Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembukaan Undang-undang Dasar tahun 1945 pemerintah Negara
Republik Indonesia menyatakan bahwa melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahtraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi,dan keadilan sosial. Sejalan dengan
itu dalam pasal 31 UUD 1945 Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran, pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-undang. Sistem Pendidikan
Nasional

harus

mampu

menjamin

pemerataan

kesempatan

Pendidikan,

peningkatan mutu serta relevansi dan efesiensi Manajemen Pendidikan untuk


menghadapi tantangan sesuai degan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional
dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara berencana,
terarah dan berkesinambungan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, ahlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinnya, masyarakat,
bangsa dan negara. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dalam proses pembelajaran guru
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar maka guru harus siap dalam
memahami karakteristik siswa dan mata pelajaran yang akan diajarkannya. Hal ini
berguna agar guru dapat menentukan dengan seksama bahan-bahan yang akan
diberikan, menggunakan prosedur ajar yang serasi, model maupun metode dan
mengadakan diagnosis atas kesulitan.
Hasil belajar kelas X SMK Negeri 4 Palembang termasuk dalam kategori
rendah, khususnya pada pembelajaran Mekanika Teknik. Hal ini dibuktikan oleh

rata-rata nilai ulangan harian Mekanika Teknik siswa tiga tahun terakhir. Pada
tahun 2009 rata-rata hasil belajar siswa adalah 6,20. Sementara tahun 2010 ratarata hasil belajar siswa adalah 6,10. Sedangkan tahun 2011 rata-rata hasil belajar
siswa adalah 6, 30. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa khususnya
pada materi mekanika teknik adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang berasal dai dalam diri

siswa yang berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal
dari luar individu siswa misal media, model ataupun metode yang digunakan guru
akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Berdasarkan observasi awal, kegiatan
pembelajaran Mekanika Teknik sangat monoton dan didominasi oleh metode
ceramah sehingga selama ini siswa kurang berpartisipasi dalam pembelajaran
sehingga hasil belajarnya relatif rendah. Maka dari itu dibutuhkan suatu penelitian
tindakann kelas agar masalah tersebut dapat di minimkan ataupun diselesaikan.
Adapun judul penelitian ini adalah Meningkatkan Hasil Belajar Mekanika
Teknik Siswa melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make
A Match Di Kelas X di SMK Negeri 4 Palembang.
B. Masalah dan Pemecahan
1. Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti adalah
rendahnya hasil belajar Mekanika Teknik siswa kelas X SMK Negeri 4
Palembang karena beberapa faktor . Faktor-faktor yang menyebabkan siswa
kurang menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru berdasarkan analisis
pemasalahan sebagai berikut :
1. Belum ditemukan model pembelajaran yang tepat pada materi Mesin
kompersi energi siswa kelas X di SMK Negeri 4 Palembang
2. Pembelajaran berpusat pada guru sehingga siswa kurang bisa
menginterprestasikan kemampuannya, siswa mudah bosan, yang
mengakibatkan kurangnya perhatian siswa ketika pembelajaran
berlangsung.

3. Kurangnya minat dan motivasi peserta didik untuk aktif dalam proses
pembelajaran.
4. Rendahnya hasil belajar materi mekanika teknik siswa Kelas X di
SMK Negeri 4 Palembang.
5. Kurangnya rasa solidaritas sosial siswa dan cenderung bersifat
individualis.
2. Pemecahan
Adapun solusi dari permasalahan diatas adalah dengan penerapan model
pembelajaran Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A Match
pada materi mekanika teknik siswa Kelas X di SMK Negeri 4 Palembang..
C. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Apakah melalui penerapan model pembelajaran Model
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A Match dapat meningkatkan
hasil belajar mekanika teknik siswa Kelas X di SMK Negeri 4 Palembang.? .
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan, maka penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Mekanika teknik siswa Kelas X di
SMK Negeri 4 Palembang.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1

Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan berguna:
a. Sebagai bahan informasi dan pedoman untuk meningkatkan
pendidikan sehingga dapat menambah wawasan dan khsanah ilmu.

b. Bagi peneliti sendiri untuk menambah wawasan pengetahuan dan


pemahaman tentang hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan
di kota Palembang.
2

Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan berguna :
a. Guru
Pembelajaraan dengan menggunakan model pembelajaran Model
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A Match merupakan
salah satu model pembelajaran yang inovatif dan kreatif bagi guru.
b. Sekolah
Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran mekanika teknik di sekolah.
c. Bagi dinas pendidikan
Khususnya di kota Palembang sebagai arahan dalam pelaksanaan
khususnya dalam peningkatan mutu dan pengelolaan pendidikan di
Kota Palembang.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal yang memiliki keterkaitan


tinggi dalam pendidikan. Belajar merupakan kegiatan yang terpadu menjadi satu
usaha yang menyebabkan perubahan tingkah laku secara keseluruhan.
Pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap pada
saat individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan.
Pembelajaran merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks. Dalam
peristiwa tersebut terjalin komunikasi timbal balik antara guru sebagai pengajar
dan siswa sebagai pelajar. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang terdiri
bersamaan tetapi memiliki makna yang berbeda. Sejalan dengan pendapat
tersebut, Slameto (2003:2) berpendapat bahwa : Belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan Hamalik (2004:27) memberikan
definisi tentang belajar yaitu Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif
mantap berkat latihan dan pengalaman. Walaupun terdapat perbedaan rumusan
pengertian belajar namun pada hakekatnya pendapat di atas menunjukkan maksud
yang sama yaitu belajar merupakan upaya yang di lakukan untuk mendapatkan
sesuatu perubahan serta menguasai pengetahuan, kemampuan, kebiasaan,
keterampilan maupun sikap melalui hubungan timbal balik antara orang yang
belajar dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Gulo (2002:8) pembelajaran
merupakan usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan
terjadinya proses belajar itu secara optimal. Sistem lingkungan ini terdiri atas

beberapa komponen, termasuk guru yang saling berinteraksi dalam menciptakan


proses belajar mengajar.
Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri
seseorang setelah berakhirnya aktifitas belajar. Menurut Rusman (2010:1) Belajar
juga pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di
sekitar individu. Belajar dapat di pandang sebagai proses yang diarahkan kepada
tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Sejalan dengan hal
terebut Menurut Gagne (dalam Riyanto, 2010:5) bahwa belajar merupakan
kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama
proses pertumbuhan yang terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat
diamati, diubah, dan dikontrol.
Menurut Djamarah (2002:12) menjelaskan bahwa Belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya
yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
2 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan
tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu konsep
pembelajaran. Untuk mengetahui apakah siswa telah belajar dapat dilihat dari
hasil belajar yang diperoleh setelah mengikuti proses belajar mengajar. Menurut
Dimyanti dan Mudjiono (2002:200) mengemukakan bahwa Hasil belajar adalah
tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu
pembelajaran dimana tingkat keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai
berupa huruf atau angka atau symbol.

Menurut Djafar (2001:82) hasil belajar merupakan kapabilitas atau


kemampuan yang diperoleh dalam proses belajar yang dapat dikategorikan dalam
lima macam yaitu:
1 Informasi Verbal (verbal information)
2 Keterampilan intelektual (intellectual skills)
3 Sikap (Attitude)
4 Keterampilan motorik (Motor skills)
5 Strategi kognitif (cognitive strategis)
Informasi verbal merupakan kemampuan seseorang untuk menuangkan
pikirannya dalam bentuk bahasa lisan maupun tulisan. Keterampilan intelektual
merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membedaknnya,
mengabstaksikan suatu objek, menghubungakan suatu persoalan.
Berkaitan dengan kemampuan yang diperoleh sebagai hasil belajar, Bloom
dalam Sudjana (2004:50) membagi hasil belajar dalam tiga ranah atau kawasan
yaitu:
a

Ranah kognitif (cognitive domain), yang berkenaan dengan hasil belajar


intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.


Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.


Ranah psikomotor, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor, yakni gerakan
refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan
atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan
interpretatif.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah proses belajar mengajar. Proses

belajar mengajar merupakan proses yang komplek dan dipengaruhi oleh


bermacam-macam faktor yang saling menentukan, dengan kata lain keberhasilan
siswa dalam proses belajar dipengaruhi oleh banyak faktor.
3

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa


Syah (2005:144) mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi

hasil belajar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal), faktor yang
berasal dari luar diri siswa (ekternal), dan faktor pendekatan belajar.
a. Faktor internal siswa
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang
berupa faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis dan psikologis seseorang
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai. Secara fisiologis orang
yang memiliki tubuh yang sehat akan berbeda hasil belajarnya dengan orang yang
belajar dalam keadaan sakit atau lelah. Begitu juga dengan faktor psikologis
seperti minat, tingkat kecerdasan, bakat dan motivasi yang dimiliki seseorang
sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar.
b. Faktor eksternal siswa
Faktor eksternal siswa terdiri atas faktor lingkungan sosial dan non sosial.
Lingkungan sosial dapat berupa keadaan lingkungan sekolah dan masyarakat yang
sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil pembelajaran. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah faktor guru, staf administrasi, orang tua atau keluarga,
teman dan masyarakat sekitar. Sedangkan faktor yang termasuk non sosial adalah
gedung sekolah, alat-alat belajar, cuaca, dan waktu belajar yang tersedia.
Pemilihan pendekatan belajar dapat memberikan pengaruh terhadap hasil yang

dicapai. Pemilihan pendekatan yang tepat dapat meningkatkan proses hasil


belajar.
4 Model pembelajaran cooperatif tipe make a match
Menurut Agus (2012:45) model pembelajaran merupakan landasarn praktik
pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori bejalar yang
dirancang

berdasarkan

analisis

terhadap

implementasi

kurikulum

dan

implikasinya pada tingakt operasional di kelas. Model pembelajaran dapat


diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyususn kurikulum, mengatur
materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Sedangkan Menurut Arends
dalam Agus (2012:46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan
digunakan, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,
dan pengelolaan kelas. Menurut Rusman (2012:133) Model pembelajaran dapat
dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang
sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Rusman (2012 : 202) Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang dengan struktur kelompokyang bersifat heterogen.
Sanjaya Dalam Rusman (2012 : 203) cooperative learning merupakan
kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model
pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan.

Menurut

Tukiran

(2012:55)

pembelajaran

kooperatif

(cooperative

learning) merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada


anak didik untuk bekerja keras dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang
terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara
berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau
kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas
yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara
terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif di antara anggota
kelompok.
Langkah-langkah cooperative learning menurut Stahl dalam Tukiran
(2012:63) sebagai berikut:
1) Guru merancang rencana program pembelajaran.
2) Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lembar observasi
yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan mahasiswa dalam
belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil.
3) Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan mahasiswa, guru
mengarahkan dan membimbing mahasiswa, baik secara individual maupun
kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap dan
perilaku mahasiswa selama kegiatan belajar berlangsung.
4) Guru memberikan kesempatan kepada mahasiswa dari masing-masing
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas
ini, guru bertindak sebagai moderator.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan

pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar


pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru
mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses
pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling
membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya
(peerteaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.
Menurut Rusman (2015:223) Metode Make A Match (membuat pasangan)
merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode
ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Menurut Agus (2012:95) hal-hal
yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran di kembangkan dengan Make a Match
adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaanpertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
tersebut.
Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang
cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi
sebaliknya berupa kartu jawaban)
b. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari
kartu yang dipegang.
c. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu cocok dengan kartunya
(kartu soal/kartu jawaban).
d. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
e. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berada dari sebelumnya, demikian seterusnya.
f. Kesimpulan.

B. Penelitian Relevan
1. Nila Adriani (Skripsi 2012) dengan judul Upaya meningkatnya aktivitas
dan hasil belajar siswa melalui penerapan metode diskusi dengan siswa
kartu arisan pada mata pelajaran ekonomi siswa kelas X.8 SMAN 7
Padang
2. Dilla Fajrina (Skripsi 2012) dengan judul Upaya meningkatkan aktivitas
belajar dan hasil belajar siswa melalui penerapan strategi PQ4R pada mata
pelajaran ekonomi di kelas X.1 SMA 1 Kec. Guguak Kab. 50 Kota
C. Kerangka Berfikir
Guru dan proses belajar mengajar memegang peranan penting, tidak hanya
memberikan materi tetapi juga memotivasi siswa agar aktif dalam belajar
sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Karena motivasi
belajar sangat penting bagi siswa yang mempengaruhi semangat belajar siswa
serta mengarahkan kegiatan belajar. Penguatan motivasi belajar tersebut berada
ditangan guru karena itu guru berperan sebagai motivator. Untuk itu guru harus
mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi agar materi yang
diberikan guru dapat membangkitkan semangat siswa sehingga siswa tidak bosan
dan aktif dalam proses belajar mengajar.
Karena penelitian ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka peneliti
merencanakan melakukan penelitian ini sebanyak 2 siklus, penelitian ini
dihentikan tentu saja apabila penelitian sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
peneliti dan sebaliknya penelitian ini akan lanjut ke siklus berikutnya apabila
penenlitian belum mencapai apa yang diharapkan oleh peneliti. Pada siklus
pertama, siswa dikelompokkan secara heterogen menjadi sebagian siswa

mendapatkan kartu pertanyaan dan sebagian lagi mendapatkan kartu jawaban.


Kemudian guru memberikan tugas masing-masing kelompok mengerjakannya,
siswa mendiskusikan tugas tersebut dengan kelompok masing-masing. Guru
memanggil salah satu nomor dengan cara kotak yang berisi gulungan nomor siswa
diambil secara acak, kemudian salah satu nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka. Setiap jawaban yang benar diberi 1 poin sehingga nilai total
kelompok merupakan penjumlahan poin dari para anggotanya.
Selanjutya siklus kedua, tindakan yang dilakukan sama pada siklus
pertama bedanya, siswa meringkas materi pelajaran yang akan dipelajari dan
mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) yang diberikan oleh guru sehingga siswa
dapat memahami materi yang akan dipelajarinya, pada akhir pelajaran diadakan
ulangan harian.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban teoritis/permasalahan yang ada, yang merupakan
sebuah kesimpulan yang masih harus dibuktikan keberadaannya. Bertitik tolak
dari teori yang dikemukakan maka hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam proses
belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelarajan
Geografi.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai

dengan

permasalahan

dan

tujuan

penelitian

yang

telah

dikemukakan diatas, penelitian yang dilaksanakan ini tergolong pada Penelitian


Tindakan Kelas. Menurut Jasa (2010:1) Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
merupakan salah satu bentuk penelitian yang dilakukan dikelas. PTK umumnya
dilakukan oleh guru bekerjasama dengan peneliti atau ia sendiri sebagai guu
berperan ganda melakukan penelitian di kelas, di sekolah dan atau di tempat ia
mengajar untk tujuan penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran.
Menurut Arikunto dkkk (2009:58) mengatakan bahwa Penelitian
Tindakan Kelas (Action Researcch) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki
mutu praktik pembelajaran dikelasnya. PTK, yaitu suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki atau meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih
profesional. Penelitian ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran mekanika teknik. Dalam penelitian ini terdiri
dari beberapa tahapan yaitu (1) Rencana (Plaining), (2) Tindakan (action), (3)
Pengamatan (observation), dan (4) Refleksi (Reflektion).

B. Setting Penelitian
1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu bulan Februari.
2. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Kelas X SMAN 4 Palembang
3. Objek
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas karena kelas X nilai-nilai
siswanya rendah.
C. Langkah Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan terdiri dari
beberapa siklus sampai pada adanya perubahan hasil belajar yang baik. Prosedur
yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Siklus I
Rancangan kegiatan yang akan dilakukan pada siklus 1 ini mengikuti langkahlangkah sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Pada siklus 1 peneliti membuat perencanaan sebagai berikut:
a. Menyiapkan lembar observasi
b. Menentukan standar kompetensi yang akan diajarkan kepada siswa
c. Menyiapkan rencana pembelajaran untuk setiap pertemuan
2. Tindakan (Acting)
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini sesuai dengan rencana yang
disusun diatas yaitu:
a. Guru menyiapkan pelajaran yang akan di diskusikan sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah dibuat.
b. Guru membimbing siswa untuk mencocokkan kartu pertanyaan
dan kartu jawaban.
c. Guru dan siswa secara bersama-sama menyimpulkan pelajaran.
d. Siswa menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru.

3. Pengamatan (observing)
Pengamatan yang dilakukan yaitu pengamatan terhadap aktivitas siswa
selama proses pembelajaran yang dilakukan bersamaan dengan tindakan
berlangsung. Dengan demikian data dapat dikumpulkan dan segera dicatat.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Kemudian pada
akhir kegiatan tindakan, catatan yang ada di analisis dalam bentuk persentase.
4. Refleksi (Reflecting)
Pada akhir siklus I diadakan refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah dilakukan dan menganalisis lembar observasi yang berisi
kegiatan siswa selama proses pembelajaran serta menilai lembar tes siswa.
Kegiatan ini dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan.
Data yang dikumpulkan diolah secara persentase maka akan tergambar hasil yang
dicapai dan kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus 1.
Berdasarkan hasil analisis pada siklus 1 apabila peneliti merasakan bahwa
hasil belajar siswa belum mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan
kesepakatan, maka peneliti dan guru akan melakukan diskusi dan memutuskan
apakah penelitian ini lanjut pada siklus II.
Siklus II
1. Perencanaan (Planning)
Apabila hasil penelitian tindakan kelas dan refleksi siklus I belum
menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa sebagaimana diharapkan,
maka pada siklus II rencana tindakan yang ditambahkan adalah sebagai
berikut:
a. Menyiapkan lembar observasi
b. Menentukan standar kompetensi yang akan diajarkan kepada
siswa
c. Menyiapkan rencana pembelajaran untuk setiap pertemuan
2. Tindakan (Acting)

Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini sesuai dengan rencana yang
disusun di atas yaitu:
a. Guru menjelaskan pelajaran yang akan didiskusikan sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat
b. Guru membimbing siswa untuk mencocokkan kartu pertanyaan
dan kartu jawaban.
c. Guru dan siswa secara bersama-sama menyimpulkan pelajarn
d. Siswa menjawab soal-soal evaluasi yang diberikan oleh guru
e. Siswa diberi pekerjaan rumah berupa soal-soal dan ringkasan
materi untuk pertemuan selanjutnya
3. Pengamatan (observing)
Sebagai pengamatan, hal-hal yang diamati dan alat pengamatan sama
denga siklus I.
4. Refleksi (Reflecting)
Pada refleksi siklus II ini dapat dilihat perubahan yang terjadi pada hasil
belajar siswa jika dibandingkan dengan refleksi siklus I. Untuk selanjutnya
dapat diambil suatu kesimpulan seandainya pada siklus II tidak ada
peningkatan aktivitas hasil belajar siswa maka dilanjutkan pada siklus
selanjutnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan melalui pengamatan
menggunakan lembaran observasi yang berisi hasil belajar siswa yang dilakukan
oleh siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Observasi dilakukan oleh
observer dimana alat yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu daftar cek
(check list) dapat dinyatakan dengan cara memberikan tanda cek pada alternatif
tertentu.
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumusan persentase sebagai
berikut:
P=

F
N 100%

Keterangan:

P = Hasil belajar
F = Frekuansi siswa aktif
N = Jumlah keseluruhan siswa yang diteliti. (Sudjana, 1991:131)

Peningkatan hasil belajar dalam proses belajar mengajar dapat dilihat


dengan membandingkan hasil observasi siklus I dan hasil observasi siklus II.
Untuk menentukan persentase skor hasil belajar siswa digunakan kriteria penilaian
menurut Arikunto (1989:214) sebagai berikut:
81-100%= baik sekali
61-80%= baik
41-60%= cukup
21-40%= kurang
0-20%=sangat kurang
Sedangkan untuk mengetahui persentase hasil belajar siswa secara ratarata digunakan rumus:
T=

T 1+ T 2
2

Keterangan:

T = rata-rata hasil belajar


T1 = hasil belajar pada pertemuan 1
T2 = hasil belajar pada pertemuan 2

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Sekolah Penelitian
Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakn di SMKN 4 Palembang yang
berlokasi di Jalan Sersan Sani No.1019, Desa Palembang, Kecamatan
Kemuning, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. SMK Negeri 4
Palembang berdiri pada tanggal 18 Agustus 2011. Pada tahun 1975 Sekolah
Teknologi Menengah Instruktor Negeri (STMIN) Palembang dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan Industri dan masayrakat menjadi Sekolah Teknologi
Menengah 2 Palembang dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan
kebudayaan Republik Indonesia NO.02/set/08/tahun 1975. Setelah itu di rubah
namanya menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Palembang.
Pada tahun 1979 proses penbelajaran praktik bagi siswa SMK
dilaksanakan di Balai Latihan Pendidikan Teknik (BLPT) Palembang yang
terletak di Jalan Basuki Rahmat Palembang. Setelah beberapa kali mengalami
pergantian kepala sekolah, STM Negeri 2 Palembang berubah nama menjadi
SMK Negeri 4 Palembang. Setelah otonomi daerah UPTD BLPT Palembang
melalui Peraturan Daerah nomor 42 tahun 2001 tanggal 12 Desember 2001
berubah menjadi UPTD BLPT Propinsi Sumatera Selatan yang tugas pokok dan

fungsinya tidak hanya sebagai tempat praktik siswa dan diperluas untuk
pengembangan praktik kejuruan, pembinaan hubungan dunia usaha atau dunia
industri serta dapat dipergunakan oleh masyarakat.
Sejalan dengan perkembangannya SMKN 4 Palembang berangsur-angsur
melengkapi peralatan praktik sendiri sehingga beberapa program keahlian sudah
tidak lagi berpraktik di BLPT Sumatera Selatan. Mengingat fasilitas yang ada di
BLPT Sumatera Selatan tidak termanfaatkan secara optimal terbit pemikiran
untuk mendirikan SMK Negeri Sumatera Selatan melalui Keputusan Gubernur
Nomor 529/KPS/DISDIK/2010 tanggal 30 Juli 2010. Sampai saat ini UPTD
BLPT Sumatera Selatan dan SMKN Sumatera Selatan tetap berjalan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing dengan saling memanfaatkan
fasilitas yang ada dan mengembangkannya secara bersama-sama. Dengan
demikian kedua lembaga ini sama-sama bermitra untuk mencapai visi dan misi
yang telah ditetapkan. Untuk kemajuan masyarakat propinsi Sumatera Selatan
khususnya dan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Pembinaan dan
pengembangan SMKN Sumatera Selatan tersebut diatur melalui Peraturan
Gubernur Sumatera Selatan Nomor 69 tahun 2010 tanggal 29 Desember 2010.
Sejak tahun 2010 SMK Negeri 2 Palembang berkeinginan menjadi SMK
unggulan dan favorit, yang bertaraf nasional dan internasional.
Keinginan ini dicantumkan dalam visi misi sekolah. Menghasilkan lulusan
yang terampil, profesional, produktif, berjiwa wiraswasta dan mandiri.
Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dengan Dunia Usaha dan
Dunia Industri. Meningkatkan profesionalisme siswa, guru dan karyawan sesuai

dengan standar ISO 9001-2000. Mempromosikan SMK Negeri 4 Palembang


kepada masyarakat dan Dunia Usaha/Dunia Industri.

