PATOLOGIS I
WINARTI, S.SiT, M.Kes
Hipotonik lanjutan
ETIOLOGI
Hipotonik lanjutan
Hipotonik Lanjutan
Penanganan
Harus diperiksa keadaan servik, presentasi serta posisi
janin, turunnya kepala janin dalam panggul dan
keadaan panggul.
Penanganan lanjutan
Untuk merangsang his selain dengan pemecahan ketuban bisa
diberikan oksitosin, 5 satuan oksitosin dimasukan ke dalam
larutan glukosa 5% dan diberikan secara infus IV dengan
kecepatan kira-kira 12 tetes permenit yang perlahan dapat
dinaikan 4 tetes setiap 15 menit sampai kira-kira 50 tetes.
Kalau 50 tetes tidak dapat berhasil bisa dengan memberikan
dosis lebih tinggi dengan cara pasien harus di awasi dengan ketat
dan tidak boleh ditinggalkan. Oksitosin yang diberikan dengan
suntikan IM akan dapat menimbulkan incoordinate uterin action.
Berakibat:
a.Partus presipitatus (persalinan selesai dalam
waktu yang sangat singkat)
b.Asfiksia intra uteri kematian janin
Hipertonik lanjutan
Penanganan
Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat
diilakukan karena biasanya bayi sudah lahir tanpa
ada seseorang yang menolong.
Bila
seorang wanita pernah mengalami partus
presipitatus kemungkinan besar kejadian ini akan
berulang pada persaliann selanjutnya. Oleh karena
itu sebaiknya wanita di rawat sebelum persalinan,
sehingga pengawasan dapat dilakukan dengan
baik, dan episiotomi dilakukan pada waktu yang
tepat untuk menghindari ruptur perineum tingkat
III.
otot
rahim
untuk
meningkatkan
pembukaan.
Incoordinate Uteri
Penyebab:
a.Usia terlalu tua.
b.Pimpinan persalinan
c. Induksi persalinan dg oksitosin
d.Rasa takut dan cemas.
Penanganan
Kelainan ini hanya dapat diobati secara simtomatis
karena belum ada obat yang dapat memperbaiki
koordinasi fungsional antara bagian-bagian uterus.
Akan tetapi persalinan tidak boleh berlangsung berlarutlarut apalagi kalau ketuban sudah pecah. Dan kalau
pembukaan belum lengkap, perlu dipertimbangkan SC.
Mekanisme
persalinanya
hampir
sama
dengan posisi oksipitalis posterior persisten,
sehingga keduanya seringkali dikacaukan
satu dengan yang lainnya.
Perbedaanya adalah: pada presentasi puncak
kepala tidak terjadi fleksi kepala yang
maksimal, sehingga lingkaran kepala yang
melalui jalan lahir adalah sirkumferensia
frontooksipitalis dengan titik perputaran yang
berada di bawah simpisis adalah glabela.
2. Presentasi Muka
Diagnosis lnjutan
Etiologi
Manajemen Presentasi
Muka
Posisi mentoanterior (dagu depan)
Pada posisi mento anterior seringnya proses
persalinan berjalan normal.
Pada kala II kelahiran normal diantisipasi dengan
menggunakan episiotomi meskipun diameter sub
mento bregmatika 9,5 cm. Sub mento vertikal
11,5 cm yang dapat merobek perineum saat
kelahiran.
Bila
kemajuan persalinan lambat lakukan
oksitosin drip
Bila penurunan kurang lancar lakukan forcep
Jika
kelahiran
normal
terjadi
ekstensi
dipertahankan dengan menekan sinsiput hingga
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada presentasi muka, meliputi;
1. Prolapsus tali pusat.
2. Obstruksi persalinan, karena;
a. Muka tidak berbentuk dan oleh karena CPD yang tidak dapat
ditangani.
b. Presentasi muka posterior presisten mengakibatkan
obstruksi
persalinan
3. Kelahiran operasi mungkin dibutuhkan.
4. Trauma perineum berat dapat terjadi karena, meskipun
diameter sub mento bregmatik hanya 9,5 cm, sub mento
vertikal 11,5 cm akan memperlebar vagina dan perineum.
Bentuk tengkorak fetus abnormal disebabkan perdarahan
intrakranial.
5. Muka memar dan oedem.
PRESENTASI DAHI
Mekanisme Persalinan
Bila hubungan antara panggul dengan
kepala janin cukup longgar persalianan
pada posisi oksipitalis posterior persisten
dapat berlangsung secara spontan tetapi
pada umumnya lebih lama. Kepala janin
akan lahir dalam keadaan muka di
bawah simpisis dengan mekanisme
sebagai berikut.
Prognosis
Penanganan
REFERENSI
Cunningham,FG.Obtetri
William.Ed.21.Jakarta:EGC.2005
Manuaba IBG.Ilmu kebidanan penyakit
kandungan &KB untuk
bidan.Jakarta.EGC.2003
Manuaba IBG.Pengantar kuliah
obtetri.Jakarta:EGC.2007.
Wiknjosastro H.Ilmu
kebidanan.Jakarta:YBPSP
TERIMA KASIH