Anda di halaman 1dari 7

PENILAIAN DIAGNOSTIK ULTRASONOGRAFI DALAM

EVALUASI DAN MANAJEMEN PADA KONDISI AKUT


ABDOMEN KELOMPOK USIA ANAK
1

Mohd. Khalid, Navneet Redhu, Babar Nazir, Saifullah Khalid, R. S. Chana , Abhishek Jha

ABSTRAK
LATAR BELAKANG : Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Menyebutkan penyebab
sering pada kegawatdaruratan akut abdomen. 2. Menentukan efikasi diagnostik secara ultrasonografi
dalam evaluasi kondisi akut abdomen pada anak dan untuk menggambarkan hubungan pada temuan
ultrasonografi 3. Serta untuk membahas peran dari ultrasonografi dalam cara mengarahkan tipe
intervensi pada kasus ini.
METODE : penelitian prospektif pemeriksaan ultrasonografi ini dilakukan pada 146 pasien pediatrik
yang memiliki gejala nyeri abdomen onset akut pada IGD atau pasien pediatric rawat jalan di bagian
departemen Fakultas kedokteran dan Rumah Sakit Jawaharlal Nehru, Aligarh antara juni 2006 dan
Desember 2007 menggunakan transduser 3.75 MHz dan 8 MHz mesin ADARA (Siemens).
HASIL : Penyebab tersering akut abdomen emergensi pada pasien pedriatik yang ditemukan
ultrasonografi termasuk nyeri nonspesifik (28%), abses abdominal(21%), apendisitis akut (7%), dan
intussusepsi(7%). Ultrasonografi mencegah pembedahan pada hampir 20% kasus dan laparotomi dapat
dihindari pada 7% pasien yang diperiksa menggunakan ultrasonografi intervensi pada kasus aspirasi
abses.
KESIMPULAN : pemeriksaan ultrasonografi

untuk anak dengan nyeri abdomen akut,

membantu secara signifikan manajemen terapi pasien dan juga menampakkan berbagai penyakit
yang sebelumnya tidak diduga secara klinis.
Kata kunci : computed tomography, pediatric, acute abdomen

PENDAHULUAN
Akut abdomen pada anak adalah salah satu gejala klinis yang paling sering di IGD.
Ketidakmampuan menceritakan riwayat, gejala klinis, berbagai penyebab nyeri abdomen pada
anak sering menyebabkan kesulitan mendapatkan diagnosis yang tepat dan menyebabkan dilema
dalam menetapkan diagnosis. Diagnosis awal merupakan langkah pertama dalam menetapkan
manajemen yang tepat pada pasien dengan akut abdomen. Nyeri adalah keluhan subjektif dan
merupakan suatu gejala. Pada bedah anak, anak yang gelisah yang disertai dengan rasa sakit
harus selalu diselidiki. Ultrasonografi merupakan modalitas pencitraan yang penting untuk
evaluasi akut abdomen, terutama pada pasien anak, di mana pemeriksaan yang memuaskan
sering tidak didapatkan dokter. Meskipun tidak selalu membantu dalam mencapai diagnosis
akhir, ultrasonografi tentu membantu dalam mengesampingkan etiologi lainnya yang mungkin.
Pada penelitian terbaru, kami telah mendiskusikan efikasi dari ultrasonografi dalam
mengevaluasi kondisi akut abdomen pada kelompok anak, dan kami juga telah mencoba
menjumlahkan penyebab tersering kondisi akut abdomen pada kelompok usia anak secara
ultrasonografi, dengan rujukan khusus insidensi umur spesifik terhadap penyakit dari penyebab
terbanyak.
MATERIAL DAN METODE
146 pasien pada kelompok pediatrik (<12 tahun) dengan kondisi akut abdomen di
IGD/pasien rawat jalan dievaluasi menggunakan ultrasonografi dari Juni 2006 sampai Desember
2007 pada institusi kami. Evaluasi ultrasonografi pada anak anak ini menggunakan transduser
3.75 MHz dan 8 MHz. anak anak dipilih berdasarkan kriteria inklusi yang ketat. Hanya anakanak dengan sakit perut onset akut dan tidak memiliki riwayat sakit yang sama pada masa lalu
dimasukkan dalam penelitian ini
HASIL
Terdapat pasien anak laki-laki 82 anak (57%) dan 64 perempuan (43%). Sebagian besar
pasien (74 anak atau 50,7%) pada kelompok usia 9 sampai 12 tahun. Semua pasien dengan akut
abdomen menjalani pemeriksaan yang terdiri dari anamnesis, pemeriksaan klinis oleh dokter di
instalasi darurat dan bedah, dan pemeriksaan hematologi (jumlah hemoglobin, koagulasi dan
profil perdarahan) selama satu jam pertama setelah masuk. Atas dasar temuan ini, sebuah
diferensial klinis diagnosis sementara dibuat oleh residen instalasi darurat. Foto polos abdomen

