PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Moderenisasi dan kemajuan teknologi membawa perubahan dalam cara berfkir
dan pola hidup masyarakat luas. Perubahan tersebut akan membawa konsekwesi di
bidang kesehatan fiskik dan bidang kesehatan jiwa. Tidak semua orang mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, akibatnya akan menalami gangguan
dan salah satu penyakit yang dapat timbul akibat gangguan tersebut adalah gangguan
jiwa (Suliswati, 2005).
Gangguan jiwa (mental disorder ) merupakan empat dari masalah kesehaan di
negara maju, berkembang, moderen,maupun industri. Keempat masalah tersebut yaitu
penyakit degrneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan (Hawari, 2009).
Salah satu betuk gangguan jiwa adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan
penyakit persisten dan serius yang mengakiatkan pelaku psiotik, pemikiran konkret
dan kesulita dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan
masalah (Stuart & Suden, 2008). Skizofreia merupakan gangguan jiwa bersifat
menahun yang memerluka waktu cukup lama utuk peyembuhannya. Terapi pada
sizofrenia bertujuan untuk menurunkan angka kekamuhan (Hawari,2009).
Proses penyembuhan pada pasien skizofenia dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Salah satu diantaranya adalah peran keluarga. Yang dimaksud keluarga adalah suatu
ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara lawan jenis dan hidup
bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendiri atau tanpa
anak, baik anak sendiri atau anak adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Pean keluarga menggamarkan seperangakat prilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu (Setiadi, 2008).
Penanganan pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa selain dengan obat-obatan,
peran keluarga juga sangat penting. Keluarga diharapakan membantu dalam proses
perawatan pasien dengan cara mengunjungi pasien saat dirawat scara rutin sehigga
pasi tidak merasa dibuag di rumah sakit jiwa dan mendukung pasien dalam proses
menjalankan pengobatan yang damapknya mempercpat proses penyembuhan pasien.
Stelah pasien sembuh dan layak di ajak pulang, mugkin hanya perlu melakukan
rawat jalan, maka keluarga mempunyai kewajiban merawat pasien di rumah dengan
baik sehingga pasien tidak kamuh lagi. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan
yang sangat penting untuk melanjutkan terapi yang diberika oleh dokter untuk
dilanjutkan di rumah dan memastikan obat yang diberikan dokter diminum oleh
pasien.
Menurut Keliat (2010) pasien dan keluarga perlu mempunyai pengetahuan untuk
mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi. Keluarga perlu mempunyai
pemahaman dan pengetahuan yang benar tentang pemberian obat, pemantauan obat,
tanda dan gejala skizofrenia, atau gejala kekambuhan pada pasien. Gejala
kekambuhan skizofrnia diantaranya : tidak ada nafsu makan, sukar kosntrasi, sukar
tidur, depersi, tidak ada minat, dan menarik diri. Pasien dengan gangguan suasana
hati, cemas dan skizofrenia mempunyai resiko yang tinggi untuk kembali kamubuh.
Beberapa
pasien
tidak
tidak
melanjutkan
pengobatannya
karena
merasa
pengobatannya dengan alasan karena merasa sudah lebih baik (Kapian dan Sadock et
al,20105:19).
Salah satu kendala dalam upaya penyemuhan pasien gangguan jiwa skizofrenia
adalah adanya stigma dalam keluarga dan masyarakat. Banyak keluara dan
masyarakat menganggap bahwa gangguan jiwa skizofrenia adalah penyakit yang
memalukan dan membawa aib dalam keluarga. Tidak sedikit dari mereka beranggapa
bahwa penyakit skizofreia buka meruakan penyakit medis yang bisa disemuhkan
secara medis. Mereka menganggap bahwa pasien skizofrenia ini akibat dari
dilanggarnya larangan (tabu), guna-guna, teluh, santet, kemasukan setan, kemasukan
roh jahat, kutukan dan lain sejenisnya yang berdasarkan kepercayaa supranatural
(Hawari, 2009). Maka dari itu peran keluarga sagatlah penting untuk menguragi
stigma tersebut dan membantu pasien menjalani terapi lanjutan di rumah. Menginggat
keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung
pada pasien.
Keluarga berperan dalam menentukan cara atau perawtan yang diperlukan pasien
di rumah. Keberhasilan perawatan di rumah sakit jiwa akan sia-sia jika tidak
dilanjutkan di rumah yang kemungkinan mengakibatkan pasiien harus di rawat
kembali. Peran keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit jiwa akan meningkatkan
kemampuan keluarga merawat pasien di rumah, sehingga kemungkinan kamuh dapat
dicegah (Puspitasari, 2009).
Tingginya data kekambuhan pada pasien skizofrenia, hal ini kembali menunjukan
bahwa masalah gangguan jiwa masih menjadi masalah kesehatan dan social yang
perlu dilakuakn penanggulangan secara konprehensif. Upaya-upaya yang dilakukan
oleh pihak RSJ Provinsi Bali untuk meningkatkan dukungan keluarga terhadap pasien
dilakukan dengan melakukan home visit, akan tetapi keluarga masih terkesan cuek
pada pasien.
Peran keluarga dalam merawat pasien skizofrenia merupakan salah satu bentuk
dari terapi keluarga, karena melalui keluarga berbagai masalah-masalah kesehatan
bisa muncul sekaligus diatasi. Melalui peran keluarga pasien skizofrenia akan merasa
masih ada yang memperhatikan, ikut merasakan, mau membantu mengatasi beban
hidupnya. Dengan adanya peran keluarga yang mempunyai ikatan emosional
setidaknya akan memberikan kekuatan pada pasien skizofrenia untuk menjalani
pengobatan yang lebih baik (Keliat, 2010).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti dianggap perlu dilakuakan penelitian
tentang hubungan peran keluarga dengan frekuensi kekambuah pasien skizofrenia.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat ditentukan rumusan masalah
yaitu apakah ada Hubungan Peran Keluarga Dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien
Skizofrenia ?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengatasi peran keluarga dan frekuensi kekambuahan pasien skizofrenia.
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi peran keluarga dalam perawatan pasien skizofrenia
b) Mengidentifikasi frekuensi kekambuahn pasien skizofrenia
c) Menganalisis hubungan peran keluarga dengan frekuensi kekambuahan pasien
skizofrenia.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
a) Hasil penelitian dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu dibidang
keperawatan jiwa, terutama dalam melakukan pendekatan dalam peran
keluarga untuk mencegah kekambuhan pasien skizofrenia.
b) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu acuan kompetensi acuan
yang harus dimiliki oleh perawat dan mahasiswa yang melakukan praktik di
bidang leperawatan
2. Manfaat Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR SKIZOFRENIA
1. Pengertian
Skizofrenia berasal dari dua kata yaitu skizo yang artinya pecah dan frenia
yang artinya jiwa dengan demikian seseorang yang menderita gangguan juwa
skizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian
(spiliting of personality)(Hawari,2009).
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan dan
dapatmenyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perlaku yang
aneh dan terganggu (Videback,2011). Sedangkan Isaacs (2011) juga mengatakan,
bahwa gangguan jiwa skizofrenia adalah adalah sekelompok reaksi psikotik yang
mempengaruhi area fungsi individu, termasuk berfikir,berkomunikasi, menerima dan
menginterprestasikanrealitas, merasakan dan menunjukan emosi, dan berprilaku
dengan sikap yang dapat diterima secara sosoal.
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan pengertian skizofrenia adalah
gangguan jiwa yang menetap, bersifat kronis dan bisa terjadi kekambuahn dengan
gejala psikotik beranekaragam dan tidak khas, seperti penurunan fungsi kogntif yang
disertai halusinasi dan waham, efek datar, diorganisasi perilaku dan memburuknya
ubungan social.
2. Etiologi Skizofrenia
Amenurut maramis (2008), factor-faktor yang beresiko untuk terjadinya skizofrenia
adalah sebagai berikut :
a. Keturunan
Factor keturunan menentukan timbulnya skizofrenia, buktikan dengan penelitian
tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia.
b. Endokrin
Skizofrenia mungkin disebabkan oleh suatu gangguan endikrin. Teori ini
dikemukakan hubungan dengan sering terjadinya skizofrenian pada masa pubertas
dan waktu kehamilan.
c. Metabolism
Sikizofrenia disebabkan oleh suatu gangguan metabolism, karena penderita
skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat.
d. Susunan saraf pusat
Penyebab skizofrenia kearah kelainan susunan saraf pusat, yaitu pada diansefalon
atau kortex otak.
e. Maladaptasi
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah tetapi merupakan suatu
reaksiyang salah satunya mal adaptasi, oleh karena itu timbul suatu disorganisasi
kepribadian dan lama-kelamaan aoang itu menjauhkan diri dari kenyataan.
f. Kelemahan ego
Terjadi kelemahan ego yang dapat timbul karena penyeban psikogenetik ataupun
somatic.
g. Proses fikir
Skizofrenia yaitu jiwa yang terpecah-pecah adanya keretakan atau disharmoni
antara proses fikir, persamaan dan perbuatan.
h. Psikogenetik
e. Episode skizofrenia akut yaitu timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam
keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut, dalam keadaan ini timbul
perasaan seakan-akan dunia luar mauoun dirinya sendiri berubah, semua seakanakan memiliki arti yang khusus bagi dirinya(disebut keadaan oneiroid).
f. Skizofrenia residual yaitu skizofrenia dengan gejala mengalami gangguan pada
proses berfikir, gangguan efek dan emosi, serta gangguan psikomotor. Gejala
waham dan halusinasi tidak ada, keadaan timbul sudah beberapa kali serangan
skizofrenia.
g. Skizofrenia afektif yaitu jenis skizofrenia yang selain gejala-gejalanya yang
mrnonjol secara bersamaan juga gejala-gejala depresi atau gejala-gejala mania
menyertai. Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa efek terapi mungkin
juga seringkali timbul lagi.
4. Gejala skizofrenia
Menurut Bleur (dalam Maramis,2008) ada dua kelompok skizofrenia yaitu :
a. Gejala primre yang meliputi:
1) Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah dan ini pikiran). Pada skizofrenia
ini, gangguan memang terdapat pada [roses pikiran.
2) Gangguan efek dan emosi, gangguan ini pada skizofrenia berupa parathimi
yaitu apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada
penderita malah menimbulkan rasa sedih atau marah. Paramini yaitu
penderita merasasenang tetapi menangis.
3) Gangguan kemauan yaitu gangguan di mana penderita skizofrenia memiliki
kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat bertindak dalam situasi menekan.
4) Gejala psikomotor disebut juga gejala-gejala katatonik. Gejala katatonik
sering mencerminkan gangguan kemauan. Gangguan hanya ringan saja, maka
dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes atauagak kaku.
b. Gejala sekunder yang meliputi :
1) Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk
akal). Meskipun telah dibuktikan secara objektif bahwa keyakinan itu tidak
rasional, namun pasien tetap meyakini kebenarannya.
2) Halusinasi, yaitu peningkatan panca indra tanpa rangsang (stimulus).
Misalnya pasienmendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya
padahat tidak ada sumber dari suara atau bisikan itu.
5. Penatalaksanaan skizofrenia
Berbagai macam terapi yang bisa kita berikan pada pasien skizofrenia, hal ini
diberikan dengan kombinasi satu sama lain dengan jangka waktu yang relative cukup
situasi tertentu. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola prilaku
dari keluarga, keleompok dan masyarakat (Jhonson dan Leny, 2010).
Derbagai peran yang terdapat dalam keluarga ( Jhonson dan Leny,2010) sebagai
berikut :
a. Peran ayah : ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota keluarga dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya.
b. Peran ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu berperan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anaknya, pelindung
dan sebagai salah satu kelompok dari peran sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disampng itu juga dapat berperan sebagai
pencari nafkah.
c. Peran anak : anak-anak melaksanakan peran psiko social sesuai dengan
tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, social maupun spiritual.
3. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil dari konsekwensi dari struktur keluarga atau
sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga.terdapat beberapa fungsi keluarga
( Priedman, dalam Achjar, 2010), yakini :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalammemenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari
keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami oleh setiap anggota
keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana cara keluarga
mengekspresikan kasih sayang.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin dalammelakikan pembinaan sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan prilaku
yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya
keluarga. Bagaimana keluarga produktif terhadap social dan bagagaimana
keluarga memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan belajar berdisiplin,
mengenal dan norma melalui hubungan interaksi dalam keluarga sehingga
berperan dalam masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan
merupakan
pengumpulan
data
yang
berkaitan
dengan
fasilitas
pelayanan
kesehatan,
skizofrenia,
gejala-
secara
Keluarga menghadapi skizofrenia dalam keluarga mereka seorang diri, beban itu
akan terasa sangat berat, namun bila keluarga-keluarga yang sama-sama memiliki
keluarga yang mrngalami skizofrenia bergabung bersama, maka beban itu akan
terasa lebih ringan. Mereka dapat saling menguatkan, berbagi informasi yang
mutakir, bahkan mungkin menggalang dana bersama bagi keluarga yang kurang
manpu. Upaya peredaan ketegangan emosional secara kelompok juga akan lebih
efektif dan lebih murah.
f. Family therapy
Family therapy dapat menjadibagian dari upaya membantu keluarga, agar sebagai
suatu system meningkat kohesivitasnya dan lebih manpu melakuan penyesuaian
diri.
C. Konsep Dasar Frekuensi Kekambuhan
1. Penertian
Andri (2012) menyatakan, kekambuhan merupakan keadaan pasien dimana
muncul gejala yang samaseperti sebelumnya sehingga mengakibatkan pasien harus
dirawat kembali.
Sulinger (dalam Yosep,2012) mengidentifikasi 4 faktor penyebab pasien kambuh
dan perlu dirawat di rumah sakit jiwa, yaitu :
a. Pasien
Secara umum bahwa pasien yang minum obat secara tidak tertur mempunyai
kecenderungan untuk kambuh. Hasil penelitian menunjukan 25% sampai 50%
pasien yang pulang dari rumah sakit jiwa tidak makan obat secara teratur.
Pasien kronis, khususnya skizofrenia sukar mengikuti aturan minum obat
karena adanya gangguan realitas dan ketidakmampuan pengambilan
keputusan. Di rumah sakit perawat bertanggung jawab dalam pemberian atau
pemantauan pemberian obat, di rumah tugas perawat digantikan oleh keluarga
(Appleton, dalam Yosep, 2012).
b. Dokter (pemberi resep)
Minum obat yang teratur dapat mengurangi kekambuhan, namun pemakaian
obat neuroleptik yang lama dapat menimbulkan efek samping yang dapat
mengganggu hubungan social seperti gerakan yang tidak terkontrol.
Pemberian resep diharaokan tetap waspada mengidentifikasi dosis terapiutik
yang dapat mencegah kekambuhan dan efek samping.
c. Penanggung jawab pasien
Setelah pasien pulang dari rumah sakit penanggung jawab kasus mempunyai
kesempatan yang lebih banyak untuk bertemu dengan pasien, sehingga dapat
d.