Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Yogyakarta merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki
banyak potensi wisata, antara lain dilihat dari letak geografis, sejarah, dan budaya
yang tetap terjaga hingga saat ini. Yogyakarta menjadi terkenal di kalangan
wisatawan, mulai wisatawan domestik hingga wisatawan mancanegara. Beberapa
objek wisata di Yogyakarta yang mengandalkan letak geografis meliputi wisata
alam, wisata bahari, dan wisata buatan. Beberapa objek wisata alam di
Yogyakarta terdapat di wilayah Gunung Merapi seperti Kaliurang, Kaliadem, dan
Lava Tour. Selain wisata alam yang terdapat di wilayah Gunung Merapi, ada
beberapa wisata alam lainnya, seperti Goa Selarong yang terkenal dengan sejarah
Pangeran Diponegoro, Goa Maria yang menjadi wisata religi, Goa Kiskendo
dengan cerita pewayangannya, dan masih banyak goa-goa yang dapat menarik
para wisatawan untuk datang berkunjung ke Yogyakarta. Adapun wisata bahari di
Yogyakarta seperti di Pantai Parangkusumo, Pantai Parangtritis, Pantai
Pandansimo, Pantai Glagah Indah yang terkenal dengan ombaknya, Pantai
Krakap, dan Pantai Baron yang terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Pasir
Putihnya, Pantai Samas, dan Pantai Bugel yang masih kental dengan budaya
masyarakat, dan pantai-pantai lainnya yang tidak kalah indah.
Sedangkan wisata buatan di Yogyakarta seperti kebun binatang
Gembiraloka yang juga sering dijadikan tempat para peneliti satwa, Waduk Sermo

yang terletak di Kokap-Kulonprogo. Selain itu, ada wisata buatan yang berbentuk
agrowisata seperti agrowisata kalibawang, agrowisata Congot, dan juga
agrowisata salak di Turi. Wisatawan juga dapat berkunjung di daerah yang banyak
menjual cinderamata khas Yogyakarta seperti di daerah Malioboro, Pasar
Ngasem, dan Kota Gede yang terkenal dengan kerajinan peraknya.
Yogyakarta juga menyimpan potensi yang berasal dari peninggalanpeninggalan sejarah dan budaya seperti Candi Prambanan (terkenal juga dengan
sebutan Candi Sewu dan Candi Roro Jongrang), Candi Kalasan, Candi Sari, Candi
Gebang, Candi Ratu Boko, Candi Sambisari, dan candi-candi yang lain. Di
Yogyakarta juga terdapat Keraton Yogyakarta, Keraton Pakualaman, Makam
Panembahan Senopati, Museum Sonobudoyo, Museum Sasmitaloka, Museum
Panglima Sudirman, Benteng Vredeburg, dan lain-lain yang dapat dikategorikan
sebagai potensi wisata sejarah.
Banyaknya objek wisata di Yogyakarta menjadi daya tarik sendiri
bagi wisatawan terhadap Yogyakarta.

Banyak wisatawan domestik maupun

mancanegara yang tertarik untuk berkunjung ke Yogyakarta. Pada tahun 2003


terjadi penurunan jumlah wisatawan

baik

domestik (22,26%) maupun

mancanegara (21,61%). Penurunan wisatawan disebabkan pada akhir tahun 2002,


tepatnya pada 12 oktober 2002 terjadi peristiwa peledakan bom di bali yang
memakan korban dalam jumlah yang besar. Sebagian besar korban merupakan
wisatawan mancanegara yang tengah berwisata di pulau dewata bali. Bali yang
selama ini menjadi tempat wisata favorit wisatawan ternyata tidak lepas dari
sasaran aksi peledakan bom sehingga membuat dunia pariwisata bali terpukul.

Banyak wisatawan yang langsung membatalkan kepergiannya sehubungan dengan


aksi peledakan bom tersebut. Tingkat hunian hotel melorot sampai hanya menjadi
5, 89 % saja. 1
Akibat dari serangan peledakan bom di Bali tersebut, tidak hanya
dirasakan oleh masyarakat bali pada khususnya, tetapi juga oleh bangsa Indonesia
pada umumnya. Sehingga dampaknya dirasakan oleh dunia pariwisata Indonesia
secara keseluruhan, termasuk Yogyakarta.
Pemerintah langsung mengambil langkah untuk mengembalikan
kepercayaan wisatawan dengan berbagai kebijakan. Salah satunya, kebijakan
dalam bidang keamanan. Dengan kembalinya keamanan dan kenyamanan,
diharapkan dapat mengembalikan citra Indonesia di mata wisatawan sehingga
kembali berkunjung ke tempat-tempat wisata di Indonesia, tidak terkecuali
Yogyakarta. Faktor keamanan menjadi sangat penting untuk mengembalikan citra
Indonesia, karena wisatawan dalam berwisata bertujuan untuk melepas lelah dari
segala rutinitas sehari-hari dan mendapatkan kesenangan, sehingga jika perjalanan
wisata mereka diwarnai keresahan karena tidak amannya daerah tujuan wisata
yang mereka kunjungi, maka pastilah mereka tidak mau mengunjungi daerah
wisata yang tidak aman itu.
Selain dipengaruhi oleh situasi dan kondisi keamanan secara global
di negara tujuan, kondisi keamanan di lokasi obyek wisata juga ikut menentukan
tingkat keamanan yang dirasakan wisatawan. Adanya perasaan takut dan tidak

http://www.hubungan-antara-persepsi-profesionalisme-polisi-pariwisata-dengan-rasa-aman-padawisatawan-di-yogyakarta-pdf-doc.htm

aman yang dirasakan wisatawan di sebuah obyek wisata tertentu, membuat


mereka tidak mau mengunjungi obyek wisata tersebut.
Bertitik tolak dari hal tersebut, maka perlu adanya suatu
perlindungan dari gangguan tindak pidana kejahatan maupun perlakuan yang
mengganggu ketentraman wisatawan. Peran berbagai pihak, termasuk dari pihak
kepolisian, maupun dari pihak wisatawan itu sendiri amat diperlukan demi
terciptanya kondisi yang aman dan nyaman dalam melakukan kunjungan
kepariwisataan. Pernyataan itu dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2002 tentang kepolisian, pada Pasal 5 yang menyatakan bahwa :
Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan
hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.
Masalah keamanan khususnya berkaitan dengan kepolisian, dimana
secara substansialnya Polri adalah lembaga yang bertugas untuk melaksanakan
pengamanan di negeri ini, termasuk terhadap sarana pariwisata dan wisatawan,
baik wisatawan dalam negeri

maupun wisatawan mancanegara yang sedang

berwisata di kawasan pariwisata serta objek-objek wisata.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Pengamanan Pariwisata


Polda DIY pada tahun 2003 2009 diketahui bahwa terjadi peningkatan tindak
kriminal yang terjadi pada wisatawan khususnya wisatawan mancanegara.2

Dokumen Dit. Pam Par Polda DIY, 2009.

Untuk memberikan rasa aman bagi wisatawan dan juga pengelolaannya,


maka di tempat wisata perlu didirikan beberapa fasilitas, sarana dan prasarana
penting antara lain: Gedung Pengelolaan, Pusat Informasi Wisatawan, Poliklinik
Kesehatan, Pos Polisi, dan Pemadam Kebakaran. Bahwa pembenahan pariwisata
dimulai dari pengamanan aset-aset wisata, sehingga dapat memberikan rasa aman
saat berwisata dan diharapkan akan merangsang para wisatawan untuk
berkunjung.

Atas dasar keinginan untuk meningkatkan keamanan para wisatawan yang


berkunjung ke daerah kunjungan wisata, maka dibentuk Polisi Pariwisata. Polisi
Pariwisata ini merupakan polisi yang khusus ditugaskan untuk mengamankan dan
memperlancar kegiatan wisata yang dilakukan oleh para wisatawan.

Pada kenyataan di lapangan, banyak wisatawan maupun masyarakat luas


yang belum mengetahui secara jelas tugas dan ruang lingkup dari polisi
pariwisata. Sehingga penulis ingin mencoba mengkaji upaya-upaya dari polisi
pariwisata dalam memberikan perlindungan kepada wisatawan serta kendalakendala yang dihadapi dalam upaya tersebut.
Untuk itu penulis akan melakukan penelitian dengan judul PERANAN
POLISI

PARIWISATA

DALAM

MEMBERIKAN

KEPADA WISATAWAN DI YOGYAKARTA

PERLINDUNGAN

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas
maka penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Upaya apakah yang dilakukan oleh aparat kepolisian yang bertugas dalam
wilayah hukum POLDA Yogyakarta dalam melindungi wisatawan di
Yogyakarta.
2. Kendala apakah yang dihadapi oleh polisi pariwisata khususnya di wilayah
hukum Kepolisian Daerah Yogyakarta dalam memberikan perlindungan
kepada wisatawan di Yogyakarta

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh polisi pariwisata dari
POLDA Yogyakarta dalam memberikan perlindungan kepada wisatawan
di Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh polisi pariwisata
dari POLDA Yogyakarta dalam memberikan perlindungan kepada
wisatawan di Yogyakarta.
3. Sebagai syarat bagi penulis untuk menyelesaikan program studi ilmu
hukum pada jenjang pendidikan strata satu.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini adalah :
1. Memberikan

sumbangan

pemikiran

terhadap

ilmu

pengetahuan,

menambah pengetahuan, dan wawasan kepada aparat kepolisian,


wisatawan, maupun masyarakat pada umumnya mengenai perlindungan
wisatawan di Yogyakarta.
2. Memberikan kesadaran hukum bagi aparat kepolisian, wisatawan, maupun
masyarakat terhadap hak dan kewajiban masing-masing pihak sehingga
tercipta situasi yang kondusif dalam dunia pariwisata.

E. Keaslian Penelitian
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Penulisan Hukum / Skripsi ini
merupakan hasil karya asli penulis, bukan merupakan duplikasi maupun
plagiasi dari hasil karya penulis lain. Jika penulisan Hukum / Skripsi ini
terbukti merupakan duplikasi maupun plagiasi dari hasil karya penulis lain,
maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan / atau sanksi hukum
yang berlaku.

F. Batasan konsep
Batasan - batasan konsep atau pengertian istilah yang berkaitan dengan
peranan polisi pariwisata terhadap perlindungan wisatawan di wilayah hukum
POLDA Yogyakarta di dalam Penulisan Hukum / Skripsi ini adalah sebagai
berikut :

1.

Polisi menurut Undang - Undang Republik Indonesia No. 2 tahun 2002


tentang hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi
sesuai dengan peraturan perundang undangan.

2.

Polisi pariwisata Yogyakarta dibentuk berdasarkan Keputusan Kapolri


No. Pol.: Kep/58/X/2002 tanggal 17 oktober 2002 tentang Pembentukan
Direktorat Pengamanan Pariwisata Polda D.I. Yogyakarta dan Polda Bali.

3.

Perlindungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tempat


berlindung, hal (perbuatan) memperlindungi.

4.

Wisatawan adalah seorang yang melakukan perjalanan paling tidak


sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi.3

G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
a. Penelitian lapangan ( field research) atau penelitian hukum empiris
yaitu penelitian yang ditujukan untuk memperoleh data primer dengan
melakukan wawancara secara langsung dengan pihak yang terkait
dengan objek yang diteliti.
b. Penelitian kepustakaan ( library research), dimaksudkan untuk
memperoleh data sekunder yaitu buku-buku, karya ilmiah, peraturan
perundang-undangan, yang terkait dengan objek yang diteliti.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah

http://wapedia.mobi/id/Pariwisata

a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung berdasarkan pada hasil
penelitian di lapangan, berupa hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti dengan responden dan narasumber. Serta observasi
(pengamatan) di lokasi penelitian terhadap peristiwa hukum yang
menjadi objek kajian.4
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan, berupa bukubuku,

karya

ilmiah,

peraturan

perundang-undangan,

dan

sebagainya yang bersangkutan dengan objek yang diteliti.


3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Cara yang pertama untuk mendapatkan data primer yang
dibutuhkan melalui wawancara langsung dengan responden dan
narasumber.

Metode wawancara yang digunakan adalah

wawancara dengan menggunakan pedoman daftar pertanyaan yang


telah disusun sehubungan dengan masalah yang akan diteliti.
b. Cara yang kedua untuk mendapatkan data sekunder dengan
mempelajari buku-buku, karya ilmiah, perundang-undangan yang
relevan dengan objek yang diteliti.

4 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, hal 170, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung.

10

c. Cara yang ketiga dengan obsevasi melalui proses pengamatan dan


interaksi langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan
penelitian.
4. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Daerah Istimewa Yogyakarta.
5. Populasi dan Metode Penentuan Sampel
a. Populasi adalah seluruh objek atau individu yang terdapat dalam
suatu unit yang diteliti. Dalam hal ini populasi penelitian adalah
seluruh polisi pariwisata Yogyakarta.
b. Metode penentuan sampel
Dari populasi tersebut lalu ditarik suatu sampel dengan
menggunakan metode purposive sampling yaitu dengan memilih
sebagian populasi dari keseluruhan populasi yang ada sebagai
perwakilan, ditentukan berdasarkan ciri-ciri dan karakter tertentu
yang berhubungan erat dengan permasalahan yang diteliti. Jadi
dalam hal ini peneliti menentukan sendiri responden mana yang
dianggap dapat mewakili populasi.5
Ciri-ciri dan karakter yaitu :
1. Pihak-pihak yang memiliki dedikasi yang besar dalam upaya
memberikan perlindungan kepada wisatawan.

Burhan Ashsofa, metode penelitian hukum, rineka cipta , Jakarta , 1998 , hlm 91

11

6. Responden dan narasumber


Responden dan narasumber dalam penelitian ini adalah subjek yang
berkaitan dengan permasalahan hukum yang diteliti, yaitu;
Responden terdiri dari 15 orang polisi pariwisata
Yang dimaksud dengan narasumber adalah individu yang dianggap
ahli atau berwenang dan mempunyai keterkaitan atau relevansi dengan
permasalahan yang menjadi objek penelitian ini.
Narasumber dalam penelitian ini adalah AKBP Drs. M. Khaerudin
selaku pejabat Direktur Pengamanan Wisata Polda DIY.
7. Metode Analisis Data
Keseluruhan data dari hasil penelitian baik diperoleh di lapangan
maupun di perpustakaan diolah dan dianalisa secara kualitatif yakni
perolehan data tersebut disusun secara sistematis dan disajikan dalam
bentuk uraian kalimat. Kemudian dengan menggunakan metode
berfikir induktif didapatkan kesimpulan

yang bersifat umum

berdasarkan pada suatu hal ( fakta-fakta) yang bersifat khusus.

Anda mungkin juga menyukai