Anda di halaman 1dari 15

METODE DAN PENDEKATAN

PERHITUNGAN
Dalam analisis hidrologi ini digunakan metode dan pendekatan perhitungan yang sudah
sering digunakan dalam perencanaan bangunan keairan. Referensi yang digunakan
adalah SNI langkah-langkah perhitungan debit banjir dan keseimbangan air. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut.
2.1 Pengumpulan Data Hujan
1.

Pengumpulan Data Curah Hujan


Pengumpulan data curah hujan berupa data curah hujan rata-rata harian maksimum
selama minimal 10 tahun pengamatan.
Sebelum data hujan siap untuk digunakan sebagai data masukan untuk analisis
hidrologi, maka data hujan ini harus dilengkapi dan diperiksa dengan beberapa uji
untuk mengetahui kelayakannya.

2.

Pengisian Data Hujan


Data hujanan yang kosong harus diisi dahulu dengan menggunakan data hujan dari
stasiun hujan disekitarnya. Salah satu cara pengisian data hujan ini dengan metode
Normal Ratio Method dengan formula sebagai berikut :

Rx =

Nx
Nx
1 Nx
RA
RB
RC

Na
Nb
Nc
3

Dimana :
RX

: Curah hujan stasiun X yang akan diisi

RA, RB, RC : Curah hujan dari stasiun pengisi A, B, C


N
3.

: Curah hujan rata-rata tahunan dari masing-masing stasiun


Pemeriksaan Data Hujan Bulanan

Setelah data hujan yang kosong diisi, maka data hujan bulanan perlu diperiksa
konsistensinya dengan menggunakan metode Kurva Massa Ganda, yaitu dengan cara
menggambarkan curah hujan kumulatif stasiun yang akan diperiksa terhadap curah
hujan kumulatif rata-rata dari stasiun hujan disekitar stasiun tertsebut. Bila grafik yang

2-1

dihasilkan menghasilkan garis lurus maka data curah hujan pada stasiun tersebut
konsisten, akan tetapi bila menghasilkan garis patah, maka dapat disimpulkan bahwa
data curah hujan tidak konsisten, dan perlu dikoreksi dengan cara meluruskan garis
patah tersebut dengan koreksi perbandingan kemiringan 2 garis tersebut.
a.

Pemeriksaan Data Hujan Harian Maksimum


Tahunan
Data hujan maksimum tahunan akan digunakan untuk melakukan analisis debit
banjir rencana. Saba seperti data curah hujan bulanan, sebelum digunakan untuk
analisis hidroligi, data ini perludilakukan pemeriksaaan/screening. Pemeriksan ini
meliputi :
a)

Pemerikasaan adanya Outlier


Pemeriksaan adanya Outlier, pada data seri data hujan harian maksimum
tahunan, baik Outlier atas maupun Outlier bawah akan dilakukan dengan
metode yang dikembangkan oleh Water Resource Council (1981).
Menurut Water Resource Council, bila :

koofesien skew dari data sampel > + ,4, maka perlu dilakukan pemeriksaan
Outlier atas,

koofesien skew dari data sampel < + ,4, maka perlu dilakukan pemeriksaan
Outlier bawah,

0,4 < koefisien skew < + 0,4, maka perlu dilakukan pemeriksaan Outlier
atas dan Outlier bawah sekaligus sebelum menghilangkan data yang
dipandang Outlier.

Bila terdapat Outlier, maka data Outlier harus dibuang sebelum seri data
digunakan analisis hidrologi lebih lanjut.
Persamaan frekuensi untuk mendeteksi adanya Outlier atas adalah :
YH = y + Kn Sy
Dimana :
YH : Batas (threshold) dari Outlier atas, dalam logaritma
y : Nilai rata-rata dari data dalam bentuk logaritma
Sy : Simpangan baku dari data dalam bentuk logaritma
Kn : Konstanta uji Outlier, merupakan fungsi dari jumlah data sampel.
Bila

logaritma

dari

nilai

maksimum

data

melebihi

YH, maka

data

dipertimbangkan sebagai Outlier atas. Persamaan serupa untuk mendeteksi


adanya Outlier bawah adalah :

2-2

YL = y + Knsy
Dimana YL adalah batas dari Outlier bawah dalam bentuk logaritma,
sedangkan variabel lainnya sama dengan diatas.
b)

Pemeriksaan adanya Trend


Data seri hidrologi sebelum digunakan untuk analisis, harus bebas dari adanya
trend (kecenderunagan), yaitu tidak ada korelasi antara urutan data dengan
peningkatan (atau penurunan) besarnya nilai data tersebut. Umumnya
dilakukan uji adanya trend untuk seluruh data yang ada, walaupun boleh pula
dilakukan uji hanya pada periode data yang dicurigai terdapat trend.
Untuk mengetahui adanya trend, digunakan metode Spearmans rankcorrelation.

Metode

ini

didasarkan

pada

Spearmans

rank-correlation

coefficient, Rsp, yang didefinisikan sebagai :


n

Rsp = 1 -

6 x Di 2
i 1

nx (n 2 1)
Di = Kxi Kyi
Dimana :
n

: Jumlah data sampel

Di : Perbedaan antara ranking variabel xi, Kxi 9 (data diurutkan dari kecil ke
besar) dan ranking berdasarkan nomor urut data asli , Kyi.
Bila ada ties, yaitu ada dua atau lebih data dengan nilai sama, maka rangking
Kxi diambil sebagai nilai rata-rata. Uji statistik adanya trend, menggunakan
formulasi berikut :

tt = Rsp

n2
1 R sp2

Dimana tt mempunyai distribusi Students t dengan derajat kebebasan v = n


2. Seri data yang diuji tidak mengandung trend bila memenuhi :
t {v, 97,5 %} < tt < t{v, 97,5 %}
c)

Pemeriksaan Stabilitas Variance dan Mean (Stationary)

2-3

Sebagai tambahan dari uji adanya trend, harus pula dilakukan uji stabilitas
variance dan mean utuk mengetahui apakah data stationary atau tidak.

Pemeriksaan Stabilitas Variance


Untuk melaqkukan pemerikasaan stabilitas variance, sampel data dibagi
dua atau tiga sama besar atau hampir sama besar. Distribusi dari rasio
variance sampel data yang mengikuti distribusi normal dikenal sebagai
distribusi F, yaitu distribusi Fisher. Walaupun sampel data tidak mengikuti
distribusi normal, uji dengan distibusi F akan memberiakn indikasi yang
dapat dipertanggungjawabkan tentang stabilitas dari variance.
Uji stabilitas variance adalah :
F1 =

2 s12
=
2 s 22
1

Dimana dan s masing-masing adalah variance dari populasi dan sampel,


sedangkan indek 1 dan 2 menunjukkan sub-sampel 1 dan sub-sampel 2.
Variance dikatakan stabil bila memenuhi :
F{v1, v2, 2,5 %} < Ft < F{v1, v2, 97,5
Dimana :
V1 = n1 1, derajad kebebasan sub sampel 1
V2 = n2 1, derajad kebebasan sub sampel 2
n1 = banyaknya data sub sampel 1
n2 = banyaknya data sub sampel 2
F = Distribusi Fisher

Pemeriksaan Stabilitas Mean


Pemeriksaan stabilitas mean menggunakan uji t (distribusi Students t).
Dalam uji ini, seperti halnya uji stabilitas variance, maka data dibagi dua
atau tiga sama besar, kemudian dihitung nilai rata-rata (mean) dari masingmasing sub sampel tersebut dan dibandingkan. Kesamaan nilai mean ini di
uji secara stasistik sebagai berikut :

x1 x 2
Tt =

(n1 1) s 22 ( n 2 1) s 22 1
1
x

n1 n 2 2
n1 n 2

Dimana :
N = banyaknya data

x = nilai rata-rata sub sampel

2-4

s = Variance
indeks 1 dan 2 menunjukkan sub sampel 1 dan 2
nilai mean dari sampel dikatakanstabil bila :
t{v, 2,5 %} < tt < t{v, 97,5 %}
Pemeriksaan adanya Independensi
Untuk melakukan pemeriksaan independensi dari seri data yang digunakan
serial- correlation coefficient. Apabila seri data adalah acak sempurna,
maka fungsi auto-correlation dari populasi akan sama dengan nol untuk
semua lag kecuali nol. Untuk pemeriksaan indepedensi ini cukup dilakukan
perhitungan digunakan serial- correlation coefficient dengan lag 1, yaitu
korelasi antara data pengamatan yang berdekatan dalam seri data.
Menurut Box dan Jeknis (1970), serial- correlation coefficient dengan lag 1,
r1, adalah :
n i

(x

R1 =

x ) x( xi 1 x)

i 1

( x1 x) 2
i 1

Tidak ada korelasi data (data independen) bila :


-1,(-1-1,96 n 2 /(n 1) n -1,(-1+1,96 n 2 /(n 1),+1
2.2 Analisa Evapotranspirasi Potensial
Metode yang digunakan dalan perhitungan Evapotranspirasi Potensial adalah metode
Penman yang telah dimodifikasidengan rumus sebagai berikut :
PET = C. { W.Rn + ( 1 w ). F. (u). (ea ed) }
Dimana :
PET

= Potensi evapotranspirasi (mm/hari)

= Faktor pengaruh radiasi pada PET

Rn

= Jumlah radiasi yag setara dengan evapotranspirasi

ea

= Tekanan uap jenuh

ed

= tekanan uap di udara yang sebenarnya

= Faktor koreksi karena pengaruh kondisi cuaca sing & malam hari.

2.3 Analisis Potensi Air/Ketersediaan Air

2-5

Mengingat pada daerah kajian tidak terdapat data debit aliran untuk melakukan potensi air
(debit andalan), maka debit aliran sungai Citanduy Ciwulan akan dihitung menggunakan
data hujan dan karakteristik DPS dengan model hujan limpasan. Ada 2 model yang
mungkin akan digunakan, yaitu NRECA atau MOCK. Kedua model ini telah menjadi
standar SNI.
Model Mock dikembangkan oleh DR.F.J.Mock pada pekerjaan studi Land Capability
Appraisal di Indonesia pada tahun 1973. Skema dari model Mock ini dapat dilihat pada
Gambar 2.1.

Evapotranspirasi (E)

Presipitas

SM
Direct Flow
(DRO)
Infiltrasi (I)
Vol
Tampungan
Ground Water
Storage
Gambar 3-3 Model Mock

Total
Flow

Gambar 2.1 Struktur model Hidrologi Mock


Parameter Model Mock adalah :

Kapasitas Lengas Tanah (SM)

Angka Infiltrasi (I)

Simpanan Air Tanah Awal (IGS)

Faktor Resesi Air Tanah (K)

Faktor Limpasan Musim Kemarau / Limpasan Badai (BF)

Parameter diatas harus diperoleh dari kalibrasi model Mock menggunakan data hujan dan
pencatatan data debit yang ada. Kalibrasi ini akan dilakukan menggunakan data debiot
aliran disekitar daerah studi.
Langkah perhitungan model Mock adalah :
Hitung Evapotranspirasi Potensial dengan metode Penman sesuai

standar FAO

Hitung Limitted Evapotranspirasi dengan rumus :

2-6

d
m
E = EP 30
Dimana :
E

: Perbedaan antara evapotranspirasi potensial dan limited evapotranspirasi

Ep

: evapotranspirasi potensial

: Jumlah hari dengan permukaan kering per bulan


= 27 (3/2)n atau = 3/2 (18-n)

: jumlah hari hujan per bulan

: koefisien yang menyatakan proporsi tanah yang tak tertutup tumbuhan


yang nerupakan fungsi dari musim.
Hitung Water Balance

Dari besar presipasi dan limitted evapotranspirasi di dapat (P-E1)


Besarnya air lebih (water surplus) = (P-E1) Tampungan Tanah
Tampungan Tanah = Perbedaan Kelembaban Tanah
Hitung Aliran Dasar

Aliran Dasar = i - Vn ;
Vn = Vn Vn-1 ;
Vn = K x Vn-1 + 0,5(1 + K)i
Dimana :
I : infitrasi
Vn = Volume Tampungan Air Tanah
Vn-1 Volume Tampungan Bulan sebelumnya

Hitung Limpasan Langsung


Limpasan Langsung = Water Surplus i

Hitung Debit Total


Debit Total = Aliran Dasar + Limpasan Langsung

2.4 Memperkirakan Kebutuhan Air Baku


Memperkirakan kebutuhan air baku untuk memenuhi :

kebutuhan air minum,

rumah tangga,

industri kecil,

irigasi/pertanian,

kolam ikan.

Berikut uraian teori analisanya :

2-7

a.

Kebutuhan air minum, & rumah tangga


Kebutuhan air minum dan rumah tangga dibagi 2 (dua), yaitu :

Untuk Perkotaan besarnya 80 a/s 150 lt/hari/perkapita

Untuk Pedesaan besarnya 40 s/d 80 lt/hari/perkapita

b.

Industri Kecil
Kebutuhan air untuk industri kecil akan ditetapkan berdasarkan SKSNI yang
dikeluarkan oleh pemerintah, dan apabila tidak tertuang dalam SKSNI maka
kebutuhan airnya akan dihitung berdasarkan hasil survey.

c.

Irigasi / Pertanian,
1). Data Curah Hujan
Dalam pembuatan desain rinci, data pokok yang diperlukan termasuk catatan
curah hujan seperti yang diringkas pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Kebutuhan Data Curah Hujan
No.

Untuk Perhitungan

Jenis Data

1 Kebutuhan air irigasi

Curah hujan bulanan

2 Debit andalan sungai

a. Curah hujan bulanan


b. Jumlah hari hujan bulanan
Hujan harian
Hujan tiga harian

3 Debit banjir dan debit drainase


4 Debit drainase persawahan

Periode Pencatatan
Diproses untuk Mendapatkan
Minimum
10 tahun
Curah hujan setengah bulanan dengan
kemungkinan 80% dipenuhi/dilampaui
(R80, atau 1 dalam 5 tahun kering).
10 tahun
Curah hujan bulanan rata-rata
10 tahun
Hari hujan bulanan rata-rata
10 tahun
Hujan harian maksimum per tahun.
10 tahun
Hujan 3 harian maksimum tiap tahun

2). Data Iklim


Data iklim diperlukan untuk menghitung evapotranspirasi (Et o). Selanjutnya data
tersebut data tersebut digunakan untuk menentukan kebutuhan air irigasi dan juga
untuk menentukan debit andalan sungai. Perhitungan Evapotranspirasi Potensial
(ET0) dilakukan dengan metode Modifikasi Penman, sedangkan perkiraan debit
andalan sungai dilakukan dengan metode Mock.
3). Kebutuhan Air di Sawah untuk Padi
Kebutuhan air di sawah terdiri dari kebutuhan untuk persiapan lahan, kebutuhan
konsumtif tanaman, untuk penggantian akibat perkolasi dan evapotranspirasi, dan
penggantian air.
4). Persiapan Tanah

2-8

Jumlah jangka waktu persiapan tanah untuk tiap golongan selama 30 hari atau 45
hari biasanya dipakai karena keterbatasan air dan tenaga. Kebutuhan penjenuhan
pendahuluan S adalah sebagai berikut:

Sedangkan kebutuhan air irigasi selama jangka waktu penyiapan lahan dihitung
dengan menggunakan metode Van de Goor dan Zijlstra:

ek
IR M k 1
e
dimana
IR

= kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (mm/hari)

= kebutuhan air untuk mengganti air yang hilang akibat evaporasi dan
perkolasi
= E0 + P

E0 = evaporasi air terbuka yang diambil 1.1 x ET0 selama penyiapan lahan
(mm/hari)
k

= MT/S

= jangka waktu penyiapan lahan (hari)

= air yang dibutuhkan untuk penjenuhan ditambah 50 mm.

5). Kebutuhan Tanaman (Consumptive Use)


Jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman dirumuskan sebagai berikut:

ETc K c ET0
dimana
Etc

kebutuhan tanaman

Kc

koefisien tanaman

ET0

evapotranspirasi potensial

6). Koefisien Tanaman (Crop Coefficient)


Karena evapotranspirasi dihitung dengan menggunakan metode Modifikasi
Penman yang dianjurkan oleh FAO, maka koefisien tanaman yang dipakai adalah
harga yang diberikan oleh FAO.

2-9

7). Penggantian Lapisan Air


Untuk tanaman padi, penggantian lapisan air dilakukan sebanyak dua kali dengan
jumlah 50 mm untuk setiap setengah bulan atau 3.3 mm/hari. Penggantian
dilakukann 1 dan 2 bulan setelah pemindahan semaian.
8). Curah Hujan setengah Bulanan
Untuk menghitung kebutuhan air, dipergunakan selang waktu 1/2 bulan. Untuk
memperoleh curah hujan setengah bulanan dianggap cukup akurat mendasarkan
perkiraan curah hujan setengah-bulanan pada analisis curah hujan bulanan.
Kebutuhan air harus dihitung untuk kejadian 1 dalam 5 tahun kering, sehingga
diperlukan curah hujan setengah bulanan untuk kemungkinan 80% terlampaui.
Data curah hujan bulanan diproses lebih dahulu dengan analisa kemungkinan
(probabilitas) untuk mendapatkan nilai R80 bulanan. Metode cepat adalah
menyusun angka-angka untuk tiap bulan dari yang terkecil sampai yang terbesar.
Bilamana jumlah nilai data untuk bulan tertentu adalah n, maka nilai R 80 adalah
angka dalam susunan ranking (n/5+1) dari yang terkecil. Hasil-hasilnya digambar
dalam bentuk histogram. Dengan interpolasi, curah hujan tengah bulanan untuk
setengah bulan pertama dan kedua dari tiap bulan dapat ditentukan.
9). Curah Hujan Efektif
Curah hujan efektif adalah bagian dari jumlah curah hujan yang dapat
dipergunakan oleh akar-akar tanaman selama pertumbuhannya. Hal ini tidak sama
dengan R80 yang merupakan jumlah curah hujan dengan kemungkinan 80%
terlampaui. Curah hujan efektif tergantung dari intensitas hujan, kebutuhan
tanaman, dan kemampuan lahan menyimpan air pada saat itu. Untuk jenis
tanaman padi, curah hujan efektif biasanya diambil nilai 70% dari nilai R 80. Untuk
tanaman palawija, curah hujan efektif dihitung dengan menggunakan metode
USDA Soil Conservation Service seperti dijelaskan pada KP-01.
10).Kebutuhan Air pada Tingkat sawah
Kebutuhan air pada tingkat sawah merupakan jumlah kebutuhan air dari persiapan
lahan, penggantian air akibat evapotranspirasi, kebutuhan konsumtif tanaman dan
perkolasi.

2 - 10

11). Pola Tanam untuk Desain


Pola tanam yang umum digunakan adalah Padi-Padi-Palawija, yaitu padi musim
hujan, padi musim kemarau, dan palawija musim kemarau. Jenis padi yang
ditanam adalah jenis unggul. Sedangkan untuk mengatasi jumlah tenaga kerja
yang kurang terutama pada kegiatan persiapan lahan, maka dianjurkan
penanaman dengan sistem kelompok c1, c2, dan c3 dengan perbedaan waktu
masing-masing setengah bulan.
12). Kebutuhan air Total
Mengingat kehilangan-kehilangan di sepanjang saluran, maka kebutuhan air di
keseluruhan harus ditingkatkan. Untuk tujuan-tujuan perencanaan, dianggap
bahwa seperempat sampai sepertiga dari jumlah air yang diambil akan hilang
sebelum air itu sampai di sawah. Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan
eksploitasi, evaporasi dan perembesan. Pada umumnya kehilangan air di jaringan
irigasi dapat dibagi-bagi sebagai berikut:

1.5 - 22.5% di petak tersier, antara bangunan sadap tersier dan sawah

7.5 - 12.5% di saluran sekunder

7.5 - 12.5% di saluran utama

Sehingga kebutuhan total irigasi adalah

NFR

DR
e

dimana
NFR

= kebutuhan total air irigasi (l/det/ha)

DR

= kebutuhan air di tingkat persawahan (l/det/ha)

= efisiensi jaringan irigasi

Efisiensi irigasi secara keseluruhan dapat dirumuskan sebagai berikut:

e e t es e p
dimana
e = efisiensi keseluruhan
et = efisiensi di petak tersier
es = efisiensi di saluran sekunder
ep = efisiensi di saluran utama

2 - 11

Oleh karena itu kebutuhan bersih air di sawah (NFR) harus dibagi e untuk
memperoleh jumlah air yang dibutuhkan di bangunan pengambilan dari sungai.
2.5 Debit Banjir Rencana
Analisis debit rencana ini diperlukan untuk perencanaan pelimpah dan bangunan
pelengkap lainnya. Juga untuk penentuan tinggi jagaan dari bangunan, Debit banjir
rencana dihitung berbagai periode ulang, 10, 20, 50 tahun..
Jika pada daerah studi dan di sekitarnya tidak dijumpai pencatatan debit banjir yang dapat
dipergunakan untuk melakukan perhitungan debit banjir yang dapat dipergunakan untuk
melakukan perhitungan debit banjir rencana yang dapat dipergunakan untuk melakukan
perhitungan debit banjir rencana secara langsung dengan cara analisis frekuensi debit
banjir maksimum tahunan. Sebaliknya pencatatan curah hujan harian maupun hujan
harian maksimum tahunan terdapat pada beberapa stasiun hujan di sekitar daerah yang
dikaji. Oleh karena itu, perhitungan debit banjir akan dilakukan dengan terlebih dahulu
menghitung hujan rencana dengan menggunakan cara-cara statistik (analisa frekuensi
curah hujan rencana). Kemudian karena tidak ada data untuk kalibrasi, maka debit banjir
akan dihitung dengan metode Rasional karena dengan mengasumsikan luas daerah
tangkapan air relatif kecil.
a.

Curah Hujan Rencana


Perhitungan hujan rencana dimaksudkan untuk menentukan besarnya debit puncak
banjir periode ulang dalam kaitannya menentukan desain rencana pembangunan dam
site atau penentuan garis sempadan.
Hujan rencana adalah curah hujan terbesar tahunan dengan periode ulang tertentu,
dimana sebagai dasar perhitungan digunakan curah hujan maksimum harian tahunan
yang terjadi secara serempak di daerah pengaliran sungai yang ditinjau.

Untuk

menghindari kemungkinan terjadinya ketidak sesuaian antara distribusi frekuensi


teoritis yang digunakan dengan distribusi data yang sesungguhnya, maka telah
digunakan beberapa distribusi frekuensi teoritis untuk menghitung hujan rencana yaitu
: Distribusi Normal, Log Normal, Pearson III dan Distribusi E.J. Gumbel. Dimana
untuk manguji kesesuaian distribusinya digunakan uji chi square, sehingga dapat
ditentukan distribusi teoritis yang sesuai atau paling mendekati distribusi data yang
sesungguhnya.
1)

Distribusi Normal
Secara garis besar perhitungan hujan rencana dengan metode Normal adalah
sebagai berikut :

2 - 12

X X k.S
keterangan:
X

= Hujan rencana
= Curah hujan rata-rata

= faktor frekuensi,

merupakan

fungsi dari

pada

peluang atau

periode ulang dan tipe model matematik dari distribusi peluang yang
digunakan.
S

= Standar deviasi

Rumus standar deviasi adalah sebagai berikut :


i 1

__ 2

Xi X / n

keterangan : n = banyak data


2)

Distribusi Log Normal


Distribusi log normal merupkan hasil transformasi dari distribusi normal, yaitu
dengan mengubah nilai varian X menjadi nilai logaritmik variat X.

LogX LogX k .S log X


keterangan:
log X

= nilai varian X yang diharapkan terjadi pada peluang atau periode


ulang tertentu

LogX

= rata-rata nilai X hasil pengamatan

S Log X

= deviasi standar logaritmik nilai X hasil pengamatan

= karakteristik dari distribusi log normal. Nilai k dapat diperoleh


dari tabel yang merupakan fungsi peluang kumulatif dan periode
ulang.

3)

Distribusi Pearson III


Rumus umumnya hampir sama dengan distribusi Normal, namun persamaan
Pearson tipe III, dengan menentukan faktor k = faktor sifat dari distribusi Pearson
Tipe III yang merupakan fungsi dari besarnya Cs (faktor kemencengan) dan
peluang.

2 - 13

Cs
a

n
3
n
Xi X )
(

(n 1)(n 2) i 1

keterangan:
Cs

= koefisien kemencengan

= Standar deviasi

.n

= banyak data

Xi

= data yang ke I
= rata-rata data hitungan

4)

Distribusi E.J. Gumbel


Distribusi

Gumbel

merupakan

distribusi

Extreme

Values

dari

distribusi

eksponensial ganda, yang diuraikan sebagai berikut :


F(x) = exp (-exp(-A(x-B))), atau f(x) = exp(-exp(-y)
Xt X k . yt

Xi / n

yt yn
Sn

Xt X

Sx ( yt yn)
Sn

yt = -(0,83405 + 2,30259 log log

t
)
t 1

keterangan:
Xi

Hujan rencana pada periode ulang t tahun

.n

Jumlah data

yt

Reduced Variate, sesuai dengan periode ulang

yn

Reduced mean

Xi

Hujan maksimum harian tahunan ke-I

Sx

Standar deviasi dari Xi

Sn

Reduced standard deviasi.

Perhitungan distribusi curah hujan rencana untuk berbagai periode ulang akan
dihitung dengan paket program SMADA

2 - 14

Sebagai ilustrasi dari program paket tersebut kami sajikan contoh keluaran berikut
ini.

2 - 15

Anda mungkin juga menyukai