Halaman 1 dari 34
dan infus cairan elektrolit sering terjadi selama anesthesia dan dengan cepat dapat
mengganggu keseimbangan asam basa. Pemahaman yang baik dari gangguan
asam basa, efek fisiologisnya, dan Penanganannya merupakan hal yang sangat
essensial dalam manajemen anesthesi secara tepat.
Pemahaman kita tentang keseimbangan asam basa terus berkembang.
Sebelumnya, kita fokus pada konsentrasi on hidrogen, keseimbangan CO 2, dan
base excess/deficit. Sekarang kita mengerti bahwa perbedaan ion kuat (SID), PCO 2,
dan konsentrasi total asam lemah (A TOT) yang sangat baik dalam menjelaskan
sistem keseimbangan asam basa secara fisiologis.
Bab ini menjelaskan fisiologi asam basa, gangguan yang biasa terjadi, dan
implikasinya dalam anesthesi. Pengukuran gas darah secara klinis dan
interpretasinya juga dibicarakan dalam bab ini.
DEFINISI
KIMIA ASAM BASA
Konsentrasi Ion Hidrogen dan pH
Dalam setiap cairan biasa, molekul air terurai secara reversibel menjadi
hidrogen dan ion hidroksida:
Proses ini dikenal sebagai disosiasi konstan, K W:
Konsentrasi air tidak digunakan karena hasilnya tidak signifikan dan sudah
konstan. Oleh karena itu dengan pemberian [H +] atau [OH-] konsentrasi ion lainnya
dapat dihitung.
Contoh: Jika [H+] = 10-8 nEq/L, maka [OH-] = 10-14 10-8 = 10-6 nEq/L.
Nilai normal [H+] pada arteri adalah 40 nEq/L atau 40 x 10-9 mol/L.
Konsentrasi ion hidrogen sering dikenal sebagai pH, pH dari suatu larutan
didefinisikan sebagai logaritma negatif (base 10) dari [H +]. pH normal arteri adalah
log (40 x 10-9) = 7,40. Konsentrasi ion hidrogen yang sesuai dalam kehidupan
adalah antara 16 dan 160 nEq/L (pH 6,8 7).
Halaman 2 dari 34
Gambar 30 1
Seperti disosiasi konstan lainnya, K W dipengaruhi oleh suhu. Oleh karena itu
titik elektronetralitas untuk air terjadi pada pH 7,0 dengan suhu 25 0C atau pada pH
6,8 dan suhu 370C; Perubahan yang terjadi karena perubahan suhu menjadi penting
selama hipotermi.
Karena cairan fisiologis adalah larutan biasa yang kompleks, Faktor lain yang
mempengaruhi penguraian dari air menjadi H + dan OH- adalah SID, PCO2, dan ATOT.
Asam dan Basa
Asam dikenal sebagai bahan kimia yang berperan sebagai proton [H +] donor,
sedangkan basa berperan sebagai penerima proton (definisi Bronsted-Lowry). Pada
larutan fisiologis, lebih baik menggunakan definisi dari Arrhenius: Asam adalah
senyawa yang terdiri dari hidrogen dan bereaksi dengan air untuh menghasilkan ion
hidrogen. Basa adalah komponen yang menghasilkan ion hidroksida dari air.
Dengan menggunakan definisi ini, SID menjadi sama pentingnya seperti ion-ion lain
dalam larutan (kation dan anion) yang akan mempengaruhi disosiasi konstan dari
air, dan konsentrasi ion hidrogen. Asam kuat merupakan substansi yang mudah dan
hampir irreversibel yang dapat memberikan H + dan dapat meningkatkan [H+],
sedangkan basa kuat berikatan kuat dengan H + dan menurunkan [H+]. Sebaliknya
asam lemah memberikan H+ secara reversibel; keduanya punya efek yang sedikit
terhadap [H+]. Senyawa biologis termasuk asam lemah atau basa lemah.
Halaman 3 dari 34
Dari persamaan ini dapat dilihat bahwa pH dari larutan ini berhubungan
dengan rasio antara anion yang terdisosiasi dengan asam yang tidak terdisosiasi.