B. Hasil Penelitian
Pada bab ini di jelaskan temuan hasil penelitian tentang Meningkatkan
Hasil Belajar Mekanika Teknik Siswa melalui Model Pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Make A Match di Kelas X di SMK Negeri 4 Palembang, pada
mata pelajaran mekanika teknik ini. Semester 1 tahun pelajaran 2012-2013
dengan jumlah siswa 130 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus,
masing-masing siklus dilaksanakan dua kali pertemuan.
Berikut ini disajikan gambaran materi pembelajaran pada setiap siklus
yang dan hasil pengamatan pada siklus 1 yang merupakan landasan pertama untuk
prencanaan siklus berikutnya. Hasil dari penelitian pada siklus 1 akan menjadi
tolak ukur perubahan dan perbaikan yang sesuai terhadap proses dan teknik yang
akan diterapkan pada siklus II. Siklus dan materi yang di ajarkan pada penelititan
ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

No
1

Tabel IV.1: Jadwal pelaksanaan Siklus I dan siklus II


Hari/Tanggal Siklus/Pertemuan
Materi Yang di Bahas
Jumat
I
Penjelasan pengecoran, macam11 - 10-2013
macam pengecoran, dan
prosedur pengecoran.
Jumat
18-11-2013

II

Sumber : Pengolahan Data Primer 2013

Praktik Pengecoran

I. Pelaksanaan Siklus Pertama


a. Perencanaan
Penerapan model pembelajaran active learning tipe Make A Match
untuk meningkatkan hasil belajar siswa berpedoman dari langkah-langkah
penelitian yang dirumuskan

dalam prosedur penelitian aktivitas yang

dilakukan antara lain.


1) Membuat jadwal penelitian tindakan kelas
2) Menentukan materi yang akan dilaksanakan pada waktu penelitian
agar mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaiakan kepada
siswa dalam pembelajaran
3) Mempersiapkan silabus
4) Mempersiapkan rencana pelaksaan pembelajaran dengan mengacu
pada tindakan yang diterapkn dalam PTK
5) Menyiapkan media yang akan dipakai pada saat penelitian.
6) Membagi siswa dalam beberapa kelompok
b. Tindakan
Langkah

selanjutnya

adalah

melaksanakan

tindakan

skenario

pembelajaran sesuai dengan yang telah di rencanakan bersama kolaborator


untuk setiap siklus tindakan yang dilakukan mengikuti tahapan sebagai
berikut.

1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
2.

Kegiatan Awal
Salam
Menyiapkan kelas / siswa baik secara psikis maupun fisik
Berdoa
Mengabsen siswa
Orientasi
Apersepsi
Motivasi
Pemberi Acuan KD dan tujuan pembelajaran
Kegiatan inti

a. Guru menjelaskan maksud pembelajaran


b. Membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang
c. Guru menyajikan pembelajaran
d. Guru memberi tugas kepada setiap kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok (Siswa mengamati, mengidentifikasi,
menganalisis, menyimpulkan dan menyajikan hasil diskusi) yang
dituangkan kedalam sebuah karya yang berhubungan dengan
prosedur pengefresan.
e. Guru meminta siswa untuk menampilkan karya pengecorannnya
melalui pertunjukan prosedur pengecoran kepada kelompok teman
yang lain.
f. Siswa yang aktif mendapatkan nilai tambahan
3.
Kegiatan akhir
a. Guru memberikan penguatan dari hasil diskusi
b. guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran dan memberikan
pekerjaan rumah
c. Menginformasikan materi untuk pertemuan berikutnya
d. Diakhir pembelajaran guru mengucapkan salam Salam dan siswa berdoa
setelah belajar
c. Observasi

Sesuai dengan tujuan peneliti yang telah dikemukakan sebelumnya


yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran mekanika
teknik melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Make A Match di Kelas X di SMK Negeri 4 Palembang dengan indikator
belajar siswa yaitu : kegitan visual, verbal, menulis, mendengarkan, mental
dan metrik dengan indikator mengarjakan tugas kelompok, bertanya dalam
kelompok, menanggapi jawaban kelompok lain, dan menjawab pertanyaan
yang berkaitan dengan materi pengecoran.
Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas pada siklus pertama, yang
dimulai dengan melaksanakan tes awal yang materi tesnya adalah materi yang
akan dipelajari sesuai dengan materi penelitian yang direncanakan yaitu dua
siklus atau lima kali pertemuan (PBM) dengan dua kali ulangan harian (UH),
pelakanaan tes awal ini bertujuan untuk memantau kompetensi dasar siswa,
untuk jelasnya dapat dilihat pada table berikut :

TABEL I
Nilai kemampuan siswa kelas X
No

URAIAN

NILAI
UH I

KET

Nilai tertinggi

98

Nilai terendah

35

Nilai rata-rata

66

Data : Hasil tes awal, UH 1


Dari pelaksanaan tes awal, dengan jumlah soal 10 buah, berupa essay,
dari tes awal tersebut ternyata kemampuan kompetensi dasar yang dimiliki
oleh siswa kelas X tergolong rendah. Seperti yang telah digambarkan pada
table 1, di mana yang memperoleh nilai tertinggi hanya 98, dan nilai terendah
35 sedangkan rata-rata kelas mencapai 66, dibawah Kriteria Ketuntasan
Belajar (KKM).
1. Tindakan / Pengamatan
Kemudian dilakukan tindakan dilaksanakan PBM sebanyak satu kali
pertemuan melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Make A Match .
2. Refleksi/ penilaian terhadap tindakan
Melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make
A Match ternyata banyak siswa yang aktif belajar dan bertanya kepada guru.
Hal ini berbeda sekali dengan sebelum dilakukannya model ini.