konvensional / toraks dilakukan di sebagian besar pasien dengan kondisi akut abdomen, dan ini
diikuti dengan pemeriksaan ultrasonografi menggunakan mesin ADARA (Siemens) 3,75 MHz
dan 8 MHz pada instalasi gawat darurat. Diagnosis ultrasonografi dibuat sementara, dan
konfirmasi temuan dilakukan berdasarkan temuan operasi dan patologis. Setelah tindakan
konservatif, diagnosis ultrasonografi berkorelasi dengan temuan klinis dan respon pengobatan.
Selain rasa sakit, presentasi yang paling umum dalam penelitian kami yaitu muntah
(33%), diikuti oleh demam (21,9%) dan konstipasi (14,7%). Nyeri perut di daerah pusar terlihat
pada 19% pasien. Sistem organ yang paling sering terlibat dalam penelitian kami adalah saluran
pencernaan (38,4%), diikuti oleh liver yang menyumbang 13,7% dari kasus. Penyebab nyeri
paling umum pada penelitian kami adalah nyeri perut non-spesifik, yang menyumbang 44 kasus
(30%), dan diikuti oleh abses perut [Gambar 1] (21%), apendisitis akut [Gambar 2] (7%) dan
intususepsi [Gambar 3] (7%). Korelasi temuan klinis dan ultrasonografi dengan diagnosis operasi
dan patologis dibuat untuk membentuk diagnosis akhir, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tercatat bahwa diagnosis klinis awal yang benar hanya 38,3% dari kasus. Ultrasonografi
mendiagnosis dalam 45% kasus, sementara itu ultrasonografi mendukung diagnosis dalam 12%
kasus. Dengan demikian, efektivitas keseluruhan ultrasonografi pada kasus akut abdomen pada
anak-anak adalah sekitar Lima puluh tujuh persen (57%). Oleh karena itu, diagnostik kerja anak
dengan akut abdomen dengan ultrasonografi merubah rencana pengelolaan terapi pada sejumlah
besar pasien. Atas dasar diagnosis klinis sementara, laparotomi direncanakan dalam dalam 45%
kasus, sementara pasca ultrasonografi, laparotomi dilakukan hanya dalam sekitar 25% kasus
[Tabel 2 dan 3]. Dengan demikian, ultrasonografi mencegah laparotomi pada hampir 20% kasus.
Operasi besar dapat dihindari pada 4% kasus setelah ultrasonografi digunakan sebagai intervensi
pada kasus aspirasi. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa ultrasonografi sangat
informatif dalam mengevaluasi anak dengan akut abdomen dan membawa perubahan drastis
dalam rencana pengelolaan pasien. Selanjutnya, banyak penyakit klinis tak disangka dapat
terlihat dengan menggunakan ultrasonografi.
PEMBAHASAN
Foto polos abdomen / toraks mungkin masih paling sering dilakukan pada pemeriksaan
radiologi pasien bayi atau anak dengan gejala akut abdomen.[1]

Final diagnosis

No. of cases

Clinical diagnosis
Correct

Ultrasonographic diagnosis

Incorrect

Diagnostic

Supportive

Abscess (Abdominal)

21

43.7

57.3

93.7

6.3

Acute appendicitis

40

60

40

20

Intussusception

60

40

40

20

Renal calculi

60

40

100

Abdominal tuberculosis

67

33

33

67

Vesical calculus

50

50

100

Peritonitis

50

50

50

Cholecystitis

50

100

Meckels diverticulum

100

Others causes including non-specific pain

45

30

70

18

12

100% (146)

38.3% (56)

61.7% (90)

66 (45.2%)

18 (12.3%)

38.3

61.7

45.2

12.3

Total
Percentage
Data in Percentage

Table 2: Pre ultrasonographic management


plan for the pediatric patients in the study
Management plan

Pre ultrasonography plan


Number

Percentage

66
80

45.2
54.8

Surgery (Laparotomy)
Medical

Table 3: Post ultrasonographic management plan for the


pediatric patients in the study
Management plan
Surgery (Laprotomy)

Post ultrasonography plan


Number
36

Percentage
24.7

4.1

104

71.2

Therapeutic interventions
Medical

Figure 2: Ultrasonographic image showed well defined liver abscess


in segment 5, 8 right lobes of the liver

Figure 1: Ultrasonographic image showed multiple enlarged mesenteric


lymph nodes and loop within loop appearance of bowel (s/o intussusception)

Figure 3: Ultrasonographic image showed blind ended, non-compressible, aperistaltic bowel loop with echogenic messentry in right illiac
fossa s/o acute appendicitis

Laparoskopi dan Computed Tomography (CT) digunakan sebagai metode lini kedua
dalam diagnosis berbagai kondisi akut abdomen, dikarenakan risiko invasif bedah laparoskopi
dan paparan radiasi pada CT. Penelitian Wittenberg dkk menunjukkan bahwa CT membuat
kontribusi yang signifikan dalam diagnosis kondisi akut abdomen pada sekitar 41% pasien dan
mengubah rencana manajemen untuk intervensi terapeutik pada 17%, dan perawatan yang
direncanakan sebelumnya pada 10% kasus . [2] Finberg dkk. juga menemukan bahwa 53% dari
pemeriksaan CT menghasilkan bantuan substansial dalam pemahaman diagnostik dan mengubah
rencana pengobatan di 15% dari pasien. [3] Namun, CT memiliki beberapa kelemahan utama.
Peralatan yang besar dan tidak dapat dibawa ; prosedur ini memakan waktu, membutuhkan
sedasi dan hasilnya kadang-kadang sulit untuk menafsirkan pada anak-anak karena kurangnya
lemak perut. Faktor-faktor ini membatasi penggunaannya dalam instalasi gawat darurat.
Ultrasonografi darurat telah menunjukkan hasil yang hampir sama dalam diagnostik kerja pada
anak-anak yang mengalami akut abdomen.
Pemeriksaan ultrasonografi memberikan informasi penting tentang berbagai organ
abdomen yang meliputi saluran empedu, kandung empedu, hati, limpa, ginjal dan pelvis renalis.
Dalam 10 tahun terakhir ini telah menunjukkan untuk menjadi modalitas yang sangat penting
bagi patologi gangguan intestinal akut. Selanjutnya, hal ini membantu dalam diagnosis ascites,
kondisi intestinal, peristaltik dan kumpulan organ abdominal. Hal ini sebaik laparoskopi dalam
mendiagnosis berbagai patologi akut abdomen; dan tidak seperti laparoskopi, tidak ada
kontraindikasi seperti laparotomi sebelumnya. Prosedur juga tidak memerlukan kebutuhan untuk
anestesi umum. Selama pengetahuan seorang residen tentang interpretasi ultrasonografi
berkembang sangat baik, ultrasonografi menjadi dapat digunakan terutama pada unit pelayanan
kesehatan 24 jam, khususnya pada rumah sakit pendidikan. Jadi ultrasonografi paling cocok

untuk anak-anak, bukan hanya karena efektivitas biaya-nya alam non-invasif, tetapi juga karena
tidak mengekspos anak-anak terhadap bahaya radiasi.
Dalam penelitian kami, ultrasonografi ditemukan sebagai alat diagnostik pada 45%
pasien dan mendukung dalam 12% kasus. Mendelson dkk. dan Walsh dkk. dalam studi terpisah
mereka menunjukkan bahwa ultrasonografi dapat melakukan 50% diagnostik untuk mengetahui
penyebab akut abdomen pada anak-anak. [4,5] Studi pada populasi orang dewasa menemukan
akurasi diagnostik ultrasonografi sekitar 25-34,7%. [6,7] ketepatan diagnostik yang lebih tinggi
ini pada pasien anak tersebut dikaitkan dengan struktur dinding perut mereka yang tipis dan
penggunaan probe frekuensi yang lebih tinggi (> 5MHz) . Program pembedahan direncanakan di
45,2% pasien dalam penelitian kami atas dasar evaluasi klinis; Namun, setelah melakukan
ultrasonografi persyaratan untuk prosedur bedah menurun secara signifikan menjadi 25% pasien.
Oleh karena itu mengubah rencana pengelolaan di sekitar 20% kasus. Pasien-pasien ini tidak
memerlukan intervensi bedah apapun dan merespon dengan baik untuk pengobatan konservatif.
Operasi besar dapat dihindari pada 4 % pasien, di mana intervensi ultrasonografi dalam aspirasi
telah dilakukan dalam penelitian kami. Walsh et al. [5] dan Davis et al. [8] dalam studi mereka
juga menemukan perubahan dalam rencana manajemen dalam 11-22% kasus setelah
pemeriksaan ultrasonografi.
Ultrasonografi membantu dalam diagnosis lebih cepat dan lebih cepat dalam membuat
keputusan untuk rencana pengobatan. Bergantung pada operator, ultrasonografi meleset di 5%
dari kasus dan menunjukkan hasil yang sesuai dalam 38% kasus dalam penelitian kami.
Ultrasonografi juga mengubah rencana pengelolaan di sejumlah besar pasien, sehingga
menurunkan tidak hanya pengeluaran keuangan untuk mengelola patologi akut abdomen, tetapi
juga menurunkan tingkat mortalitas dan morbiditas pada pasien ini dengan akut abdomen, yang
akan dinyatakan tidak perlu mengalami laparotomi. Apendisitis akut adalah diagnosis klinis,
tetapi untuk bukti yang mendukung, Garcia Pena et al. [9] telah menganjurkan penggunaan
ultrasonografi sebagai teknik pencitraan lini pertama, diikuti oleh CT scan terbatas dalam kasus
samar-samar untuk mengurangi morbiditas dan biaya perawatan pada fase akut. Beberapa studi
telah menemukan bahwa ultrasonografi dapat membantu dalam mengurangi pasien yang tidak
perlu di rawat di rumah sakit untuk observasi dan juga mengurangi jumlah prosedur operasi
apendectomy yang tidak perlu, tanpa meningkatkan risiko perforasi. [10,11]

DAFTAR PUSTAKA
1. Karen E, Thomas, Catherine M, Owens. The paediatric abdomen. Text book of radiology and
imaging. 7th ed., vol. 28. Elsevier Science Limited United Kingdom; 2009. p. 849.
2. Wittenberg J, Fineberg HV, Black EB, Kirkpatrick RH, Schaffer DL, Ikeda MK, et al.
Clinical efficacy of computed body tomography. AJR Am J Roentgenol 1978;131:5-14.
3. Fineberg HV, Wittenberg J, Ferrucci JT Jr, Mueller PR, Simeone JF, Goldman J. The clinical
value of body computed tomography over time and technologic change. AJR Am J
Roentgenol 1983;141: 1067-72.
4. Mendelson RM, Lindsell DR. Ultrasound examination of paediatric acute abdomen :
Preliminary findings. Br J Radiol 1987;60:414-6.
5. Walsh PF, Crawford D, Crossling FT, Sutherland GR, Negrette JJ, Shand J. The value of
immediate ultrasound in acute abdominal conditions: A critical appraisal. Clin Radiol
1990;42:47-9.
6. Carmody E, McGrath EF, Keeling F. The role of emergency ultrasonography in the
management of the acute abdomen. Proc Br Med Ultrasound Soc 1990;63:383.
7. Verbanck JJ, Aelst FV, Rutgeerts L, Demuynck H, Ghillebert G, Vergauwe P, et al. The
impact of routine admission abdominal sonography on patient care. J Clin Ultrasound
1988;16:651-4.
8. Davies AH, Mastorakov I, Cobb R, Rogers C, Lindsell D, Mortensen NJ, et al.
Ultrasonography in the acute abdomen. Br J Surg 1991;78:1178-80.
9. Garcia Pea BM, Mandl KD, Kraus SJ, Fischer AC, Fleisher GR, Lund DP, et al.
ultrasonography and limited computed tomography in the management of appendicitis in
children. JAMA. 1999;282:1041-6.
10. Diley A, Wessen D, Munden M, Hicks J, Brandt M, Minifee P, et al. The impact of
ultrasound examinations on the management of children with suspected appendicitis: A 3year analysis. J Pediatr Surg 2001;36:303-8.
11. Wong ML, Casey SO, Leonidas JC, Elkowitz SS, Becker J. Sonographic diagnosis of acute
appendicitis in children. J Pediatr Surg 1994;29:1356-60.

Anda mungkin juga menyukai