Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Kanker Ovarium


Kanker ovarium adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel tidak lazim (kanker)

pada satu atau dua bagian indung telur. Indung telur sendiri merupakan salah satu
organ reproduksi yang sangat penting bagi perempuan. Dari organ reproduksi ini
dihasilkan telur atau ovum, yang kelak bila bertemu sperma akan terjadi pembuahan
(kehamilan). Indung telur juga merupakan sumber utama penghasil hormon
reproduksi perempuan, seperti hormon estrogen dan progesteron.15 Kanker ovarium
adalah kanker atau tumor ganas yang berasal dari ovarium dengan berbagai tipe
histologi, yang dapat mengenai semua umur.16

Gambar 2.1 Anatomi Ovarium

7
Universitas Sumatera Utara

2.2

Patogenesis 13
Kanker di ovarium terdiri dari berbagai jenis dan multi kompleks. Hal ini akan

menjadi sulit dalam hal menentukan histogenesisnya. Kanker yang berasal dari
epitel, dimulai dengan adanya inklusi epitel permukaan pada stroma yang
berkembang menjadi kista. Selain itu, letak tumor yang tersembunyi dalam rongga
perut dan sangat berbahaya itu dapat menjadi besar tanpa disadari oleh penderita,
makanya diperlukan stadium kanker agar kita mengetahui seberapa jauh penyebaran
kanker tersebut.9
Stadium kanker ovarium ditentukan berdasarkan pemeriksaan sesudah
laparatomi. Penentuan stadium dengan laparatomi lebih akurat, oleh karena perluasan
tumor dapat dilihat dan ditentukan berdasarkan pemeriksaan patologi ( sitologi atau
histopatologi ), sehingga terapi dan prognosis dapat ditentukan lebih akurat.13
Stadium tersebut menurut International Federation of Gynecologist and
Obstetricians (FIGO) 1987 sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Stadium kanker ovarium 6


Stadium
kanker Kategori
ovarium
primer
(FIGO, 1987)
Stadium I
Pertumbuhan terbatas pada ovarium
Ia
Pertumbuhan terbatas pada satu ovarium, tidak ada asites
yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan
luar, kapsul utuh.
Ib
Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ada asites
berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul
intak.
Ic
Tumor dengan stadium Ia atau Ib tetapi ada tumor di
permukaan luar satu atau kedua ovarium, atau dengan kapsul
pecah, atau dengan asites berisi sel ganas atau dengan
bilasan peritoneum positif.
Stadium II
Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan
perluasan ke panggul.
IIa
Perluasan dan/atau metastasis ke uterus dan/atau tuba.
IIb
Perluasan ke jaringan pelvis lainnya.
IIc
Tumor stadium IIa atau IIb tetapi dengan tumor pada
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah, atau
dengan asites yang mengandung sel ganas atau dengan
bilasan peritoneum positif.
Stadium III
Tumor mengenai satu atau kedua ovarium, dengan bukti
mikroskopik metastasis kavum peritoneal di luar pelvis,
dan/atau metastasis ke kelenjar limfe regional.
IIIa
Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening
negatif tetapi secara histologik dan dikonfirmasi secara
mikroskopik adanya pertumbuhan (seeding) di permukaan
peritoneum abdominal.
IIIb
Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
permukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopik,
diameter tidak melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening
negatif.
IIIc
Implan di abdomen dengan diameter > 2 cm dan/atau
kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
Stadium IV
Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan
metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya
positif dimasukkan dalam stadium IV. Begitu juga
metastasis ke parenkim liver.

Universitas Sumatera Utara

10

2.3

Klasifikasi Kanker Ovarium


Klasifikasi kanker ovarium belum ada keseragamannya, namun tidak ada

perbedaan sifat fundamental. Menurut International Federation of Ginecologic and


Obstetrics (FIGO), kanker ovarium di bagi dalam 3 kelompok besar sesuai dengan
jaringan asal tumor dan kemudian masing-masing kelompok terdiri dari berbagai
spesifikasi sesuai dengan histopatologi:13

2.3.1 Kanker Berasal dari Epitel Permukaan


Kanker yang berasal dari epitel permukaan merupakan golongan terbanyak dan
sebagian besar 85 % kanker ovarium berasal dari golongan ini.13 Lebih dari 80%
kanker ovarium epitel ditemukan pada wanita pascamenopause di mana pada usia 62
tahun adalah usia kanker ovarium epitel paling sering ditemui.7
Jenis-jenis kanker ovarium epitel permukaan :
1. Karsinoma Serosa22
Karsinoma ini merupakan keganasan epitel ovarium yang tersering ditemukan.
Mudah tersebar di kavum abdomen dan pelvis, irisan penampang tumor sebagai
kistik solid. Tumor jenis ini di bawah mikroskop menurut diferensiasi sel kanker
dibagi menjadi diferensiasi baik (benigna) yang memiliki percabangan papilar
rapat, terlihat mitosis, sel nampak anaplastik berat, terdapat invasi intersisial jelas,
badan psamoma relatif banyak. Pada kanker diferensiasi sedang (borderline) dan
buruk (maligna) memiliki lebih banyak area padat, papil sedikit atau tidak ada,
dan badan psamoma tidak mudah ditemukan.

Universitas Sumatera Utara

11

2. Karsinoma Musinosa22
Karsinoma jenis ini lebih jarang ditemukan dibanding karsinoma serosa. Sebagian
besar tumor multilokular, padat dan sebagian kistik, di dalam kista berisi musin
gelatinosa, jarang sekali tumbuh papila eksofitik, area solid berwarna putih susu
atau merah jambu, struktur rapat dan konsistensi rapuh. Tumor jenis ini di bawah
mikroskop dibagi menjadi tiga gradasi, di mana yang berdiferensiasi baik dan
sedang memiliki struktur grandular jelas, percabangan papila epitel rapat, terdpat
dinding bersama grandular, atipia inti sel jelas, terdapat invasi intersisial. Pada
kanker diferensiasi buruk struktur grandular tidak jelas, mitosis atipikal bertambah
banyak, produksi musin dari sel sangat sedikit.
3. Karsinoma Endometroid13
Kira-kira 20% kanker ovarium terdiri dari karsinoma endometroid. Sebagian besar
tumor berbentuk solid dan di sekitarnya dijumpai kista. Arsitek histopatologi
mirip dengan karsinoma endometrium dan sering disertai metaplasia sel skuamos.
Lebih dari 30 % karsinoma endometroid dijumpai bersama-sama dengan
adenokarsinoma

endometrium.

Endometroid

borderline dan

endometroid

adenofibroma jarang dijumpai.


4. Karsinoma Sel Jernih ( Clear Cell Carcinoma )13
Tumor ini berasal dari duktus muleri. Pada umumnya berbentuk solid, sebagian
ada juga berbentuk kistik, warna putih kekuning-kuningan. Arsitek histopatologi
terdiri dari kelenjar solid dengan bagian papiler. Sitoplasma sel jernih dan sering

Universitas Sumatera Utara

12

dijumpai hopnail appearance yaitu inti yang terletak di ujung sel epitel kelenjar
atau tubulus.
5. Tumor Brenner13
Tumo ini diduga berasal dari folikel. Biasanya solid dan berukuran 5-10 cm dan
hampir bersifat jinak. Tumor ini sering dijumpai insidentil pada waktu dilakukan
histerektomi.
2.3.2 Kanker Berasal dari Sel Germinal Ovarium (Germ Cell )13
T umor ini lebih banyak pada wanita umur di bawah 30 tahun. Di antaranya :
1. Disgerminoma
Adalah tumor ganas sel germinal yang paling sering ditemukan, ukuran diameter
5-15 cm, berlobus-lobus, solid, potongan tumor berwarna abu-abu putih sampai
abu-abu cokelat dengan potongan mirip ikan tongkol. Kelompok sel yang satu
dengan yang lain dipisahkan oleh jaringan ikat tipis dengan infiltrasi sel radang
limfosit. Gambaran histopatologi mirip dengan seminoma testis pada laki-laki.
Neoplasma ini sensitif terhadap radiasi. Tumor marker untuk disgerminoma
adalah serum Lactic Dehydrogenase (LDH) dan Placental Alkaline Phosphatase
(PLAP).7,13
2. Tumor Sinus endodermal
Berasal dari tumor sakus vitelinus/yock sac dari embrio. Usia rata-rata penderita
tumor sinus endodermal adalah 18 tahun. Berupa jaringan kekuning-kuningan
dengan area perdarahan, nekrosis, degenerasi gelatin dan kistik. Khas untuk tumor
sinus endodermal ini adalah keluhan nyeri perut dan pelvis yang dialami oleh 75%

Universitas Sumatera Utara

13

penderita. Tumor marker untuk tomor sinus endodermal adalah alfa fetoprotein
(AFP).7,13,22
3. Teratoma Immatur
Angka kejadian mendekati tumor sinus endodermal. Massa tumor sangat besar
dan unilateral, penampang irisan bersifat padat dan kistik, berwarna-warni,
komponen jaringan kompleks, jaringan embrional belum berdiferensiasi
umumnya berupa neuroepitel. Tumor ini mempunyai angka rekurensi dan
metastasis tinggi, tapi tumor rekuren dapat bertransformasi dan immatur ke arah
matur, regularitasnya condong menyerupai pertumbuhan embrio normal. Tumor
marker untuk teratoma immatur adalah alfa fetoprotein (AFP) dan chorionic
gonadotropin (HCG).7,22
4. Teratokarsinoma
Sangat ganas, sering disertai sel germinal lain, AFP dan HCG serum dapat positif.
Massa tumor relatif besar, berkapsul, sering ditemukan nekrosis berdarah. Di
bawah mikroskop tampak sel primordial poligonal membentuk lempeng, pita dan
sarang, displasia menonjol, mitosis banyak ditemukan, nukleus tampak vakuolasi,
intrasel tampak butiran glasial PAS positif.22

2.3.3 Kanker Berasal dari Stroma Korda Seks Ovarium (Sex Cord Stromal)
Tumor yang berasal dari sex cord stromal adalah tumor yang tumbuh dari satu
jenis. Kira-kira 10% dari tumor ganas ovarium berasal dari kelompok ini. Pada
penderita tumor sel granulosa, umur muda atau

pubertas terdapat keluhan

perdarahan pervagina, pertumbuhan seks sekunder antara lain payudara membesar

Universitas Sumatera Utara

14

dengan kolostrum, pertumbuhan rambut pada ketiak dan pubis yang disebut pubertas
prekoks.13
1.

Tumor Sel Granulosa-teka13


Kira-kira 60% dari tumor ini terjangkit pada wanita post menopause, selebihnya
pada anak-anak dan dewasa. Tumor ini dikenal juga sebagai feminizing tumor,
memproduksi estrogen yang membuat penderita cepat menjadi wanita.
Arsitektur histopatologinya bervariasi yaitu populasi sel padat. Neoplasma ini
dikategorikan low malignant. Pada endometrium sering dijumpai karsinoma.

2.

Androblastoma13
Tumor ini memproduksi hormon androgen yang dapat merubah bentuk penderita
menjadi kelaki-lakian atau disebut juga masculinizing tumor. Penyakit ini jarang
dijumpai.

3.

Ginandroblatoma13
Merupakan peralihan antara tumor sel granulosa dan arrhenoblastoma dan sangat
jarang.

4.

Fibroma13
Fibroma kadang-kadang sulit dibedakan dengan tekoma. Sering disertai dengan
asites dan hidrotoraks yang dikenal sebagai sindroma Meigh.

2.4

Gejala dan keluhan Kanker Ovarium 6


Pada umumnya , kanker ovarium pada masa awal berkembang cenderung tanpa

gejala. Inilah yang menyebabkan kanker ini sulit diketahui sejak dini.15 Lebih dari 70
% penderita kanker ovarum ditemukan sudah dalam usia stadium lanjut.7

Universitas Sumatera Utara

15

Biasanya, keluhan utama yang dirasakan oleh penderita kanker ini adalah sakit
di bagian abdominal (perut bawah) yang disertai dengan rasa kembung, sulit buang
air besar, sering buang air kecil dan sakit kepala.15
Kalau kanker ovarium ini sudah masuk dalam stadium lanjut, gejalanya pun
bertambah, seperti : Rasa tidak nyaman di bagian perut bawah selama menstruasi
(akibat darah haid yang terlalu deras keluar atau gumpalan darah haid ), rasa kejang
di perut, pendarahan lewat vagina yang tidak normal, serta nyeri di seputar kaki.15,23
Lebih lanjut, perempuan dengan tumor stromal akan mengalami gejala berikut
akibat dari pengaruh hormon estrogen dan progesteron, seperti terjadi pendarahan
padahal sudah menopause, terlalu cepat mendapat menstruasi, payudara cepat
membesar pada remaja, menstruasi terhenti dan adanya pertumbuhan rambut di
muka dan tubuh.16,23
Tanda paling penting adanya kanker ovarium adalah ditemukannya massa
tumor di pelvis. Bila tumor tersebut padat, bentuknya irreguler dan terfiksir ke
dinding panggul, keganasan perlu dicurigai. Bila di bagian atas abdomen ditemukan
juga massa dan disertai asites, keganasan hampir dapat dipastikan.1,7
2.5

Epidemiologi Kanker Ovarium

2.5.1 Distribusi Frekuensi Kanker Ovarium Berdasarkan Orang


1 dari 67 perempuan berpotensi menderita kanker indung telur sepanjang
hidupnya. Kemugkinan perempuan terkena kanker indung telur ini akan semakin
tinggi dengan bertambahnya usia.15

Universitas Sumatera Utara

16

Mayoritas kanker indung telur muncul setelah seorang perempuan melewati


masa menopause. Separuh dari kasus kanker indung telur menyerang perempuan di
atasa usia 63 tahun.15
Berdasarkan data dari Survailance, Epidemiology and End Results (SEER) usia
penderita kanker ovarium rata-rata di atas 40 tahun. Dengan gambaran di bawah usia
20 sekitar 1,3%,antara 20 dan 34 sekitar 3,6%, antara 35 dan 44 sekitar 7,4%, antara
45 dan 54 sekitar 18,6%, antara 55 dan 64 sekitar 23,4%, antara 65 dan 74 sekitar
20,1%, antara 75 dan 84 sekitar 17,6% dan tahun 85 sekitar 8,1%. Angka ini
didasarkan kasus yang di diagnosis pada 2005-2009 dari 18 daerah menurut data
SEER.8
2.5.2 Distribusi Frekuensi Kanker ovarium Berdasarkan Tempat.
Insiden dan mortalitas kanker ovarium dalam 30 tahun belakangan tidak
banyak berubah. Insiden tertinggi di negara Amerika Utara, Skandinavia dan Eropa
Utara. Di Amerika Serikat, tahun 2003 terdapat sekitar 25.400 kasus baru kanker
ovarium, di antaranya sekitar 14.300 kasus meninggal karena penyakit tersebut.22
Tahun 2007 di Amerika Serikat insiden kanker ovarium sebanyak 22.220 kasus
baru dan 16.210 kematian. Sementara itu, di Inggris jugan terdapat 6734 kasus baru
dan 4687 kematian.28
Variasi geografis dan etnis yang signifikan telah diobservasi pengaruhnya
terhadap insiden kanker ovarium. Rata-rata tertinggi pada wanita dengan ras
Kaukasian di negara industri misalnya di Amerika Utara dan Eropa. Perbedaan ini

Universitas Sumatera Utara

17

kemungkinan dijelaskan melalui pola reproduksi dan komponen lingkungan seperti


perbedaan pola makan.21
2.5.3 Distribusi Frekuensi Kanker Ovarium Berdasarkan Waktu
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), melaporkan 192.000 kasus di seluruh
dunia di tahun 2000, di mana 6000 kasus kanker ovarium dilaporkan dari Inggris.7
Di RSUP H. Adam Malik Medan terdapat jumlah seluruh penderita kanker
ovarium 2002-2006 sebanyak 105 orang. 21 Sementara pada tahun 2011 di RSUP. H
Adam Malik terdapat jumlah penderita kanker ovarium sebanyak 126 orang, dimana
106 .14

2.6
2.6.1

Faktor Risiko Kanker Ovarium


Faktor Genetik
Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam memasukkan apakah

seorang wanita memiliki risiko terkena kanker ovarium. Pada umumnya kanker
ovarium epitel bersifat sporadis, 5-10 % adalah pola herediter atau familial. Risiko
seorang wanita untuk mengidap kanker ovarium adalah sebesar 1,6 %. Angka risiko
pada penderita yang memiliki satu saudara sebesar 5 % dan akan meningkat menjadi
7 % bila memiliki dua saudara yang menderita kanker ovarium.16
Menurut American Cancer Society (ACS), sekitar 10 % penderita kanker
ovarium ternyata memiliki anggota keluarga yang terkena penyakit yang sama.
Umumnya, pasien yang memiliki sejarah keluarga yang menderita kanker akibat gen
mutasi BRCA1 dan BRCA2 memiliki risiko sangat tinggi menderita kanker ovarium

Universitas Sumatera Utara

18

dan diperkirakan mencapai 50-70 % pasien kanker ovarium. Risiko kejadian kanker
ovarium meningkat sesuai dengan pertambahan usia.15,21
2.6.2 Usia
Kanker ovarium pada umumnya ditemukan pada usia di atas 40 tahun. Angka
kejadian akan meningkat semakin bertambahnya usia.3Angka kejadian kanker
ovarium pada wanita usia di atas 40 tahun sekitar 60% penderita, sedangkan pada
wanita usia lebih muda sekitar 40%.6 Mayoritas kanker ovarium muncul setelah
seorang perempuan melewati masa menopause. Di Amerika Serikat, insiden usia
rata-rata kanker ovarium frekuensi tertinggi berada pada rentang umur 40-44 tahun,
di mana dari 15-16 per 100.000 wanita berusia tersebut merupakan penderita kanker
ovarium.3
2.6.3

Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang

wanita.18 Ada beberapa Klasifikasi Paritas, diantaranya:


1. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali.19
2. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar
untuk hidup di dunia luar.19
3. Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa
kali.20
4. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih
dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan.20

Universitas Sumatera Utara

19

Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas yang tinggi memiliki


risiko terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah daripada nulipara, yaitu dengan
risiko relatif 0,7.7
2.6.4

Faktor Hormonal
Penggunaan hormon eksogen pada terapi gejala yang berhubungan dengan

menopause berhubungan dengan peningkatan risiko kanker ovarium baik dari insiden
maupun tingkat mortalitasnya. Peningkatan risiko secara spesifik terlihat pada wanita
dengan penggunaaan hormon estrogen tanpa disertai progesteron karena peran
progesteron yaitu menginduksi terjadinya apoptosis sel epitel ovarium. Pada
kehamilan, tingginya kadar progesteron akan membantu menurunkan risiko tumor
ganas ovarium.16,17
Hormon lain yang juga mempengaruhi tingginya angka kejadian kanker
ovarium yaitu hormon gonadotropin di mana fungsinya untuk pertumbuhan. Menurut
teori yang melakukan percobaan

kepada binatang di mana pada percobaan ini

ditemukan bahwa jika kadar estrogen rendah di sirkulasi perifer maka kadar hormon
gonadotropin meningkat. Peningkatan

kadar hormon gonadotropin ini ternyata

berhubungan dengan semakin besarnya tumor ovarium pada binatang percobaan


tersebut.7,17
Penekanan kadar androgen juga dapat mempengaruhi kejadian kanker
ovarium. Hal ini berkaitan dengan teori yang pertama kali dikemukakan oleh Risch
pada tahun 1998 yang mengatakan bahwa androgen

mempunyai peran penting

dalam terbentuknya kanker ovarium karena didasarkan pada bukti bahwa epitel

Universitas Sumatera Utara

20

ovarium mengandung reseptor androgen dan dapat menstimulasi pertumbuhan epitel


ovarium normal serta sel-sel kanker ovarium epitel dalam kultur sel. Epitel ovarium
yang selalu terpapar pada androgenik steroid yang berasal dari ovarium itu sendiri
dan kelenjar adrenal, seperti androstenedion, dehidropiandrosteron dan testosterone.7
2.6.5

Faktor Reproduksi
Riwayat reproduksi terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi memiliki

dampak terbesar pada penyakit ini. Infertilitas, menarche dini (sebelum usia 12
tahun), memiliki anak setelah usia 30 tahun dan menopause yang terlambat dapat
juga meningkatkan risiko untuk berkembang menjadi kanker ovarium.24
Pada kanker ovarium, terdapat hubungan jumlah siklus menstruasi yang
dialami seorang perempuan sepanjang hidupnya, di mana semakin banyak jumlah
siklus menstruasi yang dilewatinya maka semakin tinggi pula risiko perempuan
terkena kanker ovarium.15
2.6.6

Pil Kontrasepsi
Kontrasepsi berarti mengurangi kemungkinan atau mencegah konsepsi.

Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang


cukup penting pada wanita saat ini. Pada tahun 2005, megacu kepada United Nation
di mana lebih dari 660 juta wanita yang menikah atau hidup bersama pada usia
produktif (15-49 tahun) menggunakan beberapa metode kontrasepsi dan 450 juta
orang menggunakan kontrasepsi oral dan Intrauterina Devices (IUD).26
Penelitian dari Center for Disease Control menemukan penurunan risiko
terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang memakai

Universitas Sumatera Utara

21

pil kontrasepsi, yaitu dengan risiko relatif 0,6 . Penelitian ini juga melaporkan bahwa
pemakaian pil kontrasepsi selama satu tahun menurunkan risiko sampai 11%,
sedangkan pemakaian pil kontrasepsi sampai lima tahun menurunkan risiko sampai
50%. Penurunan risiko semakin nyata dengan semakin lama pemakaiannya.7
2.6.7

Kerusakan sel epitel ovarium ( Incessant Ovulation )


Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Fathalla tahun 1972, yang

menyatakan bahwa pada saat ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium.
Untuk penyembuhan luka yang sempurna diperlukan waktu. Jika sebelum
penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau trauma baru, proses penyembuhan
akan terganggu dan tidak teratur sehingga dapat menimbulkan proses transformasi
menjadi sel-sel tumor.7
2.6.8