B. SIKLUS KE DUA
Siklus kedua merupakan lanjutan dari siklus pertama, baik materi, pembagain
kelompok dan aturan pembelajaran hampir sama dengan siklus pertama. Namun

ada beberapa hal yang perlu diperbaiki atau direvisi terutama berkaitan dengan
peningkatan hasil belajar siswa agar mengalami peningkatan.
a. Perncanaan
Pelaksanaan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A
Match untuk meningkatkan hasil belajar siswa berpedoman dari langkahlangkah penelitian yang dirumuskan dalam prosedur penelitian . hasil yang
dilakukan antara lain
1) Membuat jadwal lanjutan penelitian tindakan kelas
2) Menentukan materi lanjutan dari siklus I yang akan dilaksanakan pada
waktu penelitian pada siklus II agar mengetahui kompetensi dasar
yang akan disampaiakan kepada siswa dalam pembelajaran
3) Mempersiapkan silabus
4) Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran lanjutan dengan
mengacu pada tindakan yang diterapkan dalam PTK
5) Menyiapkan media yang akan dipakai pada saat penelitian.
6) Membagi siswa dalam beberapa kelompok
b. Tindakan
Langkah

selanjutnya

adalah

melaksanakan

tindakan

skenario

pembelajaran sesuai dengan yang telah di rencanakan bersama kolaborator


untuk setiap siklus tindakan yang dilakukan mengikuti tahapan sebagai berikut:
Kegiatan Awal
a. Salam
b. Menyiapkan kelas / siswa
c. Berdoa
d. Mengabsen siswa

e. Orientasi
f. Apersepsi
g. Motivasi
2. Kegiatan inti
a. Guru menjelaskan maksud pembelajaran
b. Membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang
c. Guru menyajikan pembelajaran
d. Guru memberi tugas kepada setiap kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok (Siswa mengamati, mengidentifikasi,
menganalisis, menyimpulkan dan menyajikan hasil diskusi) yang
dituangkan kedalam sebuah karya yang berhubungan dengan
prosedur pengecoran.
e. Guru meminta siswa untuk menampilkan karya pengecoran melalui
pertunjukan prosedur pengecoran kepada kelompok teman yang
lain.
f. Siswa yang aktif mendapatkan nilai tambahan
1.

Kegiatan akhir
a. Guru memberikan penguatan dari hasil diskusi
b. Menginformasikan materi untuk pertemuan berikutnya
c. guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran dan memberikan
pekerjaan rumah
d. Diakhir pembelajaran guru mengucapkan salam Salam dan siswa berdoa
setelah belajar
c. Observasi
Sesuai dengan tujuan peneliti yang telah dikemukakan sebelumnya
yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran mekanika
teknik melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe

Make A Match dikelas X SMKN 4 Palembang dengan indikator belajar siswa


yaitu : Mengerjakan tugas kelompok, Bertanya dalam kelompok, Menjawab
Pertanyaan, Menanggapi tugas kelompok.
Untuk tingkat motivasi dan aktivitas serta kreativitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Make A Match, ternyata dapat meningkatkan terjadinya
perubahan sikap dan kebiasaan cara belajar siswa kelas X seperti

yang

digambarkan pada table 2 berikut ini .


TABEL 2
NILAI

No

URAIAN

Nilai tertinggi

97

Nilai terendah

65

Nilai rata-rata

81

KET

UH II

Data : Hasil observasi pengamat pada siklus I dan siklus II


Dari table 2 di atas dapat digambarkan bahwa hasil ulangan harian II
siswa kelas X melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning
Tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar. Di mana pada siklus II
nilai ulangan harian lebih tinggi dari siklus I.
C. Pembahasan
1. Siklus pertama
Dari temuan yang didapat pada siklus pertama berkaitan dengan hasil
belajar siswa mengenai pembelajaran mekanika teknik sebelum menggunakan

model pembelajaran pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A Match


hasil belajarnya masih tergolong rendah. Hal ini ditandai dengan nilai ratarata siswa yaitu 61.
Rendahnya hasil belajar siswa pada pada mata pelajaran ini dikarenakan
oleh hal-hal di bawah ini : 1) beberapa siswa yang masih memiliki sifat malas
mengikuti pelajaran atau rendahnya mental siswa untuk belajar 2) rendahnya
kemampuan sisiwa memahami materi yang diberikan, 3) merasa kurang
tertarik untuk mengikuti pelajaran karena metode mengajar yang digunakan
guru kurang menarik sehingga mereka merasa jenuh untuk belajar. Hal inilah
yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah pada mata pelajaran ini.
Pada temuan tersebut sesuai dengan pendapat dalam mulyono (2001)
belajar aktif adalah "Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan
keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna
memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif,
afektif dan psikomotor". Dari penjelasan diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa
keaktivan siswa dalam kegiatan pembelajaran hendaknya guru harus
mengusahakan siswa aktif baik jasmani maupun rohani, fisik, mental
intelektual dan emosional. Dimana pelaksanannya tidak bisa terpisahkan.
2. Siklus Ke dua
Dari temuan pada siklus ke dua yang berkaitan dengan hasil belajar siswa
pada pembelajaran mekanika teknik setelah menggunakan model pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Make A Match Di Kelas X di SMK Negeri 4
Palembang yang terdiri dari dua kali pertemuan juga sesuai dengan aspek yang

