Anda di halaman 1dari 67

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kemajuan teknologi yang disertai

keberhasilan pemerintah

dalam

pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang,


yaitu adanya kemajuan eknomi, kemajuan ilmu pengetahuan serta keberhasilan
dalam

program

kesehatan.

Keberhasilan

tersebut

berdampak

terhadap

meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang


berusia lanjut cenderung meningkat.
Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat
sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia
yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau
sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia
akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat.
Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census USA
(1993), kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai
414%, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan hidup
penduduk Indonesia.
Aspek yang mendasari perkembangan jumlah lanjut usia dipengaruhi oleh
majunya pelayanan kesehatan, menurunnya angka kematian bayi dan anak,
perbaikan gizi dan sanitasi, dan meningkatnya pengawasan terhadap penyakit
infeksi. Lanjut usia tidak hanya ditandai dengan kemunduran fisik, tetapi dapat
pula berpengaruh terhadap kondisi mental. Pada usia mereka yang telah lanjut,
1

sebagian para lanjut usia masih mempunyai kemampuan untuk bekerja.


Permasalahan yang mungkin timbul adalah bagaimana memfungsikan tenaga dan
kemampuan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja.
Disamping itu, masih ada sebagian lanjut usia dalam keadaan terlantar,
selain tidak mempunyai bekal hidup dan pekerjaan, mereka juga tidak mempunyai
keluarga/sebatang kara. Tetapi, tidak semua para lanjut usia mendapatkan
pelayanan sosial. Lanjut usia yang mendapatkan pelayanan bagi mereka yang
memenuhi persyaratan UPT yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Laki / perempuan usia 60 tahun keatas


Terlantar secara sosial / ekonomi
Potensial dan tidak potensial.
Atas kemauan sendiri dan tidak ada unsur paksaan
Berbadan sehat tidak mempunyai penyakit menular yang dinyatakan

dengan surat keterangan sehat dari Dokter.


6. Direkomendasi dari Kantor Dinas Sosial / Pemda setempat.
7. Calon klien dinyatakan lulus seleksi oleh petugas
Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang
wajarakan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang. Hanya lambat
cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu yang
bersangkutan. Adapun permasalahan yang berkaitan dengan lanjut usia
diantaranya adalah dengan semakin lanjut usia seseorang, maka akan mengalami
kemunduran, terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan
penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula
timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat
meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.
Dalam masyarakat tradisional biasanya para lanjut usia dihargai dan
dihormati, sehingga mereka masih dapat berperan yang berguna bagi masyarakat.

Akan tetapi, dalam masyarakat industri ada kecendrungan mereka kurang


dihargai sehingga mereka terisolir dari kehidupan masyarakat.
Didasarkan pada sistem kultural yang berlaku, maka mengharuskan generasi
tua masih dibutuhkan sebagai pembina agar jati diri budaya dan ciri-ciri khas
indonesia tetap terpelihara kelestariannya. Karena kondisinya, lanjut usia
memerlukan tempat tinggal atau fasilitas perumahan yang khusus.
Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi
keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik,
sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut usia
berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai berkembang.
Perawatan terhadap pasien lansia merupakan tanggung jawab keluarga dan
pemerintah khususnya dinas sosial dan tenaga kesehatan. Perubahan perubahan
kecil dalam kemampuan seorang klien lansia untuk melaksanakan aktivitas sehari
hari atau perubahan kemampuan seorang pemberi asuhan keperawatan dalam
memberikan dukungan hendaknya memiliki kemampuan untuk mengkaji aspek
fungsional, sosial, dan aspek aspek lain dari kondisi klien lansia.
Berkaitan dengan peran pemberi asuhan keperawatan, perawat sebagai salah
satu kompetensi yang harus diemban, maka dirasa perlu untuk mengadakan
praktek keperawatan klinik khususnya pada klien lansia sebagai konteks
keperawatan gerontik, maka pada kesempatan mengenyam tahap profesi ini,
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Akademi Keperawatan Pemerintah
Kota Pasuruan, diterjunkan secara langsung di Panti UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Pasuruan guna mendapat pengalaman secara langsung mengenai

perubahan perubahan yang terjadi pada lansia serta konsep asuhan keperawatan
pada klien lansia yang mengalami gangguan atau masalah kesehatan.

1.2. Dasar Pelaksanaan Praktek


-

Pelaksanaan praktek gerontik merupakan bagian dari kompetensi yang


harus dimiliki oleh seorang ahli madya kepawaratan dalam upaya
pengemplemasikan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah .

Upaya untuk pengembangan gerontologi dalam keperawatan dan


melakukan pengkajian sampai

evaluasi dalam tahapan asuhan

keperawatan profesional.

1.3. Maksud
Peningkatan perawatan yang pofesional berorientasi pada perkembangan
ilmu dan pengetahuan serta terpenuhinya kebutuhan dasar manusia pada
kelompok usia lanjut.

1.4. Tujuan Pembuatan Makalah


1.4.1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan pengalaman belajar klinik gerontik,
diharapkan mampu menerapkan asuhan keperawatan pada lansia
yang mengalami ataupun tidak mengalami masalah kesehatan.
1.4.2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan
yang dihadapi oleh lansia.

b. Menuliskan diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah


kesehatan yang dihadapi oleh lansia.
c. Menyusun rencana tindakan.
d. Melaksanakan asuhan keperawatan yang telah disusun.
e. Mengevaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah diberikan
dengan benar.

1.5. Batasan Masalah


Kelompok kami membatasi masalah pada personal hygiene (perawatan diri)
pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia khususnya di wisma Anggrek.

1.6. Sitematika Penulisan


BAB I

: Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang pelaksanaan praktek, maksud,
tujuan, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka


Konsep lansia dan konsep personal hygiene.
BAB III : Pengkajian
Berisi gambaran panti secara umum dan gambaran umum wisma
(Wisma Anggrek).
BAB IV : Analisa Data dan Perencanaan/Intervensi Keperawatan
BAB V : Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
BAB VI : Penutup

Berisi kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Konsep Lansia

2.1.1

Pengertian Lansia
Menurut CONSTANTINIDES, 1994 menua adalah suatu

proses

menghilangnya

secara

perlahan

kemampuan

jaringan

untuk

memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya,


sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Wahyudi Nugroho, 2000).
Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang
tidak tampak mencolok.Penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh
manusia, dan tidak semu sistem akan mengalami kemundiran pada waktu
yang sama, meskipun proses terjadi tua merupakan gambaran yang
universal,tidak seorangpun mengetahui dengan pasti

sebab penyebab

penuaan atau menjaga manusia menjadi tua pada usia yang berbedabeda.
Teori penuaan sampai saat ini juga belum ada yang menerangkan secara
keseluruan tentang fenomena ini (Sri Surini Pudji Astuti ,Budi Utomo .2003)
2.1.2

Batasan-Batasan Lansia
1) Menurut WHO
a)
b)
c)
d)

Usia pertengahan (Midle age) kelompok usia 45 59 tahun.


Usia lanjut (elderly) antara 60-70 tahun.
Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun.
Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

2) Menurut UU.no :13 Tahun 1998


7
Batasan lansia adalah umur 60 tahun
ke atas.
3) Menurut Dep.Kes RI ,Lebih lanjut menggolongkan lansia menjadi tiga
golongan yaitu :
a) Kelompok lansia dini (55-64 tahun).

b) Kelompok lansia pertengahan (65 tahun ke atas)


c) Kelompok lansia dengan resiko tinggi (umur 70 tahun keatas).
4) Menurut Bernice Neu Garden (1975).
a) Lansia muda yaitu orang yang berumur di antara 55-75 tahun.
b) Lansia tua yaitu orang yang berumur lebih dari 75 tahun.
5) Menurut Levinson (1978).
a) Lansia peralihan awal, antara 50-55 tahun.
b) Lansia peralihan menengah antara 55-60 tahun.
c) Lansia peralihan akhir antara 60-65 tahun.
2.1.3 Teori Tentang Proses Menua
1) Teori Biologi
a) Teori Genetik dan Mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi.
b) Pemakaian dan Rusak
Seiring dengan aktivitas sehari-hari maka banyak fungsi organ yang
menurun akibat fungsi peremajaan sel yang berkurang.
c) Auto Imune
Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Zat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
d) Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan.
Regenerasi

jaringan

tidak

dapat

mempertahankan

kestabilan

lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah


dipakai.
e) Teori Radikal Bebas
Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi
bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
2) Teori Sosial
a) Teori Aktifitas

Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.
b) Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur dari
melepaskan

diri

dari

kehidupan

sosialnya.

Keadaan

ini

mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara


kwalitas maupun kuantitas sehingga terjadi kehilangan ganda yakni:
(1) Kehilangan peran
(2) Hambatan kontrol sosial
(3) Berkurangnya komitmen
c) Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang
pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat menjadi
lansia.
Pokok-Pokok dari teori kesinambungan adalah :
(1) Lansia tidak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif
dalam

proses

penuaan,

akan

tetapi

didasarkan

pada

pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus


dipertahankan atau dihilangkan.
(2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.
(3) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.
3) Teori Psikologi
a) Teori Kebutuhan manusia menurut Hierarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi. Seluruh perilaku manusia (Maslow
1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika
kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi, mereka berusaha
menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling
tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.
b) Teori Individual Jung

10

Larl Juna (1960) menyusun sebuah teori perkembangan kepribadian


dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa muda. Usia
pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari ego,
ketidaksadaran seseorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori
ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau kearah
subyektif. Pengalaman-Pengalaman dari dalam diri (introvet).
Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu,
2.1.4

dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.


Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Usia Lanjut
Menurut Wahyudi Nugoroho (1995), perubahan-perubahan yang terjadi

pada usia lanjut adalah sebagai berikut:


1) Perubahan Fisik
a) Sel
- Sel lebih sedikit jumlahnya
- Lebih besar ukurannya
- Berkurangnya jumlah cairan tubuh
b)

Sistem persarafan
- Hubungan persarafan menurun
- Respon dan waktu bereaksi lambat
- Saraf panca indera mengecil

c) Sistem pendengaran:
- Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)
- Hilangnya kemampuan/ menurunnya pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi,
suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata.
- Membran tympani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
- Terjadi

pengumpulan

serumen,

dapat

mengeras

meningkatnya kreatin.
d)

Sistem Penglihatan
- Sfingter pupil sclerosis respon terhadap sinar hilang

karena

11

- Kornea lebih sferis bentuknya


- Lensa lebih suram
- Ambang penamatan sinar meningkat, daya adaptasi gelap
menurun.
- Hilangnya daya akomodasi
- Lapang pandang menyempit
e)

Sistem Kardio vaskuler


- Katup jantung menebal dan kaku
- Kemampuan memompa darah menurun.
- Elastisitas pembuluh darah hilang
- Tekanan darah meningkat

f)

Sistem Respirasi
- Kehilangan kekuatan otot-otot nafas dan menjadi kaku
- Aktifitas silia menurun, kemampuan batuk berkurang.
- Kehilangan elastisitas paru
- Alveoli melebar dan jumlah berkurang
- Oksigen pada arteri menurun
- Karbondioksida pada arteri tidak berganti

g) Sistem Gastrointestinal
- Kehilangan gigi
- Indera pengecap menurun
- Esophagus melebar
- Rasa

lapar

menurun,

asam

lambung

menurun,

waktu

pengosongan lambung menurun.


- Peristaltik (gerakan usus) lemah timbul konstipasi(feses keras)
- Fungsi absorbsi (penyerapan) melemah
- Liver mengecil penyimpanan menurun, aliran darah menurun.
h) Sistem Genito urinaria
- Ginjal mengecil nefron atrofi.
- Otot-Otot

vesika

urinaria

melemah,

kapasitas

frekuensi BAK (buang air kecil) menurun.


- Pembesaran prostat pada laki-laki > 60 tahun

menurun,

12

- Atrofi Vulva
- Selaput lendir vagina kering, elastisitas menurun sekresi lebih
alkali.
- Daya seksual tetap (laki-laki) frekuensi sex intercourse
menurun.
i) Sistem Endokrin
- Produk semua hormon menurun
- Fungsi para tiroid dan sekresinya tidak berubah.
- Pituitary pertumbuhan hormon lebih rendah dan hanya di dalam
pembuluh darah, berkurang produksi LH (leutinizing hormone)
j) Sistem Integumen (kulit)
- Kehilangan jaringan lemak kulit keriput.
k) Sistem Muskulo skeletal
- Tulang kehilangan density (kepadatan) dan makin rapuh.
- Kifosis (bungkuk)
- Pinggang lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
- Discus intervertebralis (sela di antara tulang belakang) menipis
dan menjadi pendek (tingginya berkurang)
- Persendian membesar dan menjadi kaku.
- Tendon mengkerut dan mengalami sklerosis
- Atropi serabut otot (serabut otot mengecil) sehingga bergerak
menjadi lamban. Otot-Otot kram dan menjadi tremor.
2) Perubahan-Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (Hereditas)
e) Lingkungan
f) Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian
g) Gangguan gizi akibat kehilakngan jabatan

13

h) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan


teman-teman dan family
i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik : perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
3) Perkembangan Spiritual
a) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow, 1970).
b) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray
dan Zentner, 1970).
4) Perubahan Psikososial
a) Pensiun
b) Merasakab atau sadar akan kematian
c) Perubahan dalam cara hidup
d) Penyakit kronis dan ketidakmampuan
2.1.5

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penuaan


1.
2.
3.
4.
5.
6.

2.1.6.

Hereditas atau keturunan


Nutrisi dan Makanan (gizi)
Status Kesehatan
Pengalaman hidup
Lingkungan
Stress
Penyakit yang Sering Dijumpai pada Lajut Usia
Menurut Streylisatz (1954), ada 4 penyakit yang sangat erat
hubungannya dengan proses menua yakni :

1.

Ganguan sirkulasi darah, seperti hipertensi, kelainan pembuluh


darah, ganguan pembuluh darah diotak atau koroner, ginjal dll.

2.

Gangguan metabolisme hormonal, seperti DM, klimakterium,


ketidak seimbangan teroid.

14

3.

Gangguan pada persendian, seperti Ostreoatritis, geutratitis,


ataupun penyakit kolagen lainnya.

4.

Berbagai macam neoplasma.


Menurut The National Old Peoples Welfare Councildi Inggris

mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada 12
macam.
1.

Depresi Mental.

2.

Gangguan Pendengaran.

3.

Bronkitis Kronis.

4.

Gangguan Pada Tungkai / Sikap Perjalan.

5.

Gangguan Pada Kokra / Sikap Panggul.

6.

Anemia.

7.

Dimensia.

8.

Gangguan Penglihatan.

9.

Ansietus / Kecemasan.

10. Decompensasi Cordis.


11. Diabetes Mellitus, Osteomalasia, Dan Hipotioridisma.
12. Gangguan pada defekasi
Penyakit lanjut usia di Indonesia meliputi :
a. Penyakit-penyakit sistem pernafasan.
b. Penyakit-penyakit kordiofaskuler dan pembuluh darah.
c. Penyakit pencernaan makanan.
d. Penyakit penyakit urogenital.
e. Penyakit gangguan metabolik atau endokrin.

15

f. Penyakit persedian dan tulang.


g. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh karena proses keganasan.
h. Timbulnya penyakit-penyakit tersebut dapat dipercepat atau diperberat
oleh faktor-faktor luar misalnya makanan, kebiasaan hidup yang salah,
infeksi, trauma dsb.

16

2.2

Konsep Personal Hygiene

2.2.1

Definisi Personal Hygiene

Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan


kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Poter. Perry, 2005).
Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah
2000).
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya

guna

memepertahankan

kehidupannya,

kesehatan

dan

kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan


terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
2.2.2

Etiologi

Menurut Depkes (2009), Faktor faktor yang mempengaruhi personal


hygiene adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan

17

diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak


peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.

18

2.2.3

Klasifikasi
1. Perawatan Rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang sering kali tergantung dari cara
penampilan

dan

perasaan

mengenai

rambutnya.

Penyakit

atau

ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara perawatan


rambut sehari-sehari. Menyikat, menyisir dan bersampo adalah cara-cara
dasar hygienis untuk semua usia. Pertumbuhan, distribusi pola rambut
dapat menjadi indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal,
stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu
atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut
normal adalah bersih, bercahaya, dan tidak Kusut, untuk kulit kepala
harus bebas dari lesi kehilangan disebabkan karena praktik perawatan
yang tidak tepat atau penggunaan medikasi kemoterapi. Potter dan Perri
(2005), menjelaskan mengenai masalah rambut dan kulit kepala yang
sering terjadi yaitu:
- Ketombe
- Pediculosis (kutu)
- pediculosis capitis (kutu kepala)
- pediculosis corporis (kutu badan)
- pediculosis pubis (kuku kepiting)
- kehilangan rambut (alopesia)
2. Perawatan Mata, Telinga dan Hidung
Perhatian khusus diberikan untuk membersihkan mata, telinga dan
hidung secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk
mata karena secara terus-menerus dibersihkan air mata, dan kelopak
mata, dan bulu mata mencegah partikel asing. Seseorang hanya
memerlukan untuk memindahkan sekresi kering yang terkumpul kepada
kantus sebelah, dalam bulu mata hygiene telinga mempunyai implikasi
ketajaman pendengaran sebasea lilin atau benda asing berkumpul pada

19

kanal telinga luar yang mengganggu konduksi suara. Khususnya pada


lansia rentan masalah. Hidung memberikan temperatur dan kelembaban
udara yang pernafasan dihirup serta mencegah masuknya partikel asing
ke dalam sistem kumulasi sekresi yang mengeras di dalam nares dapat
merusak sensasi olfaktori dan pernafasan (Potter dan Perry, 2005).
3. Perawatan Kulit
Kondisi kulit tergantung pada praktek hygiene dan paparan iritan
lingkungan, sejalan dengan usia, kulit kehilangan layak kenyal dan
kelembaban, pada kelenjar sebasea dan keringat menjadi kurang aktif.
Epitalium menipis dan serabut kolagen elastik, menyusut sehingga kulit
mudah pecah. Perubahan ini merupakan peringatan ketika bergerak dan
mengatur posisi pada lansia. Khas kulit lansia adalah kering dan berkerut,
masalah kulit yang umum yaitu kulit kering, jerawat, hirsutisme dan
suam. Kulit tujuan dari membersihkan kulit dengan mandi yaitu;
membersihkan kulit, stimulasi sirkulasi, citra diri, pengurangan bau
badan dan peningkatan rentang gerak. Tipe mandi yang terapeutik terdiri
dari mandi bak mandi air panas, mandi bak air hangat, mandi bak air
dingin, berendam dan rendam duduk (Potter dan Perry, 2005).
4. Perawatan Kaki, Tangan dan Kuku
Kaki dan kuku sering kali memerlukan perawatan khusus untuk
mencegah infeksi, bau dan cedera pada jaringan. Perawatan dapat
digabungkan pada saat mandi atau pada waktu yang terpisah. Masalah
yang timbul bukan karena perawatan yang salah atau kurang terhadap
kaki dan tangan seperti menggigit kuku atau memotong yang tidak tepat.
Pemaparan dengan zat-zat kimia yang tajam dan pemakaian sepatu yang

20

tidak pas. Ketidaknyamanan dapat mengarah pada stres fisik dan


emosional (Potter dan Perry, 2005).
2.2.4

Tujuan Personal Hygiene


1.
2.
3.
4.
5.
6.

2.2.5

Meningkatkan derajat kesehatan seseorang


Memelihara kebersihan diri seseorang
Memperbaiki personal hygiene yang kurang
Mencegah penyakit
Menciptakan keindahan
Meningkatkan rasa percaya diri
JenisJenis Perawatan Diri :

1.

Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan


Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.

2.

Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.


Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

21

3.

Kurang perawatan diri : Makan


Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.

4.

Kurang perawatan diri : Toileting


Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah,
2004).

2.2.6

Manifestasi Klinis
Menurut Depkes (2008) Tanda dan gejala klien dengan defisit

perawatan diri adalah:


1. Fisik
Badan bau, pakaian kotor.
Rambut dan kulit kotor.
Kuku panjang dan kotor
Gigi kotor disertai mulut bau
Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif.
Menarik diri, isolasi diri.
Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
Interaksi kurang.
Kegiatan kurang

22

Tidak mampu berperilaku sesuai norma.


Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
2.2.7

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kurang Perawatan


Diri
1. Body image

2. Praktek sosial
3. Status sosial ekonomi

4. Pengetahuan
5. Budaya
6. Kebiasaan seseorang
7. Kondisi fisik

Gambaran individu terhadap dirinya


sangat mempengaruhi kebersihan diri
Bila pada lansia selalu dimanja dalam
kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pada personal hygiene
Sabun, pasta gigi, sampo, alat mandi yang
dibutuhkan
dalam
perawatan
diri
memerlukan uang untuk menyediakannya
Pengetahuan
yang
baik
dapat

meningkatkan kesehatan
Disebagian masyarakat yang baik dapat

dimandikan
Kebiasaan orang yang menggunakan
produk t3
Pada keadaan sakit t3 kemampuan untuk
merawat diri berkurang

23

2.2.8

Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene

1.

Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.

2.

Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan

mencintai,

kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.


2.2.9

Personal Hygiene pada Lansia


Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan

perawatan sehari hari yang harus diberikan kepada klien lanjut usia terutama
yang berhubungna dengan kebershan perorangan (Personal Hygiene), yaitu antara
lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kepala,
rambut dan kuku, serta kebersihan tempat tidur dan posisi tidur (Nugror, 1995).
Perawatan secara umum bagi lansia terbagi 2, yaitu:
1. Mereka yang masih aktif
Dimana keadaan fisiknya mampu bergerak tanpa bantuan orang lain
sehingga kebutuhan sehari hari dapat terenuhi.
2. Mereka yang pasif
Mereka yang keadaan fisiknya memerlukan pertolongan orang lain,
seperti sakit atau lumpuh.

24

Bagi mereka yang masih aktif, hal hal yang perlu di perhatikan
antara lain:
1. Mandi
Mandi agar dibatasi karena kulit lansia biasanya mengering. Hal ini
disebabkan kelenjar kulit yang mengeluarkan lemak mulai kurang
bekerja. Maka sehabis mandi kulit lansia sebaiknya diolesi baby oil
terutama di lengan, siku, ketiak, paha, dan sebagainya.
2. Kebersihan mulut
Kebersihan mulut adalah sangat penting. Perlu diingat atau dibantu para
lansia untuk menyikat gigi yang hanya tinggal beberapa buah. Gigi palsu
perlu mendapat perhatian khusus, dibersihkan dengan sabun dan sikat.
Untuk menghilangkan bau gigi palsu direndam dalam air hangat yang
telah dibubuhi obat pembersih mulut beberapa tetes selama 5 10 menit,
setelah itu bilas sampai bersih dari sabun dan bubuk pembersih mulut
tersebut. Sebaiknya jangan mencuci gigi palsu di bawah air mengalir
untuk mencegah bahaya gigi palsu terjatuh dan pecah.
3. Perawatan rambut
Lanjut usia terutama wanita kadang kadang mengalami kesulitan dalam
mencuci rambut sehingga perlu mendapat bantuan perawat atau ank
cucunya. Sama halnya dengan kulit, rambut orang lansia juga kehilngan
lemaknya sehingga sehabis keramas perlu diberi conditioner. Setelah
selesai mencuci rambut harus segera dikeringkan agar lansia tidak
kedinginan.
4. Perawatan kuku
Kuku jari tangan dan kaki perlu mendapatkan perawatan, Menggunting
kuku jangan terlalu pendek dan jangan sampai terluka karena luka pada
orang tua lebih sulit sembuh.
5. Pakaian

25

Pakaian hendaknya jangan terbuat dari bahan yang kasar. Dasar pakainan
harus lunak, harus mudah dikenakan dan dibersihkan. Pakaian lansia
dijaga agar tetap rapi karena cenderung para lansia tidak peduli lagi
terhadap pakaiannya. Lansia lebih enak dengan piyama tipis jangan
pakaian dari wool karena bias terjadi iritasi.
6. Mata
Elastisitas lensa mata pada lansia berkurang akibatnya tulisan kecil
terlihat kabur pada jarak normal, sedangkan pada jarak jauh akan terlihat
terang. Gejala yang tidak normal antara lain:
Penglihatan menjadi ganda
Bintik hitam atau ada daerah yang gelap
Sakit pada mata
Terlihat ada warna atau terang disekitar ujung ujung objek
Mata yang kemerahan
Tiba tiba kehilangan melihat dengan jelas
7. Lingkungan
Suasana lingkungan harus disesuaikan. Bila memungkinkan jagalah
kelembapan ruang tidur atau ruangan lainnya dirumah dengan memasang
humidifier. Perubahan temperature secara tiba tiba harus dihindarkan.
Bagi mereka yang pasif
Bagi lansia yang terus beristirahat di tempat tidur, kebersihan di tempat
tidur perlu tetap diperhatikan, yaitu:
a. Diusahakan agar bantal tidak terlalu keras atau lembek
b. Latihan bangun dan tidur dengan usaha sendiri agar oto badan tetap
aktif dan menghindarkan pegal pegal serta atrofi otot
c. Letak tidur diatur antara lain:
Letak guling dibawah lutut
Berikan bantal angin yang berbentuk cincin untuk mencegah
lecet pada tumit dan bokong
Letak tidur dimiringkan bergantian pada sisi kana atau kiri
Pada letak atau posisi setengah duduk, di bagian kepala tempat
tidur diberi sandaran atau papah.

26

2.2.10 Penatalaksanaan
1) Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a) Bina hubungan saling percaya.
b) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
c) Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
2) Membimbing dan menolong klien merawat diri
a) Bantu klien merawat diri (mandi, memotong kuku, menyisir rambut,
mencuci tangan, dln.)
b) Ajarkan ketrampilan secara bertahap (mencuci baju, menyapu,
mengepel lantai, membersihkan kamar/ tempat tidur)
c) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3) Ciptakan lingkungan yang mendukung
a)

Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.

b)

Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.

c)

Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien


misalnya, kamar mandi yang dekat dan tertutup.

2.2.11 Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Masalah Personal Hygiene


a. Pengkajian
1) Identitas
Nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat, dll.
2) Keluhan Utama
a) Data subyektif
- Pasien merasa lemah
- Malas untuk beraktivitas
- Merasa tidak berdaya.

27

b) Data obyektif
-

Rambut kotor, acak acakan


Badan dan pakaian kotor dan bau
Mulut dan gigi bau.
Kulit kusam dan kotor
Kuku panjang dan tidak terawat

3) Riwayat Penyakit Sekarang


Tanyakan pada pasien apakah ada penyakit yang menyertai sehingga
tidak mampu untuk merawat dirinya ?
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan kepada pasien, apakah mempunyai riwayat penyakit
infeksi lain ? atau gangguan sistem normonal yang berhubungan
dengan faktor genetika / keturunan ?
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan pada pasien, apakah ada keluarga yang menderita
penyakit? atau penyakit turunan lainnya misalnya DM, HT, atau
Riwayat

penyakit

keluarga

lain

yang

berhubungan

dengan

penggunaan makanan, vitamin, riwayat perikarditis lesi katup, dll ?


6) Pengkajian Psikososial Spiritual
a) Psikologi: Apakah pasien merasa cemas terhadap penyakitnya ?
b) Sosial: Kaji, Bagaimana hubungan interaksi pasien dengan
dokter, perawat, keluarga, dan sesama pasien lain.
c) Spiritual: Kaji, apakah pasien menjalankan ibadahnya menurut
keyakinan dan agama yang pasien anut ?
7) Pemenuhan Kebutuhan
a) Pola Makan

28

Kaji kebiasaan makan klien selama dirumah sakit atau


dirumah

Biasanya nafsu makan menurun

Kesulitan untuk mengunyah

Terjadi penurunan berat badan.

b) Pola Minum
-

Kaji kebebasan pola minum klien selama dirumah sakit,


maupun dirumah.

Nampak penurunan / masukan cairan yang tidak adekuat.

Terjadi kekeringan pada membran mukosa

c) Eliminasi Alvi (BAB)


Kaji pola kebiasaan BAB pasien ; warna, dan konsistensinya.
d) Eliminasi Urine (BAK)
Kaji pola kebiasaan BAK pasien : warna, bau, dll.
e) Istirahat Tidur
Berhubungan dengan nyeri sendi, nyeri tekan, menyebabkan
pasien sulit untuk istirahat tidur yang disertai karena adanya
pengaruh gaya hidup atau pekerjaan.
f) Aktifitas
Klien membatasi kegiatan yang berlebihan, biasanya pada klien
dengan artritis reumatoid berhubungan dengan keterbatasn
rentang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur / kelainan pada sendi
dan otot, yang dapat berpengaruh besar bagi kegiatan
kesehariannya.
g) Kebutuhan Kebersihan Diri
Biasanya klien dengan penyakit semacam ini akan mengalami
kesulitan

melaksanakan

aktivitas

Ketergantungan pada orang lain.

perawatan

pribadi.

29

8) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, kaji hygiene personal individu, mulai dari
ekstermitas atas sampai bawah:
a) Rambut : Amati kondisi rambut (warna, tekstur, kualitas),
apakah tampak kusam? Apakah ditemukan kerontokan?

30

b) Kepala: Amati dengan seksama kebersihan kulit kepala.


Perhatikan adanya ketombe, kebotakan, atau tanda-tanda
kemerahan.
c) Mata: Amati adanya tanda-tanda ikterus., konjungtiva pucat,
secret pada kelopak mata, kemerahan dan gatal-gatal pada
kelopak mata.
d) Hidung: Amati kondisi kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis,
perdarahan hidung, tanda-tanda pilek yang tak kunjung sembuh,
tanda-tanda alergi, atau perubahan pada daya penciuman.
e) Mulut: Amati kondisi mulut dan amati kelembapanya.
Perhatikan adanya lesi, tanda-tanda radang gusi atau sariawan,
kekeringan atau pecah-pecah.
f) Gigi: Amati kondisi dan kebersihan gigi. Perhatikan adanya
tanda-tanda karang gigi, karies, gigi pecah-pecah, tidak lengkap
atau gigi palsu.
g) Telinga: Amati kondisi dan kebersihan telinga. Perhatikan
adanya serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi, atau
perubahan pada daya pendengaran.
h) Kulit: Amati kondisi kulit (tekstur, turgor, kelembapan) dan
kebersihannya. Perhatikan adanya perubahan warna kulit, stria,
kulit keriput, lesi, atau pruritus.
i) Kuku tangan & kaki: Amati bentuk dan kebersihan kuku.
Perhatikan adanya kelainan atau luka.

31

j) Genetalia: Amati kondisi dan kebersihan genetalia berikut area


perineum. Perhatikan pola rambut pubis. Pada laki-laki
perhatikan kondisi skrotum dan testisnya.
k) Hygiene personal secara umum: Amati kondisi dan kebersihan
kulit secara umum. Perhatikan adanya kelainan kulit atu bentuk
tubuh.
b. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1) Defisit perawatan diri b/d penurunan kemampuan dan motivasi
merawat diri.
Kriteria evaluasi :

Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali


pertemuan,

mampu

menyebutkan

kembali

kebersihan

untuk

kesehatan seperti mencegah penyakit dan klien dapat meningkatkan


cara merawat diri.

Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi


pakai sabun dan disiram pakai air sampai bersih, mengganti pakaian
bersih seharihari, dan merapikan penampilan.

Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik.
b) Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara
menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda
bersih.
c) Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
d) Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan
klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.

32

e) Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan


memelihara kebersihan diri.
f) Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan
arti kebersihan diri.
g) Anjurkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2
kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah
makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting
kuku jika panjang.
h) Motivasi klien untuk mandi.
i) Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
j) Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
k) Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan
rambut.
l) Kolaborasi dengan petugas untuk pengelolaan fasilitas perawatan
kebersihan diri, seperti seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian
ganti, handuk, sandal dan kebersihan kamar mandi.
2) Gangguan membran mukosa mulut berhubungan dengan trauma
oral, pembatasan intake cairan
Kemungkinan data yang ditemukan:
Iritasi / luka pada mukosa mulut
Peradangan / infeksi
Kesulitan makan dan menelan
Keadaan mulut yang kotor
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
Stroke
Stomatitis
Koma
Tujuan yang diharapkan:
a) Keadaan mukosa mulut dan lidah dalam keadaan utuh, warna
merah muda.
b) Inflamasi tidk terjadi
c) Klien mengatakan rasa nyaman
d) Keadaan mulut bersih.
Intervensi

33

a)
b)
c)
d)

Kaji kembali pola kebersihan mulut


Lakukan kebersihan mulut sesudah makan dan sebelum tidur
Gunakan sikat gigi yang lembut
Gunakan larutan garam / baking soda kemudian bilas dengan

air bersih
e) Lakukan pendidikan kesehatan tentang kebersihan mulut
f) Laksanakan program terapi medis.
c. Implementasi
Merupakan tindakan pelaksanaan dari intervensi yang telah dibuat untuk
dapat mengatasi diagnosa keperawatan yang telah ada.
d. Evaluasi
1) Melihat kembali perkembangan kesembuhan klien.
2) Hasil yang diharapkan dari hygiene mulut tidak dapat dilihat dalam
beberapa hari.
3) Pembersihan yang berulang-ulang harus sering kali dilakukan.
4) Perawat mengantisipasi kebutuhan untuk mengubah intervensi
selama evaluasi.

34

BAB III
PENGKAJIAN

3.1

Identitas UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan


Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia adalah Unit Pelaksana

Tehnis Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur yang melaksanakan tugas pelayanan,
dan bimbingan sosial bagi lanjut usia terlantar, berdasarkan pada

Peraturan

Gubernur Jawa Timur Nomor : 119 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.

3.2

Sejarah Pendirian UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan


1. Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Pasuruan ini

didirikan pada tanggal 1 Oktober 1979 dengan nama SASANA TRESNA


WERDHA ( STW ) "SEJAHTERA" PANDAAN yang pada awalnya
dengan kapasitas tampung 30 orang,
2. Pada tanggal 17 Mei 1982 diresmikan pemakaiannya oleh Menteri Sosial
Bapak Saparjo dengan dasar KEP.MENSOS RI NO. 32/HUK / KEP/VI/82
di bawah pengendalian Kanwil Depsos Provinsi Jawa Timur dengan
kapasitas tampung 107 orang dan menempati areal seluas 16.454 M
3. Pada tahun 1994 mengalami pembakuan penamaan UPT Pusat / Panti /
Sasana

dilingkungan Departemen Sosial

35

dengan

SK. Mensos

RI

35

No.14/HUK/1994 dengan nama Panti Sosial Tresna Werdha Sejahtera "


Pandaan.
4. Dalam perkembangan waktu dan perkembangan kebutuhan akan
pelayanan lanjut usia terjadi perubahan dengan Melalui SK.Mensos RI.
No.8/HUK/1998 ditetapkan menjadi Panti percontohan Tingkat Provinsi
dengan kapasitas 107 orang.
5. Pada tahun 1999 ketika Departemen Sosial RI Dihapus, panti ini sempat di
kelola melalui Badan Kesejahteraan Sosial Nasional Pusat. Dan pada
tahun 2000 pada saat pelaksanaan otonomi daerah diberlakukan maka
semua perangkat pusat termasuk aset-asetnya diserahkan pada Pemerintah
Provinsi Jawa Timur, melalui

Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2000.

tentang Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur


Tresna Werdha

bahwa

Sejahtera Pandaan, merupakan

Panti

Sosial

Unit Pelaksana

Tehnis Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur.


6. Sejalan dengan perkembangan jangkauan pelayanan pada lanjut usia
melalui Perda No.14 Tahun 2002 tentang perubahan atas Perda No.12
Tahun 2000 tentang Dinas Sosial, bahwa Panti Sosial Tresna Werdha
Pandaan berubah nama menjadi Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan,
Bangkalan, yang

jangkauan pelayanannya bertambah untuk wilayah

Madura dengan penambahan Unit Pelayanan Sosial lanjut Usia di


Bangkalan
7. Berdasarkan pada Peraturan Gubernur No. 119 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi
Jawa Timur, Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan, Bangkalan berubah
menjadi Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan
dengan jangkauan pelayanan wilayah Kabupaten Pasuruan dan Kab./Kota

36

sekitarnya ditambah pelayanan sosial lanjut usia di Lamongan dengan


jangkauan pelayanan wilayah Kabupaten Lamongan dan Kabupaten
sekitarnya
3.3
1.
2.
3.
4.
5.

Dasar Hukum
Pancasila dan UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 34.
UU No. 11 Th 2009 Tentang kesejahteraan sosial.
UU No.13 Tahun 1998 Tentang kesejahteraan Lanjut Usia.
UU No.22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah Jo No.32 Th 2004
UU No. 25 Tahun 1999 Tentang, Perimbangan Keuangan Pusat dan

Daerah Junto PP No. 25 Th. 2000.


