlalu
tinggi, dapat ditemukan dengan jumalh <40 IU/mL, sedangkan
jumlah LH terlampau tinggi.
Pemeriksaan pararel untuk menghitung jumlah estradiol
Serum estradiol pada POI/POF ditemukan dalam jumlah
sedikit dan ditemukan dalam jumlah yang hampir sama dan lebih
sedikit pada saat fase folikuler wanita dengan ovulasi normal.
Kombinasi dari rendahnya estradiol dan tingginya gonadotropin
mencerminkan keadaan POI/POF.
Wanita dengan POI/POF mungkin dapat memiliki aktivitas folikel yang spontan,
dan jika tes hormonal dilakukan selama episode tersebut, kadar FSH, LH dan
estradiol dapat dalam jumlah yang normal. Dalam kasus ini, amenore persisten atau
oligomenorhe disertai gejala menopause membutuhkan tes ulang dalam 1-2 bulan
setelah tes yang pertama.
o Pemeriksaan untuk mendiagnosis etiologi POI/POF
Kariotipe
Tes kariotipe perlu dilakukan sebagai bagian dari evaluasi
rutin setelah diagnosis POI/POF ditegakkan. Riwayat kehamilan
sebelumnya atau usia lebih dari 35 tahun tidak dapat menjadi alasan
tidak dilakukannya tes. Hal ini disebabkan kelainan kromosom X
dapat terjadi pada wanita yang memiliki pubertas normal, telah
melahirkan anak tanpa kelainan, dan kemudian mengalami POI/POF.
Kariotipe yang normal dapat menjadi sesuatu yang meyakinkan
pasien, sedangkan kariotipe yang abnormal dapat menjadi pendukung
dan alasan dari keadaan yang terjadi pada pasien.
Tes FMR1 premutasi
Tes ini dilakukan jika pasien memiliki riwayat keluarga
dengan POI, retardasi mental,atau sindrom ataxia/tremor.
Antibodi ovarian
Saat ini tidak ada tes yang terbukti untuk mendiagnosis
kegagalan ovarium akibat antibodi. Antibodi adrenal merupakan
prediksi akan terjadinya oophoritis autoimun berdasarkan adanya
autoantibodi sel steroid.
Pemeriksaan radiologi
o Insufisiensi ovarium primer
USG ;

VII.

untuk mengidentifikasi multifolikuler ovarium dan dapat


menjadi pemeriksaan pendukung oophoritis autoimun atau
17-20 defisiensi desmolase
ditemukannya ovarium dengan ukuran yang kecil tanpa bukti
adanya folikel yang berkembang
ditemukannya streak ovaries pada disgenesis gonad
o Insufisiensi ovarium sekunder
MRI hipofisis dan hipothalamus jika terdapat ; hiperprolaktinemia,
nyeri kepala, visual-field cuts, defisiensi estrogen dgn amenorhea
yang tidak dapat dijelaskan.
Pemeriksaan lain
o Overt primary ovarian insufficiency
Pemeriksaan serum free T4 , TSH, antibodi peroxidase tiroid dan gula
darah puasa
Antibodi adrenal
Bone density scan (DEXA) untuk mengevaluasi densitas mineral
pada tulang
ACTH stimulation test jika adrenal antibodi test positif
Antinuclear antigens (ANA) dan faktor rheumatoid jika ada indikasi
o Secondary ovarian insufficiency
ACTH stimulation test untuk mengevaluasi adanya secondary
adrenal insufficiency
Diurnal TSH measurement untuk mengevaluasi adanya
hipotiroidisme sentral

Deferential Diagnosis

Kehamilan
Iatrogenik

: peningkatan hCG
: pembedahan, pengobatan anti-neoplastik, radiasi,
obat antidopaminergik
Hypothalamic-pituitary disease : tumor kelenjar pituitari, hiperprolaktinemia,
Kallmann syndrome prolaktin dan
gonadotropin /normal
Amenorhea hipothalamus
: stress, olahraga yang intensif, anorexia, penurunan
berat badan, puasa, penyakit berat gonadotropin
/normal
Polikistik ovarium
: perubahan pada pemeriksaan USG gonadotropin
normal, androgen
Defek enzim steroidogenesis
: 21-hydroxylase deficiency perubahan pada USG
adrenal, gonadotropin normal, ACTH &
androgen
Gangguan endokrin
: hipertiroidism, hipotiroidism, Cushing syndrome
gonadotropin normal
Hanya pada pasien dengan amenorhea primer
o Abnormalitas vagina/uterus ; Rokitanski syndrome, Asherman syndrome
perubahan pada pemeriksaan fisik dan USG pelvis, gonadotropin normal
o Gangguan diferensiasi seksual; resisten terhadap androgen, perubahan pada
pemeriksaan fisik dan USG, pemeriksaan karyotipe, pemeriksaan
androgen/antimullerian hormon