di amati ternyata bahwa hasil belajar meningkat setelah guru menggunakan


model pembelajaran ini. Hal ini ditandai oleh terjadinya peningkatan yang
sangat berarti pada hasil UH 1 ke UH 2, yaitu dengan nilai rata-rata Ulangan
harian .
Pada Temuan tersebut sesuai dan didukung oleh pendapat Sadirman
(2009) pada bagian (oral aktivities) yaitu mengatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara dan diskusi,
selanjutnya pada bagian ( mental aktivities) yaitu menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.
Serta pada bagian (emotional aktivities) yaitu menarik minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup. Sesuai dengan
kutipan di atas dapat di ketahui bahwa yang paling banyak melakukan aktivitas
atau kegiatan dalam proses pembelajaran adalah siswa itu sendiri, sedangkan
guru berperan sebagai pembimbing dan arahan serta merencanakan segala
kegiatan yang akan di lakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
sesuai dengan Aktivitas belajar siswa pada siklus II sudah mengalami
peningkatan jika dibanding siklus I, dengan meningkatnya aktivitas belajar
siswa maka ini juga sangat berpengaruh baik pada hasil belajar siswa. Hal ini
juga ditandai dengan semakin tnginya nilai rata-rata ulangan harian siswa pada
mata pelajaran mekanika teknik ini yaitu dari UH 1 dengan rata-rata 61,
sedangkan UH 2 dengan rata-rata 81.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam proses pembelajaran metode, model ataupun teknik yang
digunakan guru dalam mengajar sangatlah menentukan berhasil tidaknya siswa
dalam belajar. Dalam penelitian ini peneliti menerapkan model pembelajaran
cooperatif tipe make a match, dan ternyata setelah dilakukan tabulasi data model

ini cocok digunakan dalam pembelajaran mekanika teknik karena dapat


meningkatkan akivitas dan hasil pembelajaran siswa.
Berdasarkan temuan analisis data penelitian dan pembahasan hasil
penelitian mengenai hasil belajar siswa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang dibuktikan dari nilai rata-rata
UH 1 dan UH 2 dibandingkan dengan hasil observasi awal sebelum
melaksanakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A
Match
2. Sebelum menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Make A Match, nilai rata-rata UH 1 siswa adalah 61.
3. Setelah menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Make A Match, nilai rata-rata UH 2 siswa adalah 81.
4. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A
Match, Meningkatkan Hasil Belajar Mekanika Teknik Siswa Kelas X di
SMK Negeri 4 Palembang.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas peneliti menganjurkan saran-saran sebagai
berikut
1. Kepada kepala sekolah agar (a) memotivasi guru agar dapat melakukan
Penelitian Tindakan Kelas, guna memacu aktivitas serta hasil belajar
siswa secara maksimal, (b) memberikan izin penelitian, agar guru dan
peneliti dapat secara bersama sama memecahkan permasalahan dalam
proses pembelajaran.
2. Dengan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A

Match, dapat meningkatkan hasil belajar siswa, diharapakn pada guru


SMK Negeri 4 Palembang, khususnya guru mekanika teknik dapat
mengikuti whroksop, likakarya dan sebagainya agar lebih memahami
dalam model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A Match
3. Peneliti lain yang berminat diharapkan dapat melaksanakan penelitian
lanjutan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A Match
untuk materi dan sekolah yang berbeda.
4. Siswa SMK Negeri 4 Palembang. diharapkan mampu termotivasi dan
lebih aktif dalam belajar mekanika teknik dengan menerapkan model
pembelajaran ini, dengan tujuan hasil pembelajaran meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Daryanto dan Mulyo Raharjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
PT Gava Media.
Dirayanti dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Jensen, Eric dan LeAnn Nickelsen. 2011. Deeper Learning 7 Strategi Luar Biasa
untuk Pembelajaran yang Mendalam dan Tak Terlupakan. Jakarta: PT
Indeks

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Silbreman, Melvin L. 2013. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung: Nusa Media.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Suyono dan Hariyanto. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Uno, Hamzah B dan Nurdin Mohamed. 2012. Belajar dengan Pendekatan
PAILKEM. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Uno, Hamzah B, dkk. 2012. Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta: PT
Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai