Anda di halaman 1dari 2

Nama

: Meita Eka Fitrianingrum

NIM

: 15/389709/PMU/08668

Program Studi : Magister Manajemen Bencana


Mata Kuliah : Dasar-Dasar Analisis Risiko Multibencana
Hari, Tanggal : Rabu, 6 Januari 2016

1.

Potensi bahaya (multi hazards) di Kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu: Letusan
gunungapi, Banjir, Banjir lahar, Petir, Longsor, Bukit runtuh, Puting beliung, Hujan es (Hall),
Kekeringan, Gempa bumi, Tsunami, Gelombang pasang.
Faktor Keterkaitan (CF):

(adaptasi dari Fleischhauer, dkk., 2005)

a. Dari matrix keterkaitan di atas dapat diperoleh potensi risiko multibencana di kawasan
Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai berikut:
1) daerah yang memiliki potensi risiko bencana letusan gunungapi, maka dapat pula
mempunyai potensi risiko bencana banjir lahar, longsor, dan gempa bumi;
2) daerah yang memiliki potensi risiko bencana banjir, maka dapat pula mempunyai risiko
bencana longsor dan bukit runtuh;
3) daerah yang memiliki potensi risiko bencana gempa bumi, maka dapat pula mempunyai
risiko bencana letusan gunungapi, longsor, bukit runtuh, tsunami, dan gelombang
pasang.
b. Bahaya yang paling berpengaruh terhadap potensi bahaya lainnya yaitu: gempa bumi.
c. Bahaya yang paling sensitif terhadap bencana yang lainnya yaitu: longsor.

2.

Prinsip ALARP (As Low As Reasonably Practicable) menekankan bahwa risiko harus
diturunkan sampai level terendah yang mungkin untuk dilakukan. Kriteria risiko terdiri dari 3
tingkatan:
a. area acceptable risk atau wilayah yang dapat ditoleransi;
b. area torelable risk merupakan wilayah ALARP;
c. area unacceptable risk atau wilayah yang tidak dapat ditoleransi.

Dari tabel matrix risiko di atas, dapat diketahui:


a. area acceptable risk yaitu pada potensi bahaya petir, hujan es, gelombang pasang, puting
beliung, dan letusan gunungapi. Pengurangan risiko tidak diperlukan lebih lanjut karena
sumber daya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan penurunan risiko sehingga cukup
dengan pemantauan dan monitoring berkala;
b. area torelable risk yaitu pada potensi bahaya banjir, banjir lahar, kekeringan, bukit runtuh,
gempa bumi, dan tsunami. Merupakan wilayah ALARP, hal tersebut menunjukkan bahwa
risiko telah dikurangi sampai level terendah (batas aman) yang mungkin untuk dilakukan.
c. area unacceptable risk yaitu pada potensi bahaya tanah longsor. Merupakan wilayah yang
tidak dapat ditoleransi sehingga harus dilakukan langkah pencegahan. Tahapan
penanggulangan atau pencegahan yang dapat dilakukan antara lain reklamasi hutan,
monitoring, sistem peringatan dini dan yang terpenting meningkatkan kapasitas masyarakat
maupun pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai