Anda di halaman 1dari 6

Panduan Shalat Istikhoroh

Mar 01, 2010Muhammad Abduh Tuasikal, MScShalat29


Sesungguhnya manusia adalah makhluk yang lemah dan sangat
butuh pada pertolongan Allah dalam setiap urusan-Nya. Yang
mesti diyakini bahwa manusia tidak mengetahui perkara yang
ghoib. Manusia tidak mengetahui manakah yang baik dan buruk
pada kejadian pada masa akan datang. Oleh karena itu, di antara
hikmah Allah Taala kepada hamba-Nya, Dia mensyariatkan doa
supaya seorang hamba dapat bertawasul pada Rabbnya untuk
dihilangkan kesulitan dan diperolehnya kebaikan.
Seorang muslim sangat yakin dan tidak ada keraguan sedikit pun
bahwa yang mengatur segala urusan adalah Allah Taala. Dialah
yang menakdirkan dan menentukan segala sesuatu sesuai yang
Dia kehendaki pada hamba-Nya.
Allah Taala berfirman,
() ) ) ) 68) )) ) )
) ) ) ) ) ) ) ) ) )
) ) ) ) ) ) ) )
)
) )) ) ) )

() ) 69) )) )
(70
Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan
memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha suci
Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan
(dengan Dia). Dan Tuhanmu mengetahui apa yang
disembunyikan (dalam) dada mereka dan apa yang mereka
nyatakan. Dan Dialah Allah, tidak ada Rabb (yang berhak
disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di
akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepadaNyalah kamu dikembalikan. (QS. Al Qashash: 68-70)
Al Allamah Al Qurthubi rahimahullah mengatakan, Sebagian
ulama menjelaskan: tidak sepantasnya bagi orang yang ingin
menjalankan di antara urusan dunianya sampai ia meminta pada
Allah pilihan dalam urusannya tersebut yaitu dengan
melaksanakan shalat istikhoroh.[1]
Yang dimaksud istikhoroh adalah memohon kepada Allah
manakah yang terbaik dari urusan yang mesti dipilih salah
satunya.[2]
Dalil Disyariatkannya Shalat Istikhoroh
Dari Jabir bin Abdillah, beliau berkata,
) )
) ) ) ) ))
) )
) ) ) ) ) ) ) )
)
) ) ) ) ) )
)) ) ) ) ) )
) ) ) ) )
) ) ))
) ) ))
) ) ) )
) ) ) ))
))
) ) ) ) )
) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) )

) ) ) ) ) ) ) ) )) ) ) ) )) ) ) ) ) ) ) )
) ) ) ) ) )
) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) )
) ) )
) )
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa mengajari para
sahabatnya shalat istikhoroh dalam setiap urusan. Beliau
mengajari shalat ini sebagaimana beliau mengajari surat dari Al
Quran. Kemudian beliau bersabda, Jika salah seorang di antara
kalian bertekad untuk melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah
shalat dua rakaat selain shalat fardhu, lalu hendaklah ia berdoa:
Allahumma inni astakhiruka bi ilmika, wa astaqdiruka bi
qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa
aqdiru, wa talamu wa laa alamu, wa anta allaamul ghuyub.
Allahumma fa-in kunta talamu hadzal amro (sebut nama urusan
tersebut) khoiron lii fii aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa
maaasyi wa aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma
baarik lii fiihi. Allahumma in kunta talamu annahu syarrun lii fii
diini wa maaasyi wa aqibati amrii (fii aajili amri wa aajilih) fashrifnii anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii
bih
Ya Allah, sesungguhnya aku beristikhoroh pada-Mu dengan ilmuMu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku
meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya
Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu
melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak.
Engkaulah yang mengetahui perkara yang ghoib. Ya Allah, jika
Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebut urusan tersebut)
baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik
bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku), maka
takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan
berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa
perkara tersebut jelek bagi agama, penghidupan, dan akhir
urusanku (baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat),
maka palingkanlah ia dariku, takdirkanlah yang terbaik bagiku di
mana pun itu sehingga aku pun ridho dengannya.[3]
Faedah Mengenai Shalat Istikhoroh
Pertama: Hukum shalat istikhoroh adalah sunnah dan bukan
wajib. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabishallallahu alaihi wa
sallam,
) ) )

) ) ) ) )
Jika salah seorang di antara kalian bertekad untuk melakukan
suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat
fardhu
Begitu pula Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah didatangi
seseorang, lalu ia bertanya mengenai Islam. Kemudian

Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Shalat lima waktu


sehari semalam. Lalu ia tanyakan pada Nabi shallallahu alaihi
wa sallam,
) )
) ) ) ) )
)) )
Apakah aku memiliki kewajiban shalat lainnya? Nabi shallallahu
alaihi wa sallam pun menjawab, Tidak ada, kecuali jika engkau
ingin menambah dengan shalat sunnah.[4]
Kedua: Dari hadits di atas, shalat istikhoroh boleh dilakukan
setelah shalat tahiyatul masjid, setelah shalat rawatib, setelah
shalat tahajud, setelah shalat Dhuha dan shalat lainnya.
[5] Bahkan jika shalat istikhoroh dilakukan dengan niat shalat
sunnah rawatib atau shalat sunnah lainnya, lalu berdoa istikhoroh
setelah itu, maka itu juga dibolehkan. Artinya di sini, dia
mengerjakan shalat rawatib satu niat dengan shalat istikhoroh
karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
) ) )

) ) ) ) )
Jika salah seorang di antara kalian bertekad untuk melakukan
suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat
fardhu. Di sini cuma dikatakan, yang penting lakukan shalat dua
rakaat apa saja selain shalat wajib. [6]
Al Iroqi mengatakan, Jika ia bertekad melakukan suatu perkara
sebelum ia menunaikan shalat rawatib atau shalat sunnah
lainnya, lalu ia shalat tanpa niat shalat istikhoroh, lalu setelah
shalat dua rakaat tersebut ia membaca doa istikhoroh, maka ini
juga dibolehkan.[7]
Ketiga: Istikhoroh hanya dilakukan untuk perkara-perkara yang
mubah (hukum asalnya boleh), bukan pada perkara yang wajib
dan sunnah, begitu pula bukan pada perkara makruh dan haram.
Alasannya karena Nabishallallahu alaihi wa sallam bersabda,
) )
)
) )
) ) ) ) ) ) ) )
)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa mengajari para
sahabatnya shalat istikhoroh dalam setiap urusan. Sebagaimana
dikatakan oleh Ibnu Abi Jamroh bahwa yang dimaksudkan dalam
hadits ini adalah khusus walaupun lafazhnya umum.[8] Ibnu Hajar
Al Asqolani rahimahullah mengatakan, Yang dimaksud dengan
hadits tersebut bahwa istikhoroh hanya khusus untuk perkara
mubah atau dalam perkara sunnah (mustahab) jika ada dua
perkara sunnah yang bertabrakan, lalu memilih manakah yang
mesti didahulukan.[9]
Contohnya, seseorang tidak perlu istikhoroh untuk melaksanakan
shalat Zhuhur, shalat rawatib, puasa Ramadhan, puasa Senin
Kamis, atau mungkin dia istikhoroh untuk minum sambil berdiri
ataukah tidak, atau mungkin ia ingin istikhoroh untuk mencuri.
Semua contoh ini tidak perlu lewat jalan istikhoroh.

Begitu pula tidak perlu istikhoroh dalam perkara apakah dia harus
menikah ataukah tidak. Karena asal menikah itu diperintahkan
sebagaimana dalam firman Allah Taala,
)
) ) )
) )
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu,
dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba
sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. (QS. An Nur: 32)
Begitu pula Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
) ) ) ) ) ) )
Wahai para pemuda, jika salah seorang di antara kalian telah
mampu untuk memberi nafkah, maka menikahlah.[10] Namun
dalam urusan memilih pasangan dan kapan tanggal nikah, maka
ini bisa dilakukan dengan istikhoroh.
Sedangkan dalam perkara sunnah yang bertabrakan dalam satu
waktu, maka boleh dilakukan istikhoroh. Misalnya seseorang ingin
melakukan umroh yang sunnah, sedangkan ketika itu ia harus
mengajarkan ilmu di negerinya. Maka pada saat ini, ia boleh
istikhoroh.
Bahkan ada keterangan lain bahwa perkara wajib yang masih
longgar waktu untuk menunaikannya, maka ini juga bisa
dilakukan istikhoroh. Semacam jika seseorang ingin menunaikan
haji dan hendak memilih di tahun manakah ia harus
menunaikannya. Ini jika kita memilih pendapat bahwa
menunaikan haji adalah wajib tarokhi(perkara wajib yang boleh
diakhirkan).[11]
Keempat: Istikhoroh boleh dilakukan berulang kali jika kita ingin
istikhoroh pada Allah dalam suatu perkara. Karena istikhoroh
adalah doa dan tentu saja boleh berulang kali. Ibnu Az Zubair
sampai-sampai mengulang istikhorohnya tiga kali. Dalam shahih
Muslim, Ibnu Az Zubair mengatakan,
) ) )
) ) ) )
Aku melakukan istikhoroh pada Rabbku sebanyak tiga kali,
kemudian aku pun bertekad menjalankan urusanku tersebut.[12]
Kelima: Doa shalat istikhoroh yang lebih tepat dibaca setelah
shalat dan bukan di dalam shalat. Alasannya adalah sabda
Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
) ) )
)) ) ) ) )
) ) ) ) )
Jika salah seorang di antara kalian bertekad untuk melakukan
suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat
fardhu, lalu hendaklah ia berdoa: Allahumma inni astakhiruka bi
ilmika [13]
Syaikh Musthofa Al Adawi hafizhohullah mengatakan, Aku tidak
mengetahui dalil yang shahih yang menyatakan bahwa doa

istikhoroh dibaca ketika sujud atau setelah tasyahud (sebelum


salam) kecuali landasannya adalah dalil yang sifatnya umum
yang menyatakan bahwa ketika sujud dan tasyahud akhir adalah
tempat terbaik untuk berdoa. Akan tetapi, hadits ini sudah cukup
sebagai dalil tegas bahwa doa istikhoroh adalah setelah shalat.
[14]
Keenam: Istikhoroh dilakukan bukan dalam kondisi ragu-ragu
dalam satu perkara karena Nabi shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,
) ) )

) ) ) ) )
Jika salah seorang di antara kalian bertekad untuk melakukan
suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat
fardhu. Begitu pula isi doa istikhoroh menunjukkan seperti ini.
Oleh karena itu, jika ada beberapa pilihan, hendaklah dipilih, lalu
lakukanlah istikhoroh. Setelah istikhoroh, lakukanlah sesuai yang
dipilih tadi. Jika memang pilihan itu baik, maka pasti Allah
mudahkan. Jika itu jelek, maka nanti akan dipersulit.[15]
Ketujuh: Sebagian ulama menganjurkan ketika rakaat pertama
setelah Al Fatihah membaca surat Al Kafirun dan di rakaat kedua
membaca surat Al Ikhlas. Sebenarnya hal semacam ini tidak ada
landasannya. Jadi terserah membaca surat apa saja ketika itu, itu
diperbolehkan.[16]
Kedelepan: Melihat dalam mimpi mengenai pilihannya bukanlah
syarat dalam istikhoroh karena tidak ada dalil yang menunjukkan
hal ini. Namun orang-0rang awam masih banyak yang memiliki
pemahaman semacam ini. Yang tepat, istikhoroh tidak mesti
menunggu mimpi. Yang jadi pilihan dan sudah jadi tekad untuk
dilakukan, maka itulah yang dilakukan.[17] Terserah apa yang ia
pilih tadi, mantap bagi hatinya atau pun tidak, maka itulah yang
ia lakukan karena tidak dipersyaratkan dalam hadits bahwa ia
harus mantap dalam hati.[18] Jika memang yang jadi pilihannya
tadi dipersulit, maka berarti pilihan tersebut tidak baik untuknya.
Namun jika memang pilihannya tadi adalah baik untuknya, pasti
akan Allah mudahkan.
Tata Cara Istikhoroh
Pertama: Ketika ingin melakukan suatu urusan yang mesti dipilih
salah satunya, maka terlebih dahulu ia pilih di antara pilihanpilihan yang ada.
Kedua: Jika sudah bertekad melakukan pilihan tersebut, maka
kerjakanlah shalat dua rakaat (terserah shalat sunnah apa saja
sebagaimana dijelaskan di awal).
Ketiga: Setelah shalat dua rakaat, lalu berdoa dengan doa
istikhoroh:

) ) ))
) ) ) )
) ) ) )) ) )) ) )

) ) ) ) ) ) ))
) ) )
) ) ) ) ) ) ) ) ) )
) ) )) ) ) ) )) ) )) ) ) ) ) ) ) ) ) ) )
) )
) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) )
) ) )) ) ) )
)
Allahumma inni astakhiruka bi ilmika, wa astaqdiruka bi
qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa
aqdiru, wa talamu wa laa alamu, wa anta allaamul ghuyub.
Allahumma fa-in kunta talamu hadzal amro (sebut nama urusan
tersebut) khoiron lii fii aajili amrii wa aajilih (aw fii diini wa
maaasyi wa aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma
baarik lii fiihi. Allahumma in kunta talamu annahu syarrun lii fii
diini wa maaasyi wa aqibati amrii (fii aajili amri wa aajilih) fashrifnii anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii
bih.
[Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku beristikhoroh pada-Mu
dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan
kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu.
Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah
mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku
tidak. Engkaulah yang mengetahui perkara yang ghoib. Ya Allah,
jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebut urusan
tersebut) baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat,
(atau baik bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku), maka
takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan
berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa
perkara tersebut jelek bagi agama, penghidupan, dan akhir
urusanku (baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat),
maka palingkanlah ia dariku, takdirkanlah yang terbaik bagiku di
mana pun itu sehingga aku pun ridho dengannya]
Keempat: Lakukanlah pilihan yang sudah dipilih di awal tadi,
terserah ia merasa mantap atau pun tidak dan tanpa harus
menunggu mimpi. Jika itu baik baginya, maka pasti Allah
mudahkan. Jika itu jelek, maka pasti ia akan palingkan ia dari
pilihan tersebut.
Demikian penjelasan kami mengenai panduan shalat istikhoroh.
Semoga bermanfaat.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan
menjadi sempurna.

Anda mungkin juga menyukai