VIII. Penatalaksanaan

Perawatan medis
Perawatan medis dari pasien dengan POI/POF terdiri dari terapi hormon
pengganti, restorasi fertilitas dan psikologis pasien. Manajemen insufisiensi ovarium
primer adalah sbb:
o Inform
Mendiskusikan hasil pemeriksaan secara langsung (tidak
menggunakan telefon)
Diagnosis POI/POF dapat menjadi pengalaman yang traumatis bagi
wanita muda
Penggunaan terminologi insufisiensi lebih baik dibandingkan dengan
menopause dini atau menopause prematur
Jelaskan pada pasien tentang keadaan tersebut dan bagaimana jika
pasien butuh informasi dan dukungan lebih lanjut
o Counsel
Ovarium tidak hanya sebagai organ reproduktif, namun merupakan
sumber penting hormon yang menjaga kepadatan tulang. Penggantian
dari hormon yang hilang, gaya hidup sehat, serta diet makanan yang
tinggi kalsium dibutuhkan bagi pasien.
POI/POF bukanlah menopause. Aktivitas ovarium spontan dan
kehamilan dapat terjadi.
Biarkan pasien untuk dapat menerima keadaan dalam beberapa
waktu.
Tidak terdapat terapi yang terbukti dapat mengembalikan fertilitas
Untuk mengatasi infertilitas, dapat dilakukan adopsi, donasi ovum,
dan donasi embrio.
o Terapi hormon
Semua wanita dengan POI/POF harus mengkonsumsi terapi hormon
secara berkala untuk mengatasi gejala defisiensi estrogen dan
menjaga kepadatan tulang.
Estrogen
Estrogen dapat diberikan secara oral maupun
transdermal. Menurut pendapat sumber, dosis yang diberikan
2x dari dosis terapi hormon wanita menopause (transdermal
estradiol 100-150mcg, conjugated equine estrogen 1,25 mg).
Dosis tersebut biasanya dapat mencapai estrogenisasi yang
memadai untuk epitelium vagina pada wanita muda serta
menjaga kepadatan tulang.
Estrogen dapat diberikan secara terus menerus atau
secara siklus (21 hari on, 7 hari off) . Terapi estrogen tidak
mencegah ovulasi dan konsepsi, karena secara teoritis dapat
menurunkan jumlah LH dan mencegah luteinisasi prematur
dari folikel yang tersisa.
Progestin
Progestin harus diberikan secara siklik, 10-14 hari setiap
bulan, untuk mencegah hiperplasia endometrium. Wanita
muda dengan POI/POF memiliki kesempatan 5-10% untuk
hamil secara spontan. Jika menstruasi yang diharapkan tidak
kunjung datang, perlu dilakukan tes kehamilan. Sediaan yang
direkomendasikan termasuk medroxyprogesteron 10mg/hari

Pembedahan
Biopsi ovarium tidak diindikasikan untuk wanita dengan kegagalan ovarium,
walau sumber yang lain mengatakan bahwa dengan biopsi menggunakan metode
laparoskopi pelvis pada ovarium dengan hipoplasi (0,20-0,30 ml pada USG) dapat
menunjukkan adanya folikel primer.

Pola makan
Pasien dengan POI/POF perlu mengkonsumsi 1,200-1,500 mg kalsium per hari
yang terdapat pada makanan yang dimakan sehari-hari. Jika tidak dapat dilakukan,
maka dapat diberikan suplemen kalsium. Konsumsi vitamin D yang cukup juga
diperlukan.
Aktivitas
Wanita dengan POI/POF perlu dipacu untuk berolahraga atau latihan weightbearing selama 30 menit tiap hari, setidaknya 3x dalam seminggu, untuk
meningkatkan kekuatan otot dan menjaga masa tulang. Partisipasi olahraga outdoor
sangat direkomendasikan.

IX.

untuk 10-12 hari tiap bulan atau progesteron micronized


200mg/hari selama 10-12 hari tiap bulan.
Androgen
Terapi pemberian androgen diberikan pada wanita
dengan POI/POF yang mengalami kelelahan terus menerus
dan rendahnya libido. Methyltestosterone 1,25-2,5mg/d,
testosteron ester injeksi 50mg tiap 6 minggu I.M dan
subkutaneus testosteron pellet implan 50 mg tiap 3-6 bulan.

Further outpatient care


Pasien dengan kegagalan ovarium harus dipantau setiap tahun untuk memantau terapi
hormon mereka. Gejala dan tanda-tanda penyakit tiroid dan insufisiensi adrenal harus
dicari selama kunjungan tahunan.Tingkat TSH harus diperiksa setiap 3-5 tahun (setiap
tahun jika antiperoxidase tes antibodi positif). Jika seorang wanita dengan POI / POF
memiliki antibodi adrenal positif pada evaluasi awal, bahkan jika semua tes fungsi
adrenal normal, pasien berisiko tinggi akan berkembangnya insufisiensi adrenal dan harus
menjalani tes stimulasi ACTH tahunan.
Dilakukan konseling genetik pada pasien dengan POI/POF, hal ini agar dapat
dilakukan penelusuran genetik untuk diagnosis lebih awal penyebab POI/POF pada
pasien. Melalui studi Pedigree pada keluarga dengan POI/POF menunjukkan penurunan
genetik dari autosomal dominant sex-limited transmission atau X-linked inheritance. Pada
keluarga dengan POI/POF, risiko seorang perempuan untuk mengalami perkembangan
POF tergantung pada cara pewarisan. Dengan pewarisan autosomal dominant terdapat
50% risiko diwariskannya POF secara maternal maupun paternal. Pasien yang mengalami
POF sebelum usia 30 tahun harus menjalankan pemeriksaan kromosom.

X.

Komplikasi
Kehilangan keteraturan siklus menstruasi, bahkan amenorrhea, dikaitkan dengan
peningkatan risiko patah tulang pergelangan tangan dan pinggul akibat berkurangnya
kepadatan tulang. Menarke yang terlambat dan siklus menstruasi dengan interval lebih
dari 32 hari dikaitkan dengan peningkatan angka patah tulang di kemudian hari.
Perempuan muda dengan insufisiensi ovarium yang tidak responsif terhadap terapi
memerlukan terapi hormon untuk menjaga kepadatan tulang.

XI.

Prognosis
Wanita dengan POI/POF spontan memiliki kesempatan yang rendah tapi nyata yaitu
hamil spontan. Sekitar 5-10% pasien hamil setelah diagnosis POI / POF. Terapi hormon
tidak mencegah kehamilan tersebut. Sebaliknya, kontrasepsi oral, dimana dirancang untuk
perlindungan (KB) bagi perempuan tanpa kelainan ovarium, kemungkinan tidak
menyebabkan penekanan ovulasi spontan pada wanita dengan POI/POF. Oleh karena itu,
pasien dengan POI/POF harus diinstruksikan dengan baik tentang situasi reproduksi
mereka sehingga dapat membuat keputusan mengenai fertilitas mereka. Donor ovum
tetap menjadi pilihan terbaik saat ini untuk mengatasi infertilitas, tetapi pasien dengan
POI/POF tidak harus didorong untuk buru-buru hamil karena kehamilan spontan yang
nyata mungkin terjadi dan donor ovum lebih berhasil pada wanita yang lebih tua
dibandingkan pada wanita yang lebih muda.

BAB III
KESIMPULAN
POI/POF dapat terjadi pada pasien dibawah usia 40 tahun (amenorhe sekunder) atau tidak
terjadinya menarkhe (amenorhe primer). POI/POF tidak sama dengan menopause walaupun gejala
yang ditemukan hampir sama. Pasien dengan POI/POF kemungkinan masih memiliki folikel yang
dapat berkembang, dan kehamilan spontan dapat terjadi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosis POI/POF terdiri dari 3 jenis, yaitu pemeriksaan untuk diagnosis, pemeriksaan untuk
mengetahui etiologi dan pemeriksaan screening untuk mengetahui penyakit yang belum diketahui.
Pasien yang terdiagnosis POI/POF perlu menjalani terapi hormon untuk mengatasi kekurangan
hormon yang terjadi, dan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

REFERENSI
Beck-Peccoz,Paolo.,et al.(2006).Premature Ovarian Failure.[Online].Tersedia:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1502130/ [8 April2015]
Center of Human Reproduction.(2014).Premature Ovarian Failure.[Online].Tersedia:
https://www.centerforhumanreprod.com/infertilityedu/causes/prematureovarianfailure/[5 April 2015]
Popat, Vaishali., et al.(2013).Ovarian Insufficiency.[Online].Tersedia:
http://emedicine.medscape.com/article/271046-overview [23 Maret 2015]
Scott, James R.,(2014).Premature Ovarian Failure:Premature Menopause.[Online]. Tersedia:
http://americanpregnancy.org/womens-health/premature-ovarian-failure/ [5 April 2015]

Anda mungkin juga menyukai