Yang menjadi masalah dalam perhitungan ini adalah bahwa secara
fenomenal Pengukuran pH dan bikarbonat, dan kemudian variabel yang lainnya
dapat dimanipulasi secara matematis. Perhitungan ini dapat diukur dengan baik
dengan air murni konsentrasi [H +] harus sama dengan [OH -]. Tetapi larutan
fisiologis, walaupun larutan biasa, jauh lebih kompleks. Meskipun pada larutan yang
kompleks, [H+] dapat diperkirakan dengan menggunakan tiga variabel : SID, PCO 2,
dan konsentrasi total asam lemah [ATOT].
Perbedan Ion Kuat
SID adalah jumlah dari seluruh komponen kuat, baik yang terdisosiasi secara
lengkap atau hampir lengkap, Kation (Na +, K+, Ca2+, Mg2+) dikurangi anion kuat (Cl-,
laktat-, dan lain-lain)Walaupun kita dapat menghitung SID, karena hukum
elektronetralitas harus diperhatikan, maka jika ada SID, ion lain yang tidak terhitung
harus ada. PCO2 adalah variabel yang dapat berdiri sendiri dengan asumsi ventilasi
tetap berlanjut. Basa konjugasi dari HA adalah A- dan biasanya sebagian besar
terdiri dari foafat dan protein yang tidak berubah terhadap kedua variabel lainnya. A ditambah AH adalah variabel yang berdiri sendiri karena nilainya tidak ditentukan
oleh variabel yang lain. Perlu dicatat bahwa [H +] bukanlah ion kuat ( air tidak
berdisosiasi secara lengkap), tetapi hal itu dapat terjadi atau dapat berespon
terhadap setiap perubahan SID, PCO 2, atau ATOT sesuai dengan hukum
elektronetralitas dan keutuhan dari massa. Ion kuat tidak dapat dibuat untuk
mancapai elektronetralitas, tetapi ion hidrogen dibuat atau dipakai berdasarkan
perubahan pada disosiasi air.
Halaman 4 dari 34
Gambar 30 2
Halaman 5 dari 34
Primary Change
Compensatory Response
Respiratory
Acidosis
PaCO2
HCO3
Alkalosis
PaCO2
HCO3
Acidosis
HCO3
PaCO2
Alkalosis
HCO3
PaCO2
Metabolic
Jika hanya satu proses patologis yang terjadi, gangguan asam basa
dianggap sederhana. Adanya dua atau lebih proses primer merupakan indikasi
terjadinya gangguan asam basa campuran.
Kata -emia digunakan untuk menunjukkan efek dari semua proses primer
dan respon kompensasi fisiologis dari pH darah arteri. Karena pH normal darah
arteri orang dewasa 7,35-7,45, pada keadaan asidemia pH <7,35, sedangkan pada
alkalemia yang signifikan pH >7,45.
MEKANISME KOMPENSASI
Respon fisiologis terhadap perubahan [H +] terdiri dari tiga fase: (1) Buffering
kimia yang segera, (2) kompensasi respiratorik, (3) kompensasi yang lebih lambat,
tetapi lebih efektif yaitu respon kompensasi ginjalyang hasilnya dapat mendekati pH
normal arteri meskipun proses patologis masih berlangsung.
BODY BUFFERS
Secara fisiologis buffer yang utama di manusia termasuk antara lain
bikarbonat (H2CO3/HCO3-), Hemoglobin (HbH/Hb-), protein intraseluler (PrH/Pr-),
fosfat (H2PO4/HPO4), dan ammonia (NH3/NH4+). Efektifitas dari keseluruhan buffer ini
pada kompartemen cairan yang berbeda tergantung dari konsentrasinya. Bikarbonat
adalah buffer yang sangat penting di kompartemen cairan ekstraseluler.
Halaman 6 dari 34
Hemoglobin, yang terikat erat dalam sel darah merah, juga berfungsi sebagai buffer
yang penting di dalam darah. Protein yang lainnya mungkin juga mempunyai
pengaruh utama sebagai buffer pada kompartemen cairan intraseluler. Fosfat dan
ammonia merupakan buffer urin yang utama.
Penyanggaan dari kompartemen ekstraseluler dapat terpenuhi dengan
pertukaran H+ ekstraseluler dengan Na+ dan Ca2+ dari tulang dan bisa juga dengan
pertukaran antara H+ ekstraseluler dengan K+ intraseluler. Asam yang berlebih juga
dapat menyebabkan demineralisasi tulang dan pelepasan senyawa alkali (CaCO 3
dan CaHPO4). Alkali berlebih (NaHCO3) dapat meningkatkan deposit karbonat pada
tulang.
Penyanggaan oleh bikarbonat plasma dapat terjadi segera meskipun
bikarbonat interstisial membutuhkan waktu 15-20 menit. Sebaliknya, penyanggaan
dengan protein intreseluler dan tulang berlangsung lambat (2-4 jam). Lebih dari 5060% asam berlebih mungkin dapat disangga oleh sistem penyangga dati tulang dan
intraseluler.
Buffer Bikarbonat
Meskipun dalam pengertian yang jelas bahwa buffer bikarbonat terdiri dari
H2CO3 dan HCO3-, tekanan CO2 (PCO2) dapat menggantikan H2CO3, karena:
Hidrasi dari CO2 ini dikatalisasi oleh karbonik anhidrase. Jika penyesuaian ini
dibuat dalam disosiasi konstan untuk buffer bikarbonat dan jika koefisien kelarutan
untuk CO2 (0,03 mEq/L) dipakai, maka persamaan Henderson-Hesselbach dapat
ditulis sebagai berikut:
dimana pK = 6,1.
Jika pK tidak mendekati pH normal arteri 7,4 maka bikarbonat tidak dapat
dikatakan sebagai buffer ekstraseluler yang efisien. Sistem bikarbonat,
bagaimanapun, penting karena dua alasan: (1) Bikarbonat (HCO 3-) berada dalam
konsentrasi yang tinggi alam cairan ekstraseluler, (2) Lebih penting lagi, PaCO 2 dan
[HCO3-] plasma diatur oleh paru-paru dan ginjal secara terus-menerus. Kemampuan
dari kedua organ ini untuk mengubah rasio [HCO 3-]/PaCO2 menyebabkan kedua
organ ini memiliki pengaruh penting terhadap pH arteri.
Cara yang praktis dan lebih sederhana dari persamaan HendersonHesselbach untuk buffer bikarbonat adalah:
Punya : dr.Dwi Striyanto (Anestesi Padjadjaran)
Halaman 7 dari 34
Persamaan ini sangat berguna secara klinis karena pH dapat dengan mudah
diubah ke [H+]. Dikatakan untuk pH dibawah 7,40, [H +] meningkat 1,25 nEq/L untuk
setiapp penurunan pH sebesar 0,01; Untuk pH diatas 7,40, [H +] menurun sebesar
0,8 nEq/L untuk setiap peningkatan pH sebesar 0,01.
Tabel 30 2
pH
[H+] nEq/L
6.80
158
6.90
126
7.00
100
7.10
79
7.20
63
7.30
50
7.40
40
7.50
32
7.60
25
7.70
20
Karenanya,
Halaman 8 dari 34
Jika asumsi yang sebenarnya dibuat bahwa [ HCO3] tidak berubah, kemudian
Halaman 9 dari 34
KOMPENSASI PARU-PARU
Perubahan pada ventilasi alveolar bertanggung jawab untuk kompensasi paru
dari PaCO2 yang diperantarai oleh kemoreseptor pada batang otak. Reseptor ini
berespon terhadap perubahan pada pH cairan serebrospinal. Ventilasi permenit
meningkat 1-4 L/menit untuk setiap peningkatan 1 mmHg PaCO 2. Faktanya, paruparu bertanggung jawab untuk mengeliminasi kira-kira 15 mEq karbondioksida yang
diproduksi setiap hari sebagai produk metabolisme karbohidrat dan lemak. Respon
kompensasi paru juga penting dalam pertahanan melawan perubahan pada pH
selama gangguan metabolik.
Kompensasi Paru-Paru Selama Asidosis Metabolik
Penurunan pH darah arteri menstimulasi pusat pernafasan di medulla. Hasil
dari peningkatan ventilasi aleolar akan menurunkan PaCO 2 dan cenderung
menormalkan pH arteri. Respon paru terhadap PaCO 2 yang rendah terjadi secara
cepat tetapi mungkin tidak mencapai keadaan yang diinginkan sampai 12-24 jam;
pH tidak pernah mencapai normal.PaCO 2 secara normal turun 1-1,5 mmHg dibawah
40 mmHg untuk setiap penurunan [HCO3-] plasma sebesar 1 mEq/L.
Kompensasi Paru-Paru Selama Alkalosis Metabolik
Peningkatan pH darah arteri akan menekan pusat pernafasan. Hasilnya
hipoventilasi alveolar cenderung menaikkan PaCO 2 dan mengembalikan pH arteri
menjadi normal.Respon paru terhadap alkalosis metabolik secara umum sulit
diprediksi dibandingkan respon terhadap asidosis matabolik. Hipoksemia, sebagai
akibat dari hipoventilasi yang progresif, biasanya mengaktifkan axygen-sensitive
chemoreceptor; kemudian menstimulasi ventilasi dan membatasi respon
kompensasi paru. Konsekwensinya, PaCO2 biasanya tidak pernah naik diatas 55
mmHg pada respon terhadap alkalosis metabolik. Secara umum, PaCO 2 dapat
diharapkan meningkat sebesar 0,25-1 mmHg untuk setiap peningkatan [HCO 3-]
sebesar 1 mEq/L.
KOMPENSASI GINJAL
Kemampuan ginjal untuk mengatur jumlah reabsorbsi HCO 3- yang terfiltrasi
dari cairan tubulus, membentuk HCO 3- yang baru, dan mengeliminasi H + dalam
bentuk asam yang dapat dititrasi dan ion ammonia menyebabkan mereka memberi
pengaruh utama terhadap pH selama gangguan asam basa baik metabolik dan
respiratorik.
Halaman 10 dari 34
Meningkatkan Reabsorbsi Dari HCO3CO2 didalam sel tubulus ginjal berikatan dengan air dan membentuk karbonat
anhidrase. Asam karbonat (H2CO3) terbentuk dengan cepat dan terdisosiasi
menjadi H+ dan HCO3-. Kemudian ion bikarbonat masuk ke aliran darah
sementara ion H+ disekresi ke dalam tubulus ginjal, dimana H + bereaksi dengan
HCO3- yang terfiltrasi untuk membentuk H 2CO3. Karbonik anhidrase menempel
ke dinding lumen dan mengkalisasi peruabhan H 2CO3 menjadi CO2 dan H2O.
Kemudian CO2 dapat berdifusi kembali kedalam sel tubulus ginjal ntuk
menggantikan CO2 yang sudah terpakai. Tubulus proksimal secara normal
mereabsorbsi 80-90% bikarbonat yang terfiltrasi bersamaan dengan sodium,
sedangkan tubulus distal bertanggung jawab hanya 10-20%. Tidak seperti
pompa H+ pada tubulus proksimal, pompa H + di tubulus distal tidak bersamaan
dengan reabsorbsi sodium, dan memiliki kemampuan mengatur gradien H +
antara cairan tubulus dan sel tubulus. pH urine dapat menurun sampai 4,4
(Bandingkan dengan pH plasma yaitu 7,4).
Halaman 11 dari 34
Gambar 30 3
B.
Halaman 12 dari 34
Gambar 30 4
Halaman 13 dari 34
Gambar 30 5
Halaman 14 dari 34
aldosterone sebagai pengganti ntuk sekresi ion H + di tubulus distal, dan akhirnya
peningkatan pementukan HCO3- dapat menjadi pencetus atau memperberat
metabolik alkalosis.
Metabolik alkalosis biasanya berhubungan dengan peningkatan aktivitas
mineralokortikoid meskipun tidak terjadi deplesi dari sodium dan klorida.
Base Excess
Base Excess adalah jumlah assam atau basa yang harus ditambahkan ke
dalam darah agar pHnya kembali menjadi 7,4 dan PaCO 2 menjadi 40 mmHh pada
keadaan saturasi O2 maksimal dan suhu 37 0C. Ditambah lagi, pemberian ini hanya
berlaku untuk buffer yang nonkarbonik di darah.
Singkatnya, base excess menggambarkan tentang komponen metabolisme
dari gangguan asam asa. Nilai positif menandakan keadaan metabolisme alkalosis,
sedangkan nilai negatif menandakan metabolisme asidosis. Base excess biasanya
dalam bentuk grafik atau secara elektronik dari normogram yang dikembabngkan
oleh Siggaard-Anderson dan membutuhkan penghitungan konsentrasi hemoglobin.
Gambar 30 6
Halaman 15 dari 34
ASIDOSIS
EFEK FISIOLOGIS TERHADAP ASIDEMIA
[H+] diregulasi secara ketat dalam batas nanomol/L (36-43 nmol/L) karena ion
H+ memiliki kepadatan muatan yang tinggi dan medan listrik yang las yang dapat
mempengaruhi kekuatan ikatan hidrogen yang secara fisiologis terdapat pada
hampir semua biokimia. Reaksi biokimia sangat sensitif akan perubahan [H +].
Keseluruhan efek akhir dari acidemia yang terlihat pada pasien menunjukkan
keseimbangan antara efek secara langsung dan aktivasi simpatis ginjal. Dengan
keadaan asidosis yang memburuk (pH < 7,20), efek depresi secara langsung sangat
dominan. Depresi otot jantung dan otot polos secara langsung menyebabkan
penurunan kontraksi jantung dan resistensi pembuluh perifer, dan pada akhirnya
menyebabkan hipotensi tang progresif. Asidosis yang berat menyebabkan hipoksia
jaringan disamping menyebabkan affinitas hemoglobin terhadap oksigen bergeser
ke arah kanan. Jantung dan otot polos pembuluh darah menjadi kurang responsif
terhadap katekolamin eksogen dan endogen, dan ambang fibrilasi ventrikel
menurun. Hiperkalemia yang progresif sebagai akibat dari K + yang keluar dari sel
sebagai pengganti untuk H+ ekstraseluler juga sangat potensial untuk menyebabkan
kematian.[K+] plasma meningkat sampai kira-kira 0,6 mEq/L untuk setiap penurunan
pH sebesar 0,10.
Depresi sistem saraf pusat lebih sering terjadi pada respirasi asidosis
dibandingkan metabolik asidosis. Pengaruh ini, seringkali disebut Narkosis CO 2,
mungkin sebagai hasil dari hipertensi sekunder intrakranial untuk meningkatkan
aliran darah otak (Cerebral Blood Flow) dan asidosis intrasel yang berat.
Tidak seperti CO2, ion H+ tidak mudah penetrasi melalui sawar darah otak.
ASIDOSIS RESPIRATORIK
Acidosis respiratorik digambarkan sebagai peningkatan PaCO 2 primer.
Peningkatan ini berdasar pada reaksi:
keseimbangan
antara
produksi
CO 2
dan
Halaman 16 dari 34
Alveolar hypoventilation
Central nervous system depression
Drug-induced
Sleep disorders
Obesity hypoventilation (Pickwickian) syndrome
Cerebral ischemia
Cerebral trauma
Neuromuscular disorders
Myopathies
Neuropathies
Chest wall abnormalities
Flail chest
Kyphoscoliosis
Pleural abnormalities
Pneumothorax
Pleural effusion
Airway obstruction
Upper airway
Foreign body
Tumor
Laryngospasm
Sleep disorders
Lower airway
Severe asthma
Chronic obstructive pulmonary disease
Tumor
Halaman 17 dari 34
Halaman 18 dari 34
penurunan produksi CO2 sangat berguna hanya pada kasus-kasus yang spesifik
(seperti, dantrolene untuk hipertermi berat, paralisis otot untuk tetanus, medikasi
antitiroid untuk krisis tiroid, dan penurunan asupan kalori). Penantian yang tepat
yang ditujukan untuk meningkatkan ventilasi alveolar termasuk bronkhodilatasi,
pengembalian keadaan narkosis, pemberian stimulan pernafasan (doxapram), atau
meningkatkan kemampuan pengembangan paru (diuresis). Asidosis yang moderat
sampai berat (pH < 7,20), narkosis CO2, dan kelelahan otot pernafasan yang tibatiba merupakan indikasi untuk pemasangan ventilator. Peningkatan konsentrasi
oksigen inspirasi juga diperlukan, karena hipoksemia yang menetap biasa terjadi.
NaHCO3 intravenous sangat jarang terjadi kecuali pH < 7.10 dan HCO3 < 15
mEq /L. Terapi sodium bikarbonat akan meningkatkan PaCO2 :
Halaman 19 dari 34
Halaman 20 dari 34
Anion Gap
Anion gap di plasma biasanya didefinisikan sebagai perbedaan antara ukuran
mayor kation dan anion.
Atau
Pada dasarnya, anion gap tidak dapat muncul karena tubuh selalu
mempertahankan keseimbangan elektrolit; jumlah anion sama dengan jumlah
kation. Jadi,
Kation yang tidak terukur termasuk K +, Ca++, dan Mg++, sedangkan anion yang
tidak terukur termasuk semua anion organic (termasuk proteinplasma), fosfat dan
sulfat. Albumin plasma normalnya menggambarkan fraksi terbesar anion gap
(sekitar 11 mEq/l). Anion gap turun 2,5 mEq/l setiap reduksi albumin plasma 1 g/dl.
Proses apapun yang meningkatkan anion tidak terukur atau menurunkan kation
tidak terukur akan meningkatkan anion gap. Sebaliknya, proses apapun yang
menurunkan anion tidak terukur akan menurunkan anion gap.
Elevasi ringan anion gap plasma hingga 20 mEq/l tidak membantu diagnosis
selama asidosis, tetapi nilai > 30 mEq/l biasanya mengindikasikan adanya asidosis
dengan anion gap tinggi (below). Alkalosis metabolic juga dapat menyebabkan anion
gap yang tinggi karena penurunan volume elstraseluler, peningkatan pertukaran
albumin, dan peningkatan produksi laktat sebagai kompensasi. Anion gap plasma
yang rrendah mungkin disertai hipoalbumin, intoksikasi bromida atau lithium dan
multiple myeloma.
Asidosis Metabolik Dengan Anion Gap Tinggi
Halaman 21 dari 34
Halaman 22 dari 34
Halaman 23 dari 34
Halaman 24 dari 34
arterial > 7,25 biasanya cukup untuk mengetahui efek samping dari asidemia.
Asidemia yang refrakter mungkin memerlukan hemodialisis dengan dialisat
bikarbonat.
Penggunaan rutin NaHCO3 dalam jumlah banyak dalam penanganan henti
jantung dan low flow states tidak lagi direkomendasikan. Asidosis seluler paradoksik
dapat muncul , biasanya pada saat eliminasi CO2 terganggu. Karena CO2 yang
telah terbentuk memasuki sel sementara ion bikarbonatnya belum. Peningkatan
buffer yang tidak meningkatkan CO2 secara teoritis merupakan keadaan yang
terpilih, tapi tidak terbukti secara klinik.
Terapi spesifik untuk ketoasidodis diabetikum termasuk perbaikan defisit
cairan yang telah terjadi sebagai akibat dari diuresis osmotic hiperglikemik
dilanjutkan dengan penanganan insulin, potassium, fosfat dan magnesium.
Penanganan asidosis laktat harus diarahkan pertama kali untuk mengembalikan
oksigenasi yang adekuat dan perfusi jaringan. Alkalinisasi urin oleh NaHCO3 untuk
PH yang lebih besar dari 7 meningkatkan eliminasi salisilat untuk keadaan
keracunan salisilat. Infus etanol (IV 8-10 mL/Kg 10% etanol dalam larutan D5 dalam
30 menit dibarengi dengan infuse kontinum sebesar 0,15 mL/kg/jam untuk mencapai
kadar etanol dalam darah 100-130 mg/dL) adalah indikasi untuk keadaan keracunan
methanol atau etilen glikol. Etanol berkompetisi dengan alkohol dehidrogenase dan
menurunkan pembentukan asam dari methanol glikolik dan asam oksalat dari etilen
glikol.
Bikarbonat Space
adalah volume HCO3 yang akan didistribusikan saat diberikan intra vena.
Walaupun secara teoritis harus menyeimbangkan dengan ruang cairan ekstraseluler
(25% dari berat badan), dalam kenyataannya dapat sebesar 25%-60% tergantung
derajat keparahan dan lamanya sidosis terjadi. Variasi ini setidaknya berkaitan
dengan jumlah buffer tulang dan intraseluler yang telah ada.
Contoh menghitung jumlah NaHCO3 yang diperlukan untuk menghitung defisit basa
(BD) -10mEq/L pada seorang laki-laki 70 tahun dengan bikarbonat space
diperkirakan sebesar 30%:
dalam prakteknya, hanya 50% dari dosis yang telah dihitung (105 mEq) biasa
diberikan, setelahnya dilakukan pengukuran AGD.
Pertimbangan anestesi pada pasien dengan asidosis
Halaman 25 dari 34
ALKALOSIS
Efek Fisiologis Alkalosis
Alkalosis meningkatkan afinitas Hb terhadap oksigen dan pergeseran kurva
disosiasi ke kiri, menyebabkan Hb lebih sulit melepaskan oksigen ke jaringan.
Pertukaran H+ keluar sel dengan K+ ekstraseluler yang masuk ke dalam sel
menyebabkan hipokalemia. Alkalosis meningkatkan jumlah binding site kalsium
pada protein plasma, menurunkan ionisasi plasma, sehingga menyebabkan depresi
sirkulasi dan iritabilitas neuromuscular. Alkalosis respiratori menurunkan cerebral
blood flow, meningkatkan resistensi vascular sistemik dan presipitasi vasospasme
Halaman 26 dari 34
koroner. Pada pulmonal, alkalosis respiratori meningkatkan tonus otot polos bronkus
(bronkokonstriksi) namun menurunkan rsistensi vascular pulmonal.
Alkalosis Respiratori
Alkalosis respiratori didefenisikan sebagai menurunnya PaCO 2 secara primer.
Mekanismenya adalah abnormalitas peningkatan ventilasi alveolar relative terhadap
produksi CO2. Tabel 30-5 menunjukkan penyebab alkalosis respiratori yang paling
sering. [HCO3-] plasma biasanya turun 2 mEq/L untuk setiap penurunan 10 mmHg
secara akut PaCO2 dibawah 40 mmHg. Perbedaan antara alkalosis respiratori akut
dan kronis tidak selalu ada, karena respon kompensasialkalosis sedikit bervariasi ;
[HCO3-] plasma menurun 2-5 mEq/L untuk setiap penurunan 10 mmHg PaCO2
dibawah 40 mmHg.
Tabel 30 5 Penyebab Alkalosis Respitorik
Central stimulation
Pain
Anxiety
Ischemia
Stroke
Tumor
Infection
Fever
Drug-induced
Salicylates
Progesterone (pregnancy)
Analeptics (doxapram)
Peripheral stimulation
Hypoxemia
High altitude
Pulmonary disease
Congestive heart failure
Noncardiogenic pulmonary edema
Asthma
Pulmonary embolism
Severe anemia
Unknown mechanism
Halaman 27 dari 34
Sepsis
Metabolic encephalopathies
Iatrogenic
Ventilator-induced
Penanganan Alkalosis Respiratori
Koreksi yang paling mendasari adalah satu-satunya treatment alkalosis
respiratori. Alkalemia berat (pH arteri >7,6), pemberian asam hidroklorida intravena,
arginin klorida atau ammonium klorida dapat diindikasikan.
ALKALOSIS METABOLIK
Alkalosis metabolic adalah peningkatan primer [HCO 3-] plasma. Kasus
alkalosis metabolik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) yang berhubungan
dengan defisiensi NaCl dan deplesi cairan ekstraseluler, kadang disebut chloride
sensitive, (2) yang berhubungan dengan peningkatan aktivitas mineralokortikoid,
desibut dengan chloride resistent.
Tabel 30 6 Penyebab Alkalosis Metabolik
Chloride-sensitive
Gastrointestinal
Halaman 28 dari 34
Vomiting
Gastric drainage
Chloride diarrhea
Villous adenoma
Renal
Diuretics
Posthypercapnic
Low chloride intake
Sweat
Cystic fibrosis
Chloride-resistant
Increased mineralocorticoid activity
Primary hyperaldosteronism
Edematous disorders (secondary hyperaldosteronism)
Cushing's syndrome
Licorice ingestion
Bartter's syndrome
Severe hypokalemia
Miscellaneous
Massive blood transfusion
Acetate-containing colloid solutions
Alkaline administration with renal insufficiency
Alkali therapy
Combined antacid and cation-exchange resin therapy
Hypercalcemia
Milk-alkali syndrome
Bone metastases
Sodium penicillins
Glucose feeding after starvation
Alkalosis Metabolik Resisten Klorida
Peningkatan aktivitas mineralokortikoid biasanya berakibat alkalosis
metabolik meskipun tidak ada kaitannya dengan penurunan volume ekstraseluler.
Peningkatan tak terkendali aktivitas mineralokortikoid menyebabkan retensi sodium
dan peningkatan volume ekstraseluler. Peningkatan sekresi H + dan K+ mengambil
bagian untuk menyeimbangkan reabsorpsi sodium yang telah ditingkatkan oleh
Punya : dr.Dwi Striyanto (Anestesi Padjadjaran)
Halaman 29 dari 34
Halaman 30 dari 34
Halaman 31 dari 34
6. jika mekanisme kompensasi yang terjadi lebih atau kurang dari yang
diharapkan, maka terjadi gangguan asam basa campuran.
7. hitung gap anion plasma pada kasus asidosis metabolik.
8. ukur konsentrasi klorida urin pada kasus alkalosis metabolik.
Pendekatan alternatif yang cepat namun kurang tepat adalah dengan
menghubungkan perubahan pH dengan perubahan CO2 dan HCO 3. pada gangguan
respiratori, setiap perubahan 10 mmHg CO2 akan menyebabkan perubahan pH
arteri 0,08 U dengan arah yang berlawanan. Selama gangguan metabolik, setiap
perubahan 6 mEq HCO3 juga merubah pH arteri 0,1 dengan arah yang sama. Jika
perubahan pH melebihi atau kurang dari yang diprediksikan, maka mungkin terjadi
gangguan asam basa campuran.
Table 307. Normal Compensatory Responses in AcidBase Disturbances.
Disturbance
Response Expected Change
Respiratory acidosis
Acute
[HCO3]
Chronic
[HCO3]
Acute
[HCO3]
Chronic
[HCO3]
Metabolic acidosis
PaCO2
Metabolic alkalosis
PaCO2
Respiratory alkalosis
Halaman 32 dari 34
kapiler merepresentasikan campuran darah arteri dan vena, dan nilai yang didapat
merefleksikan hal tersebut. sampel biasanya dikumpulkan pada syringe heparin dan
harus dianalisis segera. Gelembung udara harus ditiadakan, sampel ditutup dan
diletakkan di atas es untuk mencegah ambilan udara dari sel darah atau kehilangan
udara ke atmosfer. Walaupun heparin sangat asam, jumlah haparin yang berlebihan
dalam syringe hanya menurunkan pH secara minimal namun menurunkan PCO2
sebanding dengan persentase dilusinya, serta memiliki efek bervariasi terhadap
PO2.
Koreksi Suhu
Perubahan pada suhu mempengaruhi PCO2 dan Po2 secara langsung serta
pH secara tidak langsung. Turunnya suhu menurnunkan tekanan parsial gas pada
larutan- walaupun total gas content tidak berubah- karena kelarutan sebanding
dengan suhu. Baik PCO2 dan PO2 turun selama keadaan hipotermia, namun pH
meningkat karena suhu tidak mengubah [HCO 3-] : PaCO2 menurnu, namun [HCO 3-]
tidak berubah. Karena tekanan gas darah dan pH selalu diukur pada suhu 37 C,
terdapat kontroversi apakan pengukuran nilai harus disesuaikan dengan suhu
pasien sebenarnya. Nilai normal pada suhu selain 37 C tidak diketahui. Banyak
klinisi menggunakan pengukuran pada suhu 37 C, mengabaikan suhu pasien yang
sebenarnya.
Pengukuran pH
Ketika logam diletakkan pada larutan garam, tendensi logam untuk
berionisasi ke dalam larutan menyebabkan logam bermuatan negatif. Jika dua
logam yang berbeda (elektroda) dan larutan garamnya dipisahkan oleh partisi
berpori (bisa terjadi pertukaran muatan), tendensi salah satu logam untuk larut ke
dalam larutan dibandingkan logam yang lain menyebabkan adanya sebuah gaya
elektromotive antara dua elektroda. Untuk mengukur pH, elektroda perak/ perak
klorida dan elektroda merkuri/ merkuri klorida (calomel) adalah yang paling sering
digunakan. Elektroda perak kontak dengan larutan uji melalui gelas yang sensitif
terhadap pH. Elektroda calomel berhadapan dengan larutan uji melalui larutan
potassium klorida dan porous plug. Gaya elektromotive berkembang antara dua
elektroda adalah sebanding dengan [H +].
Pengukuran Karbondioksida
Modifikasi sistem elektroda pH dapat digunakan untuk mengukur PCO2. pada
sistem ini, (elektroda Severinghaus), dua elektroda dipisahkan oleh larutan sodium
bikarbonat dan potasium klorida. Sampel uji kontak dengan larutan bikarbonat
melalui membran teflon yang tipis yang menyebabkan keseimbangan CO2 antara
keduanya. Hasilnya, pH larutan bikarbonat merefleksikan PCO2 pada larutan uji.
Pengukuran Oksigen
Halaman 33 dari 34
Halaman 34 dari 34