sesuatu yang suci, pemikiran yang intelektual dan berkualitas, adanya perkembangan
pemikiran dan perasaan, adanya perasaan humor, ada perubahan hidup, dan berhubungan
dengan organisasi keagaamaan. Sedangkan berdasarkan etimologinya, spiritual berarti
sesuatu yang mendasar, penting, dan mampu menggerakan serta memimpin cara berfikir dan
bertingkah laku seseorang . Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual dapat
dihubungkan dengan kata-kata : makna, harapan, kerukunan, dan sistem kepercayaan (Dyson,
Cobb, Forman, 1997). Dyson mengamati bahwa perawat menemukan aspek spiritual tersebut
dalam hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain, dan dengan Tuhan. Menurut
Reed (1992) spiritual mencakup hubungan intra-, inter-, dan transpersonal. Spiritual juga
diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan
dimanifestasikan dalam pemikiran dan prilaku serta dalam hubungannya dengan diri sendiri,
orang lain, alam, dan Tuhan (Dossey & Guzzetta, 2000). Para ahli keperawatan
menyimpulkan bahwa spiritual merupakan sebuah konsep yang dapat diterapkan pada seluruh
manusia. Spiritual juga merupakan aspek yang menyatu dan universal bagi semua manusia.
Setiap orang memiliki dimensi spiritual. Dimensi ini mengintegrasi, memotivasi,
menggerakkan, dan mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia. KONSEP-KONSEP YANG
TERKAIT DENGAN SPIRITUAL Sebuah isu yang sering muncul dalam konsep
keperawatan adalah kesulitan dalam membedakan antara spiritual dengan aspek-aspek yang
lain dalam diri manusia, khususnya membedakan spiritual dari religi. Selain itu perawat juga
perlu memahami perbedaan dimensi spiritual dengan dimensi psikologi, dan memperkirakan
bagaimana kebudayaan dengan spiritual saling berhubungan. 1. Religi Berdasarkan kamus,
religi berarti suatu sistem kepercayaan dan praktek yang berhubungan dengan Yang Maha
Kuasa (Smith, 1995). Pargamet (1997) mendefinisikan religi sebagai suatu pencarian
kebenaran tentang cara-cara yang berhubungan dengan korban atau persembahan. Seringkali
kali kata spiritual dan religi digunakan secara bertukaran, akan tetapi sebenarnya ada
perbedaan antara keduanya. Dari definisi religi, dapat digunakan sebagai dasar bahwa religi
merupakan sebuah konsep yang lebih sempit daripada spiritual. Mengingat spiritual lebih
mengacu kepada suatu bagian dalam diri manusia, yang berfungsi untuk mencari makna
hidup melalui hubungan intra-, inter-, dan transpersonal (Reed, 1992). Jadi dapat dikatakan
religi merupakan jembatan menuju spiritual yang membantu cara berfikir, merasakan, dan
berperilaku serta membantu seseorang menemukan makna hidup. Sedangkan praktek religi
merupakan cara individu mengekspresikan spiritualnya . 1. Dimensi Psikologi Karena fisik,
psikologi, dan spiritual merupakan aspek yang saling terkait, sangat sulit membedakan
dimensi psikologi dengan dimensi spiritual. Akan tetapi sebagai perawat harus mengetahui
perbedaan keduanya.Spilka, Spangler, dan Nelson (1983) membedakan dua dimensi ini
dengan mengatakan bahwa dimensi psikologi berhubungan dengan hubungan antar manusia
seperti : berduka, kehilangan, dan permasalahan emosional. Sedangkan dimensi spiritual
merupakan segala hal dalam diri manusia yang berhubungan dengan pencarian makna, nilainilai, dan hubungan dengan Yang Maha Kuasa. 1. Kebudayaan Kebudayaan merupakan
kumpulan cara hidup dan berfikir yang dibangun oleh sekelompok orang dalam suatu daerah
tertentu (Martsolf, 1997). Kebudayaan terdiri dari nilai, kepercayaan, tingkah laku
sekelompok masyarakat. Kebudayaan juga meliputi perilaku, peran, dan praktek keagamaan
yang diwariskan turun-temurun. Menurut Martsolf (1997) ada tiga pandangan yang
menjelaskan hubungan spiritual dengan kebudayaan, yaitu spiritual dipengaruhi seluruhnya
oleh kebudayaan, spiritual dipengaruhi pengalaman hidup yang tidak berhubungan dengan
kebudayaan, dan spiritual dapat dipengaruhi kebudayaan dan pengalaman hidup yang tidak
berhubungan dengan kebudayaan. MANIFESTASI SPIRITUAL Manifestasi spiritual
merupakan cara kita untuk dapat memahami spiritual secara nyata. Manifestasi spiritual dapat
dilihat melalui bagaimana cara seseorang berhubungan dengan diri sendiri, orang lain, dan
dengan Yang Maha Kuasa, serta bagaimana sekelompok orang berhubungan dengan anggota
kelompok tersebut (Koenig & Pritchett, 1998). Contoh kebutuhan spiritual individu adalah
kebutuhan seseorang untuk mencari tujuan hidup, harapan, mengekspresikan perasaan
kesedihan maupun kebahagiaan, untuk bersyukur, dan untuk terus berjuang dalam hidup.
Kebutuhan spiritual menyangkut individu dengan orang lain meliputi keinginan memaafkan
dan dimaafkan serta mencintai dan dicintai. Menurut Nolan & Crawford (1997) kebutuhan
spiritual sekelompok orang meliputi keinginan kelompok tersebut untuk dapat memberikan
kontribusi positif terhadap lingkungannya. Dalam kenyataannya, semua manusia memiliki
dimensi spiritual, semua klien akan mengekspresikan dan memanifestasikan kebutuhan
spiritual mereka kepada perawat. Karena kurangnya pemahaman tentang kebutuhan spiritual,
seringkali perawat gagal dalam mengenali ekspresi kebutuhan spiritual klien, sehingga
perawat gagal dalam memenuhi kebutuhan tersebut.Kesejahteraan Spiritual,merupakan suatu
kondisi yang ditandai adanya penerimaan hidup, kedamaian, keharmonisan, adanya
kedekatan dengan Tuhan, diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan sehingga menunjukkan
adanya suatu kesatuan (Greer & Moberg, 1998). Dalam hierarki kebutuhan dasar manusia,
kesejahteraan spiritual termasuk dalam tingkat kebutuhan aktualisasi diri . FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI SPIRITUAL Menurut Taylor & Craven (1997), faktorfaktor yang mempengaruhi spiritual seseorang adalah 1. tahap perkembangan seseorang
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat negara berbeda, ditemukan
bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda
menurut usia, seks, agama, dan kepribadian anak. 1. keluarga Peran orang tua sangat
menentukan dalam perkembangan spiritual anak. Hal yang penting bukan apa yang diajarkan
oleh orang tua pada anak tentang Tuhan, tetapi apa yang anak pelajari mengenai Tuhan,
kehidupan, diri sendiri dari perilaku orang tua mereka. Oleh karena keluarga merupakan
lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan kehidupan di
dunia, maka pandangan anak ada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam
berhubungan dengan saudara dan orang tua. 1. latar belakang etnik dan budaya Sikap,
keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan budaya. Pada umumnya
seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya
menjalankan kegiatan agama termasuk nilai moral dari hubungan keluarga. Akan tetapi perlu
diperhatikan apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja
pengalaman spiritual unik bagi setiap individu. 1. pengalaman hidup sebelumnya Pengalaman
hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat mempengaruhi spiritual seseorang.
Pengalaman hidup yang menyenangkan seperti pernikahan, kelulusan, atau kenaikan pangkat
menimbulkan syukur pada Tuhan. Peristiwa buruk dianggap sebagai suatu cobaan yang
diberikan Tuhan pada manusia untuk menguji imannya. 1. krisis dan perubahan Krisis dan
perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika
seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan
kematian. Bila klien dihadapkan pada kematian, maka keyakinan spiritual dan keinginan
untuk sembahyang atau berdoa lebih meningkat dibandingkan dengan pasien yang
berpenyakit tidak terminal. 1. terpisah dari ikatan spiritual Menderita sakit terutama yang
bersifat akut, seringkali membuat individu terpisah atau kehilangan kebebasan pribadi dan
sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah antara lain tidak dapat
menghadiri acara sosial, mengikuti kegiatan agama dan tidak dapat berkumpul dengan
keluarga atau teman yang biasa memberikan dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya
klien dari ikatan spiritual beresiko terjadinya perubahan fungsi spiritual. 1. isu moral terkait
dengan terapi Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan
untuk menunjukkan kebesaranNya walaupun ada juga agama yang menolak intervensi
pengobatan. Prosedur medis seringkali dapat dipengaruhi oleh ajaran agama seperti
sirkumsisi, transplantasi organ, sterilisasi,dll. Konflik antara jenis terapi dengan keyakinan
agama sering dialami oleh klien dan tenaga kesehatan. CARA PEMENUHAN
memahami distres fisik yang berat karena mempunyai keyakinan yang kuat. Pemenuhan
spiritual dapat menjadi sumber kekuatan dan pembangkit semangat pasien yang dapat turut
mempercepat proses kesembuhan. Sumber konflik pada situasi tertentu dalam pemenuhan
kebutuhan spiritual pasien, bisa terjadi konflik antara keyakinan agama dengan praktik
kesehatan seperti tentang pandangan penyakit ataupun tindakan terapi. Pada situasi ini,
perawat diharapkan mampu memberikan alternatif terapi yang dapat diterima sesuai
keyakinan pasien.