6. PP No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara
pemerintahan, pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kab/Kota
7. PP No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
8. Permendagri No. 57 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah
9. Perda Prov Jatim No. 5 tahun 2008 tentang Pembentukan Perda
10. Perda Prov Jatim No. 7 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintahan Daerah
Provinsi Jawa Timur.
11. Pergub Prov Jatim No. 119 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jatim
3.4
3.4.1

Visi Misi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan


Visi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan
Terwujudnya peningkatan taraf kesejahteraan sosial bagi lanjut usia yang

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa


3.4.2 Misi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan
1) Melaksanakan tugas pelayanan dan rehabilitasi bagi lanjut usia
dalam upaya

memenuhi

kebutuhan

sehingga dapat menikmati

hari tua

ketentraman lahir batin.

rohani,
yang

jasmani

dan

sosial

diliputi kebahagiaan dan

37

2) Mengembangkan sumber potensi bagi lanjut usia potensial, sehingga dapat


mandiri dan dapat menjalankan fungsi sosial secara wajar.
3) Peningkatan peran serta masyarakat dalam penanganan lanjut usia
terlantar.
3.5

Tujuan (Umum dan Khusus) UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Pasuruan
3.5.1

Tujuan Umum
Memberikan tempat pelayanan sosial serta kasih sayang terhadap para

Lanjut Usia, terlantar ( potensial dan tidak potensial ) dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
3.5.2 Tujuan Khusus
1) Terpenuhinya kebutuhan rohani meliputi:
Ibadah sesuai dengan Agama masing-masing, kebutuhan kasih sayang,
peningkatan semangat hidup dan rasa percaya diri.
2) Terpenuhinya kebutuhan jasmani meliputi :
Kebutuhan pokok secara layak (Sandang, pangan

dan

papan),

pemeliharaan kesehatan, pemenuhan kebutuhan rekreatif untuk mengisi


waktu luang
3) Terpenuhinya kebutuhan sosial, terutama bimbingan sosial antar
penghuni panti, pembina maupun dengan masyarakat.
3.6

Fungsi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan


Sesuai Pergub No. 119 tahun 2008, UPT Pelayanan sosial Lanjut Usia

mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas dalam pelayanan sosial


lanjut usia terlantar
Untuk melaksanakan tugas UPT mempunyai fungsi :
1) Pelaksana program kerja UPT

38

2) Pembinaan

dan

pengendalian

pengelolaan

ketatausahaan,

penyelenggaraan kegiatan pelayanan sosial bimbingan dan pembinaan


lanjut
3) Penyelenggaraan praktek pekerjaan sosial dalam bimbingan sosial lanjut
usia
4) Pemberian bimbingan umum kepada klien di lingkungan UPT
5) Penyelenggaraan kerjasama dengan instansi / lembaga lain perorangan
dalam rangka pengembangan progran UPT
6) Pengembangan metodologi pelayanan kesejahteraan

sosial

dalam

pelayanan sosial lanjut usia


7) Penyelenggaraan penyebarluasan informasi tentang pelayanan tentang
pelayanan kesejahteraan sosial
8) Penyelenggaraan konsultasi bagi keluarga atau masyarakat yang
menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial
9) Melaksanakan tugas-tugas ketatausahaan
10) Pelaksanaan pelayanan masyarakat
11) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
3.7

Prosedur dan Persyaratan Masuk Menjadi Klien UPT


Persyaratan Masuk UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia :
8. Laki / perempuan usia 60 tahun keatas
9. Terlantar secara sosial / ekonomi
10. Potensial dan tidak potensial.
11. Atas kemauan sendiri dan tidak ada unsur paksaan
12. Berbadan sehat tidak mempunyai penyakit menular yang dinyatakan
dengan surat keterangan sehat dari Dokter.
13. Direkomendasi dari Kantor Dinas Sosial / Pemda setempat.
14. Calon klien dinyatakan lulus seleksi oleh petugas

39

3.8

Denah UPT dan Wisma

3.9

Kapasitas Panti

3.9.1

Jumlah Pegawai

1) Pandaan
PNS: 20 orang

40

PTT: 6 orang

2) Lamongan
PNS: 6 orang
PTT: 5 orang
3.9.2

3.10

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)
21)
22)
23)
24)
25)

Kapasitas Tampung
Pelayanan di Pandaan

: 107 orang

Pelayanan di Lamongan

55 orang

Sarana dan Prasarana UPT


Nama UPT : UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan
Alamat Kantor: Jln. Dr. Soetomo Pandaan Pasuruan 67156
Telp / Fax
: 0343 - 631255.
E-mail
: uptpslupasuruan@yahoo.co.id
Luas Lahan / Tanah
: 13.968 m2
Tanah makam
: 3.222 m2
Daya listrik terpasang
: 16.000 Kwh
Wisma Klien
: 6 unit
Wisma Perawatan Khusus
: 2 unit
Gedung Poliklinik
: 1 unit
Gedung Dapur Umum
: 1 unit
Gedung Kantor
: 2 unit
Gedung Serba Guna
: 1 unit
Gedung Lokal Kerja
: 1 unit
Wisma Dua Lantai
: 16 kamar
Masjid
: 1 unit
Rumah Dinas Kepala
: 1 unit
Pos Keamanan
: 1 unit
Ruang Genset
: 1 unit
Sumur Bor
: 1 unit
Tandon Air Besar
: 2 unit
Water Tower
: 8 unit
Kandang Ternak
: 2 unit
Kolam Ikan
: 7 petak
Ruang Pemandian Jenazah : 1 unit
Keranda Jenazah
: 1 buah
Mobil Ambulance
: 1 unit
Sepeda Motor
: 3 unit
Perabot Karawitan
: 1 set

41

42

3.11

Struktur Organisasi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan


(Peraturan Gubernur No. 119 Tahun 2008)
KEPALA UPT
Drs. JABISTON LIMBONG, M.M.
NIP. 19580221 198503 1 011

KASUB
KASUB BAG.
BAG. TATA
TATA USAHA
USAHA
Dra. HARIJATI, M.Si.
NIP. 19670109 199303 2 006

DYA IRIANTI, S.Sos.


NIP. 19690124 198901 2 001
KASIE. PELAYANAN SOSIAL

Rr. DEWI ROZAINA, S.H.


NIP. 19580710 197812 2 001

KASIE. BINJUT.
SUKRISNO, S.Sos.
NIP. 19630323 198303 1 014

MARYANI, S.Sos.
NIP. 19650703 198910 2 002

PROBO NOEGROHO
NIP. 19630813 198910 1 001

KHUSNAN MULYADI
NIP. 19600417 200604 1 016

NINUK FIRONIKA

M. UMAR SAID, S.H.

NIP. 19610613 198503 2 009

NIP. 19600711 198303 1 023

RINI ASTUTI SETYOWATI

DARMANTO, AKS.

NIP. 19680921 199303 2 005

NIP. 19630517 198901 1 001

DANNY CAHYADI
ISDIANTORO
NIP. 19750424 201001 1 002

DIDIK HARIANTO
NIP. 19701231 200801 1 033

DARMANTO, AKS.
DEWI SENJAYATI

NIP. 19630517 198901 1 001

SOLIKIN, SST.

NIP. 19650926 200701 2 009

NIP. 19670807 199010 1 001

SARTINI

SUSIAMI, S.Sos.

NIP. 19820930 200901 2 002

NIP. 19630812 198603 2 015

INDAH SETIYO
WIJAYANTI

SUPRIANTO NAZULUL, S.H.

NIP. 19790512 201403 2 001

PURWANTINI WIDYA
RATNASARI, A.Md.Kep
NIP. 19811202 201412 2 001

NIP. 19660111 198010 1 002

ISMAWAN
NIP. 19791106 200901 1 002

TAUFAN AL MUSTAKIM
NIP. 19700202 200901 1 003

SITI ALFIAH
NIP. 19831020 200901 2 009

MOHAMAD TOLIB
NIP. 19670805 201001 1 003

SAKUR
NIP. 19690831 200801 1 006

43

3.12

Kegiatan Pelayanan dalam UPT


Jadwal kegiatan lansia tahun 2016 di UPT Pelayanan Sosial Lnjut Usia Pasuruan adalah sebagai berikut :
JAM/
HARI

SENIN

SELASA

RABU

KAMIS

04.00 - 05.00

Sholat Subuh
berjama'ah

Sholat Subuh
berjama'ah

Sholat Subuh
berjama'ah

Sholat Subuh
berjama'ah

JUM'AT

SABTU

Sholat Subuh Sholat Subuh


berjama'ah
berjama'ah

Sholat Subuh
berjama'ah
Kebersihan
diri dan
lingkungan

05.00 - 06.30

Kebersihan diri
dan lingkungan

Kerja bakti

Kerja bakti

Kerja bakti

Kebersihan
diri dan
lingkungan

06.30 - 07.30

Makan pagi

Makan pagi

Makan pagi

Makan pagi

Makan pagi

Makan pagi

Makan pagi

07.30 - 08.00

Kegiatan
Individu

Kegiatan
Individu

Kegiatan
Individu

Kegiatan
Individu

Senam "TERA" Senam "TERA" Senam "TERA"

Kebersihan
diri dan
lingkungan

MINGGU

KET
Petugas
Piket
Petugas
Piket

Instruktur,
Petugas
piket

Pembinaan
Pembinaan
Pembinaan
Ketrampilan
Bimbingan
Ketrampilan
Ketrampilan
Instruktur,
tangan,pertanian
Sholat Dhuha Sholat Dhuha Sholat Dhuha
08.00 - 09.30 Sosial/Kemasya
tangan,pertanian tangan,pertanian,
Petugas
, peternakan dan
Berjama'ah Berjama'ah Berjama'ah
rakatan
, peternakan dan peternakan dan
piket
perikanan
perikanan
perikanan

44

10.00 -11.30

Sholat Dhuha
berjama'ah &
Bimbingan
Sosial
Keagamaan,
Mengaji,
Ceramah dan
Belajar Sholat

Sholat Dhuha
berjama'ah &
Bimbingan
Sosial
Keagamaan,
Mengaji,
Ceramah dan
Belajar Sholat

Sholat Dhuha
berjama'ah &
Bimbingan
Sosial
Keagamaan,
Mengaji,
Ceramah dan
Belajar Sholat

Sholat Dhuha Sholat Dhuha


berjama'ah & berjama'ah &
Bimbingan
Bimbingan
Sosial
Sosial
Keagamaan,
Keagamaan,
Mengaji,
Mengaji,
Ceramah dan Ceramah dan
Belajar Sholat Belajar Sholat