Obat-Obat yang Meningkatkan Kesuburan (Fertility Drugs )


Obat-obat yang meningkatkan fertilitas seperti klomifen sitrat, yang diberikan

secara oral, dan obat-obat gonadotropin yang diberikan dengan suntikan seperti
follicle stimulating hormone (FSH), kombinasi FSH dengan Luteinizing hormone
(LH), akan menginduksi terjadinya ovulasi atau multiple ovulasi. Menurut hipotesis
incessant ovulation dan hipotesis gonadotropin, pemakaian obat penyubur ini jelas
akan meningkatkan risiko relatife terjadinya kanker ovarium.7
2.6.9

Terapi Hormon Pengganti pada Masa Menopause


Pemakaian terapi hormon pengganti pada masa menopause (menopausal

hormon therapy = MHT) dengan estrogen saja selama 10 tahun meningkatkan risiko
relative 2,2. Sementara itu, jika masa pemakaian MHT selama 20 tahun atau lebih,

Universitas Sumatera Utara

22

risiko relatif meningkat menjadi 3,2. Pemakaian MHT dengan estrogen yang
kemudian diikuti dengan pemberian progestin, ternyata masih menunjukkan
meningkatnya risiko relatife menjadi 1,5. Oleh karena itu, MHT, khususnya dengan
estrogen saja, secara nyata meningkatkan risiko relatif terkena kanker ovarium.7
2.6.10 Penggunaan Bedak Tabur
Penggunaan bedak tabur langsung pada organ genital atau tissue pembersih
bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) terhadap ovarium. Selain itu, bedak
tabur juga mengandung asbes yaitu bahan mineral penyebab kanker.21
2.7

Pencegahan kanker Ovarium

2.7.1 Pencegahan Primer 15


Pencegahan primer yaitu upaya mempertahankan orang yang sehat agar tetap
sehat atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Upaya pencegahan primer dapat
dilakukan dengan pemberian informasi mengenai kanker ovarium, upaya pencegahan
seperti :
1. Pemakaian pil pengontrol kehamilan
Menurut ACS, perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi secara oral (pil
KB) untuk tiga sampai lima tahun diperkirakan mengurangi risiko terkena kanker
indung telur hingga 30 sampai 50 persen lebih rendah.
2. Operasi sterilisasi atau hysterectomy (pengangkatan rahim)
Dari penelitian ACS, operasi sterilisasi, berupa pengikatan saluran indung telur
untuk mencegah kehamilan, mengurangi 67 persen risiko terkena kanker indung

Universitas Sumatera Utara

23

telur. Sementara untuk pengangkatan rahim, memang terbukti efektif untuk


mencegah kanker rahim.
3. Diet
Gaya diet yang memperbanyak makan sayuran, terbukti mengurangi risiko
terkena kanker indung telur. Apalagi, jika anda membatasi konsumsi daging dan
makanan yang mengandung lemak jenuh.
4. Olahraga
Para penelitian, membuktikan olahraga ringan hingga sedang, namun dilakukan
rutin (minimal 3 kali dalam seminggu dengan waktu olahraga minimal 15 menit)
dapat meningkatkan kekebalan tubuh, memperbanyak antioksidan dan mengurangi
risiko kegemukan. Semua akibat baik dari olahraga itu penting untuk menjaga
kesehatan, termasuk mencegah terkena kanker.
2.7.2 Pencegahan Sekunder 7,15
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghambat progresifitas penyakit,
pencegahan ini dapat dilakukan dengan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat.
Diantaranya :
a.

Diagnosis Kanker Ovarium

a1.

Operasi
Tindakan operasi dilakukan sangat tergantung dari kondisi kesehatan pasien

dan sejauh mana kanker itu telah menyebar dalam tubuh. Di bawah ini ada
contoh-contoh operasi yang kerap dilakukan untuk menghentikan penyebaran
kanker ovarium, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

24

a. Unilateral oophorectomy
b. Bilateral oophorectomy
c. Bilateral salpingectomy
d. Unilateral dan bilateral salpingo-oophorectomy
e. Radical hysterectomy
f. Cytoreduction
a2.

Kemoterapi
Merupakan perawatan dengan obat-obatan untuk membunuh sel kanker. Obat-

obatan kemoterapi di masukkan langsung ke jaringan pembuluh darah atau


diminum. Kemoterapi ini juga penting untuk mencegah kanker menyebar ke organ
tubuh lainnya. Untuk penderita kanker ovarium yang menyerang sel epitel,
biasanya diperlukan 6 kali kemoterapi dengan jarak satu kemoterapi dengan
kemoterapi yang lainnya yaitu 3-4 minggu.
a3.

Terapi radiasi
Gunanya untuk membunuh sel penular dengan menggunakn sinar radiasi

tinggi. Walaupun pengobatan ini efektif untuk kebanyakan jenis kanker tapi
jarang digunakan pada pengobatan kanker indung telur.
a4.

Ultrasonografi (USG)
USG adalah cara pemeriksaan invasif yang lebih murah. Dengan USG dapat

secara tegas dibedakan tumor kistik dengan tumor yang padat. Pada tumor dengan
bagian padat (echogenik) persentase keganasan makin meningkat. Sebaliknya, pada
tumor kistik tanpa ekointernal (anechogenic) kemungkinan keganasan menurun.

Universitas Sumatera Utara

25

Pemakaian USG transvaginal (transvaginal color flow doppler) dapat


meningkatkan ketajaman diagnosis karena mampu menjabarkan morfologi tumor
ovarium dengan baik. Pemakaian USG transvaginal color Doppler dapat
membedakan tumor ovarium jinak dengan tumor ovarium ganas.
a5.

Computed Tomography Scanning (CT-Scan)


Pemakaian CT-Scan untuk diagnosis tumor ovarium juga sangat bermanfaat.

Dengan CT-Scan dapat diketahui ukuran tumor primer, adanya metastasis ke hepar
dan kelenjar getah bening, asites, dan penyebaran ke dinding perut.
CT-Scan kurang disenangi karena (1) risiko radiasi, (2) risiko reaksi alergi
terhadap zat kontras, (3) kurang tegas dalam membedakan tumor kistik dengan tumor
padat, dan (4) biaya mahal.
a6.

Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Jika dibandingkan dengan CT-Scan, MRI tidak lebih baik dalam hal diagnostic,

menggambarkan penjalaran penyakit, dan menentukan lokasi tumor di abdomen atau


pelvis.18
b.

Penatalaksanaan Medis Kanker Ovarium 7


Penatalaksanaan kanker ovarium sangat ditentukan oleh stadium, derajat

diferensiasi, fertilitas, dan keadaan umum penderita. Pengobatan utama adalah


operasi pengangkatan tumor primer dan metastasisnya, dan bila perlu diberikan
terapi adjuvant seperti kemoterapi, radioterapi (intraperitoneal radiocolloid atau
whole abdominal radiation), imunoterapi/terapi biologi, dan terapi hormon.

Universitas Sumatera Utara

26

b1.

Penatalaksanaan operatif kanker ovarium stadium 1


Pengobatan utama untuk kanker ovarium stadium I adalah operasi yang

terdiri atas histerektomi totalis prabdominalis, salpingooforektomi bilateralis,


apendektomi, dan surgical staging.
Surgical staging adalah suatu tindakan bedah laparotomi eksplorasi yang
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perluasan suatu kanker ovarium dengan
melakukan evaluasi daerah-daerah yang potensial akan dikenai perluasaan atau
penyebaran kanker ovarium. Temuan pada surgical staging akan menentukan
stadium penyakit dan pengobatan adjuvant yang perlu diberikan.
1. Sitologi 7
Jika pada surgical staging ditemukan cairan peritoneum atau asites, cairan
tersebut harus diambil untuk pemeriksaan sitologi. Sebaliknya, jika cairan
peritoneum atau asites tidak ada, harus dilakukan pembilasan kavum abdomen dan
cairan bilasan tersebut diambil sebagian untuk pemeriksaan sitologi. Penelitian pada
kasus-kasus kanker ovarium stadium IA ditemukan hasil sitologi positif pada 36%
kasus, sedangkan pada kasus-kasus stadium lanjut, sitologi positif ditemukan pada
45% kasus.
2. Apendektomi 7
Tindakan apendektomi yang rutin masih controversial. Metastasis ke
apendiks jarang terjadi pada kasus kanker ovarium stadium awal (<4%). Pada kanker
ovarium epithelial jenis musinosum, ditemukan metastasis pada 8% kasus. Oleh

Universitas Sumatera Utara

27

karena itu, apendektomi harus dilakukan secara rutin pada kasus kanker ovarium
epithelial jenis musinosum.
3. Limfadenektomi 7
Limfadenektomi merupakan suatu tindakan dalam surgical staging. Ada dua
jenis tindakan limfadenektomi, yaitu:
1.

Limfadenektomi selektif (sampling lymphadenectomy/selective


lymphadenectomy) yaitu tindakan yang hanya mengangkat kelenjar getah
bening yang membesar saja.

2.

Limfadenektomi sistematis (systematic lymphadenectomy) yaitu


mengangkat semua kelenjar getah bening pelvis dan para-aorta.

b2.

Penatalaksanaan kanker ovarium stadium lanjut (II, III, IV) 7


Pendekatan terapi pada stadium lanjut ini mirip dengan penatalaksanaan

kasus stadium I dengan sedikit modifikasi bergantung pada penyebaran metastasis


dan keadaan umum penderita. Tindakan operasi pengangkatan tumor primer dan
metastasisnya di omentum, usus, dan peritoneum disebut operasi debulking atau
operasi sitoreduksi. Tindakan operasi ini tidak kuratif sehingga diperlukan terapi
adjuvant untuk mencapai kesembuhan.

Universitas Sumatera Utara

28

1.

Operasi sitoreduksi
Ada dua teknik operasi sitoreduksi, yaitu :
a. Sitoreduksi konvensional
Sitoreduksi konvensional ini adalah sitoreduksi yang biasa dilakukan, yaitu

operasi yang bertujuan membuang massa tumor sebanyak mungkin dengan


menggunakan alat-alat operasi yang lazim seperti pisau, gunting, dan jarum jahit.
b. Sitoreduksi teknik baru
Sitoreduksi teknik baru sangat berbeda dengan sitoreduksi konvensional yang
memakai pisau, gunting, dan jarum jahit. Dengan teknik baru tersebut dapat
dilakukan sitoreduksi dari massa tumor yang berukuran beberapa milimeter sampai
hilang sama sekali.
Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
a.

Argon beam coagulator, di mana alat electrosurgical ini mengalirkan arus listrik
ke jaringan dengan menggunakan berkas gas argon. Keuntungan penggunaan
alat ini adalah distribusi energi yang dihasilkan merata terhadap jaringan dan
lebih sedikit mengakibatkan trauma panas dan nekrosis jaringan.

b.

Cavitron ultrasonic surgical aspirator (CUSA), di mana alat ini menggabungkan


tiga mekanisme kerja dalam satu hand-set, yaitu: alat fragmentasi jaringan
(vibrating tip), alat irrigator untuk daerah yang difragmentasi dan alat aspirator
jaringan yang difragmentasi. CUSA bekerja sebagai akustik fibrator dengan
frekuensi 23.000 HZ, yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.

c.

Teknik laser.

Universitas Sumatera Utara

29

2.

Kemoterapi
Keganasan ovarium tidak dapat disembuhkan tuntas hanya dengan operasi,

kemoterapi anti kanker merupakan tindakan penting yang tidak boleh absent dalam
prinsip terapi gabungan terhadap kanker ovarium, lebih efektif untuk pasien yang
sudah berhasil menjalani operasi sitoreduksi.
3.

Radioterapi
Sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik T1 dan

T2 (FIGO: tingkat I dan II), yang diberikan kepada panggul saja atau seluruh rongga
perut. Juga radioterapi dapat diberikan kepada penyakit yang tingkatnya agak lanjut,
tetapi akhir-akhir ini banyak diberikan bersama khemoterapi, baik sebelum atau
sesudahnya sebagai adjuvans, radio-sensitizer maupun radio-enhancer.25
Di banyak senter, radioterapi dianggap tidak lagi mempunyai tempat dalam
penanganan tumor ganas ovarium. Pada tingkat klinik T3 dan T4 (FIGO: tingkat III
dan IV) dilakukan debulking dilanjutkan dengan khemoterapi. Radiasi untuk
membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis tumor yang peka
terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.25

2.7.3 Pencegahan Tersier


Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi ketidakmampuan dan
mengadakan rehabilitasi supaya penderita dapat melakukan aktivitasnya kembali.
Upaya rehabilitasi dilakukan baik secara fisik atau psikis, seperti dukungan moril
dari orang-orang terdekat terhadap pasien pasca operasi karena dia akan ketakutan

Universitas Sumatera Utara

30

tidak dapat mempunyai anak bagi yang belum memiliki anak. Selain itu, dia akan
merasa kehilangan harga dirinya sebagai seorang wanita.
2.8

Kerangka Konsep
Karakteristik Penderita Kanker Ovarium
1. Sosiodemografi
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Status Perkawinan
Daerah Asal
2. Keluhan Utama
3. Pemakaian kontrasepsi
4. Stadium Kanker
5. Penatalaksanaan medis
6. Lama Rawatan rata-rata
7. Sumber Biaya
8. Keadaan Sewaktu Pulang

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai