Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Tempat, Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Pekerjaan
Status pernikahan
Ruangan

: Tn. Ino Wagola


: 29 tahun
:Walapia, 18 Desember 1986
: Perempuan
: Dusun Walapia, SBB
: Islam
:: Belum menikah
: Ruangan Akut Pria

RIWAYAT PSIKIATRI
Alloanamnesis pada tanggal 18 dan 21 Februari 2016, via telepon dengan anak
perempuan pasien (Ny. FI)
1. Keluhan Utama : berperilaku kacau
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien diantar oleh anak perempuan dan anak menantunya ke Rumah
Sakit Khusus Daerah Ambon pada tanggal 19 Juli 2015 pukul 20.50 WIT, dengan
keluhan utama perilaku kacau sudah dialami 11 bulan sebelum masuk Rumah
Sakit. Pasien sering berbicara sendiri, jalan mondar mandir tanpa tujuan, dan
tampak tidak tenang. Pada malam hari pasien juga tidak bisa tidur. Selain itu
pasien kadang keluyuran hingga larut malam. Pasien sering marah-marah,
membentak-bentak dan mengamuk dirumah sambil memegang parang. Keluhankeluhan ini memberat sejak 1 bulan terakhir. Pasien mengatakan merasa tidak
tenang karena sering mendengar suara-suara dari nalurinya yang berbisik
ditelinganya. Suara tersebut mulai terdengar sekitar bulan Agustus atau September
2014 saat pasien berada di kebunnya. Pasien mengatakan saat itu merasa pusing
dan terjatuh lalu mendengar ada suara yang menyuruhnya menangis. Sejak saat
itu, suara tersebut terus menerus terdengar ditelinganya yang menyuruhnya untuk
banyak menangis, mengajaknya berbicara, berdiskusi (tentang kehidupan pasien
misalnya menanyakan keadaan pasien) dan suara-suara itu ingin mengujinya
(misalnya menanyakan soal-soal bahasa Inggris). Pasien mengatakan mengenali
1

suara tersebut yang merupakan suara Bapak pendeta. Selain itu suara tersebut juga
memberitahukan

kepadanya

kalau

untuk

berperilaku

lebih

baik

dan

mempersiapkan diri untuk menjadi majelis.


Menurut keluarga pasien, pasien mualai bertingkah laku aneh setelah
kematian anak laki-lakinya pada bulan Desember 2012 akibat kecelakaan. Sejak
saat itu pasien cenderung menyendiri dan sering melamun serta mulai kurang
bersosialisasi dengan tetangga sekitar rumahnya. Dikatakan juga bahwa pasien
memiliki hubungan yang tidak baik dengan tetangganya karena pasien
menyalahkan anak tetangganya atas kematian anak pasien karena saat kecelakaan
anak pasien dibonceng oleh anak tetangganya, yang juga masih terhitung
keluarga. Satu bulan yang lalu pasien sempat melempar rumah tetangganya
tersebut. Saat itu dalam rumah tersebut ada anak tetangganya yang sakit demam
tinggi dan dikabarkan kibat perbuatan pasien, anak tetangganya

mengalami

kejang dan meninggal. Hal ini membuat pasien semakin merasa stres.
Pasien merasa tetangga-tetangganya tidak menyukainya dan selalu
membicarakan pasien jika mereka sedang berkumpul. Pasien mengatakan ia
mengetahui apa yang dipikirkan dan dibicarakan oleh tetangganya yang menjelekjelekannya dan merasa cemburu kepada pada pasien.
3. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1) Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit infeksi berat, riwayat kejang,
maupun trauma kapitis.
2) Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien
pernah di bawa berobat ke tempat praktek dr. Sp.KJ pada bulan November
2014 dan diberi obat, namun pasien maupun keluarga tidak mengingat
bentuk maupun warna obat yang diberikan. Pasien juga tidak minum obat
hingga habis. Keluarga mengatakan keadaanya membaik saat minum obat
tersebut. Setelah itu pasien tidak pernah kontrol kembali.
3) Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Riwayat penggunaan zat psikoaktif (-), merokok (-), dan minuman alkohol
(-).
2

4. Riwayat Kehidupan Pribadi


1) Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal, ditolong oleh dukun beranak di kampungnya. Pasien
diberi ASI langsung oleh ibu kadungnya.
2) Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun)
Pasien diasuh oleh kedua orangtuanya. Dan menurut pasien, tidak pernah
mengalami sakit yang serius.
3) Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-11 tahun)
Pasien tinggal bersama orangtuanya. Pasien mudah bergaul dan memiliki
banyak teman baik di sekolah maupun dirumah.
4) Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (Usia 12-18 tahun)
Pasien menyatakan bahwa ia adalah anak yang periang dan suka menurut
orang tua. Pasien juga dapat bergaul dengan baik. Pasin menyatakan mulai
berpacaran sejak kelas 5 SD dan sudah di ijinkan oleh keluarganya.
Sebelum pasien menikah, dengan suaminya, pasien sempat berpacaran
sebanyak 5 kali. Pasien mengalami haid pertama usia 13 tahun. Sehariharinya pasien beraktifitas dengan normal seperti anak-anak seusianya
(Pergi ke sekolah, saat pulang pasien dan ke empat kakaknya membantu
orang tuanya dirumah dan dikebun atau kadang pergi bermain dengan
teman-temannya). Saat usia 14 tahun pasien berhenti sekolah dan hanya
tinggal dirumah membantu orang tuanya, namun massih bisa bergaul
dengan warga sekitar sebara baik. Pada usia 16 tahun pasien menikah
dengan suaminya saat ini. Setelah 7 bulan pernikahan pasien kemudian
dibawa oleh suaminya untuk tinggal di Waipia tempat asal suaminya.
5) Riwayat Dewasa
Pasien menikah usia 16 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga,
mengasuh anak-anaknya dan kadang membantu suaminya bekerja di
kebun atau berjualan hasil kebunnya dipasar. Pasien tidak berusaha untuk
mencari pekerjaan lain karena merasa pendidikannya tidak tinggi. Pasien
dapat bersosialisasi dengan baik dengan tetangga-tetangganya yang juga
masih terhitung keluarga dekat dari suaminya.
6) Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah di SD Kristen Bebar timur hingga ditamatkan disana.
Pasien melanjutkan sekolah di SMP Kristen Bebar Barat, namun hanya
sampai kelas 2 karena pasien orang tua tidak memiliki biaya untuk
3

melanjutkan sekolah. Saat bersekolah pasien merasa tergolong dalam


kelompok yang tidak terlalu pandai. Pasien menyatakan bahwa tidak telalu
rajin belajar karena merasa lelah setelah membantu orang tuanya sepulang
sekolah.
7) Riwayat Pekerjaan
Setelah menikah pasien hanya membantu pasiennya untuk berkebun dan
berjualan hasil kebun di pasar. Hal tersebut dilakukan hingga saat ini.
8) Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak bungsu dari 5 bersaudara (,,,). Pasien dan
keluarga tinggal di kampungnya di pulau Damer bersama ayah, ibu dan
saudara-saudaranya. Pekerjaan ayah pasien adalah seorang petani, dan
memiliki sifat yang sangat baik dan ramah. Selain itu, beliau juga jarang
marah-marah. Ayah pasien meninggal pada tahun 1987 akibat sakit.
Ibu pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga dan setelah suaminya
meninggal, ibu pasien membesarjkan anak-anaknya sendiri dan bekerja
sebagai petani. Menurut pasien ibunya membesarkan mereka dengan sabar
dan tidak pernah mengeluh. Ibu pasien meninggal pada bulan november
tahun 2014 karena sakit.
Di dalam keluarga tidak ada yang pernah mengalami keluhan yang
sama dengan pasien.

9) Riwayat Perkawinan
Pasien menikah pada usia 16 tahun dengan suaminya. Dua tahun
kemudian, pasien dan suaminya dikaruniai memiliki seorang anak. Hingga
saat ini, pasien dan suaminya memiliki 6 orang anak. Anak yang paling
4

tua, laki-laki, bekerja sebagai tukang dan sudah menikah serta memiliki
seorang anak. Anak ke dua perempuan, bekerja sebagai pegawai swasta,
sudah menikah dan memiliki 1 orang anak. Anak ke tiga seorang laki-laki,
sudah meninggal akibat kecelakaan usia pada usia 20 tahun. Saat itu,
anaknya yang ke tiga ini sedang berkuliah dijurusan perguruan UNPATTI.
Anak keempat sudah meninggal saat masih bayi dan berjenis kelamin lakilaki. Anak ke lima saat seorang laki-laki bersusia 19 tahun sedang mencari
pekerjaan, dan anak ke enam seorang laki-laki berusia 9 tahun sekarang
bersekolah SD kelas 3.
Menurut anak pasien, sejak ia SMA tampak pasien tidak menyukai suami
serta keluarga suaminya. Penyebab hal ini tidak diketahui. Namun,
menurut pasien hubungannya dengan suaminya baik-baik saja.
10) Kehidupan sosial ekonomi sekarang
Pasien awalnya bersosialisasi baik dengan tetangga sekitarnya yang
sebagian besar masih merupakan keluarga dari suami pasien. Namun
setelah ditinggal meninggal oleh anaknya akibat kecelakaan, pasien mulai
tampak

cenderung

menyendiri

dan

jarang

bersosialisasi

dengan

masyarakat sekitar. Pasien menyatakan bahwa tetangga-tetangganya itu


sering membicarakan dirinya sehingga ia tidak suka pada mereka. Pasien
juga kadang memarahi tetangga-tetangganya, hingga kadang merasa tidak
nyaman dengan keberadaannya. Dari segi ekonomi pasien menyatakan
hidup sederhana namun semua kebutuhan masih bisa terpenuhi.
III.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


1. Deskripsi Umum
1) Penampilan
Tampak seorang wanita seusianya, kulit warna coklat tua, rambut hitam,
bergelombang, diikat, memakai baju kaos merah muda dengan jeans
panjang dibawah lutut dan tampak cukup rapi.
2) Kesadaran
Kesadaran tampak berubah .
3) Perilaku psikomotor
Pasien duduk, tenang saat wawancara, kontak mata pasien baik
4) Sikap terhadap pemeriksa
Pasien bersikap kooperatif terhadap pemeriksa.
5

5) Pembicaraan
Pasien menjawab semua pertanyaan, berbicara dengan suara pelan,
2. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Ekspresi Afektif
1) Mood
: Normotif
2) Afek
: Normal namun dominan depresif
3) Keserasian : Serasi
4) Empati
: Baik

3. Fungsi Kognitif
1) Taraf Pendidikan, Pengetahuan dan Kecerdasan :
Jelek, pasien dapat membaca dan menulis tapi kurang lamcar dan sulit
melakukan perhitungan sederhana. Tidak sesuai dengan tingkat pendidikan
pasien
2) Orientasi Waktu, Tempat dan Orang
1. Waktu
: Baik, pasien dapat membedakan waktu pagi, siang,
dan malam.
2. Tempat: Baik, pasien tidak tahu saat ini berada dirumah
sakit jiwa (RSKD Ambon)
3. Orang

: Baik, pasien dapat mengenali dengan baik orang


disekitar (Dokter, suster, pasien lain, keluarga)

3) Daya Ingat segera, jangka pendek dan panjang


1. Jangka panjang
: Pasien mampu mengingat kejadiankejadian di masa lalu pasien, masa
mengetahui masa kanak-kanak dan
mengetahui tempat tanggal lahir dirinya
2. Jangka sedang
: Baik, pasien masih mengingat siapa yang
membawa pasien ke RS.
3. Jangka pendek
: Baik, pasien dapat mengingat sarapannya
saat pagi.
4. Daya ingat segera
: dapat mengucapkan 6 kata secara berurutan
yang diucapkan oleh pemeriksa
4) Konsentrasi dan perhatian : Tidak terganggu
5) Pikiran Abstrak : Baik, pasien mengkonsepkan aktivitas yang
dilakukannya dengan baik.
4. Gangguan Persepsi
1) Halusinasi dan Ilusi : Halusinasi Auditorik (+) (Pasien mendengarkan
suara bisikan ditelinganya yaitu suara pendeta dan
suara tetangga-tetangganya)
6

2) Depersonalisasi dan Derealisasi : tidak ada gangguan.


5. Proses Pikir
1) Arus Pikir :
1. Produktivitas
: Pikiran yang lambat
2. Kontuinitas
: relevan, koheren
3. Hendaya berbahasa : 2) Isi Pikir
:
1. Preokupasi
:2. Gangguan pikiran
:
i. Waham
: tidak ada
ii. Gagasan mirip waham : Ideas of reference
6. Pengendalian Impuls : kurang, pasien tidak dapat mengontrol emosinya.
7. Daya Nilai
1) Daya nilai sosial
: kurang, saat ini pasien patuh terhadap aturan-aturan selama
perawatan (tidak pernah melarikan diri). Saat di rumah pasien tidak dapat bersosialisasi
dengan baik
2) Uji daya nilai
: Tidak Terganggu
3) Daya Uji Realita
: Tidak Terganggu
8. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien ingin segera pulang, dan beraktifitas seperti biasa serta ingin hidup lebih
baik.
9. Tilikan : Tilikan 1 ( penyangkalan total atas peyakitnya)
10. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
IV.

IKHTISAR TEMUAN BERMAKNA


Seorang wanita usia 46 tahun, agama Kristen Protestan, alamat layeni,
datang diantar oleh anak perempuan dan anak menantunya ke Rumah Sakit
Khusus Daerah Ambon pada tanggal 19Jjuli 2015 pukul 20.50 WIT dengan
keluhan utama perilaku kacau sudah dialami 11 bulan sebelum masuk Rumah
Sakit. Pasien sering berbicara sendiri, jalan mondar mandir tanpa tujuan, dan
tampak tidak tenang. Pada malam hari pasien juga tidak bisa tidur. Selain itu
pasien kadang keluyuran hingga larut malam. Pasien sering marah-marah,
membentak-bentak dan mengamuk dirumah sambil memegang parang. Keluhankeluhan ini memberat sejak 1 bulan terakhir. Pasien mengatakan merasa tidak
tenang karena sering mendengar suara-suara dari nalurinya yang berbisik
ditelinganya. Suara tersebut mulai terdengar sekitar bulan Agustus atau September
2014 saat pasien berada di kebunnya. Sejak saat itu, suara tersebut terus menerus
terdengar ditelinganya yang menyuruhnya untuk banyak menangis, mengajaknya

berbicara, berdiskusi (tentang kehidupan pasien misalnya menanyakan keadaan


pasien) dan suara-suara itu ingin mengujinya (misalnya menanyakan soal-soal
bahasa Inggris) serta berperilaku lebih baik dan mempersiapkan diri untuk
menjadi majelis. Pasien mengatakan mengenali suara tersebut yang merupakan
suara Bapak pendeta.
Menurut keluarga pasien, pasien mualai bertingkah laku aneh setelah
kematian anak laki-lakinya pada bulan Desember 2012 akibat kecelakaan. Sejak
saat itu pasien cenderung menyendiri dan sering melamun serta mulai kurang
bersosialisasi dengan tetangga sekitar rumahnya. Dikatakan juga bahwa pasien
memiliki hubungan yang tidak baik dengan tetangganya karena pasien
menyalahkan anak tetangganya atas kematian anak selain itu pasien bertambah
sters akibat dikabarkan anak tetangganya meninggal karena perbuatannya
Pasien merasa tetangga-tetangganya tidak menyukainya dan selalu
membicarakan pasien jika mereka sedang berkumpul. Pasien mengatakan ia
mengetahui apa yang dipikirkan dan dibicarakan oleh tetangganya yang menjelekjelekannya dan merasa cemburu kepada pada dirinya.
V.

EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
: F20.0 skizofrenia paranoid dd Episode depresif dengan gejala psikosis
Aksis II : Aksis III : Aksis IV : Primary support group (keluarga)
Masalah psikososial dan lingkungan lain
Aksis V : GAF (Global Assessment of Functioning)
Saat ini : 81-90
Sebelum masuk rumah sakit : 61-70

VI.

PROGNOSIS : ragu-ragu
- Pasien mengalami gejala pertama kali usia 46 tahun
- Faktor presipitasi jelas (kematian anaknya)
- Pasien sudah menikah dan saat ini sebelum MRS pasien tinggal bersama
-

suaminya
Fungsi sosial dan sosial yang baik
Tingkat pendidikan pasien yang hanya sampai pada tingkat SD, tidak
menyelesaikan SMP.

VII.

PENATALAKSANAAN

1. Psikoterapi
8

1) Terhadap pasien
i.

Psikoterapi suportif

ii.

Modifikasi perilaku

2) Terhadap Keluarga
-

Penjelasan terhadap keluaga tentang kondisi pasien

Psikoedukasi terhadap anggota keluarga untuk memperhatikan jadwal minum


obat pasien secara teratur setelah pasien keluar dari RS

2. Psikofarmaka
1) Anti-psikosis atipikal (Atypical anti Psychotics)
Risperidone 2 mg; dosis 2-6 mg/h (2 x 2 mg / oral)

VIII. DISKUSI
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein yang berarti terpisah atau
pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau
ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, gejala skizofrenia
dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu gejala positif, gejala negatif, dan gangguan
dalam hubungan interpersonal.
Berdasarkan PPDGJ III, skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan
variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat
kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umunya ditandai oleh
penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh
afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted), kesadaran yang jernih (clear
consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun
kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Skizofrenia merupakan suatu gangguan psikotik yang kronik, sering mereda,
namun hilang timbul dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya. Menurut

Eugen Bleuler, skizofrenia adalah suatu gambaran jiwa yang terpecah belah, adanya
keretakan atau disharmoni antara proses pikir, perasaan dan perbuatan
Dalam PPDGJ III Dijelaskan bahwa untuk menegakkan diagnosis skizofrenia
harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jalas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau jelas).
1. Salah satu dari:
-

thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau

thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari
luar dirinya (withdrawal); dan

thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;

2. Salah satu dari:


-

delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar; atau

delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar; atau

delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah


terhadap suatu kekuatan dari luar; atau
(tentang dirinya : secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak
atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus;

delusional perception : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang


bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

3. Halusinasi auditorik:
-

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku


pasien, atau

Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai


suara yang berbicara), atau

Jenis suara halusinasi lain yang berasala dari salah satu bagian tubuh
10

4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap


tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari
dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala ini yang harus selalu ada secara jelas:
5. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus-menerus;
6. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
8. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal); Harus ada
suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality)
dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatau, sikap larut dalam diri
sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Pada tipe skizofrenia paranoid (F20.0) diagnosis ditegakan berdasarkan Buku
Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III yaitu:2
Memenuhi kriteria umum skizofrenia,
Sebagai tambahan:

11

halusinasi dan atau waham harus menonjol:


a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing)
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lainlain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan,
dipengaruhi, keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang
paling khas.

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik


secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.
Etiologi dari skizofrenia yang pasti belum diketahui. Namun ada beberapa hasil

penelitian yang dilaporkan saat ini berperan: a) biologi, beberapa gangguan organik dapat
terlihat pada subpopulasi pasien. Gangguan yang paling banyak dijumpai yaitu pelebaran
ventrikel 3 dan lateral, atropi bilateral lobus temporal medial, disorientasi spasial sel
piramid hipokampus dan penurunan volume korteks prefontral dorsolateral. b) biokimia,
hipotesis yang paling banyak yaitu adanya gangguan neurotransmiter sentral yaitu terjadi
peningkatan aktivitas dopamin sentral (hipotesis dopamin), c) genetika, sesuai dengan
penelitian hubungan darah, skizofrenia adalah gangguan bersifat keluarga, semakin dekat
hubungan kekerabatan semakin tinggi risiko. d) Faktor keluarga, kekacauan dan dinamika
keluarga berperan penting dalam menimbulkan kekambuhan dan mempertahankan
remisi.2,5,10
Pengobatan skizofrenia dengan menggunakan antipsikotik difokuskan untuk
mengurangi gejala. Obat ini dibagi dalam 2 kelompok, berdasarkan mekanisme kerjanya,
yaitu dopamine reseptor antagonist atau antipsikotik generasi I (APG-I) atau tipikal dan
serotonin dopamine antagonist atau antipsikotik generasi II (APG-II) atau atipikal. Obat
APG-I berguna untuk mengontrol gejala-gejala positif sedangkan untuk gejala negatif
hampir tidak bermanfaat.1,8,9
Setiap jenis antipsikotik memiliki kelebihan serta kekurangan masing-masing.
Antipsikotik tipikal mekanisme kerjanya memblok reseptor dopamin atau menurunkan
12

aktivitas dopamin. Antipsikotik tipikal dikaitkan dengan afinitasnya yang kuat terhadap
D2 (reseptor Dopamin), bekerja efektif bila 80% D2 diotak dapat dihambat. Bila
hambatan reseptor D2 lebih besar dapat terjadi ekstrapiramidal simptoms (EPS). 2,3,7
Antipsikotik atipikal yang digunakan untuk skizofrenia salah satunya yaitu
risperidon, termasuk ke dalam kelompok benzisoxazole. Risperidon merupakan antagonis
kuat baik terhadap serotonin ( terutama 5-HT2A) dan reseptor D2. Meskipun merupakan
antagonis D2 kuat, kekuatannya jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan haloperidol.
Akibatnya efek samping EPSnya lebih rendah bila dibandingkan dengan haloperidol.1,6,8,10
Dengan demikian, untuk pemberian obat antipsikotik baik atipikal maupun tipikal
diperlukan pertimbangan khusus terhadap dosis, efek samping, serta tingkat ekonomi
pasien harus disesuaikan karena obat ini diberikan dalam jangka waktu yang lama.4,5

DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta: Bina Rupa
Aksara. 2001. Hal64-67
2. Nurmiati A. Skizofrenia. Dalam : Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Ed. 2.
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2010. p 228-43
3. Maslim R. Panduan Praktis penggunaan Obat Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian ilmu
kedoktrab jiwa FK Unika Atma Jaya. 2007
4. Maramis, W.E. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Erlangga University Press. Surabaya 2005.
5. Tandon R, Gaebel W, Barch D, Bustillo J, Gur RE, Hacker S, at el. Definition and description
of schizophrenia in the DSM 5. Elsevier B.V. 2013.

13

6. Saddock BJ, Saddock VA. Schizophrenia In:Kaplan & Saddocks Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed. New York: Lippicontt Williams & Wilkins.
2007.
7. Africa B, Freudenreich O, Schwartz SR. Schizophrenic disorder. In. Howard GH, Review of
General Psychiatry. 5th Ed. McGraw-Hill.USA. 2000
8. Paranoid Schizophrenia: Introduction and Epidemioogy. www. mdguidelines.org.
9. Luana. Skizofrenia. EGC. Jakarta.2007.
10. Andreasen, N,C., Carpenter, M.T., Kane, J.M.,Lasser, R.A.,Marder, S.R., Weinberger, D.R.
2005. Remission in Schizophrenia: Proposed Criteria and Rationale for Consensus. Am J
Psychiatry. 162:441449.
11. Kaplan H.I, Sadok B.J. Comprensive Textbook Of Psychiatry, William & Walkins. 5 th
Edition, USA, 1998 : 128

14

Anda mungkin juga menyukai