Kegiatan
Individu

Kegiatan
Individu

Instruktur,
Petugas
Piket

*Sholat Dhuhur
berjama'ah
Sholat
Sholat
Instruktur,
Sholat Dhuhur *Sholat Dhuhur
*Sholat Dhuhur
Sholat Dhuhur
11.30 - 12.00
*PEMERIKJum'at/Dhuhur Dhuhur
Dokter,
berjama'ah
berjama'ah
berjama'ah
berjama'ah
SAAN
berjama'ah
berjama'ah
Perawat
KESEHATAN
Petugas
12.00 - 13.00 Makan siang
Makan siang
Makan siang
Makan siang Makan siang Makan siang Makan siang
Piket
*
13.00 - 14.00 Istirahat siang Istirahat siang Istirahat siang Istirahat siang Istirahat siang Istirahat siang Istirahat siang
Instruktur
Kegiatan
Kegiatan
Kegiatan
Kegiatan
Kegiatan
Kegiatan
Kegiatan
14.00 - 15.00
Individu
Individu
Individu
Individu
Individu
Individu
Individu
Petugas
Sholat Ashar
Sholat Ashar
Sholat Ashar
Sholat Ashar Sholat Ashar Sholat Ashar Sholat Ashar
15.00 - 15.30
Piket
berjama'ah
berjama'ah
berjama'ah
berjama'ah
berjama'ah
berjama'ah
berjama'ah

45

Bimbingan
Rhokhani bagi
yang beragama
Kristen

15.00-16.30

Instruktur

Kebersihan diri Kebersihan diri Kebersihan diri Kebersihan diri


15.30 - 17.00
dan lingkungan dan lingkungan dan lingkungan dan lingkungan

Kebersihan
diri dan
lingkungan

17.00 - 17.30 Makan Malam Makan Malam Makan Malam Makan Malam Makan Malam
Sholat Magrib Sholat Magrib
berjama'ah,
berjama'ah,
17.30 - 19.30
Ceramah, Sholat Ceramah, Sholat
Isya' berjama'ah Isya' berjama'ah

Sholat Magrib
Sholat Magrib
Sholat Magrib
berjama'ah,
berjama'ah,
berjama'ah,
Ceramah,
Ceramah,
Ceramah, Sholat
Sholat Isya'
Sholat Isya'
Isya' berjama'ah
berjama'ah
berjama'ah

Nonton TV
Nonton TV
Nonton TV
Nonton TV
Nonton TV
bersama adi
bersama di
bersama di
bersama di
bersama di
19.30 - 21.00
wisma masing- wisma masing- wisma masing- wisma masing- wisma masingmasing
masing
masing
masing
masing
21.00 - 04.00 Istirahat Tidur

Istirahat Tidur

Istirahat Tidur

Istirahat Tidur Istirahat Tidur

Kebersihan Kebersihan
diri dan
diri dan
Individu
lingkungan lingkungan
Makan
Makan Malam Individu
Malam
Sholat
Sholat Magrib
Magrib
berjama'ah,
berjama'ah,
Petugas
Ceramah,
Ceramah,
Instruktur
Sholat Isya'
Sholat Isya'
berjama'ah
berjama'ah
Nonton TV Nonton TV
bersama di
bersama di
wisma
wisma
_
masingmasingmasing
masing
Istirahat
Istirahat Tidur
Tidur

46

3.13

Data Kesehatan dalam Satu Tahun Terakhir di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Pasuruan


1) Jumlah kematian
Sejak satu tahun terakhir, jumlah lansia yang meninggal dunia adalah 18
orang.
2) Jumlah kesakitan
Data terakhir jumlah kesakitan yang dirawat di ruang isolasi sejumlah 26
3.14

orang.
Urutan Penyakit / Keluhan yang Dirasakan Satu Bulan Terakhir
Tabel 3.1 Daftar Penyakit dalam 1 bulan terakhir di Wisma Dahlia
NO.

Nama Klien

Penyakit

1.

Tn. M

Asam Urat, Personal Hygiene

2.

Tn. AM

Hipertensi, Decompensasi Cordis,


Asthma, Ruptur Uretra

3.

Tn. S

Asam Urat, Anemia, Hipertensi,


Suspect GGA

4.

Tn. A

Rhematoid Artritis

5.

Tn. SK

Personal Hygiene

6.

Tn. SM

Rhematoid Artritis, Gastritis,

Hipertensi
Sumber: Data dari Poli UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan Bulan
Februrari 2016.

3.15

Tinjauan Kasus
Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 Februari 2016.
1) Data Demografi
a) Identitas
Tabel 3.2 Kriteria Lansia berdasarkan Umur Lansia di Wisma Dahlia
NO.

UMUR

47

1.

60 74 tahun

66,7%

2.

75 90 tahun

33,3%

3.

> 90 tahun
TOTAL
6
100 %
Sumber : Data dari UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan Bulan
Februrari 2016
Berdasarkan tabel 3.2 didapatkan bahwa di Wisma Dahlia sebagian besar
(66,7%) lansia berusia 60-74 tahun, dan sebagian (33,3%) lansia berusia antara
75-90 tahun.
b) Pemeriksaan Fisik
Tabel 3.3 Badan Bau, Pakaian Kotor
NO.

BADAN BAU, PAKAIAN

KOTOR
1.

Ya

50 %

2.

Tidak

3
6

50 %
100 %

TOTAL
Sumber: Format Pengkajian

Berdasarkan tabel 3.3 didapatkan bahwa lansia di Wisma Dahlia yang


badan bau dan pakaian kotor 50% dan yang tidak badan bau dan pakaian tidak
kotor 50%.
Tabel 3.4 Rambut Dan Kulit Kotor
NO.

RAMBUT DAN KULIT


KOTOR
1.
Ya
2.
Tidak
TOTAL
Sumber: Format Pengkajian

3
3
6

50 %
50 %
100 %

Berdasarkan tabel 3.4 didapatkan bahwa lansia di Wisma Dahlia yang


rambut dan kulit kotor 50% dan yang rambut dan kulit tidak kotor 50%.
Tabel 3.5 Kuku Panjang Dan Kotor
NO.

KUKU PANJANG DAN

1.

KOTOR
Ya

2.

Tidak

TOTAL
Sumber: Format Pengkajian

16,67%

5
6

83,3%
100 %

48

Berdasarkan tabel 3.5 didapatkan bahwa lansia di Wisma Dahlia yang


kuku panjang dan kotor 16,67% dan yang tidak panjang dan tidak kotor 83,3%.
Tabel 3.6 Gigi Kotor Disertai Mulut Bau
NO.

GIGI KOTOR DISERTAI

MULUT BAU
1.

Ya

50%

2.

Tidak

3
6

50%
100 %

TOTAL
Sumber: Format Pengkajian

Berdasarkan tabel 3.6 didapatkan bahwa lansia di Wisma Dahlia yang gigi
kotor disertai mulut bau 100%.
Tabel 3.7 Penampilan Tidak Rapi
NO.

PENAMPILAN TIDAK

RAPI
1.

Ya

33,3%

2.

Tidak

4
6

66.7%
100 %

TOTAL
Sumber: Format Pengkajian

Berdasarkan tabel 3.7 didapatkan bahwa lansia di Wisma Dahlia yang


penampilan tidak rapi 33,3% dan yang rapi 66,7%.

Tabel 3.8 BAK dan BAB Pada Tempatnya


NO.
1. Ya
2.

BAK DAN BAB

Tidak

TOTAL
Sumber: Format Pengkajian

F
6

%
100 %

100 %

Berdasarkan tabel 3.8 didapatkan bahwa lansia di Wisma Dahlia


seluruhnya (100 %) BAK dan BAB pada tempatnya.
Tabel 3.9 Gosok Gigi Dan Mandi
NO.
1.
2.

GOSOK GIGI DAN


MANDI
Ya
Tidak

3
3

50%
50%

49

TOTAL
Sumber: Format Pengkajian

100 %

Berdasarkan tabel 3.9 didapatkan bahwa lansia di Wisma Dahlia yang


gosok gigi dan mandi 50% dan yang tidak 50%.
Tabel 3.10 Kebersihan Lingkungan Kamar
NO.

KEBERSIHAN

LINGKUNGAN
KAMAR
1.

Bersih

50%

2.

Kotor

3
6

50%
100 %

TOTAL
Sumber: Format Pengkajian

Berdasarkan tabel 3.10 didapatkan bahwa lansia di Wisma Dahlia


lingkungan kamar yang bersih 50% dan yang lingkungan kamar yang kotor 50%
Tabel 3.11 Menyisir rambut
NO.
1.
2.

MENYISIR
RAMBUT
Ya
Tidak

TOTAL
Sumber : Format Pengkajian

2
4
6

33,3%
66.7%
100%

Berdasarkan tabel 3.11 didapatkan bahwa di Wisma Dahlia sebesar


(33,3%) penghuni wisma menyisir rambut dan sebesar (66,7%) penghuni wisma
tidak menyisir rambut.
Tabel 3.12 Pemeriksaan Punggung
NO.

1.

PUNGGUNG
Normal

66,7%

2.

Scoliosis

3.

Lordosis

4.

Kiposis

33,3%

Lain lain
TOTAL
Sumber : Format Pengkajian

100%

5.

BENTUK

50

Berdasarkan tabel 3.12 didapatkan bahwa di Wisma Dahlia sebagian


besar penghuni wisma (66,7%) bentuk punggung normal, sedangkan sisanya
(33,3%) bentuk punggung lordosis.
Tabel 3.13 Berdasarkan Penggunaan Alat Bantu Berjalan di Wisma
Dahlia
NO.

PENGGUNAAN ALAT

1.

BANTU BERJALAN
Tidak

2.

Ya

83,3%

1
6

16,67%
100 %

TOTAL
Sumber : Format Pengkajian

Berdasarkan tabel 3.13 didapatkan bahwa di Wisma Dahlia 5 orang


penghuni wisma (83,3%) tidak menggunakan alat bantu berjalan dan 1 orang
penghuni wisma (16,67%) menggunakan alat bantu berjalan.
Tabel 3.14 Berdasarkan ROM Lansia di Wisma Dahlia
NO.

ROM

1.
2.

Bebas
Terbatas
TOTAL
Sumber : Format Pengkajian

5
1
6

83,3%
16,67%
100%

Berdasarkan tabel 3.14 didapatkan bahwa di Wisma Dahlia sebagian besar


penghuni wisma (83,3%) ROM bebas, sedangkan sisanya (16,67%) ROM lansia
terbatas.
3.16

Fungsi Kemandirian (Biologis)


Tabel 3.15 Kemandirian Makan
NO.
1.

MAKAN
Dengan bantuan

2.

Mandiri
TOTAL
Sumber : Format Pengkajian

F
-

%
-

6
6

100 %
100 %

Berdasarkan tabel 3.15 didapatkan bahwa di wisma Dahlia seluruh


penghuni wisma (100%) lanjut usia makan secara mandiri.
Tabel 3.16 Kemandirian Minum
NO.
1.

MINUM
Dengan bantuan

F
-

%
-

51

2.

Mandiri
TOTAL
Sumber : Format Pengkajian

6
6

100 %
100 %

Berdasarkan tabel 3.16 diatas didapatkan bahwa di Wisma Dahlia


seluruh penghuni wisma (100%) lanjut usia dapat minum secara mandiri.
Tabel 3.17 Kemandirian Berpindah
NO.

BERPINDAH DARI SATU

1.

TEMPAT KE TEMPAT LAINNYA


Dengan bantuan

16,67%

2.

Mandiri

5
6

83,3%
100%

TOTAL
Sumber : Format Pengkajian

Berdasarkan tabel 3.17 diatas didapatkan bahwa di Wisma Dahlia 5


orang penghuni wisma (83,3 %) berpindah dengan cara mandiri sedangkan
sisanya (16,67%) berpindah dengan bantuan.

Tabel 3.18 Kemandirian Personal Toilet


NO.
1.
2.

PERSONAL TOILET
Dengan bantuan
Mandiri
TOTAL
Sumber : Format Pengkajian

F
6
6

%
100 %
100 %

Berdasarkan tabel 3.18 diatas didapatkan bahwa di wisma Dahlia


seluruh penghuni wisma (100 %) lanjut usia personal toilet secara mandiri.
Tabel 3.19 Kemandirian Olahraga
NO.
1.
2.

OLAHRAGA
Dengan bantuan
Tidak
TOTAL
Sumber : Format Pengkajian

F
4
2
6

%
66,67%
33,3%
100 %

Berdasarkan tabel 3.19 diatas didapatkan di Wisma Dahlia (33,3%)


lanjut usia melakukan olahraga secara mandiri dan (66,67%) lanjut usia
melakukan olahraga dengan bantuan.
Tabel 3.20 Kemandirian Berpakaian
NO.

OLAHRAGA

52

1.
2.

Dengan bantuan
Mandiri
TOTAL
Sumber : Format Pengkajian

6
6

100 %
100 %

Berdasarkan tabel 3.20 diatas didapatkan bahwa di wisma Dahlia


seluruh penghuni wisma (100 %) lanjut usia berpakaian secara mandiri.
3.17

Fungsi Intelektual (Psikologis)


Tabel 3.21 Pengkajian Status Kognitif Atau Afektif
NO.

SHORT PORTABLE MENTAL


STATUS QUESTIONER ( SPMSQ)
1. Fungsi intelektual utuh (0-2)
2. Kerusakan intelektual ringan (3-4)
3. Kerusakan intelektual sedang (5-7)
4. Kerusakan intelektual berat (8-10)
TOTAL
Sumber : Format Pengkajian

6
6

100%
100 %

Berdasarkan tabel 3.21 didapatkan bahwa lansia di Wisma Dahlia


sejumlah (100%) memiliki intelektual utuh.
Tabel 3.22 Pengkajian Status Kognitif atau Afektif
NO.

MINI MENTAL STATE


EXAM (MMSE)
1.
Normal (24-30)
2.
Probably egn kognitif (17-23)
3
Definite Egn Kognitif (0-16)
TOTAL
Sumber : Format Pengkajian

6
6

100%
100 %

Berdasarkan tabel 3.22 didapatkan bahwa lansia di Wisma Dahlia


sejumlah (100%) memiliki MMSE normal.
3.18

Fungsi Psikososial (Hubungan Interpersonal)


Tabel 3.23 Pengkajian Psikososial
NO.

SEBERAPA SERING

1.

BERKOMUNIKASI
Sering

66,67%

2.

Cukup

16,67%

3.

Kurang

1
6

16,67%
100 %

TOTAL

53

Sumber : Format Pengkajian


Berdasarkan tabel 3.23 didapatkan bahwa lansia di Wisma Dahlia 4
orang lansia (66,67%) sering berkomunikasi dengan orang lain, 1 orang lansia
(16,67%) cukup berkomunikasi, dan 1 orang lansia (16,67%) kurang
berkomunikasi dengan orang lain.
Tabel 3.24 Pengkajian Psikososial
NO.

MENGALAMI

1.

KECEMASAN
Sering

50 %

2.

Kadang-kadang

50 %

100 %

3.

Tidak pernah
TOTAL
Sumber: Format Pengkajian

Berdasarkan tabel 3.24 didapatkan bahwa lansia di Wisma Dahlia


sebanyak (50%) sering mengalami kecemasan, (50%) kadang-kadang mengalami
kecemasan dan (0%) tidak pernah mengalami mengalami kecemasan.
Tabel 3.25 Malas, Tidak Ada Inisiatif
NO.

MALAS, TIDAK ADA

INISIATIF
1.

Sering

33,3%

2.

Kadang-kadang

66,67%

100 %

3.

Tidak pernah
TOTAL
Sumber: Format Pengkajian

Berdasarkan tabel 3.25 didapatkan bahwa lansia di Wisma Dahlia


sebanyak (33,3% ) sering malas dan tidak ada inisiatif, (66,67% ) kadang-kadang
dan (0% ) tidak pernah.
3.19

Pengkajian Spiritual (Berkaitan dengan Keagamaan)


Tabel 3.26 Pengkajian Spiritual
NO.

1.
2.
3.

KEYAKINAN
TERHADAP
KEAGAMAAN
Yakin
Tidak yakin
Tidak terkaji
TOTAL

6
6

100%
100%

54

Sumber : Format Pengkajian


Berdasarkan tabel 3.26 didapatkan bahwa di Wisma Dahlia seluruh
lansia (100%) memiliki keyakinan terhadap keagamaan.
Tabel 3.27 Pengkajian Spiritual
NO.

AKTIVITAS
KEAGAMAAN
1.
Sering
2.
Kadang-kadang
3.
Jarang
4.
Tidak pernah
TOTAL
Sumber : Format Pengkajian

3
1
1
1
6

50%
16,67%
16,67%
16,67%
100%

Berdasarkan tabel 3.27 didapatkan bahwa di Wisma Dahlia 16,67%


penghuni wisma jarang mengikuti kegiatan keagamaan, sedangkan 50 % sering
mengikuti kegiatan keagamaan, 16,67% kadang-kadang mengikuti kegiatan
keagamaan dan 16,67% tidak pernah mengikuti kegiatan keagamaan .

55

BAB IV
ANALISA DATA DAN PERENCANAAN/INTERVENSI KEPERAWATAN
4.1
No.
1.

Analisa Data
Data Penunjang
DS:
Sebanyak 3 lansia di
wisma
Dahlia
mengatakan
malas
mandi.
Sebanyak 3 orang lansia
di wisma
Dahlia
mengatakan
malas
bersih-bersih kamar.
DO :
Sebanyak 50% (3 orang)
lansia di Wisma Dahlia
berbadan bau dan pakaian
kotor.
Sebanyak 50% (3 orang)
lansia di Wisma Dahlia
rambut dan kulit kotor.
Sebanyak
83,3%
(5
orang) lansia di Wisma
Dahlia kuku panjang dan
kotor.
Sebanyak 50% (3 orang)
lansia di Wisma Dahlia

Interpretasi Data
Lansia
Perubahan body
image dan
Penurunan aktivitas
fisik
Penurunan motivasi
merawat diri
Defisit perawatan
diri

Masalah
Defisit
perawatan
diri

56

gigi kotor dan bau mulut.


Sebanyak
33,3%
(2
orang) lansia di Wisma
Dahlia penampilan tidak
rapi.
Sebanyak 50% (3 kamar)
lansia di Wisma Dahlia
lingkungan kamar kotor.
Sebanyak 50% (3 orang)
lansia di Wisma Dahlia
tidak gosok gigi dan
mandi.

4.2
No.
1.

Daftar Diagnosa Keperawatan


Tgl
Muncul
15-02-2016

58
Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri berhubungan
dengan penurunan motivasi merawat
diri dan lingkungan.

Tgl
TT
Teratasi

57

4.3

Rencana Asuhan Keperawatan


Tgl

15-02-1016

No.
Dx.
1.

Diagnosa
Keperawatan
Defisit

Tujuan
Kriteria Standart
Tujuan :
Setelah
dilakukan
perawatan diri
pendekatan dan tindakan
berhubungan
keperawatan
selama
2x24 jam, tidak terjadi
dengan
defisit perawatan diri.
penurunan
Kriteria Standart :
DS :
motivasi
Lansia
mengatakan
merawat diri sudah
mandi
dan
kamarnya
bersih.
dan
DO :
lingkungan.
1. Lansia
mau
membersihkan
kamarnya
dan
lingkungan.
2. Rambut dan kulit
bersih
3. Badan tidak bau,
pakaian bersih
4. Kuku pendek dan
bersih
5. Penampilan rapi

Intervensi

Rasional

1. Bina hubungan saling


percaya
dengan
menggunakan
prinsip
komunikasi terapeutik.
2. Kaji pengetahuan klien
tentang cara memelihara
kebersihan diri yang benar
3. Diskusikan bersama klien
pentingnya kebersihan diri
dan lingkungan dengan
cara
menjelaskan
pengertian tentang arti
bersih dan tanda- tanda
bersih.
4. Bantu
klien
mengungkapkan
arti
kebersihan diri dan tujuan
memelihara
kebersihan
diri.

1. Membuat klien lebih


kooperatif

2. Menggali
tingkat
pengetahuan
klien
tentang kebersihan.
3. Menambah wawasan
pengetahuan tentang
pentingnya
kebersihan diri dan
lingkungan.

4. Menggali
tingkat
pengetahuan klien
tentang kebersihan.

TT

58

5. Beri pujian setelah klien


mampu mengungkapkan
arti kebersihan diri.
6. Anjurkan klien untuk
memelihara
kebersihan
diri dan lingkungan kamar
seperti: mandi 2 kali pagi
dan sore, sikat gigi
minimal 2 kali sehari
(sesudah
makan
dan
sebelum tidur), keramas
dan menyisir rambut,
gunting kuku jika panjang,
cuci
tangan
sebelum/sesudah makan,
membersihkan
dan
merapikan kamar.
7. Motivasi klien untuk
mandi.

5. Menambah motivasi
klien untuk merawat
diri dan lingkungan.

8. Beri kesempatan untuk


mandi
dan
mendemonstrasikan cara
memelihara
kebersihan
diri yang benar.

8.

6. Membiasakan
hidup sehat.

7.

pola

Menjaga
penampilan agar
tetap rapi.
Membiasakan pola
hidup bersih

59

9. Anjurkan klien untuk


mengganti baju setiap
hari.
10. Kaji keinginan klien untuk
memotong
kuku
dan
merapikan rambut.

9.

Menjaga
penampilan
tetap rapi.
10. Menjaga
penampilan
tetap rapi.

agar
agar

47

BAB V
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
5.1

Implementasi Keperawatan

Tgl
15-02-2016

No. Dx.

Jam

Tindakan

09.00

1. Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

09.05

2. Mengkaji pengetahuan klien tentang cara memelihara kebersihan diri yang benar

09.07

3. Mendiskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dan lingkungan dengan cara

Kep

menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.


Bersih adalah keadaan dimana tidak ada kotoran dan terlihat rapi.
Tanda-tanda bersih : - penampilan rapi, lingkungan bersih, tidak bau badan, pakaian
berih, kuku pendek dan bersih, gigi tidak kotor dan mulut tidak berbau, rambut dan
kulit bersih.
1

09.14

4. Membantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan
diri.
Kebersihan diri adalah tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan tubuh dan jiwa.
Tujuan:

TT

48

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Meningkatkan derajat kesehatan seseorang


Memelihara kebersihan diri seseorang
Memperbaiki perawatan diri yang kurang
Mencegah penyakit
Menciptakan keindahan
Meningkatkan rasa percaya diri

5. Memberi pujian setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri.


6. Menganjurkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan
1

09.20

09.23

sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan
menyisir rambut, gunting kuku jika panjang, cuci tangan sebelum/sesudah makan,
membersihkan dan merapikan kamar.
7. Memotivasi klien untuk mandi.
8. Memberi kesempatan klien untuk mandi dan mendemonstrasikan cara memelihara

09.27

09.30

10.00

1
1

10.05
09.00

09.15

09.25

kebersihan diri yang benar.


9. Menganjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
10. Mengkaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.

16-02-2016

1. Melakukan kegiatan bersih-bersih lingkungan bersama klien


2. Membantu klien untuk mandi dan mengganti pakaian
3. Menganjurkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan
sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan

49

menyisir rambut, gunting kuku jika panjang, cuci tangan sebelum/sesudah makan,
membersihkan dan merapikan kamar.
4. Memotivasi klien untuk mandi.
5. Memberikan klien pujian setelah klien mampu untuk mempertahankan kebersihan diri.

17-02-2016

09.30

1
1

09.40
08.00

08.30

08.37

1. Melakukan kegiatan bersih-bersih lingkungan bersama klien


2. Membantu klien untuk mandi dan mengganti pakaian
3. Menganjurkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan
sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan
menyisir rambut, gunting kuku jika panjang, cuci tangan sebelum/sesudah makan,

08.45

08.50

membersihkan dan merapikan kamar.


4. Memotivasi klien untuk mandi.
5. Memberikan klien pujian setelah klien mampu untuk mempertahankan kebersihan diri.

50

5.2

Evaluasi Keperawatan
No. Dx: 1
Tgl :15-02-2016 JAM : 16.00 WIB

No. Dx: 1
Tgl :16-02-2016 JAM : 16.00 WIB

S:
Sebanyak 3 lansia di wisma Dahlia mengatakan malas
mandi.
Sebanyak 3 orang lansia di wisma Dahlia mengatakan
malas bersih-bersih kamar.
O:
Sebanyak 50% (3 orang) lansia di Wisma Dahlia berbadan
bau dan pakaian kotor.
Sebanyak 50% (3 orang) lansia di Wisma Dahlia rambut
dan kulit kotor.
Sebanyak 83,3% (5 orang) lansia di Wisma Dahlia kuku
panjang dan kotor.
Sebanyak 50% (3 orang) lansia di Wisma Dahlia gigi kotor
dan bau mulut.
Sebanyak 33,3% (2 orang) lansia di Wisma Dahlia
penampilan tidak rapi.
Sebanyak 50% (3 kamar) lansia di Wisma Dahlia
lingkungan kamar kotor.
Sebanyak 50% (3 orang) lansia di Wisma Dahlia tidak
gosok gigi dan mandi.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi No. 5,6,7,9

S:
Sebanyak 2 lansia di wisma Dahlia mengatakan malas mandi.
Sebanyak 2 orang lansia di wisma Dahlia mengatakan malas
bersih-bersih kamar.
O:
Sebanyak 33,3% (2 orang) lansia di Wisma Dahlia berbadan
bau dan pakaian kotor.
Sebanyak 33,3% (2 orang) lansia di Wisma Dahlia rambut dan
kulit kotor.
Sebanyak 50% (3 orang) lansia di Wisma Dahlia kuku panjang
dan kotor.
Sebanyak 33,3% (2 orang) lansia di Wisma Dahlia gigi kotor
dan bau mulut.
Sebanyak 33,3% (2 orang) lansia di Wisma Dahlia penampilan
tidak rapi.
Sebanyak 33,3% (2 kamar) lansia di Wisma Dahlia lingkungan
kamar kotor.
Sebanyak 33,3% (2 orang) lansia di Wisma Dahlia tidak gosok
gigi dan mandi.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi No. 5,6,7,9

51

No. Dx: 1
Tgl :17-02-2016 JAM : 16.00 WIB

No. Dx: 1
Tgl :18-02-2016 JAM : 16.00 WIB

S:
Sebanyak 1 lansia di wisma Dahlia mengatakan malas
mandi.
Sebanyak 1 orang lansia di wisma Dahlia mengatakan
malas bersih-bersih kamar.
O:
Sebanyak 16,67% (1 orang) lansia di Wisma Dahlia
berbadan bau dan pakaian kotor.
Sebanyak 16,67% (1 orang) lansia di Wisma Dahlia rambut
dan kulit kotor.
Sebanyak 33,3% (2 orang) lansia di Wisma Dahlia kuku
panjang dan kotor.
Sebanyak 16,67% (1 orang) lansia di Wisma Dahlia gigi
kotor dan bau mulut.
Sebanyak 16,67% (1 orang) lansia di Wisma Dahlia
penampilan tidak rapi.
Sebanyak 16,67% (1 orang) lansia di Wisma Dahlia
lingkungan kamar kotor.
Sebanyak 16,67% (1 orang) lansia di Wisma Dahlia tidak
gosok gigi dan mandi.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi No. 5,6,7,9

S:
Semua lansia di wisma Dahlia mengatakan sudah mandi.
Semua lansia di wisma Dahlia mengatakan sudah bersihbersih kamar.
O:
Semua lansia di Wisma Dahlia tidak berbadan bau dan pakaian
kotor.
Semua lansia di Wisma Dahlia rambut dan kulit tidak kotor.
Semua lansia di Wisma Dahlia kuku tidak panjang dan tidak
kotor.
Semua lansia di Wisma Dahlia gigi tidak kotor dan mulut tidak
bau
Semua lansia di Wisma Dahlia penampilan sudah rapi.
Semua lansia di Wisma Dahlia lingkungan kamar bersih.
Semua lansia di Wisma Dahlia sudah gosok gigi dan mandi.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi No. 5,6,7,9

52

BAB VI
PENUTUP

6.1

Kesimpulan
Berdasarkan pengumpulan data pengkajian pada kelompok usia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan (Wisma Dahlia), maka diagnosa


keperawatan yang dapat kami simpulkan adalah defisit perawatan diri
berhubungan dengan penurunan motivasi merawat diri dan lingkungan.
6.2
1.

Saran
Sering memberikan penyuluhan tentang kesehatan lansia, misalnya tentang
personal hygiene sehingga dapat terhindar dari penyakit dan kebersihan
diri dan lingkungan tetap terjaga.

2.

Diharapkan penghuni wisma tetap menjalankan kerja bakti kebersihan


yang sudah diterapkan di wisma untuk menjaga kebersihan lingkungan.

3.

Diharapkan para penghuni wisma dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan


yang sudah tersedia di wisma untuk mendukung kebersihan diri dan
lingkungan.

68

6953

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi
ke-6. Jakarta : EGC
Doengoes, ME. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Wahyudi, N. 2008. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC.
Wartonah, T. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika.
Watson, R. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC

54

Anda mungkin juga menyukai